Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN UNTUK

PELAYANAN BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP

RENCANA KERJA DAN SYARAT- SYARAT


PEKERJAAN LANSEKAP HARDSCAPE

PROYEK LANDSCAPE LAVON


SWAN CITY PHASE 2
AREA MARGONITE CLUSTER

DIPERSIAPKAN UNTUK

CFLD
DAFTAR ISI

PANDUAN UMUM RENCANA KERJA DAN SYARAT PEKERJAAN PERKERASAN

BAB I - SYARAT ADMINISTRATIF Halaman

PASAL 1 : JANGKA WAKTU PELAKSANAAN A-1

PASAL 2 : PERMULAAN PEKERJAAN A-1

PASAL 3 : JAMINAN UANG MUKA A-1

PASAL 4 : JAMINAN PELAKSANAAN A-2

PASAL 5 : PERJANJIAN KONTRAK, PERSELISIHAN DAN A-2


PEMILIHAN DOMISILI

PASAL 6 : SIFAT KONTRAK A-3

PASAL 7 : PEMUTUSAN KONTRAK A-3

PASAL 8 : IZIN – IZIN A-3

PASAL 9 : KETENTUAN LAIN A-3

PASAL 10 : KENAIKAN HARGA A-4

PASAL 11 : RESIKO DAN KEAMANAN A-5

PASAL 12 : KEADAAN FORCE MAJEURE A-5

PASAL 13 : KELAMBATAN DAN PERPANJANGAN WAKTU A-5

PASAL 14 : PENUNDAAN PEKERJAAN A-6

PASAL 15 : PENYERAHAN PERTAMA PEKERJAAN A-6

PASAL 16 : DENDA DAN SANKSI A-6

PASAL 17 : PEKERJAAN TAMBAH – KURANG A-7

PASAL 18 : MASA PEMELIHARAAN A-7

PASAL 19 : PENYERAHAN KEDUA PEKERJAAN A-7

PASAL 20 : PERATURAN PEMBAYARAN A-8


BAB II - SYARAT TEKNIS UMUM Halaman

PASAL 21 : LINGKUP PEKERJAAN & URAIAN PEKERJAAN B-9

PASAL 22 : KETENTUAN-KETENTUAN UMUM B-9

PASAL 23 : GAMBAR-BAMBAR KERJA B-10

PASAL 24 : RENCANA KERJA B-10

PASAL 25 : JAM KERJA B-11

PASAL 26 : TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR TERHADAP PEKERJAAN B-11

PASAL 27 : PIMPINAN PELAKSANA B-12

PASAL 28 : PENUNJUKAN SUB KONTRAKTOR B-12

PASAL 29 : KONTROL ATAS PEGAWAI B-13

PASAL 30 : KESEJAHTERA PEGAWAI B-13

PASAL 31 : KECELAKAAN DAN PETI PPPK B-13

PASAL 32 : ALAT, BAHAN DAN TENAGA PEMBANGUNAN B-13

PASAL 33 : CONTOH BAHAN B-14

PASAL 34 : PENGUJIAN BAHAN & ALAT B-14

PASAL 35 : LAPORAN B-15

PASAL 36 : RAPAT-RAPAT RUTIN B-15

PASAL 37 : SHOP DRAWINGS, AS-BUILT-DRAWINGS, DANFOTO-FOTO B-16

PASAL 38 : PEKERJAAN PERSIAPAN B-17

BAB III - SPESIFIKASI TEKNIK PEKERJAAN ARSITEKTUR

BUKAN PEKERJAAN FINISHING

PASAL 1 : PEKERJAAN PENDAHULUAN C-21

PASAL 2 : PEKERJAAN TANAH C-22


Halaman

PASAL 3 : PEKERJAAN PERKERASAN LANTAI

A. UMUM C-27

B. PASANGAN BATU ALAM C-27

C. PASANGAN KERAMIK LANTAI/ HT C-29

D. PEMASANGAN TERASO COR C-30

E. PASANGAN LANTAI KAYU ARTIFISIAL (CONWOOD) C-31

F. PEMASANGAN STAMP CONCRETE C-33

PASAL 4 : PEKERJAAN PLESTERAN C-35

PASAL 5 : PEKERJAAN PENGECATAN C-


38
PASAL 6 : PEKERJAAN SUB LANTAI / BETON TUMBUK
A. PEKERJAAN SUB LANTAI/BETON TUMBUK C-43
B. PEKERJAAN BETON TULANG C-44

PASAL 7 : PEKERJAAN PAVING BLOCK C-44

BAB IV - SPESIFIKASI TEKNIK PEKERJAAN STRUKTUR

PASAL 1 : PEKERJAAN BETON

A. UMUM D-46
B. BAHAN D-46
C. PERBANDINGAN ADUKAN D-48
D. KEKENTALAN D-50
E. RENCANA PENGADUKAN BETON D-51
F. PERSIAPAN PENGECORAN BETON D-53
G. PENCAMPURAN BETON D-55
H. PENGECORAN D-57
I. PEMADATAN DAN PENGGETARAN D-58
J. PROSES PENGERASAN D-59
K. PERAWATAN BETON D-59
L. PENYELESAIAN PERMUKAAN BETON D-60

PASAL 2: PEKERJAAN PEMBESIAN

A. UMUM D-62
B. BESI BETON D-62
C. PEKERJAAN PEMBENGKOKAN BESI BETON D-
63
D. PEMASANGAN D-63

PASAL 3 : PEKERJAAN BEKISTING

A. UMUM D-65
B. BAHAN D-65
C. RENCANA D-65
D. PEMERIKSAAN BEKISTING D-66
E. PEMBONGKARAN D-66

Halaman
PASAL 4 : PEKERJAAN PASANGAN

A. UMUM D-
66
B. PASANGAN BATU KALI D-67
C. PASANGAN BATU MERAH D-68

PASAL 5 : PEKERJAAN WATERPROOFING

A. BAHAN WATERPROOFING D-69


B. JAMINAN PABRIK PEMBUAT D-70
(MANUFACTURER'S GUARANTEE)
C. JAMINAN PERUSAHAAN PEMASANG APLIKATOR D-70
GUARANTEE
D. PEKERJAAN PERSIAPAN D-70
E. CARA PENCAMPURAN BAHAN WATERPROOFING D-71
F. PEMASANGAN BAHAN WATERPROOFING D-72

PASAL 6 : PEKERJAAN DRAINAGE

1. LINGKUP PEKERJAAN D-72


BAB I - SYARAT ADMINISTRATIF

PASAL 1 : JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Seluruh pekerjaan yang termasuk dalam kontrak harus selesai dan diserahkan
untuk pertama kalinya (penyerahan pertama) dengan memuaskan selambat -
lambatnya dalam waktu yang sesuai dengan hari kalender terhitung semenjak
Surat Perintah Kerja ditanda tangani.

PASAL 2 : PERMULAAN PEKERJAAN

Selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak tanggal Surat Perintah Kerja (SPK)


Kontraktor harus sudah memulai pekerjaan dalam arti kata yang nyata, dan
harus berjalan secara tetap pada hari-hari kerja dengan kecepatan yang layak.

PASAL 3 : JAMINAN UANG MUKA

a. Pemenang Pelelangan yang ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan


dapat mengajukan permintaan uang muka maksimal .. % ( .............. ) dari
nilai kontrak, dimana sebelum pembayaran uang muka diberikan,
Kontraktor harus menyerahkan jaminan dari Bank ................. Besarnya
Jaminan uang muka minimal harus sama dengan uang muka yang
diajukan.

b. Jaminan uang muka harus mempunyai masa berlaku sampai dengan


selesainya pekerjaan sesuai kontrak, dan harus dapat diperpanjang
apabila diperlukan.

c. Jaminan uang muka menjadi milik Pemberi Tugas, dengan


memperhitungkan prestasi pekerjaan yang telah dihasilkan oleh
Kontraktor apabila :

1. Kontraktor tidak mengembalikan uang muka dalam waktu yang


telah ditetapkan.

2. Kontraktor mengundurkan diri setelah menanda tangani Kontrak.

d. Jaminan uang muka dikembalikan kepada Kontraktor setelah kontraktor


melunasi uang muka yang telah diterima.

A-1
PASAL 4 : JAMINAN PELAKSANAAN

a. Pemenang pelelangan yang ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan


sebelum menanda tangani kontrak harus menyerahkan Jaminan
Pelaksanaan berupa Surat jaminan bank Pemerintah atau Bank /
Lembaga Keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
sebesar ..% (....) persen dari nilai kontrak, dibulatkan ke atas sampai
dengan ribuan rupiah.

b. Setelah Jaminan Pelaksanaan diterima, dan Kontrak ditanda tangani


maka Jaminan Penawaran Kontraktor yang bersangkutan segera
dikembalikan.

c. Jaminan Pelaksanaan harus mempunyai masa berlaku sampai dengan


selesainya pekerjaan sesuai kontrak (penyerahan pertama), dan harus
dapat diperpanjang apabila diperlukan.

d. Jaminan Pelaksanaan menjadi milik Pemberi Tugas dengan


memperhitungkan prestasi pekerjaan yang telah dihasilkan oleh
Kontraktor apabila :

1. Kontraktor tidak melaksanakan pekerjaan dalam waktu yang telah


ditetapkan.

2. Kontraktor mengundurkan diri setelah menanda tangani kontrak.

e. Jaminan Pelaksanaan dikembalikan kepada Kontraktor setelah pekerjaan


selesai sesuai dengan kontrak.

PASAL 5 : PERJANJIAN KONTRAK, PERSELISIHAN DAN PEMILIHAN DOMISILI

a. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini, akan dibuat surat perjanjian


pemborongan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan antara
pemberi tugas dan Kontraktor.

b. Bilamana terjadi perselisihan diantara Pemberi tugas dan Kontraktor,


pada dasarnya diselesaikan dengan cara musyawarah.

c. Bilamana penyelesaian secara musyawarah tersebut diatas tidak tercapai,


penyelesaian selanjutnya akan diserahkan kepada Panitia Arbitrase.

d. Jika hal inipun tidak mendapatkan hasil, penyelesaian selanjutnya akan


melalui saluran hukum yang berlaku.

Dalam hal ini kedua belah pihak memilih tempat dan alamat yang tetap
(domisili) dalam Perjanjian Pemborongan, pada Kantor Pengadilan Negeri
.................

A-2
PASAL 6 : SIFAT KONTRAK

Kontrak bersifat rahasia. Kontraktor harus menjaga sedemikian rupa sehingga


detail-detail dari kontrak hanya dipakai sebagai informasi bagi Kontraktor
sendiri, dan tidak boleh disiarkan atau disebar luaskan secara sebagian
pekerjaan maupun keseluruhannya, tanpa izin tertulis dari Pemberi tugas.

PASAL 7 : PEMUTUSAN KONTRAK

a. Pemutusan Kontrak dapat terjadi apabila :


1. diputuskan oleh Pemberi Tugas
2. diputuskan oleh Kontraktor
3. diputuskan oleh Pemberi Tugas dan Kontraktor

b. Pemutusan Kontrak dapat dilakukan oleh Pemberi Tugas jika Kontraktor


lalai atau melanggar persyaratan yang telah ditentukan dan disepakati
bersama, setelah mendapat peringatan tertulis dari pemberi Tugas 3
(tiga) kali berturut-turut dengan selang waktu masing-masing 2 (dua)
minggu.
Pemutusan kontrak dapat dilakukan 2 (dua) minggu setelah peringatan
ketiga dikeluarkan.

c. Pemutusan Kontrak dilakukan atas persetujuan bersama antara Pemberi


tugas dan Kontraktor, dapat terjadi bila pekerjaan terpaksa harus
dihentikan disebabkan oleh keadaan memaksa (force majeure).

d. Dalam hal terjadi pemutusan kontrak, maka nilai pekerjaan Kontraktor


yang dapat diperhitungkan hanya sampai tahap pekerjaan yang telah
dikerjakan dan telah diterima oleh Direksi yang dinyatakan dalam suatu
berita acara.

e. Kecuali pemutusan kontrak atas persetujuan bersama (butir c), maka jika
terjadi pemutusan kontrak, Jaminan Pelaksanaan menjadi milik Pemberi
Tugas.

PASAL 8 : IZIN-IZIN

a. Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang ada sangkut pautnya


dengan gedung oleh Pemberi Tugas.

b. Biaya izin ditanggung oleh Pemberi Tugas.

c. Surat rekomendasi dari masing-masing instansi yang berhubungan


dengan pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor.

PASAL 9 : KETENTUAN LAIN

a. Kontraktor harus bertindak sesuai dengan setiap hukum atau


peraturan-peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh penguasa setempat.

A-3
b. Semua surat-surat keterangan yang berkenaan dengan pelaksanaan
pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor kepada Pemberi Tugas
sebelum penyerahan kedua.

c. Kontraktor harus menjamin bahwa Pemberi Tugas bebas dari segala


macam tuntutan atas pelanggaran sesuai hak patent, design, cap dagang
atau hak-hak yang dilindungi lainnya, mengenai peralatan atau
bahan-bahan yang digunakan untuk keperluan pekerjaan.

d. Semua biaya administrasi dan meterai sebelum dan sesudahnya


Perjanjian Pemborongan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

e. Demi kesempurnaan pekerjaan, Kontraktor wajib (tanpa tambahan biaya)


mengerjakan segala sesuatu yang berhubungan, walaupun satu sama
lain tidak disebutkan dengan jelas dalam RKS ini, dengan persetujuan
Direksi.

f. Bila diperlukan kerja lembur Kontraktor harus mengajukan permohonan


izin tertulis kepada Panitia Pembangunan/Direksi Lapangan, apabila hasil
kemajuan pekerjaan tidak sesuai (terlambat) dengan jadwal kemajuan
pekerjaan yang telah disetujui bersama, agar keterlambatan pekerjaan
dapat dikejar. Pelaksanaan kerja lembur sesuai dengan pasal 36.

Jika Kontraktor tidak melakukan kerja lembur dengan sungguh-sungguh,


maka Kontraktor dikenakan denda kelalaian sesuai pasal 27.b.

Jika satu (1) bulan setelah diperintahkannya kerja lembur, dimana hasil
pekerjaan belum dapat mencapai seperti yang dijadwalkan dalam jadwal
kemajuan pekerjaan yang telah disetujui bersama, maka Kontraktor
dikenakan denda keterlambatan sesuai pasal 27.c.

Kepada Kontraktor dapat langsung dikenakan denda keterlambatan


sesuai dengan pasal 27.c., jika ternyata hasil kerja masih tidak menunjuk-
kan kemajuan yang memuaskan dan bila batas denda keterlambatan
telah dicapai maka Direksi atas persetujuan pemberi tugas dapat
memutuskan kontrak sesuai pasal 18.

g. Para pekerja dari Kontraktor tidak diperlukan untuk menginap di lokasi


proyek.

PASAL 10 : KENAIKAN HARGA

a. Semua kenaikan harga bahan dan upah selama masa pembangunan


menjadi tanggungan Kontraktor sepenuhnya.
Dalam memasukkan harga penawaran, Kontraktor harus sudah
memperhitungkan kemungkinan ini. Kenaikan harga tidak boleh
menjadikan alasan untuk merendahkan kwalitas pekerjaan.

b. Kenaikan harga bahan-bahan dan upah yang terjadi akibat


tindakan/keputusan Pemerintah dibidang moneter yang menyangkut
langsung mengenai bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini diberikan,
jika ada keputusan tertulis dari Pemerintah / PU yang berlaku.

A-4
PASAL 11 : RISIKO DAN KEAMANAN

a. Segala risiko kebakaran, pencurian, dan lain-lain ditempat pekerjaan atas


segala bahan-bahan, alat dan lain - lain menjadi tanggungan Kontraktor
sepenuhnya.

b. Kontraktor harus mengadakan penjagaan, ditempat pekerjaan selama


pelaksanaan pekerjaan berlangsung.

c. Kontraktor harus memperbaiki dan mengganti kerugian, apabila ternyata


lalai terhadap kewajiban tersebut diatas.

PASAL 12 : KEADAAN FORCE MAJEURE

a. Yang dimaksud dengan keadaan force majeure adalah suatu keadaan


yang dapat menimbulkan akibat terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
tidak dapat diatasi baik oleh Kontraktor maupun Pemberi Tugas, karena
diluar kesanggupan /wewenangnya, seperti :

- Adanya bencana alam: gempa bumi, angin topan, banjir, epidemi dan
sebagainya.

- Adanya peristiwa-peristiwa pemogokan, larangan untuk bekerja,


perang, blokade, pemberontakan revolusi, huru-hara atau gangguan
masyarakat lainnya.

b. Tiap peristiwa keadaan force majeure seperti tersebut,


selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah peristiwa tersebut, Kontraktor
harus melaporkan kepada pemberi tugas.

c. Apabila akibat dari adanya keadaan force majeure pekerjaan terpaksa


harus dihentikan dan tidak dilanjutkan lagi, maka kepada Kontraktor akan
dibayarkan harga sebesar prestasi pekerjaan yang telah dikerjakan dan
telah diterima oleh Direksi yang dinyatakan dalam suatu berita acara.
Kontraktor tidak berhak mengajukan tuntutan-tuntutan lain misalnya ganti
rugi, dan sebagainya.

PASAL 13 : KELAMBATAN DAN PERPANJANGAN WAKTU

a. Jika terjadi kelambatan akibat dari suatu keadaan diluar kekuasaan


Kontraktor, maka waktu penyerahan dapat diusulkan untuk diperpanjang
melalui Direksi, misalnya : kelambatan akibat tindakan Pemberi
Tugas/Direksi, adanya pekerjaan tambah, keadaan force majeure, dan
sebagainya.

b. Permohonan perpanjangan waktu harus diajukan secara tertulis oleh


Kontraktor, selambat- lambatnya 2 (dua) minggu sebelum masa pelak-
sanaan berakhir (penyerahan pertama).

A-5
PASAL 14 : PENUNDAAN PEKERJAAN

a. Bilamana diperlukan, dengan perintah tertulis dari Direksi dengan


persetujuan Pemberi Tugas/ Direksi, Kontraktor harus menunda
pekerjaan baik secara sebagian maupun keseluruhan pekerjaan untuk
jangka waktu tertentu.

b. Pada peristiwa dihentikannya suatu bagian ataupun keseluruhan


pekerjaan oleh Direksi akibat kelalaian Kontraktor, tidak diberikan
perpanjangan waktu.

