PENDAHULUAN
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup
air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi
akibat kedua-duanya.6
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit
mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.
Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokular lainnya. Biasanya kekeruhan
mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan
dalam waktu yang lama.1
Saat ini, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia dimana hampir
setengah dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan hampir 90% berasal dari daerah Asia
dan Afrika. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan terjadi di daerah Asia
Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang mengalami kebutaan di dunia dan 4
orang diantaranya berasal dari Asia Tengara.1 Katarak juga merupakan penyebab utama
hilangnya penglihatan di Indonesia. Katarak memiliki derajat kepadatan yang bervariasi dan
dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Lensa
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa didalam
kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga akan
mengakibatkan memadatnya serat lensa dibagian sentral lensa sehingga membentuk
nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu
dibentuk atau serat lensa yang tertua didalam kapsul lensa. Di bagian luar nukleus ini
terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut segai korteks lensa. Nukleus lensa
mempunyai konsistensi lebih keras di banding korteks lensa yang lebih muda.4
Substansi lensa terdiri dari nukleus dan korteks, yang terdiri dari lamel-lamel
panjang yang konsentris. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai
dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga
lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks
2
terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Tiap serat mengandung inti, yang
pipih dan terdapat di bagian pinggir lensa dekat ekuator, yang berhubungan dengan
epitel subkapsuler. Serat-serat ini saling berhubungan di bagian anterior. Garis-garis
persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung-ke-ujung
berbentuk {Y} bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk {Y} ini tegak di anterior dan
terbalik di posterior (huruf Y yang terbalik).3
Sebanyak 65% bagian dari lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein
(kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di
lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Pada lensa tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah atau saraf di lensa.3
2. Fungsi lensa
3
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal
ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang
datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi. Hal
ini dapat dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.2
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai
ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga
berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya
biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.3
Pada orang dewasa lensa lebih padat dan bagian posterior lebih konveks.
Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus
berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah
cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua
lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan
tampak sebagai grey reflex atau senile reflex, yang sering disangka katarak, padahal
salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya
akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang Indonesia
dimulai pada umur 40 tahun.2
3. Katarak
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
4
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata (penyakit
sistemik) atau kelainan kongenital mata. Katarak disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti fisik, kimia, penyakit predisposisi, genetik dan gangguan perkembangan,
Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin dan usia.4
3.3 Klasifikasi
Semua kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.
Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun banyak kasus
katarak senilis yang ditemukan berkaitan dengan faktor keturunan, maka riwayat
penyakit keluarga perlu di tanyakan.6
3.5 Epidemiologi
5
Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini yaitu setengah dari 45
juta kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara berkembang
seperti Indonesia, India dan lainnya. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus
kebutaan terjadi di daerah Asia Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang
mengalami kebutaan di dunia dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tengara.
Katarak juga merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia, yaitu 50% dari
seluruh kasus yang berhubungan dengan penglihatan. Katarak dapat disebabkan oleh
berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan.1,5 Sampai saat ini katarak
senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak ditemukan, sampai 90% dari
seluruh kasus katarak.6
3.6 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya katarak senilis cukup rumit dan belum sepenuhnya
dipahami. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti : 5,6
Konsep penuaan :
- Teori putaran biologik (“A biologic clock”)
- Teori “A Cross-link”
6
o Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
o Mulai presbiopia
3. Serat lensa :
o Lebih ireguler
Kortikal, terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat menyebabkan silau
terutama bila menyetir pada malam hari. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk
jeruji menuju korteks anterior dan posterior. 5,7
7
Posterior subkapsular, merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa.
Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta
pandangan baca menurun. Banyak ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi, dan
trauma.5,7
3.8 Stadium
Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu katarak insipen, katarak imatur,
katarak matur dan katarak hipermatur. 4
Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara
serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak
insipien. 4
Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang
belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan
dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.4
8
Katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa
terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan,
maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi
kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada
katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak
terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif. 4
9
Tanda dan gejala yang sering ditemukan pada penderita katarak antara lain:
(1) penglihatan kabur dan berkabut, (2) merasa silau terhadap sinar matahari, (3)
penglihatan ganda, (4) sukar melihat benda yang menyilaukan, (5) sukar mengerjakan
pekerjaan sehari-hari, (6) penglihatan di tempat yang redup lebih baik, (7) sukar
mengendarai kendaraan dimalam hari, (8) sering berganti kaca mata, dan (8) untuk
sementara jelas melihat dekat yang terutama terjadi pada katarak imatur. 3,5
Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai
menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun
pada stadium perkembangan yang paling dini dari katarak, dapat dideteksi melalui
pupil yang berdilatasi maksimum dengan oftalmoskop, loupe atau slitlamp. Dengan
penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa de ngan
mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila terdapat
bayangan berarti kataraknya imatur, sedangkan pada katarak matur tidak terdapat
bayangan. Katarak hipermatur, lensa akan mengeriput.3
3.11 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Indikasi Pasien dapat
dioperasi bila ada kemauan dari pasien itu sendiri untuk memperbaiki tajam
penglihatannya (visus). Kemauan untuk dioperasi ini biasanya datang bila sudah
terjadi gangguan pekerjaan atau aktifitas sehari-hari. Keputusan untuk melakukan
10
operasi harus didasarkan pada kebutuhan visual pasien dan potensi kesembuhannya.
Secara umum, indikasi operasi katarak bila terdapat kondisi stereopsis, penyusutan
lapangan pandang perifer dan gejala anisomethrophia. Indikasi medikal dilakukannya
operasi termasuk pencegahan komplikasi seperti glaukoma fakolitik, glakukoma
fakomorfik, uveitis facoantigenik dan dislokasi lensa ke bilik mata depan. Indikasi
tambahannya adalah untuk diagnosis atau penatalaksanaan penyakit okuler lainnya,
seperti retinopati diabetik atau glaukoma.3,8
Pada ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK , lensa diangkat
dengan meninggalkan kapsulnya. Indikasi ECCE melalui ekspresi nukleus prosedur
utama pada operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan
alat, kemampuan ahli bedah dan densitas nukleus. ECCE yang melibatkan
pengeluaran nukleus dan korteks lensa melalui kapsula anterior, meninggalkan
kapsula posterior. Prosedur ini memiliki beberapa keuntungan dibanding ICCE karena
dilakukan dengan insisi yang lebih kecil, maka trauma endothelium kornea lebih
sedikit, astigmatisma berkurang, jahitannya lebih stabil dan aman. Kapsula posterior
yang intak akan mengurangi resiko keluarnya vitreous intraoperatif, posisi fiksasi IOL
lebih baik secara anatomi, mengurangi angka kejadian edema makular, kerusakan
retina dan edema kornea, mengurangi mobilitas iris dan vitreous yang terjadi dengan
pergerakan saccus (endophtalmodenesis), adanya barrier restriksi perpindahan
molekul aquous dan vitreous, mengurangi akses bakteri terhadap cavitas vitreous
untuk endophtalmitis dan mengeleminasi komplikasi jangka panjang dan pendek yang
berhubungan dengan lengketnya vitreous dengan iris, kornea dan tempat insisi.3,4,9
11
Fakoemulsifikasi
Merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. Lensa
beserta kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula Zinn yang telah mengalami
degenerasi. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan. 4
12
3.12 Komplikasi
13
BAB III
STATUS OFTALMOLOGI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Usia : 65 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Pondok Pucung, Tangerang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Masuk Poli Mata : 16 Desember 2010
II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 16 Desember 2010
Keluhan Utama : Penglihatan mata kiri buram sejak 1 tahun yang lalu
Keluhan Tambahan : -
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik mata RSUP Fatmawati dengan keluhan
penglihatan mata kiri buram sejak 1 tahun yang lalu. Penglihatan buram dirasakan
pasien seperti ada kabut/asap putih yang menghalangi, dan terkadang pasien merasa
silau saat melihat cahaya. Sebelumnya pasien mengenakan kacamata namun tidak
mengetahui ukurannya, akan tetapi sejak 1 tahun yang belakangan ini kacamatanya
dirasa tidak lagi nyaman dan sampai saat ini pasien tidak pernah mengganti kacamata.
Pasien merasa lebih nyaman melihat di tempat yang redup dari pada terang.