PASAL 15 : PENYERAHAN PERTAMA PEKERJAAN

a. Penyerahan pertama pekerjaan harus dinyatakan secara tertulis oleh


Kontraktor kepada Pemberi Tugas melalui Direksi, dengan menyebutkan
tanggal penyerahan yang dikehendaki, selambat-lambatnya 1 (satu)
minggu sebelum tanggal yang dimaksud.

b. Direksi akan mengadakan pemeriksaan seksama dari keseluruhan


pekerjaan, termasuk hasil-hasil test yang disyaratkan dan pemberesan
pekerjaan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan ini akan dibuatkan Berita Acara
Penyerahan Pertama.

PASAL 16 : DENDA DAN SANKSI

a. Bilamana jangka waktu penyerahan pertama dilampaui, maka Kontraktor


dikenakan denda yang besarnya 2 o/oo (dua perseribu) dari harga
borongan untuk setiap hari kelambatan, sampai jumlah maksimal 5 %
(lima perseratus) dari seluruh nilai Kontrak.

b. Untuk setiap kelalaian dalam menepati peraturan yang telah ditentukan


akan diberi peringatan secara tertulis. Bilamana sampai peringatan kedua
belum dipenuhi, akan diberi peringatan ketiga dan seterusnya yang
disertai dengan denda yang besarnya 1 o/oo (satu perseribu) dari harga
borongan untuk setiap kali peringatan; dengan maksimum 5 % (lima
perseratus) dari harga borongan.

c. Bilamana kemajuan pekerjaan tidak sesuai (terlambat) dengan jadwal


kemajuan pekerjaan yang telah disetujui bersama, maka Kontraktor
dikenakan denda yang besarnya 2 o/oo (dua perseribu) dari harga
borongan untuk setiap hari keterlambatan, sampai jumlah maksimal 5 %
(lima perseratus) dari seluruh nilai kontrak. Pelaksanaan pendendaan
sesuai dengan pasal 20.f.

PASAL 17 : PEKERJAAN TAMBAH-KURANG


A-6
a. Pekerjaan tambah-kurang adalah bagian pekerjaan yang lain dari yang
dimaksudkan dalam Dokumen Kontrak berupa penambahan,
pengurangan atau peniadaan suatu bagian pekerjaan.

b. Suatu pekerjaan hanya dapat dianggap sebagai pekerjaan tambah -


kurang, apabila ada perintah / persetujuan tertulis dari Direksi atas
persetujuan Pemberi Tugas, dan Kontraktor wajib melaksanakannya
sejauh bagian-bagian pekerjaan yang ada hubungannya dengan ruang
lingkup kontrak.

c. Ketidak-lengkapan uraian jenis pekerjaan dalam surat penawaran tidak


dapat dianggap sebagai pekerjaan tambah-kurang, apabila jenis
pekerjaann tersebut telah disebutkan dalam Dokumen Kontrak atau salah
satu bagian dari padanya.

d. Pekerjaan tambah-kurang dinilai atas dasar harga satuan bahan dan


upah yang tercantum dalam Kontrak. Dalam hal tiadanya jenis pekerjaan
tersebut dalam kontrak, maka harga satuannya dinilai berdasarkan
permufakatan antara Direksi dan Kontraktor, dengan keputusan terakhir
berada dipihak Direksi.

e. Pembayaran pekerjaan tambah - kurang dilakukan bersamaan dengan


penyerahan pertama seluruh pekerjaan.

PASAL 18 : MASA PEMELIHARAAN

a. Jangka waktu masa pemeliharaan adalah ...(....) bulan, sejak tanggal


Berita Acara Penyerahan Pertama.

Kontraktor wajib menyelesaikan semua kekurangan-kekurangan akibat


kelalaian pelaksanaan, ataupun akibat penggunaan bahan-bahan yang
kurang sempurna, serta melakukan pemeliharaan terhadap hasil
pekerjaannya.

b. Pekerjaan penyempurnaan ini harus segera dikerjakan oleh Kontraktor


pada peringatan pertama dari Direksi.

Jika Kontraktor melalaikan peringatan ini, maka Direksi akan


memerintahkan untuk melakukan pekerjaan ini pada pihak lain atas biaya
Kontraktor sepenuhnya.

PASAL 19 : PENYERAHAN KEDUA PEKERJAAN

Bilamana semua pekerjaan yang tercantum dalam kontrak, termasuk masa


pemeliharaan telah dilaksanakan secara memuaskan, dan Kontraktor telah
memenuhi semua kewajiban-kewajiban lainnya seperti tercantum dalam
kontrak, maka pekerjaan akan diserahkan untuk kedua kalinya.

PASAL 20 : PERATURAN PEMBAYARAN

A-7
a. Pembayaran bertahap akan dilaksanakan oleh pemberi Tugas kepada
Kontraktor seperti tersebut dalam Kontrak.

b. Pembayaran bertahap adalah berdasarkan prestasi pekerjaan yang telah


selesai dikerjakan, yaitu berupa:

- bagian-bagian pekerjaan yang sudah selesai dan diterima baik oleh


Direksi.

- bahan-bahan yang sudah terpasang dan diterima baik oleh Direksi.

Bahan-bahan bangunan (material onsite) yang belum terpasang dan


peralatan tidak dapat dihitung sebagai prestasi.

c. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum waktu pembayaran tiba,


Kontraktor harus mengajukan permohonan tertulis kepada Direksi dengan
tembusan kepemberi tugas / direksi, untuk dibuatkan Berita acara
Pemeriksaan kemajuan Pekerjaan secara terperinci.

Direksi berhak menolak atau menunda dikeluarkannya Berita Acara


tersebut diatas, apabila dalam pemeriksaan pekerjaan ternyata terdapat
hal-hal yang tidak benar, baik seluruh maupun sebagian pekerjaan dari
permohonan Berita acara tersebut antara lain :

- hasil pekerjaan Kontraktor tidak memuaskan.


- pekerjaan yang rusak tidak diperbaiki.
- adanya tuntutan-tuntutan dari pihak ketiga.
- adanya keragu-raguan bahwa pekerjaan selanjutnya dapat
diselesaikan dengan baik.

d. Dikeluarkannya Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan Pekerjaan oleh


Direksi, tidak berarti selesainya tanggung jawab Kontraktor atas bagian
pekerjaan tersebut.

e. Bilamana pembayaran kepada Kontraktor termasuk sejumlah pekerjaan


yang dilaksanakan oleh sub Kontraktor telah dilaksanakan, maka Pemberi
Tugas akan memberitahukan kepada Sub Kontraktor yang bersangkutan
bahwa pembayaran tersebut telah dilakukan, dan Kontraktor harus
melaksanakan pembayaran kepada Sub Kontraktor selambat- lambatnya
7 (tujuh) hari sejak diterimanya pembayaran.

f. Sebelum mengeluarkan Berita acara Pemeriksaan Kemajuan Pekerjaan


berikutnya, Direksi berhak meminta kepada Kontraktor untuk
membuktikan bahwa setiap Sub Kontraktor telah dibayar sebagaimana
mestinya.

A-8
BAB II - SYARAT TEKNIS UMUM

PASAL 21 : LINGKUP PEKERJAAN & URAIAN PEKERJAAN

a. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan meliputi semua pekerjaan sebagaimana yang tercantum


dalam
- Gambar-gambar Rencana Pelaksanaan
- Rencana Kerja & Syarat-syarat (RKS)
- Surat perjanjian Pemborongan
- Berita Acara Penjelasan serta Addenda-addenda

Kekuranglengkapan salah satu unsur tersebut diatas tidak dapat


mengakibatkan berkurangnya lingkup pekerjaan yang harus dipenuhi
oleh Kontraktor.

b. Uraian Pekerjaan

Secara garis besar pekerjaan yang dilaksanakan meliputi :

- Pekerjaan jalan dan saluran


- Bangunan Pabrik dan Kantor

PASAL 22 : KETENTUAN-KETENTUAN UMUM

a. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan dengan benar, penuh


tanggung jawab dan penuh ketelitian sesuai dengan kontrak.
Seluruh cara dan prosedur yang diikuti, termasuk semua pekerjaan
sementara yang akan dilaksanakan, semuanya harus mendapat
persetujuan Direksi.

b. Disamping rencana kerja dan syarat-syarat, gambar-gambar


pelaksanaan serta penjelasan-penjelasan lain yang termasuk dalam
Dokumen surat Perjanjian Pemborongan, maka ketentuan- ketentuan
umum yang berlaku adalah :

- Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah R.I.


- Keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik
- Peraturan-peraturan Dewan Teknik Pembangunan Indonesia
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
- Peraturan AV 1941, untuk hal-hal dimana Departemen Pekerjaan
Umum atau dewan teknik Pembangunan Indonesia belum
mengeluarkannya
- Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan Indonesia (PUBB)
- Peraturan Muatan Indonesia 1970
- Pedoman Plumbing Indonesia 1979
- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961

B-9
- A.V.E. dan peraturan perusahaan listrik negara yang berlaku
- Peraturan Cat Indonesia
- Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja (Departemen Tenaga
Kerja)
- Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan Pemda DKI Jakarta
yang bersangkutan dengan pelaksanaan pembangunan
- Lain-lain syarat umum yang berhubungan dengan pembangunan yang
berlaku di Indonesia.

PASAL 23 : GAMBAR-GAMBAR KERJA

a. Segera setelah penanda tanganan Kontrak, Kontraktor harus membuat


dan menyiapkan gambar- gambar kerja (Shop Drawings) yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

Semua gambar kerja yang dibuat oleh Kontraktor harus mendapat


persetujuan dari Direksi dan harus disiapkan sesuai dengan syarat-syarat
dan spesifikasi yang dijelaskan selanjutnya. Persetujuan akan hal-hal
tersebut diatas, tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya
akan kebenaran dari rancangan dan gambar-gambar yang disiapkannya
itu dan kewajibannya untuk mematuhi persyaratan - persyaratan
pekerjaan teknis seperti yang disebutkan dalam Dokumen Kontrak.

b. Segera setelah gambar-gambar kerja disetujui oleh Direksi, Kontraktor


harus segera menyediakan 3 (tiga) set gambar-gambar kerja yaitu untuk
Pemberi Tugas/Direksi sebanyak 2 (dua) set dan 1 (satu) set harus selalu
berada dilapangan, dalam keadaan terawat baik dan setiap saat dapat
diperiksa oleh Direksi.

PASAL 24 : RENCANA KERJA

a. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal Surat Keputusan


Pemberian Pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi
untuk mendapat persetujuannya :

- Suatu rencana kerja atau jadwal waktu pelaksanaan yang lengkap dan
terperinci (S-curve dan Network planning) meliputi keseluruhan
pekerjaan seperti dimaksud dalam dokumen Kontrak.

- Keterangan lengkap mengenai organisasi dan personalia yang akan


melaksanakan pekerjaan.

- Jadwal pengerahan tenaga

- Jadwal penyediaan bahan bangunan, peralatan dan perlengkapan


lainnya.

b. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja


B-10
yang telah diajukan tersebut di atas.

c. Kelalaian dalam menyerahkan Rencana Kerja tersebut di atas, dapat


menyebabkan ditundanya permulaan pekerjaan. Akibat dari penundaan
pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor

PASAL 25 : JAM KERJA

a. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus memberitahukan secara


tertulis kepada Direksi tentang jam-jam kerja yang akan dijalankan dalam
pelaksanaan pekerjaan.

b. Bila ternyata diperlukan untuk mengubah atau menambah jam kerja dari
jadwal yang telah diajukan, maka Kontraktor harus melaporkan dalam
waktu yang cukup bagi Direksi untuk merancang pengawas.

c. Semua biaya yang diakibatkan oleh adanya pekerjaan di luar jam kerja
harus ditanggung oleh Kontraktor.

PASAL 26 : TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR TERHADAP PEKERJAAN

a. Dimana persetujuan Direksi diperlukan pada setiap pelaksanaan


pekerjaan, tidak berarti bahwa Kontraktor melepaskan tanggung
jawabnya yang tercantum dalam kontrak.

b. Lokasi tempat pekerjaan dalam keadaan pada waktu penawaran


termasuk segala sesuatu yang berada dalam batas-batas yang
ditentukan, diserahkan tanggung jawabnya kepada Kontraktor. Namun
demikian, semua benda yang ditemukan di lapangan, tetap milik Pemberi
Tugas.

c. Kontraktor harus mengisi/menimbun kembali semua lubang-lubang dan


bekas galian-galian yang dibuatnya setelah selesai pekerjaan atau tidak
diperlukan lagi untuk pekerjaan, serta harus bersih dari segala
sampah/kotoran-kotoran dan bahan -bahan yang tidak diperlukan lagi.

d. Pemberi tugas atau Direksi berhak untuk mengadakan inspeksi ke setiap


bagian pekerjaan. Juga apabila sebagian pekerjaan dilaksanakan di
bengkel Kontraktor atau Sub-Kontraktor, maka Pemberi Tugas/Direksi
berhak pula untuk mengadakan inspeksi di tempat tersebut.

Dalam hal ini Kontraktor harus memberikan informasi, bantuan dan


fasilitas lain yang diperlukan dalam pemeriksaan secara teliti dan
lengkap.

e. Kontraktor bertanggung jawab atas ketertiban pegawai serta


kendaraan-kendaraannya, dan bersedia memelihara atau memperbaiki
kembali segala kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi, baik di dalam
lokasi proyek maupun di luarnya, sehingga kembali seperti semula.

f. Pada waktu penyerahanB-11pertama, seluruh pekerjaan harus


diserahkan dalam keadaan sempurna/selesai, termasuk pembongkaran
pekerjaan- pekerjaan sementara, pembersihan halaman dan sekitarnya,
sesuai keinginan Direksi.

PASAL 27 : PIMPINAN PELAKSANA

a. Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menempatkan seorang


atau lebih sebagai Pimpinan Pelaksanaan yang cakap, berpengalaman,
bertanggung jawab atas jalannya pekerjaan dan mempunyai
wewenang/kuasa penuh untuk mewakili Kontraktor.

b. Dalam hal ini sebelumnya Kontraktor harus melaporkan secara tertulis


kepada Pemberi Tugas, mengenai nama, pendidikan dan pengalaman
Pimpinan Pelaksana yang dimaksud.

c. Pemberi tugas/Direksi berhak menolak penetapan Pimpinan Pelaksana


tersebut berdasarkan pendidikan dan kecakapannya. Dalam hal ini
Kontraktor harus menempatkan orang lain berdasarkan persetujuan
PemberiTugas/Direksi.

d. Pimpinan Pelaksana harus selalu berada ditempat selama pekerjaan


berlangsung.

e. Dalam hal tidak hadirnya Pimpinan Pelaksana, Pemberi Tugas/Direksi


dapat melakukan tindakan yang dianggap perlu demi keamanan dan per-
lindungan terhadap pekerjaan. Dan atas tindakan ini, tanggung jawabnya
tetap dilimpahkan kepada Kontraktor.
.

PASAL 28 : PENUNJUKAN SUB KONTRAKTOR

a. Penunjukan Sub-Kontraktor hanya dapat dilaksanakan dengan


persetujuan tertulis dari Direksi. Itupun terbatas pada bagian-bagian
pekerjaan khusus.

Kontraktor tidak diperkenankan untuk men"sub"- kan seluruh pekerjaan


yang tercantum dalam kontrak, kecuali untuk penyelidikan bahan- bahan.

b. Penyerahan pekerjaan kepada Sub-Kontraktor harus dilakukan dengan


kontrak tertulis, langsung dengan Kontraktor.

Apapun yang tercantum dalam kontrak antara Kontraktor dan


Sub-Kontraktor, tidak dapat menimbulkan ikatan antara Sub-Kontraktor
dengan Pemberi Tugas atau Direksi.

c. Dalam hal terdapatnya beberapa Sub Kontraktor, maka Kontraktor wajib


melakukan koordinasi agar pekerjaan berlangsung dengan
B-12
sebaik-baiknya. Kontraktor bertanggung jawab atas setiap kelalian
tindakan dan kesalahan dari setiap Sub Kontraktor.

PASAL 29 : KONTROL ATAS PEGAWAI

a. Kontraktor dan Sub Kontraktor harus mempekerjakan orang orang yang


teliti, ahli dan berpengalaman. Dalam hal ini Kontraktor bertanggung
jawab penuh atas segala pekerjaan, perbuatan dan kelalaian orang -
orang yang mempunyai hubungan kerja dengannya.

b. Direksi dapat secara tertulis, langsung kepada Kontraktor, meminta


dikeluarkannya setiap orang yang dipekerjakan oleh Kontraktor atau Sub
Kontraktor, dalam waktu 2 x 24 jam, yang berkelakuan tidak baik, atau
tidak berkemampuan atau melalaikan tugas-tugasnya.

PASAL 30 : KESEJAHTERAAN PEGAWAI

a. Kontraktor harus memberikan jaminan sesuai dengan peraturan


perburuhan, jam kerja dan lembur harus disesuaikan pula dengan
peraturan tersebut.

b. Kontraktor harus menyediakan minuman yang sehat untuk para


pekerja/pegawai, pimpinan dan team Direksi serta tamu-tamu yang
berkepentingan dengan pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 31 : KECELAKAAN DAN PETI PPPK

a. Kontraktor harus menyediakan peralatan keselamatan untuk kepentingan


pekerja dan masyarakat sekitarnya.

b. Jika terjadi kecelakaan dalam pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib


mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban.

c. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap guna pertolongan pertama,
harus selalu berada di tempat pekerjaan dan siap untuk digunakan pada
setiap saat.

d. Kontraktor diwajibkan mengasuransikan semua pekerja/pegawainya.

PASAL 32 : ALAT, BAHAN DAN TENAGA PEMBANGUNAN

a. Kontraktor harus menyediakan semua yang diperlu kan untuk


pelaksanaan pekerjaan.

b. Adanya perubahan merk bahan/alat yang telah ditentukan, hanya


diperkenankan dengan persetujuan terlebih dahulu dari Perencana atau
Pemberi Tugas, dan Kontraktor dapat membuktikan bahwa bahan
pengganti tersebut benar-benar setara dengan ketentuan semula.

c. Direksi berhak untuk menolak setiap peralatan, bahan-bahan dan tenaga


pembangunan yang tidak cocok untuk pelaksanaan pekerjaan,
B-13
sebagaimana yang tercantum dalam Kontrak.

Tidak tersedianya peralatan/bahan yang memenuhi persyaratan tidak


dapat dijadikan alasan kelambatan pekerjaan.

d. Direksi berhak untuk menolak setiap hasil pekerjaan yang tidak sesuai
dengan kontrak dan berhak menuntut penggantian atau perbaikan yang
harus dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak tanggal surat
peringatan terhadap hal yang dimaksud. Demikian pula bahan yang
ditolak harus dikeluarkan dalam waktu 3 (tiga) hari dari tempat pekerjaan.

e. Jika ternyata Kontraktor mengabaikan atau melalaikan batas waktu yang


telah ditentukan di atas, maka Pemberi Tugas berhak untuk menentukan
bahwa pekerjaan penggantian, perbaikan atau pengeluaran bahan
dilaksanakan oleh orang lain atas biaya Kontraktor.

Barang-barang yang hilang karenanya, akibatnya ditanggung oleh


Kontraktor sepenuhnya.

PASAL 33 : CONTOH BAHAN

a. Semua bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam pekerjaan, minimal


harus dari jenis dan mutu yang sesuai dengan kontrak.

b. Atas biaya Kontraktor, semua contoh bahan yang akan digunakan harus
diajukan kepada Direksi untuk disetujui dan dicantumkan tanda-tanda.

c. Bilamana Direksi menganggap perlu, Kontraktor harus menyediakan


Surat Keterangan yang menjamin bahwa bahan-bahan yang digunakan
memenuhi ada.

PASAL 34 : PENGUJIAN BAHAN & ALAT

a. Semua bahan, alat-alat dan perlengkapan yang akan diolah atau


dipasang pada bangunan, sebelum dipergunakan, dibeli atau dikirim jika
perlu harus diuji / ditest, diperiksa dan dinyatakan lulus dengan hasil baik
oleh Laboratorium yang diakui.

b. Segala pembiayaan/ongkos-ongkos pengujian bahan /alat menjadi beban


Kontraktor sepenuhnya.

c. Pemasangan dan penggunaan bahan/alat yang tidak sesuai dengan


persyaratan, petunjuk dan perintah Direksi atau contoh yang telah di-
setujui, maka bahan/alat tersebut akan ditolak, dan harus dibongkar atau
dikeluarkan atas perintah Direksi dengan segala risiko sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 35 : LAPORAN

a. Kontraktor wajib membuat Laporan Harian dalam rangkap 4 (empat),


yang isinya :
- taraf kemajuanB-14pekerjaan
- jumlah dan jenis bahan-bahan, peralatan - peralatan yang
didatangkan/dipakai/ditolak
- jumlah tenaga menurut jenis keahlian/jabatannya
- keadaan cuaca/hujan
- penungasan-penugasan/perintah-perintah Manajemen Konstruksi
- pekerjaan tambah-kurang dan sebagainya berdasarkan standard
formulir yang telah ditentukan.
- Laporan Harian harus diperiksa dan disetujui olehDireksi.

b. Berdasarkan laporan harian tersebut, bersama - sama Direksi dibuat


Laporan Mingguan, menurut standard formulir yang telah ditentukan.

- 2 (dua) set laporan mingguan dikirim kepada Pemberi Tugas.


- l (satu) set laporan mingguan dikirim kepada Direksi.
- l (satu) set laporan mingguan harus selalu berada di tempat
pekerjaan.

c. Kelalaian Kontraktor dalam menyampaikan laporan - laporan tersebut


dapat dikenakan sanksi berupa penundaan pembayaran.

d. Hasil - hasil dari laporan mingguan dibuatkan Bagan Kemajuan


Pekerjaan, untuk dapat diperbandingkan dengan Jadwal Waktu
Pelaksanaan (Rencana Kerja) yang telah diajukan pada saat permulaan
pekerjaan.

e. Disamping itu, Kontraktor wajib menyampaikan keterangan-keterangan


lainnya secara tertulis tentang pengaturan pelaksanaan pekerjaan,
peralatan konstruksi, administrasi pelaksanaan dan sebagainya, dalam
bentuk rencana kerja dua mingguan dan setiap diminta oleh Direksi.

PASAL 36 : RAPAT-RAPAT RUTIN

a. Kontraktor wajib menghadiri rapat berkala sekali seminggu dan setiap


dianggap perlu, dipimpin oleh Direksi.

Dalam rapat tersebut dibicarakan hal - hal yang menyangkut Koordinasi


pekerjaan, jalannya pekerjaan, baik mengenai bahan, peralatan, tenaga
kerja, keadaan cuaca, peristiwa- peristiwa khusus dan lain sebagainya.

Dalam rapat dibahas segala persoalan antara Kontraktor dan atau


Sub-Kontraktor dan atau Supplier dan Direksi bertempat di ruang Direksi
yang telah disediakan dan Kontraktor harus menyediakan konsumsi pada
setiap diadakan rapat dan juga jika sewaktu-waktu pemberi tugas dan
tamu-tamu yang berkepentingan atas pelaksanaan proyek hadir di
lapangan.

b. Risalah rapat disampaikan dan disahkan pada rapat berikutnya.

PASAL 37 : SHOP DRAWINGS, AS BUILT DRAWINGS DAN FOTO-FOTO

A. SHOP DRAWINGS

Shop drawings adalahB-15gambar kerja, yang disiapkan oleh


Kontraktor atau Sub-Kontraktor yang memberikan penjelasan pekerjaan
untuk terlaksananya pekerjaan pembangunan dengan sebaik-baiknya,
dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Dalam pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan tiga


rangkap gambar kerja kepada Direksi untuk diperiksa, gambar
tersebut harus disertai perhitungan dan catatan seperlunya untuk
mendapatkan persetujuan Direksi.

2. Setiap bagian pekerjaan atas dasar gambar kerja tidak boleh


dimulai sebelum Direksi mempelajari dan menyetujui ataupun
mengkoreksi gambar kerja yang bersangkutan.

3. Perbaikan yang tertera pada gambar kerja harus dianggap sebagai


perubahan yang diperlukan agar memenuhi persyaratan dalam
spesifikasi dan tidak dapat dijadikan dasar pekerjaan tambahan.

Kontraktor tidak dapat menuntut akan kerusakan atau


perpanjangan waktu karena kelambatan sebagai akibat membuat
perbaikan gambar kerja. Direksi hanya mempelajari gambar kerja
dilihat dari rencana umum saja.

Kontraktor tetap bertanggung jawab akan adanya kesalahan yang


terdapat di dalam gambar kerja.

B. AS BUILT DRAWINGS

Kontraktor atau Sub-Kontraktor diwajibkan untuk membuat


gambar-gambar "As-built drawing" sesuai dengan pekerjaan yang telah
dilakukan dilapangan secara kenyataan untuk kebutuhan pemeriksaan
dan maintenance dikemudian hari. Gambar-gambar tersebut diserahkan
ke pemberi tugas, setelah disetujui Direksi sebanyak 4
(empat)setberikutdengangambaraslinya. Persyaratan ini mengikat untuk
dikeluarkannya Berita Acara Penyerahan.

C. FOTO - FOTO

Kontraktor diharuskan menyediakan alat foto beserta perlengkapannya


termasuk film yang setiap saat bisa digunakan guna pengambilan
foto-foto dilapangan berkenaan dengan kemajuan tahap pekerjaan,
detail-detail yang akan ditutup, adanya bencana, dan sebagainya.
Kontraktor wajib meminta persetujuan Direksi untuk cara dan letak
pengambilan foto.

Hasil cetakan foto-foto tersebut harus disampaikan kepada Direksi


sebanyak 3 (tiga) set berikut negatipnya.

PASAL 38 : PEKERJAAN PERSIAPAN

A. PEMBERSIHAN LAPANGAN

1. Sebelum pengukuran/dimulainya pekerjaan, tapak proyek harus


dibersihkan dariB-16sisa- sisa bekas bongkaran, puing-puing
dan segala sesuatu yang tidak diperlukan atau dapat mengganggu
jalannya pekerjaan.

2. Segala macam barang bekas bongkaran harus dikeluarkan dari


tapak proyek, selambat- lambatnya sebelum pekerjaan galian
tanah dimulai, dan tidak diperkenankan untuk menimbunnya di luar
pagar proyek.

B. PENGUKURAN

1. Kontraktor harus mengadakan pengukuran kembali terhadap tapak


proyek dengan teliti, disaksikan oleh Direksi Lapangan, untuk
mengetahui batas-batas tapak, peil/ketinggian tanah, dan
bangunan yang tidak akan dibongkar (jika ada) dengan
menggunakan alat-alat waterpass dan theodolith.

2. Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan keadaan lapangan


sebenarnya, maka Direksi Lapangan akan mengeluarkan
keputusannya tentang hal tersebut. Dan Kontraktor wajib
melakukan penggambaran kembali tapak proyek, lengkap dengan
keterangan mengenai peil/ketinggian tanah, batas-batas dan
sebagainya.

3. Ukuran-ukuran pokok dari pekerjaan dapat dilihat dalam gambar.


Ukuran-ukuran yang tidak tercantum, tidak jelas atau saling
berbeda, harus segera dilaporkan kepada Direksi Lapangan.
Apabila dianggap perlu, Direksi Lapangan berhak memerintahkan
kepada Kontraktor untuk merubah ketinggian, letak atau ukuran
suatu bagian pekerjaan.

4. Semua ketepatan pekerjaan pengukuran dan sudut siku-siku harus


terjamin dan diperhatikan ketelitian yang sebesar- besarnya
dengan mempergunakan alat-alat waterpass dan theodolith.
Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh
Direksi Lapangan.

Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru, adalah


menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

C. PEMBUATAN TUGU PATOKAN DASAR

1. Letak tugu patokan dasar ditentukan oleh Direksi Lapangan dan


dibuat oleh Kontraktor.

Terbuat dari beton bertulang dengan penampang 20 x 20 cm2


tertanam kuat sedalam 1 m kedalam tanah dengan bagian yang
muncul diatas muka tanah secukupnya untuk memudahkan
pengukuran selanjutnya.

2. Pada tugu patokan dasar dicantumkan letak pile ± 0.00 yaitu 70-80
cm diatas permukaan jalan raya (pada as nya).
B-17
Ukuran-ukuran ketinggian yang utama adalah :

- Permukaan lantai bangunan ± 0.00 sama dengan pile lantai


bangunan pabrik yang ada.
- permukaan jalan raya - 0,80
- permukaan jalan koleks + tempat parkir - 0,10

3. Kontraktor bertanggung jawab atas keutuhan tugu patokan dasar


tersebut beserta seluruh tanda-tandanya, sampai ada perintah
tertulis dari Direksi Lapangan untuk membongkarnya.

D. PEMBUATAN BOUWPLANK

1. Bouwplank dipasang pada patok yang kuat, tertanam tanpa


bergerak. Terbuat dari papan borneo atau sejenisnya, ukuran 3/20
lurus dan diserut rata pada sisi atasnya.

2. Tinggi sisi atas bouwplank harus sama satu sama lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh Direksi Lapangan.

Papan bouwplank dipasang sejauh 200 cm dari as dinding terluar.

3. Setelah selesai pemasangan bouwplank, kontraktor harus


melaporkan kepada Direksi Lapangan untuk dimintakan
persetujuannya.

4. Bouwplank tidak boleh terganggu oleh tanah galian apapun benda-


benda lainnya.

E. PEMBAGIAN HALAMAN DAN PAGAR SEMENTARA

1. Kontraktor harus merundingkan terlebih dahulu dengan Direksi


Lapangan, mengenai pembagian halaman pekerjaan untuk tempat
penimbunan barang-barang, ruangan Direksi, los kerja dan
sebagainya.

2. Kontraktor harus menyediakan jalan masuk dan fasilitas-fasilitas lain


yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.

3. Kontraktor harus mendirikan pagar sementara pada batas-batas


yang mengelilingi tapak, dengan tinggi 180 meter terbuat dari seng
gelombang dicat dipasang pada tiang dan rangka kayu dan diberi
pondasi setempat.

4. Pagar tersebut harus dipelihara keutuhannya selama


pembangunan dan dibongkar hanya atas persetujuan Direksi
Lapangan, untuk selanjutnya menjadi milik Kontraktor.

F. PENGADAAN UTILITAS

1. Kontraktor harus mengadakan sumber air bersih untuk keperluan


pelaksanaan pekerjaan, termasuk pompa dan reservoir/bak air
3
berukuran B-18sekurang-kurangnya .......... (..........) m
yang senantiasa terisi penuh.

Air harus selalu bersih, bebas dari lumpur, minyak dan


bahan-bahan kimia lainnya yang merusak.

2. Kontraktor harus mengadakan fasilitas listrik dengan daya


sekurang-kurangnya ......... (..........) KVA dan berasal dari
.................

3. Kontraktor harus membuat saluran pembuangan air hujan, septic


tank sementara dan lampu- lampu penerangan.

4. Semua biaya pengadaan utilitas, termasuk pemasangan telpon


(jika perlu) dan lain-lain menjadi tanggungan Kontraktor.

G. RUANGAN DIREKSI

Kontraktor harus menyediakan untuk Direksi di lapangan, suatu kantor


sementara beserta peralatannya, dengan persyaratan sebagai berikut :

* Ukuran/luas Ruangan : - Ruang rapat 20 m2


- Kamar mandi/WC 3m2

* Konstruksi : Rangka kayu


Lantai adukan semen
Dinding triplex
Pintu triplex
Jendela kaca
Penutup atap asbes gelombang

* Fasilitas : Air dan penerangan listrik

* Furniture : 1 meja rapat 8 orang + kursi


1 meja gambar (lokal) + kursi
1 papan tulis + alat penulis/ penghapus
berukuran 60 x 120 (white board)
1 lemari yang dapat dikunci (filing cabinet 3
laci)
1 rak arsip gambar (bahan multiplex)

* Sebelum Kontraktor membangun ruangan Direksi ini, terlebih dahulu


harus mengajukan gambar rencananya kepada Direksi Lapangan
untuk mendapatkan persetujuannya.

* Kontraktor harus membersihkan dan menjaga keamanan dari kantor


tersebut beserta peralatannya.

H. RUANGAN KONTRAKTOR, LOS KERJA DAN GUDANG

1. Kontraktor harus membangun kantor, los kerja dan gudang di


lapangan, sesuai dengan kebutuhan dan tidak mengabaikan
keamanan, kebersihan serta bahaya kebakaran.

2. Terlebih dahuluB-19Kontraktor harus mengajukan gambar


rencana dari ruangan-ruangan tersebut kepada Direksi Lapangan
untuk mendapatkan persetujuannya.

Letak ruangan Kontraktor harus cukup dekat dengan ruangan


Direksi.

3. Kontraktor harus menyediakan papan pemberitahuan di tempat


yang strategis dengan bentuk, ukuran dan letak yang disetujui oleh
Direksi Lapangan.

4. Kontraktor harus menjamin perlindungan dari kerusakan terhadap


bahan-bahan dan peralatan guna kepentingan pekerjaan, baik
yang disimpan dalam gudang maupun yang berada di halaman.

B-20
BAB III : SPESIFIKASI TEKNIK PEKERJAAN ARSITEKTUR

BUKAN PEKERJAAN FINISHING

PASAL 1 : PEKERJAAN PENDAHULUAN

PEKERJAAN PENGUKURAN DAN PEMATOKAN

a. Pengukuran Tapak Kembali

- Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan


penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan
dilengkapi keterangan - keterangan mengenai peil
ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah
dengan alat-alat yang sudah ditera kebenaran nya.

- Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan


keadaan lapangan yang sebenarnya harus segera
dilaporkan kepada Direksi untuk diminta keputusannya.

- Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan


dengan alat-alat waterpas/theodolith yang ketepatannya
dapat dipertanggung jawabkan.

- Kontraktor harus menyediakan theodolith / waterpas beserta


petugas melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan
Direksi selama pelaksanaan proyek.

- Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara


azas segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk
bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi.

- Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk


tanggungan Kontraktor.

b. Tugu Patokan Dasar

- Letak dan jumlah tugu patokan dasar ditentukan oleh


Direksi.

- Tugu patokan dasar dibuat dari beton bertulang,


berpanampang sekurang-kurangnya 20 x 20 cm tertancap
kuat kedalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang
menonjol di atas muka tanah secukupnya untuk
memudahkan pengukuran selanjutnya dan
sekurang-kurangnya setinggi 40 cm di atas tanah.

C-21
- Tugu patokan dasar dibuat permanent, tidak bisa dirubah,
diberi tanda peil + 0.00 dan as bangunan yang jelas dan
dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Direksi
untuk membongkarnya.

- Segala pekerjaan pembuatan dan pemotongan termasuk


tanggungan Kontraktor.

c. Papan Dasar Pelaksanaan (Bouwplank)

- Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kasau


Meranti 5/7, tertancap di tanah sehingga tidak bisa
digerak-gerakkan atau dirubah-rubah, berjarak maksimum
1,5 meter satu sama lain.

- Papan patok ukur dibuat dari kayu Meranti, dengan ukuran


tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi
sebelah atasnya (waterpas).

- Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan
lainnya, kecuali dikehendaki lain oleh Direksi.

- Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 200 cm dari as


pondasi terluar.

- Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan


Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi.

- Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan termasuk


tanggungan Kontraktor.

PASAL 2 : PEKERJAAN TANAH

a. Pekerjaan Persiapan

- Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan


alat-alat dan pengangkutan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan semua "pekerjaan tanah", seperti tertera
pada gambar rencana dan spesifikasi ini, termasuk tetapi
tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut :
Semua pembersihan dan penebasan/pembabatan, galian
dan urugan untuk bangunan atau jalan seperti yang
ditentukan oleh Direksi/Pengawas.

- Umum

Pembersihan, penebasan/pembabatan dan persiapan


daerah yang akan dikerjakan.

C-22
1. Pada umumnya, tempat-tempat untuk bangunan
dibersihkan penebasan/pembabatan harus dilaksanakan
terhadap semua belukar, sampah yang tertanam dan
material lain yang tidak diinginkan berada dalam daerah
yang akan dikerjakan, harus dihilangkan, ditimbun dan
kemudian dibakar atau dibuang dengan cara- cara yang
disetujui oleh Direksi/Pengawas.

Semua sisa-sisa tanaman seperti akar-akar,


rumput-rumput dan sebagainya, harus dihilangkan
sampai kedalam 0,50 m dibawah tanah dasar/
permukaan. Batu atau lain material yang sejenis, jika ada
harus pula dihilangkan sampai kedalaman 0,50 m
dibawah tanah dasar/permukaan pada daerah taman,
kecuali jika tidak dapat dilakukan penghilangan batu-batu
tersebut dan 0,50 m dibawah tanah dasar yang sudah
mengeras.

2. Semua daerah urugan, harus dipadatkan, baik urugan


yang telah ada maupun terhadap urugan yang baru.
Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan atau
bahan - bahan yang dapat menimbulkan pelapukan
dikemudian hari.

3. Pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan


(bowplank) termasuk pekerjaan kontraktor dan harus
dibuat dari kayu jenis Meranti atau setaraf dengan tebal
3 cm dengan tiang dari kaso 5/7 atau dolken berdiameter
8-10 cm. Pemasangan harus kuat dan permukaan
atasnya rata dan sipat datar (waterpas).

4. Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk


tanggungan kontraktor.

5. Pemborong harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang


masa pelaksanaan berikut ahli ukur yang
berpengalaman dan setiap kali apabila dianggap perlu
siap untuk mengadakan pengukuran ulang.

b. Galian

- Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan galian harus memenuhi syarat-syarat seperti


yang ditentukan dalam gambar. Kontraktor harus menjaga
supaya tanah dibawah dasar elevasi seperti pada gambar
rencana atau yang ditentukan oleh Direksi/Pengawas, tidak
terganggu, jika terganggu Kontraktor harus menggalinya
dan mengurug kembali lalu dipadatkan seperti yang
ditentukan oleh Direksi/Pengawas.

C-23
- Syarat-syarat Pelaksanaan

1. semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar


dan syarat-syarat yang ditentukan menurut keperluan.

2. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada


dasar setiap galian masih terdapat akar-akar tanaman
atau bagian- bagian gembur, maka ini harus digali keluar
sedang lubang-lubang tadi diisi kembali dengan pasir.

3. Terhadap kemungkinan adanya air didasar galian, baik


pada waktu penggalian maupun pada waktu pekerjaan
pondasi harus disediakan pompa air atau pompa lumpur
yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk
menghindari terkumpulnya air.

4. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap


dinding tepi galian agar tidak longsor dengan
memberikan suatu dinding penahan atau penunjang
sementara atau lereng yang cukup.

5. Juga kepada Kontraktor diwajibkan mengambil langkah-


langkah pengamanan terhadap bangunan lain yang
berada dekat sekali dengan lubang galian yaitu dengan
memberikan penunjang sementara pada bangunan
tersebut sehingga dapat dijamin bangunan tesebut tidak
akan mengalami kerusakan.

6. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan


galian, setelah mencapai jumlah tertentu harus segera
disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat
yang dianggap perlu dan atas petunjuk Direksi/-
Pengawas.

7. Bagian-bagian yang akan diurug kembali harus diurug


dengan tanah yang bersih, bebas dari segala kotoran
dan memenuhi syarat-syarat sebagai tanah urug.

Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan


penimbrisan lubang-lubang galian yang terletak didalam
garis bangunan harus diisi kembali dengan pasir urug
yang diratakan dan di airi serta dipadatkan sampai
mencapai 100% kepadatan kering maksimum yang
dibuktikan dengan test laboratotium.

8. Perlindungan terhadap benda-benda berfaedah.


Kecuali ditunjukkan untuk dipindahkan, seluruh
barang-barang berharga yang mungkin ditemui di
lapangan harus dilindungi dari kerusakan, dan bila
sampai menderita kerusakan harus direparasi/diganti
oleh kontraktor atas tanggungannya sendiri.

C-24
Bila suatu alat atau pelayanan dinas yang sedang
bekerja ditemui di lapangan dan hal tersebut tidak tertera
pada gambar atau dengan cara lain yang dapat diketahui
oleh kontraktor dan ternyata diperlukan perlindungan
atau peminda-han, kontraktor harus bertanggung jawab
untuk mengambil setiap langkah apapun untuk menjamin
bahwa pekerjaan yang sedang berlangsung tersebut tak
terganggu.

Bila pekerjaan pelayanan umum terganggu sebagai


akibat pekerjaan kontraktor, kontraktor harus segera
mengganti kerugian yang terjadi yang dapat berupa
perbaikan dari barang yang rusak akibat pekerjaan
kontraktor.

Sarana yang sudah tak bekerja lagi yang mungkin


ditemukan dibawah tanah dan terletak di dalam lapangan
pekerjaan harus dipindahkan keluar lapangan ketempat
yang disetujui oleh Direksi atas tanggungan kontraktor.

c. Urugan dan Pemadatan

- Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja,


bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan demi terlaksananya pekerjaan ini dengan
baik.

2. Pekerjaan galian ini meliputi seluruh detail yang


disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai
petunjuk Direksi.

3. Seluruh sisa penggalian yang tidak terpakai untuk


penimbunan dan penimbunan kembali, juga seluruh
sisa-sisa, puing-puing, sampah-sampah harus
disingkirkan dari lapangan pekerjaan.

Seluruh biaya untuk ini adalah tanggung jawab


kontraktor.

- Bahan-bahan

1. Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka


minimum 10 cm padat (setelah disirami, diratakan dan
dipadatkan) di bagian atas dari urugan di bawah plat-plat
beton bertulang, beton rabat dan pondasi-pondasi
dangkal terdiri dari urugan pasir padat.

C-25
2. Dibawah lapisan pasir tersebut urugan yang dipakai
adalah dari jenis tanah silty clay yang bersih tanpa
potongan-potongan bahan- bahan yang bisa lapuk serta
bahan batuan yang telah dipecah-pecah dimana ukuran
dari batu pecah tersebut tidak boleh lebih besar dari 15
cm.

3. Konsultan mengaharuskan agar supaya semua urugan


bahan keras hanya teridiri dari mutu yang terbaik yang
dapat diperoleh.

- Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Semua bagian / daerah urugan dan timbunan harus


diatur berlapis sedemi-kian, sehingga dicapai suatu
lapisan setebal 15 cm dalam keadaan padat.

Tiap lapis harus dipadat-kan sebelum lapisan berikutnya


diurug.

2. Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus


dipadatkan dengan alat pemadat/compactor "vibrator
type" yang disetujui oleh Direksi.

Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan


lapangan tidak kurang dari 95% dari kepadatan
maksimum hasil laboratorium.

3. Kepadatan maksimum terha-dap kadar air optimum dari


percobaan Proctor :

Pemborong harus melaksa-nakan penelitian kepada-tan


maksimum terhadap kadar air optimum minimal satu kali
untuk setiap jenis tanah yang dijumpai dalam tabung
gelas atau plastik untuk bukti penunjukan/referensi dan
diberi label yang berisi-kan nomor contoh, kepadatan
kering maksimum dan kadar air optimumnya.

Penelitian harus mengi-kuti prosedur yang umum


dipakai yaitu ASTM D-1557-70.

4. Pengeringan / pengaliran air harus diperhatikan selama


pekerjaan tanah supaya daerah yang dikerjakan
terjamin pengaliran airnya.

5. Material berbatu. Apabila material urugan mengandung


batu-batu, tidak dibenarkan batu-batu yang besar
bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi
dengan batu-batu kecil dan tanah yang dipadatkan

C-26
6. Pembuangan material yang berlebih.
Kelebihan material galian harus dibuang oleh kon-traktor
ketempat pembu-angan yang ditentukan oleh Direksi.

7. Bahan galian untuk me-ngisi ditempat lain


Jika material galian tidak cukup, material tambahan
harus didatangkan dari tempat lain, tanpa tambahan
biaya.

- Pengujian Mutu Pekerjaan

1. Direksi harus diberi-tahu bila penelitian di lapangan


sudah dapat dilaksanakan untuk menentukan kepadatan
relatif yang sebenarnya di lapangan.

2. Jika kepadatan di lapangan kurang dari 95 % dari


kepadatan maksimum, maka kontraktor harus
memadatkan kembali tanpa biaya tambahan sampai
memenuhi syarat kepadatan, yaitu tidak kurang dari 95
% dari kepadatan maksimum dilaboratorium.

Penelitian kepadatan di lapangan harus mengikuti


prosedur ASTM D-1556-70 atau prosedur lainnya yang
disetujui Direksi.

Semua biaya untuk pemeriksaan di laboratorium


menjadi beban kontraktor.

PASAL 3 : PEKERJAAN PERKERASAN LANTAI

A. UMUM

Sebelum mengadakan pembelian, pengiriman, pemasangan,


Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan pekerjaan
pasangan pada Direksi Lapangan untuk memperoleh per-
setujuannya; contoh harus mencerminkan mutu, texture, warna
dan kekuatan bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan.
Semua pekerjaan pasangan ini harus menurut ketentuan-
ketentuan yang berlaku.

B. PASANGAN BATU ALAM

1. Teknik Pemasangan Batu Alam


Banyak orang meremehkan pemasangan batu alam. Rata-
rata tukang yang belum pernah memasangnya selalu
menyanggupi apabila diminta memasang. Mereka
beranggapan cara memasang batu alam sama dengan
memasang keramik. Ternyata hasilnya tidak jarang
menjadi sangat mengecewakan. Padahal pemilik rumah
telah menghabiskan banyak uang untuk membeli batu
C-27
alam. Berikut ini ada beberapa teknik pemasangan batu
alam yang baik, antara lain:
a. Presisi batu alam rata-rata rendah, bisa melenceng 5
mm-1 cm. Maksudnya ukuran 20 x 40 cm, ternyata
menjadi 19,5 x 40,8 cm atau malah mendekati bentuk
jajaran genjang. Apabila dipasang oleh orang yang
tidak ahli maka hasilnya menjadi kurang bagus. Karena
itu mereka harus terlebih dahulu mengelompokkan
ukuran batu dan memotongnya agar tidak melenceng
jauh. Karena itu tukang pasang yang pengalaman pasti
akan menyediakan mesin potong.

b. Sebelum dipasang, sebaiknya batu alam direndam


dalam air. Sebab batu alam memiliki pori-pori yang
besar sehingga bila ditempel langsung biasanya
mudah lepas.

c. Batu alam relatif berat, sehingga dibutuhkan semen


yang relatif banyak dan sebaiknya gunakan semen
khusus atau semen instan, mutu pasir yang baik, dan
gunakan air yang bersih. Makin rendah mutu adukan
mengakibatkan makin mudah batu tersebut lepas. Juga
perhatikan agar adukan semen merata diaplikasikan
pada permukaan batu yang akan ditempelkan, jangan
hanya di bagian tengah saja.

d. Jangan meninggalkan bekas semen di permukaan batu


sampai kering. Ingat bahwa batu mempunyai sifat
porous (menghisap). Apabila semen tertinggal di
permukaan sampai kering, maka hampir mustahil untuk
total menghilangkannya. Orang berpikir akan mudah
membersihkannya dengan cairan kimia seperti porstek
atau H2S. Untuk cairan yang sudah meresap ke dalam
batu tidak dapat dihilangkan terkecuali mengikisnya
yang berarti permukaan batu tersebut ikut terkikis.

e. Ini juga bukan pekerjaan yang mudah dan murah.


Biasakan setiap selesai bekerja, permukaan batu
dibersihkan cukup dengan air.

e. Setelah pemasangan, sikat permukaan batu alam dan


keringkan. Lalu lapisi dengan cairan coating. Apabila
sering terkena air permukaan batu akan anti jamur dan
lumut serta mengkilat sampai setengah tahun. Jika
selalu kering tentunya akan tahan lebih lama lagi.

C-28
C. PASANGAN KERAMIK LANTAI /HT

a. Lingkup Pekerjaan

- Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja,


bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang baik.

- Pekerjaan keramik ini meliputi seluruh detail yang


disebutkan / ditunjukkan dalam gambar atau sesuai
petunjuk Direksi diantaranya pemasangan keramik HT
pada area kolam renang.

b. Persyaratan Bahan

- Spesifikasi :

1. Jenis : Keramik HT
2. Produksi : Roman atau setara
3. Ketebalan : Minimum 7 mm
4. Bahan Pengisi siar : Semen berwarna
5. Bahan perekat : Adukan 1 PC : 3 Pasir
6. Warna : Sesuai gambar
7. Ukuran : Sesuai gambar

- Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan


peraturan-peraturan ASTM, Peraturan Keramik
Indonesia (NI- 19).

- Bahan-bahan yang dipakai sebelum dipasang terlebih


dahulu harus diserahkan contoh-contohnya untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi.

- Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan


persyaratan teknis- operatif dari pabrik sebagai informasi
bagi Direksi.

- Material lain yang tidak terdapat pada daftar diatas,


tetapi dibutuhkan untuk penyelesaian/penggantian
pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas terbaik
dari jenisnya dan harus disetujui Direksi.

c. Syarat-syarat Pelaksanaan

- Siar-siar keramik diisi dengan cairan semen yang


berwarna yang warnanya akan ditentukan kemudian.
Lebar siar 0,5 cm.

- Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong


khusus untuk itu sesuai petunjuk pabrik.

C-29
- Pemasangan harus dilakukan oleh seorang ahli yang
berpengalaman dalam pemasangan keramik.

- Bidang dasar keramik harus benar- benar rata dan


garis-garis siar-siar harus benar-benar lurus dan siku
diarah horizontal & vertikal dengan batas toleransi yang
diijinkan.

- Awal pemasangan keramik pada bidang lahan dan


kemana sisa ukuran harus diadakan, harus dibicarakan
terlebih dahulu dengan Direksi sebelum pekerjaan
pemasangan dimulai. Kontraktor diwajibkan membuat
shop-drawing sebelum pelaksanaan.

- Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari


segala macam noda-noda yang melekat.

- Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu


harus direndam air sampai jenuh.

D. PEMASANGAN TERASO COR

a. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pekerjaan pemasangan teraso cor untuk di area
plaza, basement dan roof garden atau yang sesuai dengan
yang tertera pada gambar konstruksi.

b. Persyaratan bahan
Biasanya bahan yang di gunakan adalah batu marmer/
granit, batu padalarang, batu Lampung, batu Sukabumi,
batu Tulungagung. batu untuk teraso dapat ditukar dengan
kulit kerang atau oleh kaca sehinggga diperoleh efek kilap.
Agar dapat digunakan untuk bahan teraso, batu ini terlebih
dahulu dilakukan proses penggilingan sehingga diperoleh
ukuran kecil relatif sama.

c. Semen yang digunakan harus memenuhi syarat NI-8 type I


menurut ASTM atau S – 400 menurut standart Portland
Cement. Jenis semen yang dipilih dari produk Semen Tiga
Roda, Gresik atau yang setara yang telah disetujui oleh
Project Officer. Penyimpanan harus di tempat yang kering,
rapat air dan terangkat dari tanah.

d. Pasir yang dipilih dari jenis pasir pasang yang kasar, tajam
dan bebas dari tanah liat/ lumpur atau campuran lain. Pasir
ini harus mempunyai gradasi ukuran dan bentuk yang sama
sesuai persyararatan NI-3 pasal 1 dan NI-2 bab 3.3

e. Air yang digunakan harus bersih dari minyak, garam alkali


dan bahan organic

f. Semua material yang akan digunakan harus mendapat


persetujuan dari Manajer Konstruksi sebelumnya.Contoh
C-30
bahan dan material harus ditunjukkan dan diserahkan untuk
mendapat perstujuan dari Manajer Konstruksi.

TATA CARA PELAKSANAAN

a. Untuk pemasangan teraso cor ditempat dengan ketebalan


2 cm mesti berada di atas lantai kerja dengan ketebalan
minimal 5 cm, lantai kerja yakni campuran beton (rabat
beton).

b. Sesudah lantai kerja tersedia baru kita cor teraso dengan


ketebalan 2 cm, dimana campuran teraso ini terdiri dari
campuran semen & batu dengan komposisi per meter
persegi yaitu 20 kg buat semen & 35 kg utk batu teraso,
diratakan & dibiarkan selama kurang lebih 7 hari sebelum
dilakukan pemolesan.

c. Untuk menghindari keretakan terhadap lantai teraso cor


ditempat kita dapat memakai nat atau lis dari beragam
bahan contohnya lis alumunium, lis kuningan, lis stainless
steel atau dari bahan kaca sekalipun.

d. Apabila lantai teraso telah cukup kering lakukan


pemolesan dengan memanfaatkan mesin poles agar lantai
teraso nampak lebih mengkilat & bersih. Namun apabila
anda memilih selera lebih natural bisa dipoles sampai
tingkat hone (matte).Tuang batu ke atas permukaan mortar,
yang masih setengah basah dan rata. Kemudian
semprotkan bahan retarder ke atasnya.

E. PASANGAN LANTAI KAYU ARTIFISIAL (CONWOOD)

a. Syarat dan Kondisi

1. Conwood adalah material dekorasi, tidak disarankan


digunakan sebagai material structural dalam kondisi
apapun.
2. Demi alasan keselamatan, pasanglah selalu papan
tambahan untuk pemasangan conwood deck 12” diatas
struktur rangka dengan ketinggian lebih dari 50 cm di
atas permukaan tanah ( dari titik 0.00)
3. Jangan memasang conwood di area yang baah terus
menerus.
4. Pada saat melakukan pengecatan ( finishing) mengikuti
standarisasi dari produsen cat yang disarankan.
b. Tehnik

1. Pada saat merancang bangunan dengan ketinggian


lebih dari 23 m, dipertimbangkan untuk ketahanan
angin.
2. Conwood adalah material dekorasi sehingga setiap
pemasangan conwood harus terpasang pada structural
(rangka / beton )

C-31
3. Penting untuk menambahkan rangka pada areal
sambungan. Dimana berfungsi agar dapat di sekrup
lebih dari 2.5 cm.
4. Pada area sambungan harus diberi jarak 3 – 5 mm
untuk menghindari kerusakan / keretakan pada area
sambungan.

c. Aplikator

1. Gunakan ukuran rangka yang sesuai dengan aplikasi


dan standart yang digunakan.
2. Jarak sekrup dari ujung panel (tepian ) minimal 2.5 cm,
hal ini untuk menghindari retak.
3. Penting untuk menambahkan rangka pada areal
sambungan. Dimana berfungsi agar dapat di sekrup
lebih dari 2.5 cm.
4. Penggunaan rangka kayu disarankan menggunakan
paku berbentuk “T” (T-Head).
5. Penggunaan rangka :
5.1 Berikan lapisan anti karat ( coating ) sebelum
melakukan pemasangan conwood.
5.2 Penggunaan rangka kayu, disarankan kayu sudah
kering sepenuhnya dan sudah bebas rayap.
6. Pemotongan dapat menggunakan gergaji tangan atau
gergaji mesin dan menggunakan mata pisau untuk
keramik/beton.
7. Gunakan alat – alat perlindungan seperti masker dan
sarung tangan pada saat pemotongan.
8. Area sambungan hanya ditutupi dengan sealant PU.
9. Dilarang menggunakan bahan dasar gypsum untuk area
sambungan dan lubang skrup.
10. Angkat dan pindahkan material di posisi yang aman
dengan tenaga kerja yang cukup untuk menghindari
kecelakaan.
11. Konsultasikan dengan team Tehnikal Conwood untuk
pemasangan dengan fungsi yang berbeda, guna
menghindari kerusakan pada saat pemasangan.

d. Peringatan

1. Gunakan conwood hanya sebagai material dekorasi


seperti plafon, dinding, lantai dan decorative.

e. Pemasangan

1. Bersihkan area yang akan dipasang, pastikan kering


dan sudah diaci dengan level yang baik. Beton lantai
sudah kering sepenuhnya.
2. Untuk pemasangan eksterior dibuat kemiringan/sloop
untuk menghindari air menggenang.