Mata pasien sebelah kanan juga dahulu merasakan keluhan yang sama namun
pada tanggal 25 oktober 2010 telah dioperasi di RSUP Fatmawati. Sekarang
penglihatan mata sebelah kanan pasien dirasa mengalami banyak kemajuan
dibandingkan sebelum operasi. Penglihatan ganda dengan satu mata dan penglihatan
14
seperti ada pelangi saat melihat cahaya disangkal pasien. Pasien menyangkal matanya
merah, berair, terasa sakit, ataupun pegal. Pasien menyangkal adanya sakit kepala
disertai mual dan muntah. Pasien juga tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan
tertentu dalam jangka panjang. Riwayat trauma pada mata (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Diabetes (-) , Hipertensi (-), alergi (-), sakit mata (-), operasi (+).
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-), DM (-), alergi (-), penyakit jantung (-)
III.PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tidak tampak sakit
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah :130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : Afebris
Pernafasan : 20x/menit
Kepala : Normocephali
Mata : lihat status oftalmologi
THT
Telinga : Normotia, sekret -/-, serumen +/+
Hidung : Deviasi septum (-), sekret -/-
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
Mulut : Lidah kotor (-) , tonsil tidak hiperemis T1-T1
M M M5 4 3 2 1 12345MM8
M M 6 5 43 2 1 12345M7M
Thoraks
Jantung : S1S2 reguler, murmur(-), gallop (-)
Paru-paru : Suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
15
Abdomen : Nyeri tekan (-), bising usus (+)
Ekstremitas
Atas : akral hangat (+), edema (-)
Bawah : akral hangat (+), edema (-)
Status oftalmologi
AVOD : sc 5/50
AVOS : sc 4/60
Supersilia
Alopesia - -
Palpebra Superior
Edema - -
Spasme - -
Hiperemis - -
Benjolan - -
Ulkus - -
Fistel - -
Hordeolum - -
Khalazion - -
Ptosis - -
Palpebra Inferior
Edema - -
Hiperemis - -
Benjolan - -
16
Ulkus - -
Fistel - -
Hordeolum - -
Khalazion - -
17
Anemis - -
Folikel - -
Papil - -
Lithiasis - -
Simblefaron - -
Konjungtiva Bulbi
Kemosis - -
Pterigium - -
Pinguekula - -
Flikten - -
Simblefaron - -
Injeksi Konjungtiva - -
Injeksi Silier - -
Injeksi Episklera - -
Perdarahan Subkonjungtiva - -
Kornea
Kejernihan + +
Edema _ _
Ulkus - -
Flikten - -
Macula - -
Leukoma - -
Leukoma Adherens - -
Stafiloma - -
Neovaskularisasi - -
18
Pigmen Iris - -
Bekas Jahitan - -
Tes Fluoresin - -
Tes Sensibilitas - -
Tes Placido Tdk dilakukan Tdk dilakukan
Limbus Kornea
Arkus senilis + +
Bekas Jahitan + -
Sklera
Sklera biru - -
Episkleritis - -
Skleritis - -
19
Kejernihan jernih Jernih
Flare - -
Sel - -
Hipopion - -
Hifema - -
Iris
Warna Coklat Coklat
Gambaran Radier + +
Eksudat - -
Atrofi - -
Sinekia Posterior - -
Sinekia Anterior - -
Sinekia Anterior Perifer - -
Iris Bombe - -
Iris Tremulans - -
Pupil
Bentuk irregular Bulat, regular
Besar 3mm 2mm
Regularitas irregular Regular
Isokoria Anisokor
Letak Sentral Sentral
Reflek cahaya langsung + +
Reflek cahaya tidak + +
langsung
Seklusi - -
Oklusi - -
Leukokoria - +
Lensa
Kejernihan Jernih Keruh
Shadow Test - +
Refleks kaca + -
Pigmen Iris - -
Luksasi - -
Subluksasi - -
Lensa Intra Okular + -
Corpus Vitreus
Kejernihan Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Flare - -
Sel - -
20
Funduskopi
Refleks fundus + + menurun
Papil :Bentuk Bulat Bulat
Batas Tegas Tegas
Warna Kuning orange Kuning orange
C/D Ratio 0,3 0,3
Arteri/Vena 2:3 2:3
Retina Baik Baik
Refleks Fovea Baik Tidak dapat dinilai
Makula Lutea Baik Tidak dapat dinilai
Lain-lain
Uji Proyeksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Uji Persepsi Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
(merah – hijau)
GAMBAR
OD OS
Leukokoria
SHADOW TEST
OD OS
REFLEKS FUNDUS
OD OS
21
FUNDUSKOPI
cup
disc
AA/VV
22
IV. RESUME
Pada anamnesis didapatkan :
Pasien datang ke poliklinik mata RSUP Fatmawati dengan keluhan
penglihatan mata kiri buram sejak 1 tahun yang lalu. Penglihatan buram dirasakan
pasien seperti ada kabut/asap putih yang menghalangi, dan terkadang pasien merasa
silau saat melihat cahaya. Pasien merasa lebih nyaman melihat di tempat yang redup
dari pada terang. Kacamata yang digunakan pasien juga dirasakan menjadi semakin
tidak nyaman belakangan ini.