C-32
3. Gunakan bor kayu atau beton ukuran 3 mm dan buat
lubang dengan jarak 2.5 cm dari pinggiran dan setiap
jarak 50 cm untuk selanjutnya. Pengeboran ini hanya
sebagai penanda posisi plug skrup ( fischer).
4. Angkat papan dan tandanya akan terlihat,lalu gunakan
bor semen No. 6 mm untuk membuat lubang sedalam 3
cm di lantai semen.
5. Masukkan plastic plug/ Fischer s6 pada setiap titik yang
sudah dibor.
6. Susun kembali conwood decorative deck. Lalu buat
lubang oversink dengan bor 8.5 mm sedalam 5mm. Lalu
pasang sekrup dan tutup bekas oversink tersebut
dengan semen.

F. STAMP CONCRETE
Metode Pelaksanaan Stamped / Pattern Concrete

a. Pembersihan dan Pengecekan Lantai Kerja :


Pembersihan dan pengecekan kondisi lantai kerja beton
sebagai perkerasan dibawah Stamped / Pattern Concrete
merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Dasar tanah
dibawah lantai kerja sudah harus padat. Penambahan
material makadam atau pasir urug akan memperkuat
perkerasan jika diperlukan. Pengukuran ulang lahan akan
diperiksa terhadap gambar kerja yang diberikan.
b. Pemasangan Bekisting dan Pembesian : Bekisting
dipasang di area kerja disesuaikan dengan pola yang
diinginkan. Bekisting dibuat dari bahan yang kuat dan
lentur sehingga dapat membentuk pola yang diinginkan
seperti kaso dan triplek. Pembesian dengan menggunakan
wiremesh digelar di area kerja yang telah dibatasi dengan
bekisting pada posisi mengambang dengan menggunakan
beton pengganjal. Cetakan tambahan dengan
menggunakan besi beton akan disiapkan pula jika
diperlukan. Lahan siap untuk pengecoran dengan beton
Ready-Mix. Mutu beton disesuaikan dengan peruntukkan.
c. Pengecoran Beton :Beton Ready-Mix dituang dilokasi dan
dilevel sesuai dengan elevasi setempat. Beton dipadatkan
seperti biasa dan diratakan (screeding) menggunakan alat
bantu aluminum yang tidak mudah melengkung. Biarkan
beton curing secukupnya; tergantung keadaan cuaca saat
pengecoran, semakin panas cuacanya, proses curing akan
semakin cepat.
d. Pewarnaan Beton dan Pengecapan : Dalam keadaan
beton setengah setting dan telah diratakan, tebar Colour
Hardener diatas beton kemudian diratakan kembali
sehingga warna hardener tercampur rata dan masuk ke
dalam permukaan beton yang setengah basah. Tebaran
Colour Hardener masih akan diulang pada bagian beton
yang masih belum tertutup warna dengan sempurna.
Colour Hardener berfungsi sebagai warna utama beton
dan juga sebagai addictive yang mampu menaikan mutu
beton, Setelah beton tertutup Colour Hardener secara
merata, Release Agent ditebarkan secara sedikit-sedikit
diatasnya dan tidak diratakan. Release Agent berfungsi
C-33
sebagai warna efek sehingga penggunaannya hanya
sebatas untuk tambahan. Ukuran tebaran untuk Release
Agent adalah 0,2kg / 1m2. Kemudian permukaan beton
siap untuk dicap sesuai pola / tekstur yang diinginkan
dengan menggunakan cetakan motif. Pengecapan beton
dapat dilakukan jika tingkat kekeringan beton telah
mencapai +/- 80%.
e. Pengeringan : Setelah proses pengecapan selesai,
permukaan akan ditutup dengan plastik cor dan tidak boleh
dilewati sampai dengan beton berumur cukup keras untuk
diakses. Sebaiknya umur beton adalah 28 hari.
f. Pembersihan dan Aplikasi Sealer / Coating : Setelah
beton mengering dan cukup umur, lalu cuci beton dengan
air, sedikit sabun dan sikat secara manual atau cuci
dengan water pressure hingga permukaan beton dianggap
bersih.
Permukaan beton yang masih basah didiamkan agar
kering dengan sendirinya. Setelah kering sempurna, Sealer
/ Coating akan diaplikasikan pada permukaan beton yang
sudah kering sehingga terlihat hasil beton yang berpola
dan berwarna. Demikian juga warna efek dari Release
Agent akan timbul dengan sendirinya. Tunggu 2 - 3 jam
sebelum permukaan beton yang sudah dilapisi Sealer /
Coating siap untuk dapat diakses.
g. Perawatan Stamped / Pattern Concrete : Tidak
diperlukan usaha yang terlalu rumit untuk perawat
permukaan Stamped / Pattern Concrete. Faktor
pertimbangan utama dalam hal perawatan umumnya
adalah lokasi perkerasan Stamped / Pattern Concrete itu
sendiri; apakah terletak di area indoor atau outdoor
(intensitas terkena panas dan hujan yang sering) dan
frekuensi lintasan benda yang bergerak di atasnya (pejalan
kaki atau mobil).
a. Area Indoor : Pada umumnya area indoor tidak
terlalu sering terkena sinar matahari langsung dan
biasanya warna serta kebersihan lebih terjaga.
Pembersihan permukaan cukup dengan air dingin
serta disikat ringan dengan sikat ijuk, sabun cuci
deterjen, dikeringkan dengan kain pembersih dan
sebaiknya dilakukan secara berkala. Pelapisan
ulang menggunakan Coating pada permukaan
beton baik dilakukan minimal 1 tahun sekali untuk
menjaga agar keindahan dan ketajaman warna
seperti sedia kala.
b. Area Outdoor :Seperti pada umumnya, area
outdoor lebih sering terkena matahari dan hujan
secara langsung sehingga perawatan terhadap
permukaan secara berkala mutlak diperlukan dan
jangka waktu pengulangan lapisan Coating adalah
per 6 bulan. Cara perawatan adalah sama, yaitu
pembersihan dengan air dingin dan disikat ringan
dengan sikat ijuk, sabun cuci deterjen, biarkan area
basah menjadi kering dengan sendirinya.
Pengulangan lapisan Coating mutlak dilakukan

C-34
untuk menjaga dan melindungi warna tidak cepat
pudar karena cuaca.
h. Frekuensi Lintasan : Frekuensi lintasan pada permukaan
adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
hal perawatan. Semakin banyak frekuensi lintasan; semakin
sering gesekan terjadi antara permukaan beton dan benda
gerak sehingga pelindung Sealer / Coating semakin cepat
terkikis oleh sebab itu perlu dilakukan perawatan rutin.
Untuk menjaga ketajaman dan keindahan warna pada
permukaan pattern concrete; pembersihan dan perawatan
harus selalu dilakukan.

PASAL 4 : PEKERJAAN PLESTERAN

a. Lingkup Pekerjaan

Semua plesteran permukaan pasangan dinding beton


ringan dan beton bertulang yang terlihat ataupun yang
diperlukan untuk difinish meliputi :

- Plesteran biasa (1:5)


- Plesteran kedap air (1:3)
- Plesteran halus (acian PC )

b .Persyaratan Bahan

- Semen memehuni syarat NI-8


Dipilih dari satu merk produk sedang pemilihan dari satu
merk mengikat untuk seluruh pekerjaan.

- Pasir dan kerikil dengan butir-butir tajam, keras, bersih dan


tidak mengandung bahan organis.

- Air tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam - garam,


bahan - bahan organis atau bahan yang dapat merusak
beton, baja tulangan dan jaringan kawat baja.

c. Persyaratan Pelaksanaan

- Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari


bahan yang digunakan, sesuai dengan petunjuk dan
persetujuan Direksi, dan persyaratan tertulis dalam Uraian
dan Syarat Pekerjaan ini.

- Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan


bidang beton atau pasangan dinding beton ringan telah
disetujui oleh Direksi sesuai Uraian dan Syarat Pekerjaan
yang tertulis dalam buku ini.

C-35
- Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua
petunjuk dalam gambar Arsitektur terutama pada gambar
detail dan gambar potongan mengenai ukuran
tebal/tinggi/peil dan bentuk profilnya.

- Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran


dalam volume, cara pembuatannya menggunakan mixer
selama 3 menit dan memenuhi persyaratan sebagai berikut
:

1. Untuk bidang kedap air, ( beton, pasangan dinding


beton ringan yang berhubungan dengan udara luar) dan
semua pasangan batu bata dibawah permukaan tanah
sampai ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 150
cm dari permukaan lantai untuk kamar mandi, WC/toilet
dipakai aduk plesteran 1 PC : 2 pasir.

2. Untuk aduk kedap air, harus ditambah dengan additive


plamix, ex MTCM atau yang setara dengan dosis 200 -
250 gram plamix, setiap 40 kg semen.

3. Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1


PC : 4 pasir.

4. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air


sampai mendapatkan campuran yang homogen, acian
dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari
(kering benar).

5. Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harusdisiapkan


sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan masih
segar dan belum mengering.
Diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk
perekat tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi
30 menit terutama untuk adukan kedap air.

6. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan


setelah selesai pemasangan instalasi pipa listrik dan
plumbing untuk seluruh bangunan.

7. Untuk beton sebelum di plester permukaannya harus


dibersihkan dari sisa-sisa bekisting dan kemudian di
ketrek (scrath) terlebih dahulu dan semua lubang-lubang
bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup
adukan plester.

8. Untuk bidang pasangan dinding beton ringan dan beton


bertulang yang akan difinish dengan cat dipakai
plesteran halus (acian di atas permukaan plesterannya).

9. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen


dengan memakai kedap air sampai setinggi permukaan
tanah atau lantai untuk bagian dalam bangunan.
C-36
Adukan yang digunakan untuk dinding daerah basah
seperti toilet, dapur, daerah cuci dan ruang mekanikal,
adalah campuran kedap air 1 PC : 2 Pasir sampai
ketinggian sesuai gambar.

10. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing)


pada permukaan plesterannya diberi alur-alur garis
horizontal untuk memberi ikatan yang lebih baik
terhadap bahan finishingnya, kecuali untuk yang
menerima cat.

11. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan


permukaan dinding/kolom yang dinyatakan dalam
gambar atau sesuai peil-peil yang diminta gambar.
Minimal tebal plesteran 2 cm, jika ketebalan melebihi 2
cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan
memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian
pekerjaan yang diijinkan Direksi/Perencana.

12. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya


yang bermutu dalam satu bidang datar harus diberi
naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm dalamnya 0,5
cm atau sesuai petunjuk gambar.

13. Untuk permukaan yang datar harus mempunyai


toleransi pelengkung atau pencembungan bidang tidak
boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika
melebihi maka Kontraktor berkewajiban
memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan
Kontraktor.

- Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan


berlangsung wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi
permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan
melindunginya dari terik panas matahari langsung dengan
bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara
cepat.

- Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak


baik, maka plesteran harus dibongkar kembali dan
diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi,
dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Kontraktor
harus selalu menyiram dengan air, sampai jenuh sekurang-
kurangnya 2 x setiap hari.

- Selama pemasangan dinding beton ringan/beton bertulang


belum difinish, Kontraktor wajib memelihara dan
menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran
bahan lain.
Setiap kerusakan yang terjadi, menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan wajib diperbaiki.

C-37
- Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan
sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

PASAL 5 : PEKERJAAN PENGECATAN

a. Lingkup Pekerjaan

- Persiapan permukaan yang akan diberi cat.

- Pengecatan permukaan dengan bahan - bahan yang telah


ditentukan.

- Pengecatan semua permukaan dan area yang tertera dalam


gambar dan yang tidak disebutkan secara khusus, dengan
warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk Perencana
dan Pengawas.

b.. Syarat – Syarat Pelaksanaan

- Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan


pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat
yang diperlukan. Bidang - bidang tersebut akan dijadikan
contoh pilihan warna, texture, material dan cara pengerjaan.
Bidang - bidang yang akan dipakai sebagai mockup ini akan
ditentukan oleh Perencana dan Pengawas.

- Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh


Pengawas dan Perencana , bidang - bidang ini akan dipakai
sebagai standard minimal keseluruhan pekerjaan
pengecatan.

c. Instaler diwajibkan mengikuti semua persyaratan teknis


aplikasi dari produsen tanpa terkecuali.

d. Apabila terjadi kerusakan baik yang terlihat maupun yang


tersembunyi dan tidak disebabkan oleh pemilik atau
pemakai maka Kontraktor wajib memperbaiki seluruh
pekerjaan yang rusak sampai dengan disetujui oleh
Perencana dan Pengawas dengan seluruh biaya
ditanggung Kontraktor.

CONTOH DAN BAHAN UNTUK PERAWATAN

a. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap


warna dan jenis cat pada lembaran Plywood atau papan
Gypsum ukuran 30x30 cm2. dan pada bidang - bidang
tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula

C-38
cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar s/d
lapisan akhir)

b. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada


Pengawas dan Perencana. Jika contoh - contoh tersebut
telah disetujui secara tertulis oleh Pengawas, barulah
Kontraktor melanjutkan membuat mock up seperti
tercantum pada poin 2.1 di atas.

c. Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas .untuk


kemudian akan diteruskan kepada Kanisius tiap warna dan
jenis cat yang dipakai sebanyak 5 % dari volume masing
masing atau atas persetujuan Pengawas . Kaleng-kaleng
cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan
dengan jelas identitas cat yang ada didalamnya. cat ini
akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan.

PEKERJAAN CAT DINDING

a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan


seluruh plesteran bangunan dan/atau bagian - bagian lain
yang ditunjukkan dalam gambar.

( Bahan yang digunakan lihat pada Material Reference ).

b. Untuk dinding luar

- Cat yang dipakai adalah ( SESUAI DENGAN ROOM


FINISH SCHEDULE )

c. Untuk dinding dalam

- Cat yang dipakai adalah ( SESUAI DENGAN ROOM


FINISH SCHEDULE )

d. Untuk dinding Ruang khusus (lihat Room Finish Schedule),


dipakai cat khusus yang tahan terhadap lembab, minyak
atau bahan kimia dan dapat di cuci.

e. Permukaan dinding harus kering minimal telah berusia 14 hari


bebas dari kotoran, debu, minyak, olie. Apabila permukaan
diding kadar alkalinya masih diatas PH 7 meskipun plesterran
telah cukup lama maka bidang diding tersebut harus dicuci
terlebih dahulu menggunakan larutan Asam HCL dengan
kadar 10 % kemudian bilas dengan air bersih dan biarkan
dinding mengering. Selanjutnya dinding dihampelas
permukaan selanjutnya bersihkan dengan air dan biarka
dinding mengering, jika terdapat pengkristalan/ pengapuran
bidang dinding tersebut haus dicuci dengan larutan
WASHING COMPOUND Ex Mowilex kemudian bilas dengan

C-39
air bersih sampai larutan tersebut tidak tersisa dan biarkan
mengering.

f. Aplikasikan Under Cout Tembok/ Alkali Resisting Primer Ex


Mowilex denga pengencer air bersih sebanyak 10 – 20 %
,aplikasikan 1 lapis sampai merata dengan kuas atao rol dan
biarkan mongering, apabila sampai tahap ini bidang dinding
masih timbul pengkristalan/ pengapuran maka bidang dinding
tersebut harus di coating 1 lapis dengan Wall Sealer Ex
Mowilex dan biarkan mengering.

g. Pekerjaan Cat Finishing dilaksanakan dengan kuas/rol


minimal sebanyak 3 (tigi) lapis atu sampai merata. Lapis
pertama dan kedua aplikasikan Cat dengan pengencer air
bersih 20 – 30 %, lapis ketiga aplikasikan Cat dengan
pengecer air bersih 10 - 20 %. Sampai dengan merata.

h. Untuk warna-warna yang sejenis, kontraktor diharuskan


menggunakan kaleng - kaleng dengan nomor pencampuran
(batch number) yang sama.

I Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan


bidang yang utuh, rata, sesuai yang diinginkan, tidak ada
bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap
pengotoran-pengotoran, atau menjadi cacat akibat pekerjaan
lanjutan.

PEKERJAAN CAT LANGIT - LANGIT.

a. Yang termasuk dalam pekerjaan cat langit- langit adalah langit-


langit gypsum, pelat beton, atau bagian-bagian lain yang
ditentukan dalam gambar.

b. Untuk plafond digunakan ( SESUAI DENGAN ROOM FINISH


SCHEDULE ).

c. Permukaan plafond harus kering bebas dari kotoran, debu,


minyak, olie, lemak dan kotoran kotoran lain.

d. Selanjutnya semua metode / prosedur cara aplikasi sama


dengan pengecatan dinding dalam pasal ini kecuali tidak
digunakannya lapis alkali resistance sealer pada pengecatan
langit-langit gypsum dan GRC Board.

e. Sambungan-sambungan gypsum harus diberi pita kertas


khusus agar tidak terlihat sebagai retakan sesudah di
finishing akhir.

PEKERJAAN FINISHING WOOD STAIN.

C-40
a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah seluruh bidang-bidang
pekerjaan kayu yang terlihat didalam bangunan termasuk
kosen, panil-panil, lis-lis, railing kayu, interior dan , serta
bagian-bagian lain yang ditentukan dalam gambar.

b. Semua permukaan kayu yang hendak difinish, dibersihkan dari


debu minyak dan kotoran yang mungkin melekat di situ.

c. Sesudah betul-betul bersih, digosok dengan amplas kayu no


180 searah dengan urat kayu , agar supaya seluruh permukaan
kayu rata dan licin, tidak lagi terdapat serat kayu yang tidak
rata pada permukaan kayu tersebut, selanjutnya bersihkan
dengan kain lap keing dan lembut.

d. Apabila seluruh permukaan kayu sudah licin aplikasikan lapis


pertama Wood Stain Ultran Lasur Ex Mowilex dengan kuas 1
lapis sapai merata dan biarkan mengering setelah permukaan
kayu mengering hampelas kembali tetapi jangan ditekan
selanjutnya bersihkan dengan kain lap bersih, kering dan
lembut , aplikasikan lapi kedua Ultran Lasur sampai merata
setelah kering hampelas jangan ditekan kemudian bersihkan
dengan kain lap kering bersih dan lembut.

a. Sebagai lapi terakhir aplikasikan Ultran Lasur sekali lagi


dengan kuas sampai merata dan biarkan mengering, proses
aplikasi Ultran Lasur harus mempunyai tenggang waktu
minimal 2 jam untuk setia kali lapisan.

PEKERJAAN CAT BESI

a Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh


bagian-bagian besi, Railing besi, Pintu-pintu besi dan
pekerjaan besi lain yang ditentukan dalam gambar.

b. Cat yang dipakai adalah ( SESUAI DENGAN ROOM FINISH


SCHEDULE )

c. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan di cat,


selesai dibersihkan diamplas halus dan bebas debu, oli ,
sisia sisa endapan garam dan lain – lain sambuangan las
atau kelingan dan ujung ujung yang tajam diratakan dengan
gurinda .

d. Sebagai lapisan dasar anti karat dipakai sebagai cat dengan


Zinc chromate Primer 1 ( satu ) lapis denag kuas atau
semprot. Sambungan las dan ujung-ujung yang tajam diberi
“touch up” dengan dua lapis sampai merata dan biarkan
mongering selama 4 jam.

C-41
e. Setelah kering permukaan besi/ baja diamplas sampai halus
selanjutnya bersihkan dengan kain lap kering bersih dan
lembut. Aplikasikan lapis pertama cat finishing akhir dengan
kuas atau semprot, 1 lapis sampai merata dan biarkan
mengering. Aplikasikan lapis kedua dan ketiga sampai
merata dan biarkan mengering, Tenggang waktu pengecatan
minimum adalah 16 jam untuk setiap lapisan .

f. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot


dengan compressor 3 lapis.dengan ketebalan kering 40
micron.

g. Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus


licin,utuh,mengkilap, tidak ada

gelembung-gelembung dan sesuai yang diinginkan, tidak ada


bagian yang belang dan

dijaga terhadap pengotoran-pengotoran, atau menjadi cacat


akibat pekerjaan lanjutan.

PEKERJAAN COATING ANTI LUMUT ( STONE VENEER )

a.. Lingkup pekerjaaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-


bahan, peralatan dan alatbantu

lainnya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan ini


dengan hasil yang baik.

b. Persyaratan Bahan

Bahan yang dipakai adalah Bahan Anti Lumut SICOSOL ex


Propan. atau setara, yang tidak membuat lapisan film dan
tidak merubah warna serta texture dari batu alam itu sendiri.
Bahan tersebut harus disetujui oleh Perencana dan
Pengawas.

c.. Syarat-syarat pelaksanaan

- Sebelum pelaksanaan kontraktor harus membuat mock-up


untuk pekerjaan ini sesuai dengan yang akan
dilaksanakan.

- Dalam pelaksanaan, kontraktor wajib mengikuti semua


persyaratan material dan tata cara pelaksanaan dari
produsen.

C-42
PASAL 6 : PEKERJAAN SUB LANTAI/BETON TUMBUK

A. PEKERJAAN SUB LANTAI BETON TUMBUK


a. Lingkup Pekerjaan

- Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan,


peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam
terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil
yang baik.

- Pekerjaan sub lantai beton tumbuk ini meliputi seluruh


detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar
sebagai alas lantai finishing Keramik.

b. Persyaratan Bahan

- Sub lantai Beton Tumbuk : beton tumbuk dengan


campuran 1 PC : 3 Pasir : 5 Koral.

- Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan


persyaratan : PBI 1971 (NI-2) PUBB 1956 dan (NI-8).

- Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih


dahulu harus diserahkan contoh- contohnya, untuk
mendapatkan persetujuan, dari Direksi/Pengawas.

- Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan


persyaratan teknis-operatif dari pabrik sebagai informasi
bagi Arsitek/Direksi.

- Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas


tetapi dibutuhkan untuk penyelesaian/penggantian
pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas terbaik
dari jenisnya dan harus disetujui Arsitek/Direksi.

- Seluruh peraturan-peraturan yang diperlukan supaya


disediakan Pemborong di site.

c. Syarat-syarat Cara Pelaksanaan

- Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah


yang akan dipasang sub lantai harus dipadatkan
sehingga terdapat permukaan yang rata dan untuk
memperoleh daya dukung tanah yang maximum,
dipergunakan alat timbris.

- Pasir urug bawah lantai yang disyaratkan harus keras,


bersih dan bebas alkali, asam maupun bahan organik
lainnya. Tebal yang disyaratkan minimal 10 cm atau
sesuai dengan gambar dan disiram dengan air dan
ditimbris untuk memperoleh kepadatan maksimal.

C-43
- Di atas pasir urug diberi beton tumbuk setebal 5 cm atau
sesuai dengan gambar detail.

- Untuk pasangan di atas pelat beton (lantai tingkat), plat


beton diberi lapisan plester (screed) campuran 1 PC : 3
Pasir setebal minimal 2 cm dengan memperhatikan
kemiringan lantai.

- Sebagai sub lantai dari beton tumbuk dilakukan sehingga


permukaan benar-benar rata dengan memperhatikan
kemiringan lantai.

B. LANTAI BETON TULANG

Lantai beton dipasang pada lantai dasar seperti pada


tempat-tempat yang ditentukan pada gambar rencana dan
petunjuk Direksi Lapangan.

Lantai beton dapat dicor setelah lapisan dasarnya


betul-betul padat dan rata serta telah mendapat persetujuan
Direksi Lapangan.

Beton dicor diatas lantai kerja sebagai alas. Pelaksanaan


dan bahan beton serta tulangannya menurut pasal - pasal
pekerjaan beton dan pembesian dari spesifikasi ini dan
menurut gambar rencana serta petinjuk Direksi Lapanga.

Pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga


membentuk lapisan beton padat, rata, sama tebalnya
dengan ketentuan gambar rencana.

PASAL 7 : PEKERJAAN PAVING BLOCK

a. Lingkup Pekerjaan

- Menyediaan tenaga kerja, bahan-bahan yang diperlukan,


peralatan dan termasuk alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan baik dan sempurna.

- Pekerjaan ini meliputi :

1 Persiapan area sub grade dan sub base.

2 Urugan pasir dan pemadatannya. (pasir extra beton)

3 Pasangan Paving Block dan assesories ex


conblock.atau setara tebal 8 cm type dan warna lihat
External Finish Schedule.

b. Persyaratan Bahan

C-44
- Semua pavers adalah kualitas satu. Jangan gunakan unit
pavers yang pecah, retak, lobang, berubah warna dan
cacat lainnya yang mungkin kelihatan atau menyebabkan
pekerjaan yang terpasang menjadi bernoda.

- Potong unit pavers dengan peralatan gergaji mesin untuk


mendapatkan pinggiran yang bersih, tajam dan tidak
pecah. Potong unit untuk mendapatkan pola yang ditunjuk
dan agar serasi dengan pekerjaan sebelahnya dengan
rapi. Gunakan unit yang utuh tanpa potongan jika
memungkinkan. Memotong dengan palu tidak disetujui.

- Pola sambungan : Sesuai yang ditunjuk di gambar.

- Toleransi : Tidak boleh melebihi 0.5 inci unit ke unit offset


dari flush (lippage) dan tolerasi dari 2 mm dalam 3 meter
dari level atau slope seperti yang ditunjuk untuk finish
permukaan paving.

c. Syarat – Syarat Pelaksanaan

- Padatkan tanah sub grade secara merata ( LIHAT PASAL


02 URUGAN DAN PEMADATAN TANAH )

- Taburkanan/ pasang batuan grade dengan dimensi 5-7cm


untuk sub base dan base di atas sub grade yang
dipadatkan. Sediakan ketebalan base dan sub base yang
dipadatkan sampai dengan level yang dikehendaki.
Padatkan sub base dan base sampai padat menggunakan
Stamper minimal Mikasa MTR 80

- Taburkan batuan setebal 30 mm grade dengan dimensi 1-2


cm untuk base di atas sub grade yang dipadatkan. Padatkan
base dengan stamper sampai dengan level yang
dikehendaki.

- Taburkan pasir (pasir Extra beton) pada lapisan perataan dan


lapis sampai ketebalan 60 mm - 70 mm, jaga agar
kandungan kelembaban tetap konstan dan kepadatan
longgar dan konstan sampai pavers beton dipasang dan
dipadatkan.

- Berikan treatment pada laveling base dengan sterilizer tanah


untuk menghambat pertumbuhan rumput-rumput.

- Pasang pavers beton : dengan lebar sambungan minimum 1


mm dan maksimum 4 mm, hati-hati jangan mengganggu
leveling base. Jika pavers mempunyai spacer bars,
tempatkan pavers dengan tangan yang kencang terhadap
spacers bars. Gunakan tali untuk menjaga garis yang lurus.
Pilih unit dari 4 atau lebih cubes untuk mencampur variasi

C-45
warna dan texture. Isi gap antar unit yang melebihi 4 mm
dengan potongan yang dipotong agar serasi dari unit pavers
yang utuh.

- Getarkan pavers beton sampai ke leveling course dengan


vibrator plat almplitube rendah berkemampuan 1500 - 2500
kg kekuatan pemadatan. Lakukan sekurang-kurangnya 3 kali
bolak-balik. Getarkan di bawah kondisi berikut :

1. Setelah pavers pingir terpasang dan permukaan telah


selesai dan sebelum permukaan terkena hujan

2 Sebelum mengakhiri pekerjaan harian, padatkan


sepenuhnya pavers beton yang terpasang dalam 1 m dari
laying face. Tutup lapisan yang terbuka dengan lembaran
plastik yang tak bernoda, lebihkan penutup 1,2 m pada
setiap sisi dari laying face untuk melindungi terhadap
hujan.

3 Sebarkan pasir.secepatnya setelah menggetarkan pavers


ke lapisan perataan. Sapu dan getarkan pasir sampai
sambungan-sambungan betul-betul terisi penuh, kemudian
singkirkan pasir yang lebih.

4 Ulangi proses pengisian sambungan 30 hari kemudian.

5 Tempatkan unit pavers secara hati-hati dengan tangan


pada jalan yang lurus untuk menjaga ketepatan dan
keseragaman permukaan atas dengan akurat. Lindungi
unit pavers yang baru dipasang dengan plywood sebagai
tempat berdiri para pekerja. Majukan panel pelindung
seiring kemajuan pekerjaan tatapi tetapi lindungi daerah
tersebut sesuai dengan perpindahan selanjutnya bahan-
bahan dan peralatan untuk menghindari cekukan atau
mengganggu keserasian unit pavers. Jika diperlukan
tambahan ketinggian pada paving dan sebelum pekerjaan
mengisi sambungan, gilas dengan gilasan mesin setelah
terdapat panas yang cukup dipermukaan dari udara panas
beberapa hari. Periksa dan jaga ketepatan garis sesering
mungkin.

6. Joint Treatment : tempatkan unit pavers dengan


penyambungan dengan tangan secara kencang isi
dengan campuran kering dari 1 bagian semen porland
dan 3 bagian pasir dengan cara menyapu campuran
tersebut diatas permukaan paving sampai sambungan-
sambungan yang sama agar tidak kelihatan tanda -tanda
penggantian

7. Singkirkan dan ganti unit pavers yang longgar, retak,


patah, bernoda atau kerusakan lain atau unit tidak serasi
dengan unit sebelah seperti yang dikehendaki. Sediakan
unit-unit baru untuk mencocokan unit yang bersebelahan

C-46
dan pasang dengan cara yang sama seperti unit semula,
dengan melakukan pengisian sambungan yang sama
agar tidak kelihatan tanda-tanda penggantian.

8. Sediakan perlindungan akhir dan jagalah keadaan


tersebut dengan suatu cara yang disetujui oleh installer
yang menjamin pekerjaan unit pavers tidak rusak atau
menjadi jelek pada saat Serah Terima Pekerjaan.

C-47
BAB IV -SPESIFIKASI PEKERJAAN STRUKTUR

PASAL 1 : PEKERJAAN BETON

A. UMUM

1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi :

- menyediakan semua bahan


- membuat bekisting
- mengaduk beton
- mengecor beton
- memelihara, memperbaiki, menyelesaikan dan mengerjakan
semua pekerjaan tambahan sehingga menghasilkan pekerjaan
yang sesuai dengan gambar rencana.

2. Standard Pekerjaan

Semua bahan dan konstruksi jika tidak diberi catatan khusus harus
memenuhi standard yang umum dipakai di Indonesia (Peraturan
Beton Bertulang 1971) atau Tata Cara Penghitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung Atau Bangunan Ornamen Ruang
Luar.

Jika persyaratan setempat yang tersebut di atas tidak dapat


dipenuhi maka konstruksi harus disesuaikan dengan standard
international yang diakui dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan.
Mutu beton yang digunakan adalah K 250.

B. BAHAN

1. Portland Cement (PC)

Semua PC yang digunakan harus Portland Cement merk standard


yang telah disetujui oleh Badan yang berwenang dan memenuhi
persyaratan Portland Cement kelas I-2475 (PBI 1971 NI-2).
Seluruh pekerjaan harus menggunakan satu macam merk PC. PC
harus disimpan secara baik, dihindarkan dari kelembaban sampai
tiba saatnya untuk dipakai. PC yang telah menggumpal atau
membatu tidak boleh digunakan. PC harus disimpan sedemikian
rupa, sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil contohnya.

2. Koral & Pasir

Koral dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak
mengandung bahan yang merusak dalam bentuk ataupun jumlah
yang cukup banyak yang akan memperlemah kekuatan beton.

D-46
Koral harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada bab 3 PBI
1971 - NI 2, atau daftar berikut:

KORAL PASIR
Ayakan % Liwat ayakan Ayakan % Liwat ayakan
(berat kering) (berat kering)

30 mm 100 10 mm 100

25 mm 90 - 100 5 mm 90 - 100

15 mm 25 - 60 2,5 mm 80 - 100

5 mm 0 - 10 1,2 mm 50 - 90

2,5 mm 0-5 0,6 mm 25 - 60

0,3 mm 10 - 30

0,15 mm 2 - 10

3. Air

Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam dan
kotoran lain dalam jumlah yang cukup besar. Sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum.

4. Bahan Pembantu (Admixture)

Atas pilihan Kontraktor atau atas permintaan Direksi Lapangan,


suatu bahan pembantu boleh ditambahkan pada campuran beton
untuk mengatur pengerasan beton, effek pengurangan air atau
penambahan mutu beton; biaya penambahan bahan pembantu
ditanggung oleh Kontraktor.

Bahan pembantu yang digunakan dapat berupa sejenis asam


"Hydroxylated carbocylic" atau sejenis "lignin-sulfonate" tetapi tidak
boleh mengandung calcium chloride. Bahan pembantu harus
berkwalitas baik dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan dan
penggunaannya harus sesuai dengan "BAHAN PEMBANTU" (Bab
3 PBI 1971, NI-2).

Jumlah penggunaan PC dalam adukan adalah tetap dan tidak


tergantung ada atau tidaknya penggunaan bahan pembantu dan
cara pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk dari
pabriknya.

D-47
C. PERBANDINGAN ADUKAN

1. Umum

Adukan beton terdiri dari bahan semen, bahan pembantu


(admixture), pasir, koral dan air. Kwalitas bahan tersebut harus
memenuhi syarat yang ditentukan. Perbandingan campuran yang
tepat untuk jenis pekerjaan beton yang berlainan harus ditentukan
oleh Kontraktor dan diminta persetujuan Direksi Lapangan untuk
dapat dipakai untuk pekerjaan yang dimaksud.

Secara umum adukan beton harus direncanakan untuk


menghasilkan beton yang sedemikian rupa sehingga diperoleh
kepadatan maksimum dan penyusutan minimum.

Juga adukan beton yang dicor harus diletakkan pada papan


bekisting sehingga mendapatkan permukaan beton yang selicin
mungkin.
Jika perlu perbandingan adukan dapat diubah sesuai dengan
pendapat Direksi Lapangan.

2. Perbandingan Air Semen (PC) dan Kekuatan Tekan.

Kekuatan tekan minimum dan banyaknya portland cement yang


terdapat dalam beton tidak boleh kurang dari daftar yang tertera di
bawah ini.

Direksi Lapangan berhak memerintahkan untuk menambahkan


jumlah PC yang melebihi daftar pada setiap pekerjaan beton, jika
memang dianggap perlu bahwa penambahan ter-sebut akan
mencapai kekuatan yang dikehendaki.

Penambahan semen jika diperintahkan harus dilakukan oleh


Kontraktor tanpa tambahan biaya.

D-48
Jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum

Jumlah semen Nilai faktor air


minimum semen minimum
per m3 beton ( kg )
Beton di dalam ruang
bangunan :

a. Keadaan keliling non 275 0,60


korosif

b. Keadaan keliling 325 0,52


korosif disebabkan
oleh kondensasi
atau uang uap
korosif

Beton diluar ruang


bangunan :
0,60
a. Tidak terlindung dari 325
hujan dan terik
matahari langsung

b. Terlindung dari 275 0,60


hujan dan terik
matahari langsung

Beton yang masuk ke


dalam tanah :

a. Mengalami keadaan 325 0,55


basah dan kering
berganti-ganti

b. Mendapat pengaruh 375 0,52


sulfat alkali dari
tanah atau air
tanah

Beton yang kontinyu


berhubungan dengan air

a. Air tawar 275 0,57

b. Air Laut 375 0,52

D-49
3. Percobaan di lapangan

Penetapan kekuatan beton dalam kg/cm2 dibuat dengan


percobaan kubus beton berukuran 15 x 15 x 15 cm3, yang dibuat
menurut syarat dari Bab 4 PBI-1971, NI-2.

Demikian pula jumlah kubus percobaan yang dibuat, harus sesuai


dengan Bab 4.6. dan 4.7. PBI 1971, NI-2. Satu asli dan satu copy
hasil test harus diserahkan kepada Direksi Lapangan.

Setiap kali, jika kekuatan beton yang berumur 7 hari kekuatannya


kurang dari 70 % dari beton yang berumur 28 hari, maka Direksi
Lapangan dengan segera berhak memerin-tahkan untuk
menambah PC ke dalam campuran beton.

Campuran-campuran yang dipakai dapat juga diubah bilamana


menurut pendapat Direksi Lapangan, perubahan demikian
memang perlu atau patut untuk mendapatkan pekerjaan yang
memenuhi syarat, kepadatannya, kekedapannya, penyelesaian
permukaannya dan kekuatannya. Kontraktor tidak berhak
memeperoleh biaya tambahan yang disebabkan oleh perubahan-
perubahan tersebut. Kontraktor harus mem- biayai semua biaya
test kubus yang telah disebutkan dalam pasal ini.