Pada tanggal 25 Oktober 2010, pasien sudah menjalani operasi katarak pada
mata kanannya. Menurut pasien, pandangan matanya sudah mengalami banyak
kemajuan. Penglihatan ganda dengan satu mata dan penglihatan seperti ada pelangi
saat melihat cahaya disangkal pasien. Pasien menyangkal matanya merah, berair,
terasa sakit, ataupun pegal. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu
dalam jangka panjang. Riwayat trauma pada mata (-)
V. DIAGNOSA KERJA
- OD : Pseudofakia
- OS : Katarak senilis imatur OS
23
VIII. PENATALAKSANAAN
OD : Medikamentosa : LFX ED 6x gtt 1
Tobroson ED 6x gtt 1
Protagenta
Non-Medikamentosa :
- Motivasi untuk memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
- Jangan menggosok mata
- Jangan melakukan pekerjaan yang berat
- Rencana koreksi kacamata setelah 2-3 bulan post op
OS : Catarlent ED 15 ml 3 x 1
IX. PROGNOSIS
OS : Ad vitam : bonam
Ad visam : dubia ad bonam
OD : Ad vitam : bonam
Ad visam : dubia ad bonam
24
BAB IV
DISKUSI KASUS
BAB V
KESIMPULAN
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut,
yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui secara
pasti. Sampai saat ini katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak
ditemukan, sampai 90% dari seluruh kasus katarak. Katarak terbagi dalam 4 stadium,
yaitu katarak insipien, katarak imatur, katarak matur dan katarak hipermatur.
Berdasarkan lokasi, katarak senilis dapat dibagi menjadi nuklear sklerosis, kortikal
dan posterior subkapsular. Gejala klinis yang di alami oleh pasien katarak adalah
penglihatan seperti berasap /berkabut dan tajam penglihatan yang menurun secara
progresif, visus menurun, diplopia monokular yaitu penderita melihat 2 bayangan
yang disebabkan oleh karena refraksi dari lensa sehingga benda-benda yang dilihat
penderita akan menyebabkan silau dan pada stadium permulaan penderita mengeluh
miopi.
27
Penatalaksanaan katarak adalah dengan tindakan operatif, yaitu pembedahan
katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan. Ada
beberapa macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
DAFTAR PUSTAKA
1. Ariston E, Suhardjo. Risk Factors for Nuclear, Cortical and Posterior Subcapsular
Cataract in Adult Javanese Population at Yogyakarta territory. Ophthalmologica
Indonesiana 2005;321:59.
2. Garg, Ashok et al. Instant clinical diagnosis in ophthalmology lens disease. USA:
2009.
3. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2005.
hlm : 128-136.
4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008. 200-211
5. Vaughan DG, Asbury T. Oftalmologi Umum; Lensa. Edisi 14. Alih Bahasa
Tambajong J. Pendit UB. Widya Medika. Jakarta, 2000 : 175,183-4.
6. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Jakarta: Penerbit Abadi
Tegal. 1993 : 190-196.
28
7. http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=2, diakses tanggal 27
November 2010
8. Anonim. Learn About Cataract. Available from URL:
http://www.cataract.com/
29