D. KEKENTALAN

Banyaknya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup. Waktu
pengadukan beton harus diambil tetap dan normal, sehingga
menghasilkan beton yang homogen tanpa adanya bahan bahan yang
terpisah satu sama lain.

Penggetaran dilakukan dengan vibrator untuk mendapatkan beton yang


padat, cukup kedap dan licin permukaannya.

Jumlah air dapat diubah sesuai keperluan dengan melihat perubahan


keadaan cuaca atau kelembaban dari bahan adukan (pasir, koral) untuk
mempertahankan hasil yang homogen dan kekentalan yang dikehendaki.

Kekentalan adukan beton harus ditetapkan menurut percobaan "Method


of slump test for concrete" (JIS A 1101-1950) atau "Percobaan slump
Portland Cement Beton" (PBI 1971, NI-2). Slump yang dipakai akan
ditetapkan oleh Direksi Lapangan untuk jenis pekerjaan yang
bermacam-macam, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:

Nilai-nilai slump untuk berbagai-bagai pekerjaan beton


D-50
Slump (cm)

Uraian Maksimum Minimum

Dinding,pelat pondasi 12,5 5.0


dan pondasi telapak
bertulang

Pondasi telapak tidak 9,0 2,5


bertulang kaison dan
konstruksi di bawah
tanah

Pelat, balok, kolom & 15,0 7,5


dinding

Pengerasan jalan 7,5 5.0

Pembetonan massal 7,5 2,5

Untuk maksud-maksud dan alasan-alasan tertentu maka dengan


persetujuan Direksi Lapangan dapat dipakai nilai-nilai slump yang
menyimpang dari pada yang tercantum dalam tabel di atas asal
dipenuhi hal-hal sebagai berikut :

- Beton dapat dikerjakan dengan baik


- Tidak terjadi pemisahan dari adukan
- Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi.

E. RENCANA PENGADUKAN BETON

1. Test Laboratorium

Contoh koral, pasir dan PC yang akan dipergunakan harus


dikirimkan oleh Kontraktor ke laboratorium yang telah disetujui
oleh Direksi Lapangan. Berdasarkan analisa dan hasil test
contoh tersebut, laboratorium akan merencanakan sesuatu
campuran beton untuk memenuhi setiap kekuatan yang
dikehendaki dan memenuhi slump yang disyaratkan.

Laboratorium juga akan menyediakan dua (2) kubus percobaan


dari setiap adukan yang direncanakan dari contoh koral dan pasir
yang telah diperiksa dan satu (1) kubus di test pada umur 7 hari
dan sebuah lagi pada umur 28 hari seperti dinyatakan dalam
Pasal 48.C.3.

Kontraktor harus menyerahkan 3 (tiga) rangkap hasil test dan


rencana adukan kepada Direksi Lapangan untuk disetujui
sebelum pengecoran beton dilakukan.

D-51
Seluruh biaya pembuatan contoh, rencana adukan dan test
laboratorium ditanggung oleh Kontraktor.

2. Ukuran Campuran PC dan Bahan Adukan

Jumlah PC dan bahan adukan sebelum diaduk harus ditetapkan


langsung dengan alat timbangan yang disediakan oleh
Kontraktor dan disetujui oleh Direksi Lapangan.

3. Takaran Air

Jumlah air yang akan dimasukkan ke dalam beton molen harus


ditakar dengan alat takaran yang disetujui oleh Direksi
Lapangan.

Setelah permukaan disiapkan dengan persetujuan Direksi


Lapangan, semua sambungan beton yang horizontal harus
dilapisi dengan lapisan aduk setebal kira-kira 25 mm. Lapisan
aduk tersebut mempunyai campuran semen dan pasir yang sama
dengan campuran beton biasa, kecuali bilamana diperintahkan
lain oleh Direksi Lapangan.

Perbandingan air semen lapisan aduk tersebut tidak boleh


melebihi beton baru yang akan di cor di atasnya dan kekentalan
dari lapisan aduk tersebut harus cukup untuk pengecoran sesuai
dengan syarat yang diberikan.

Lapisan aduk tersebut harus disebar dengan merata dan harus


dikerjakan benar sampai mengisi ke dalam seluruh liku-liku
permukaan beton lama yang tidak merata; sedapat mungkin
harus dipergunakan sapu kawat untuk menyisipkan lapisan aduk
tersebut ke dalam celah permukaan beton lama.

Beton baru segera di cor di atas lapisan aduk yang baru


ditempatkan di atas beton yang lama.

4. Persiapan Pengecoran

Beton tidak diperbolehkan di cor, bila seluruh pekerjaan bekisting


dan pekerjaan instalasi tiap bagian belum selesai dipasang dan
persiapan seluruh permukaan tempat pengecoran belum disetujui
oleh Direksi Lapangan.

Seluruh permukaan bekisting dan bagian instalasi yang akan


ditanam di dalam beton yang tertutup dengan kerak beton bekas
pengecoran yang lalu harus dibersihkan terhadap seluruh kerak
beton tersebut, sebelum beton disekelilingnya atau beton yang
berdekatan di cor.

5. Penyingkiran Air

Beton tidak boleh di cor ke dalam setiap struktur, sebelum semua


air yang memasuki tempat pengecoran tersebut dikeringkan

D-52
dengan sebaik-baiknya atau telah disalurkan dengan pipa atau
alat lain.
Beton tidak diperbolehkan di cor di dalam air tanpa izin yang jelas
dan tertulis dari Direksi Lapangan.

F. PERSIAPAN PENGECORAN BETON

1. Pencegahan Korosi

Pipa, pipa listrik angkur dan bahan lain yang terbuat dari besi
yang ditanam dalam beton harus dipasang cukup kuat sebelum
pelaksanaan pengecoran beton, kecuali jika ada perintah lain dari
Direksi Lapangan. Juga jarak antara bahan tersebut dengan
setiap pembesian sekurang-kurangnya harus 5 cm.

Cara yang diperbolehkan untuk mengikat bahan itu pada


kedudukan yang benar adalah dengan kawat atau mengelas ke
besi beton.

2. Persiapan Permukaan Yang Akan Di cor Beton

Permukaan tanah atau lantai kerja harus dibasahi dengan


siraman air sebelum pengecoran; permukaan tersebut harus
tetap basah dengan penyiraman air terus menerus sampai tiba
saatnya pengecoran.
Bagaimanapun juga permukaan tersebut harus bebas dari air
yang tergenang dan juga bebas dari lumpur serta kotoran-kotoran
pada saat pengecoran beton.

3. Sambungan Beton

Permukaan beton yang akan di cor lagi, dimana pengecoran


beton lama telah berhenti atau terhalang dan Direksi Lapangan
berpendapat bahwa adukan yang baru tidak dapat bersatu
dengan sempurna dengan beton yang lama, dinyatakan sebagai
sambungan beton. Permukaan sambungan beton yang horizontal
harus diratakan dengan kayu untuk memperoleh permukaan yang
cukup rata. Permukaan yang berisi koral dalam jumlah yang
besar harus dihindarkan.

Permukaan sambungan harus dibersihkan dari semua kotoran,


bahan yang terlepas atau beton yang cacat dan benda asing
lainnya.

Pembersihannya harus dilaksanakan dengan penyemprotan pasir


dengan compressor (sand blasting) diikuti dengan pembersihan

D-53
dengan air sebaik-baiknya. Semua genangan air harus
dihilangkan dari permukaan sambungan beton sebelum beton
yang baru akan di cor.

Setelah permukaan disiapkan dengan persetujuan Direksi


Lapangan, semua sambungan beton yang horizontal harus
dilapisi dengan lapisan aduk sebesar kira-kira 25 mm.
Lapisan aduk tersebut mempunyai campuran semen dan pasir
yang sama dengan campuran beton biasa kecuali bilamana
diperintahkan lain oleh Direksi Lapangan.

Perbandingan air semen lapisan aduk tersebut tidak boleh


melebihi beton baru yang akan dicor diatasnya dan kekentalan
dari lapisan aduk tersebut harus cukup untuk pengecoran sesuai
dengan syarat yang diberikan.

Lapisan aduk tersebut harus disebar dengan merata dan harus


dikerjakan benar sampai mengisi kedalam seluruh liku-liku
permukaan beton lama yang tidak rata, sedapat mungkin harus
dipergunakan sapu kawat untuk menyisipkan lapisan aduk
tersebut kedalam celah permukaan beton lama.

Beton baru segera di cor diatas lapisan aduk yang baru


ditempatkan diatas beton yang lama.

4. Persiapan Pengecoran

Beton tidak diperbolehkan di cor, bila seluruh pekerjaan bekisting


dan pekerjaan instalasi tiap bagian belum selesai dipasang dan
persiapan seluruh permukaan tempat pengecoran belum disetujui
oleh Direksi Lapangan.

Seluruh permukaan bekisting dan bagian instalasi yang akan


ditanam didalam beton yang tertutup dengan kerak beton bekas
pengecoran yang lalu harus dibersihkan terhadap seluruh kerak
beton tersebut, sebelum beton disekelilingnya atau beton yang
berdekatan di cor.

5. Penyingkiran Air

Beton tidak boleh di cor ke dalam setiap struktur sebelum semua


air yang memasuki tempat pengecoran tersebut dikeringkan
dengan sebaik-baiknya atau telah disalurkan dengan pipa atau
alat lain.

Beton tidak diperbolehkan di cor didalam air tanpa izin yang jelas
dan tertulis dari Direksi Lapangan.

Pemborong juga tidak diperbolehkan tanpa izin Direksi Lapangan


membiarkan air mengalir di atas beton sebelum beton cukup
umurnya dan mencapai pengerasan awal.

D-54
Air tidak diperbolehkan mengalir melalui permukaan beton yang
baru di cor dengan kecepatan sedemikian rupa, sehingga akan
merusak penyelesaian permukaan beton.

Jika perlu, pemompaan air atau pekerjaan pengeringan air yang


perlu untuk memindahkan air tanah, harus mendapatkan
persetujuan Direksi Lapangan.

G. PENCAMPURAN BETON

Semen, pasir dan koral harus dicampur sedemikian dan jumlah air yang
ditambahkan harus menghasilkan adukan yang homogen dan
kekentalan yang merata.

Kotoran dan benda lain yang tidak diinginkan harus dibuang. Semua
beton harus dicampur betul di dalam mesin pengaduk (molen), yang
direncanakan sedemikian rupa sehingga menjamin secara positif
distribusi merata semua di dalam adukan beton pada waktu
pencampuran beton; jenis dan ukuran molen harus disetujui oleh
Direksi Lapangan.

Air yang dipergunakan harus cukup dalam pencampuran beton untuk


mendapatkan adukan yang dapat dipakai sesuai dengan kekentalan
yang diperlukan dari Pasal 48.D.
Pengadukan dari tiap molen harus terus menerus dan tidak kurang dari
2 menit sesudah seluruh bahan termasuk air berada di dalam molen;
selama itu molen harus terus berputar pada kecepatan yang akan
menghasilkan adukan dengan kekentalan merata pada akhir waktu
pengadukan. Bilamana perlu untuk mencapai hasil yang baik, adukan
harus dicampur untuk waktu yang lebih lama dari pada disebutkan di
atas; pengadukan beton yang terlalu lama atau pengisian molen yang
terlalu banyak tidak diizinkan.

Beton atau lapisan aduk yang telah mengeras tidak diizinkan terkumpul
pada permukaan dalam molen.
Dilarang mencampur kembali dengan menambah air ke dalam adukan
beton yang sebagian telah mengeras.

Adukan beton di dalam dalam bekisting harus di cor berupa lapisan


horizontal yang merata tidak lebih dari 60 - 70 cm dalamnya dan harus
diperhatikan agar terhindar terjadinya lapisan adukan yang miring atau
sambungan beton yang miring, kecuali diperlukan untuk bagian
konstruksi miring.

Tiap lapisan harus di cor pada waktu lapisan yang sebelumnya masih
lunak.
Seluruh ujung dari saluran, pintu corong dan semua alat lain yang
menerima adukan beton dari alat pengangkut datar (conveyor), atau
alat pengangkut tegak (hoist) adan sistem alat pengangkut lainnya
harus direncanakan dan diatur sedemikian rupa, sehingga adukan
D-55
beton yang melalui tidak jatuh bercerai-berai, meskipun semua alat
penerima tersebut terus menampung adukan beton.

Beton tidak boleh di cor bilamana keadaan cuaca buruk, panas yang
dapat menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik, seperti
ditentukan oleh Direksi Lapangan.

Dua puluh empat jam sebelum pengecoran, Kontraktor harus


memberikan pemberitahuan tertulis kepada Direksi Lapangan.

Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau kedalam


papan bekisting yang dalam yang dapat menyebabkan terlepasnya
koral dari adukan beton karena berulang kali mengenai batang
pembesian atau tepi bekisting ketika adukan beton itu dijatuhkan; beton
juga tidak boleh di cor dalam bekisting yang dapat mengakibatkan
penimbunan adukan pada permukaan bekisting di atas beton yang
telah di cor.

Dalam hal tersebut, harus disiapkan corong atau saluran vertikal untuk
pengecoran agar adukan beton dapat mencapai tempatnya tanpa
terlepas satu sama lain.

Bagaimanapun juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh


melampaui 1,5 meter di bawah ujung corong, saluran atau kereta
dorong untuk pengecoran.

Adukan beton harus dicor dengan merata selama proses pengecoran;


setelah adukan dicor pada tempatnya tidak boleh didorong atau
dipindahkan lebih dari 2 (dua) meter dalam arah mendatar.

Adukan beton di dalam bekisting harus dicor berupa lapisan horizontal


yang merata tidak lebih dari 60 - 70 cm. dalamnya dan harus
diperhatikan agar terhindar terjadinya lapisan adukan yang miring atau
sambungan beton yang miring kecuali diperlukan untuk bagian
konstruksi miring.

Tiap lapisan harus dicor waktu lapisan yang sebelumnya masih lunak.

Seluruh ujung dari saluran, pintu corong dan semua alat lain yang
menerima adukan beton dari alat pengangkut datar (conveyor) atau alat
pengangkut tegak (hoist) dan sistim alat pengangkut lainnya harus
direncanakan dan diatur sedemikian rupa sehingga adukan beton yang
melaluinya tidak jatuh bercerai-berai, meskipun semua alat penerima
tersebut terus menerus menampung adukan beton.

Jika dipergunakan conveyor belt, harus suatu jenis yang disetujui oleh
Direksi dan harus dibersihkan dengan alat pembersih sedemikian rupa
sehingga adukan beton yang melekat pada ban conveyor tidak akan
terbuang.

Dilarang menggunakan saluran yang panjangnya lebih dari 15 meter.


Semua conveyor belts dan saluran harus dilindungi.
D-56
Pengecoran beton dalam cuaca panas

Kontraktor harus menaruh perhatian agar dapat dicegah pengeringan


cepat dari aduk beton yang baru di cor. Bahkan bilamana suhu
sekelilingnya didalam bekisting lebih dari 32oC suhu adukan beton yang
dicor tidak boleh melebihi 32oC.

Adukan beton yang baru dicor harus diberi pelindung terhadap


panasmatahari secepat mungkin setelah pengecoran dan proses
pengeringan mulai, segera setelah permukaan beton yang baru sudah
cukup mengeras.

Pengecoran beton tidak diizinkan, bilamana Direksi Lapangan


berpendapat bahwasanya, Kontraktor tidak memiliki fasilitas yang baik
untuk melayani pengecoran, proses pengerasan dan penyelesaian
beton.

H. PENGECORAN

1. Pengangkutan dan Pengecoran

Adukan beton yang diketahui sebelum pengecoran tidak


memenuhi syarat spesifikasi yang tercantum disini, harus ditolak
dan segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan.

Adukan beton yang tidak di cor sesuai dengan syarat spesifikasi


atau yang mutunya rendah menurut keputusan Direksi Lapangan,
harus disingkirkan dan dipindahkan dengan biaya Kontraktor.

Beton tidak boleh di cor tanpa dihadiri oleh Direksi Lapangan atau
wakilnya.

Jika dipergunakan conveyor belt, harus suatu jenis yang disetujui


oleh Direksi dan harus dibersihkan dengan alat pembersih
sedemikian rupa sehingga adukan beton yang melekat pada ban
conveyor tidak akan terbuang.

Dilarang menggunakan saluran yang panjangnya lebih dari 15


meter. Semua conveyor belts dan saluran harus dilindungi.

2. Pengecoran beton dalam cuaca panas

Kontraktor harus menaruh perhatian agar dapat dicegah


pengeringan cepat dari aduk beton yang baru di cor. Bahkan
bilamana suhu sekelilingnya didalam bekisting lebih dari 32oC
suhu adukan beton yang dicor tidak boleh melebihi 32oC.

Adukan beton yang baru dicor harus diberi pelindung terhadap


panas matahari secepat mungkin setelah pengecoran dan proses
pengeringan mulai, segera setelah permukaan beton yang baru
sudah cukup mengeras.
D-57
Pengecoran beton tidak diizinkan, bilamana Direksi Lapangan
berpendapat bahwasanya, Kontraktor tidak memiliki fasilitas yang
baik untuk melayani pengecoran, proses pengerasan dan
penyelesaian beton.

I. PEMADATAN DAN PENGGETARAN

Pada waktu adukan beton dicor ke dalam bekisting atau lubang galian,
tempat tersebut harus telah padat betul dan tetap; tidak ada penurunan
lagi. Adukan beton tersebut harus memasuki semua sudut, melalui
celah pembesian, tidak terjadi sarang koral dan selama pengecoran
kelebihan air pada permukaan beton harus sedikit saja.
Perhatian khusus harus diberikan untuk pengecoran beton di sekeliling
waterstop.

Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sebaik- baiknya dengan alat


penggetar vibrator (beton triller), pemadatan dengan tongkat atau jika
perlu dengan tangan untuk meyakinkan bahwa tidak terjadi kantong
udara dan sarang koral di bawah waterstop.

Bagian dalam dinding beton harus digetarkan dengan vibrator (triller)


dan pada waktu yang sama bekistingnya diketuk, diaduk atau
dikerjakan dengan tongkat, sekop atau alat garpu sampai betul-betul
mengisi seluruh bekisting tersebut atau lubang galian dan menutupi
seluruh permukaan bekisting.

Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, bila lapisan sebelumnya


dikerjakan secara seksama.

Kontraktor harus menggunakan alat vibrator (triller) berkecepatan tinggi


yang bergetar bagian dalamnya dari jenis "tenggelam" yang
dibenarkan, sehingga diperoleh hasil yang baik dalam jangka waktu 15
(lima belas) menit setelah beton dengan konsistensi yang ditentukan
dicor dalam cetakan.

Dalam keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak praktis,


Direksi Lapangan dapat menganjurkan dan menyetujui pengecoran
tanpa vibrator (triller).

Kontraktor harus menyediakan alat vibrator dengan cadangan yang


cukup.
Ujung beton triller tidak boleh sampai mengenai bekisting maupun
pembesian. Harus pula diperhatikan, jangan sampai terjadi
penggetaran berlebihan ataupun dikerjakan sedemikian rupa, sehingga
menyebabkan pemisahan bahan beton ataupun gejala timbulnya
banyak air pada permukaan beton.

J. PROSES PENGERASAN

D-58
Beton yang selesai dicetak harus dijaga agar tetap basah selama
sekurang-kurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan penyiraman,
karung goni yang dibasahi atau dengan cara lain yang dapat
dibenarkan.

K. PERAWATAN BETON

Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan akibat


panas yang berlebihan, kurangnya pembasahan, tegangan yang
berlebihan atau hal lain, sampai saat penyerahan pekerjaaan oleh
Kontraktor pada Pemberi Tugas.

Perhatian khusus harus diberikan untuk menjaga agar beton tidak


sampai mengering dan menghindarkan permukaan beton menjadi
kasar atau rusak.

Beton yang keadaannya seperti yang tertera dibawah ini harus


diperbaiki atau dibongkar dan diganti dengan beton yang dapat
disetujui oleh Direksi, semua biaya yang timbul ditanggung oleh
Kontraktor.

Beton yang dimaksud tersebut diatas adalah :

a. Ternyata rusak
b. Sejak semula cacat
c. Cacat sebelum penyerahan pertama
d. Menyimpang dari garis atau muka ketinggian yang telah ditetapkan
e. Tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat2 (R.K.S.)

L. PENYELESAIAN PERMUKAAN BETON

1. Penyelesaian Permukaan

Semua permukaan atau permukaan yang dicetak harus


dikerjakan secara cermat sesuai dengan bentuk, garis,
kemiringan dan potongan sebagaimana tercantum dalam gambar
atau ditentukan oleh Direksi. Permukaan beton harus bebas dari
segala jenis kekerasan, dalam bentuk apapun dan harus
merupakan suatu permukaan yang rapih, licin, merata dan keras.

Permukaan bagian atas beton yang tidak dibentuk harus dijadikan


permukaan yang seragam, kecuali bila ditentukan lain.

Selama beton masih plastis, tidak dizinkan adanya benjulan yang


berlebihan pada permukaan. Semua permukaan harus dicor
secara monolitis dengan beton dasarnya.

Dilarang menaburkan semen kering dan pasir diatas permukaan


beton untuk menghisap air yang berlebihan.

Pelat lantai dan bagian atas "exposed" dinding harus dirapihkan


dengan menggunakan sendok aduk dari baja.

D-59
2. Perbaikan cacat permukaan

Segera setelah cetakan dilepaskan, semua permukaan "exposed"


(terbuka) harus diperiksa secara teliti dan bagian yang tidak rata
harus segera digosok atau diisi dengan baik agar diperoleh suatu
permukaan yang licin, seragam dan merata.

Perbaikan baru boleh dikerjakan setelah ada pemeriksaan dari


Direksi Lapangan, pekerjaan perbaikan tersebut harus betul-betul
mengikuti petunjuk-petunjuk Direksi Lapangan.

Beton yang menunjukan rongga-rongga, lubang, keropok atau


cacat sejenis lainnya harus dibongkar dan diganti.
Semua perbaikan dan penggantian sebagaimana diuraikan disini
harus dilaksanakan secepatnya oleh Kontraktor atas biaya
sendiri.

Lubang bekas kerucut batang pengikat harus dihaluskan


sedemikian rupa sehingga permukaan dari lubang menjadi bersih
kasar. Kemudian lubang ini harus diperbaiki dengan suatu cara
yang dapat disetujui dengan menggunakan "aduk kering".

Lubang bekas alat pengikat cetakan yang berbentuk segi empat


dan lubang bekas sejenis lainnya, yang lebih dalam dari pada
ukuran permukaan beton tidak boleh dihaluskan, akan tetapi
harus diperbaiki dengan suatu cara yang dibenarkan yaitu dengan
menggunakan "aduk kering" (Dry packed mortar).

Semua perbaikan harus dilaksanakan dan dibentuk sedemikian


rupa, sehingga pekerjaan yang diselesaikan sesuai dengan
ketentuan pasal ini, tidak akan mengganggu pengikatan,
menyebabkan penurunan atau retak mendatar.

Permukaan perbaikan tersebut harus dirawat sebagaimana


diperlukan untuk beton yang diperbaiki.

Sebelum suatu struktur diisi dengan air, tiap retak yang kiranya
timbul harus diberi bentuk V dan diperbaiki dengan adukan kering
( Dry packed mortar ) menurut cara yang dibenarkan.

D-60
PASAL 2 : PEKERJAAN PEMBESIAN

A. UMUM

1. Ruang Lingkup

Kontraktor harus menyiapkan, membengkokan dan memasang


pembesian sesuai dengan apa yang tercantum di dalam gambar
dan apa yang dijelaskan di dalam spesifikasi.

Dalam pekerjaan pembesian termasuk semua pemasangan kawat


beton, kaki ayam untuk penyanggah, beton dekking dan segala hal
yang perlu serta juga menghasilkan pekerjaan beton sesuai
dengan pengalaman teknik yang terbaik.

2. Gambar Kerja

Sebelum pekerjaan pembengkokan besi beton, Kontraktor harus


terlebih dahulu menyiapkan daftar pembesian, sketsa dan gambar
pembengkokan besi dan menyerahkannya pada Direksi Lapangan.

Persetujuan atas Gambar Kerja oleh Direksi Lapangan terbatas


pada pelaksanaan secara umum sesuai dengan gambar sebagai
lampiran Surat Perjanjian.

Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya akan ketelitian ukuran,


dan detail, ukuran dan detail akan diperiksa di lapangan oleh
Direksi Lapangan pada waktu pemasangan pembesian.

3. Standard

Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan peraturan


atau standard yang disetujui oleh Direksi Lapangan.

B. BESI BETON

Besi beton yang dipakai adalah besi beton polos dan besi beton ulir. Besi
beton polos yang dipakai adalah besi beton dengan tegangan leleh 2.400
kg/cm2 (BJTP 24), dan besi beton ulir yang dipakai adalah besi beton
dengan tegangan leleh 4.000 kg/cm2 (BJTD 40).

Besi beton yang tersebut diatas haruslah memenuhi syarat PBI 1971-NI
2, atau JIS G 3112-75 "Steel Bar for Concrete Reinforcement".

D-62
C. PEKERJAAN PEMBENGKOKAN BESI BETON

Pekerjaan pembengkokan besi beton harus dilaksanakan dengan teliti


sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar.

Harus diperhatikan khusus pada pembuatan beugel sehingga diperoleh


ukuran yang sesuai, tidak terlalu besar dan beton dekking yang
semestinya.

Besi beton tidak boleh dibengkokan atau diluruskan sedemikian rupa,


sehingga rusak atau cacat. Dilarang membengkokan besi beton dengan
cara pemanasan.

Batang dengan tekukan atau bengkokan yang tidak tercantum dalam


gambar tidak boleh dipakai.

Bengkokan atau haak harus dibengkokan melingkari sebuah pasak


dengan diameter tidak kurang dari 5 kali diameter besi beton, kecuali
untuk besi beton yang lebih besar dari 25 mm, pasak yang digunakan
harus tidak kurang 8 kali diameter besi beton, kecuali pula bila ditentukan
lain.

Beugel dan batang pengikat harus dibengkokan melingkari sebuah pasak


dengan diameter tidak kurang 2 kali diameter minimum besi beton.

Semua pembesian harus mempunyai haak pada kedua ujungnya,


bilamana tidak ditentukan lain.

D. PEMASANGAN

1. Pembersihan

Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari sisa logam,


karatan dan lapisan yang dapat merusak atau mengurangi daya
ikat.

Bila pengecoran beton ditunda, besi beton harus diperiksa kembali


dan dibersihkan.

2. Pemasangan

Pembesian harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar


dan diikat dengan kawat beton atau jepitan yang sesuai pada
persilangan, dan harus ditunjang oleh penumpu beton atau logam,
dan penggantung logam.

Jepitan atau penumpu logm tidak boleh diletakkan menempel pada


bekisting. Kawat beton harus dibengkokan kearah dalam bekisting,
sehingga diperoleh beton dekking yang telah ditentukan.

D-63
Bilamana tidak ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa
dipakai untuk memegang pembesian secara kokoh pada
tempatnya, harus dipakai ketentuan berikut :

a. Dalam pelat, batang tegak berdiameter 12 mm dengan jarak


80 - 100 cm, untuk menunjang penulangan bagian atas.

b. Dalam dinding dengan 2 lapisan penulangan, pembagi jarak


(spacer) berbentuk U atau Z dengan diameter 8 mm berjarak
180 - 200 cm.

3. Beton dekking

Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka penulangan


harus dipasang dengan celah untuk beton dekking sebagai berikut :

- Beton yang dicor pada tanah 8 cm.


- Semua bidang yang kena air atau 5 cm.
tanah
- Bagian atas pelat bawah saluran 4 cm.
yang tertutup, balok dan kolom
yang tidak kena tanah atau air
- Bidang yang kena udara dan semua 2,5 cm.
bidang interior

4. Toleransi

Toleransi pada pemasangan penulangan adalah :

- Untuk bagian konstruksi berukuran + 0,6 cm.


60 cm. atau kurang
- Untuk bagian konstruksi berukuran + 1,2 cm.
atau lebih

5. Sambungan

Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat


dengan "overlap" minimum 40 kali diameter besi beton, dan 60 kali
diameter besi beton untuk penulangan reservoir.
Panjang overlap penyambungan untuk diameter yang berbeda,
harus didasarkan pada diameter yang besar.

6. Persetujuan dari Direksi Lapangan

Pemasangan penulangan harus diperiksa oleh Direksi Lapangan


terlebih dahulu sebelum dilakukan pengecoran. Direksi Lapangan
harus diberitahukan bila pemasangan penulangan sudah siap
untuk diperiksa.

D-64
PASAL 3 : PEKERJAAN BEKISTING

A. UMUM

Bekisting atau cetakan harus digunakan bila diperlukan untuk membatasi


adukan beton dan membentuk adukan beton menurut garis dan
permukaan yang diinginkan.
Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas perencanaan yang
memadai untuk seluruh bekisting.
Namun demikian, bila pada bekisting yang menurut Direksi Lapangan
membahayakan atau tidak memadai, maka bekisting tersebut dapat
ditolak oleh Direksi Lapangan, Kontraktor harus segera membongkar dan
memindahkan bekisting yang ditolak itu dari pekerjaan dan menggantinya
dengan biaya Kontraktor

B. BAHAN

Semua balok dan papan untuk bekisting harus bahan baru, dikeringkan
secara baik dan bebas darimata kayu yang lepas, celah, kotoran yang
melekat dan sejenis lainnya, kecuali bila ada cara lain yang dibenarkan
dengan tegas oleh Direksi.
Semua permukaan dari cetakan harus licin.

C. RENCANA

1. Toleransi

Toleransi yang diizinkan adalah + 3 mm untuk garis dan


permukaan setelah penyetelan bekisting yang harus demikian kuat
dan kaku terhadap beban adukan beton yang masih basah dan
getaran terhadap beban konstruksi dan angin, bekisting harus
tetap menurut garis dan permukaan yang disetujui Direksi
Lapangan sebelum pengecoran.

2. Kedap Air

Bekisting harus cukup kedap air, sehingga dijamin tidak akan


timbul sirip atau adukan keluar pada sambungan atau cairan keluar
dari beton

3. Penanaman Pipa dan lain-lain

Pipa, saluran dan lain-lainnya, yang akan ditanam, dan


perlengkapan lain untuk membuat lubang, saluran dan lain-lain
harus dipasang kokoh dalam bekisting, kecuali bilamana
diperintahkan lain oleh Direksi Lapangan.
Izin Direksi Lapangan diperlukan sebelum memotong pekerjaan
beton apapun.

D-65
D. PEMERIKSAAN BEKISTING

Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk pengecoran
beton, akan diperiksa oleh Direksi Lapangan, beton tidak boleh dicor
sebelum bekisting disetujui oleh Direksi Lapangan.

Untuk menghindari kelambatan dalam mendapatkan persetujuan,


sekurang-kurangnya 24 jam sebelumnya, Kontraktor harus memberitahukan
Direksi Lapangan bahwa bekisting sudah siap untuk diperiksa.

E. PEMBONGKARAN

1. Umum

Bekisting harus dibongkar dengan tenaga statis, tanpa goncangan,


getaran atau kerusakan pada beton.

2. Saat Pembongkaran Bekisting

Saat untuk membongkar bekisting tergantung dari persetujuan Direksi


Lapangan, akan tetapi berikut ini dapat digunakan sebagai pedoman
yang berlaku dalam keadaan cuaca normal.

___________________________________________________

Bagian Pengerasan secara normal


__________________________________________________

1. Kolom, dinding 4 hari


dan sisi

2. Pelat 28 hari

3. Balok 28 hari
_________________________________________________

PASAL 4 : PEKERJAAN PASANGAN

A. UMUM

Sebelum mengadakan pembelian, pengiriman, pemasangan, Kontraktor


harus menyerahkan contoh bahan pekerjaan pasangan pada Direksi
Lapangan untuk memperoleh persetujuannya, contoh harus mencerminkan
mutu, texture, warna dan kekuatan bahan yang akan digunakan dalam
pekerjaan. Semua pekerjaan pasangan ini harus menurut ketentuan -
ketentuan yang berlaku.

D-66
B. PASANGAN BATU KALI

1. Bahan

Batu kali yang dipakai adalah batu sungai yang dibelah atau batu
gunung yang keras, tidak poreus, bersih dan besarnya tidak lebh dari
30 cm.

Sama sekali tidak diperkenankan memakai batu sungai dalam bentuk


bulat atau batu endapan.
Pembelahan batu harud dilakuan diluar daerah pekerjaan ( diluar
bouwplank).

Adukan untuk pasangan batu kali dengan campuran 1 PC : 5 pasir.


Untuk kepala pndasi digunakan adukan kedap air campuran 1 PC : 3
pasir setinggi 20 cm, dihitung dari prmukaan atas pondasi ke bawah.

2. Pemasangan

Setelah sseluruuh lubnag galian pondaasi selesai diberi alas pondaasi


dengan pasir urug dengan ketebalan sesuai dengan ukuran-ukuran
yang tertera dalam gambar rencana.

Pasir urug yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung


potongan-potongan bahan keras yang berukuran lebih besar dari 1,5
cm.
Lapisan pasir urug harus dipadatkan.

Sebelum dipasang pondasi terlebih dahulu dibuat profil pondasi dari


bambu atau kayu pada setiap pokok galian, yang bentuk dan
ukurannya sesuai dengan penampang pondasi.

Batu kali untuk aanstamping dipasang sesuai dengan bentuk dan


ukuran-ukuran yang terdapat pada gambar rencana dan bagian-
bagian antara batu kali diisi dengan pasir urug sedemikian rupa
sehingga terisi padat seluruhnya.

Siar batu kali tidak diperkenankan saling bertumpuan atau terjadi


rongga-rongga seluruhnya harus dibatasi/diisi dengan aadukan.
Pasangan batu kalil harus disusun sesuai gambar.

Permukaan atas dari pasangan batu kalli harus sipat datar.

Pada pondasi untuk kolom-kolo beton harus disesuaikan stek-stek


tulangan kolom dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan
tulangan pokok yang tertanam baik daaalam pondasi sedalam 60 cm
sesuai dengan ukuran dan letak dalam gambar.

D-67
C. PASANGAN BATU BATA MERAH

1. Bahan

Semua bata merah harus dari mutu kelas satu, padat, keras, matang
pembakarannya, benar ukurannya, mempunyai ujung persegi, dan
harus sesuai dengan BMS NI - 10.

Semua bata untuk satu bangunan harus berasal dari satu pabrik. Bata
yang digunakan ex lokal dengan persetujuan Direksi, dengan
ukurannya 5 x 11 x 23 cm.

Semen, pasir (agregat halus) dan air harus mengikuti ketentuan dalam
pasal Pekerjaan Beton atau Pekerjaan Plester.

2. Pemasangan

Batu bata sebelum dipasang harus dibasahi terlebih dahulu dan bersih
dari kotoran (direndam dalam air hingga buihnya habis). Batu bata
harus dipasang tegak lurus dengan bantuan bentangan benang yang
sipat datar.

Pasangan batu bata dilakukan dengan adukan 1 PC : 4 pasir kecuali :

- Dinding kedap air, yaitu dinding dibawah lantai (mulai dari sloof
pondasi sampai dengan 20 cm di atas lantai serta dinding yang
berhubungan dengan air (toilet) sampai dengan 150 cm di atas
lantai, dilakukan dengan adukan 1 PC : 2 pasir.

- Semua ujung - ujung dinding, sudut - sudut pinggiran lubang dan


sebagainya, dilakukan dengan adukan 1 PC : 3 pasir.

Pemasangan dinding bata dilaksanakan secara bertahap, setiap tahap


terdiri maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom
praktis

Pembuatan lubang pada pasangan bata untuk steiger sama sekali


tidak diperkenankan. Pasangan batu bata yang berbatasan dengan
kolom beton/baja, harus diberi angker besi 0 1/2", minimal jarak 60 cm
dan tertanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 40 cm,
kecuali ditentukan lain.

Semua angker, pipa-pipa, peralatan dan lain-lain yang akan ditanam


dalam dinding batu bata, harus dipasang pada saat pekerjaan
pasangan batu bata dilaksanakan. Sisa-sisa adukan yang
berserakana pada saat pemasangan harus dibersihkan.

Setelah bata terpasang, adukan, naad/siar harus dikerok rapih dan


dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.

D-68
3. Kolom Praktis dan Ringbalk

Setiap pertemuan tegak lurus dan bidang dinding bata 1/2 batu yang
luasnya lebih besar dari 12 m2 harus ditambahkan kolom praktis dan
balik penguat dengan ukuran 12 x 12 cm, sesuai dengan lebat bata
dengan tulangan pokok 4 o 10 cm, beugel 0 6-20 cm

PASAL 5 : PEKERJAAN WATERPROOFING

A. BAHAN WATERPROOFING

Waterproofing yang digunakan adalah jenis waterproofing kristalisasi


yang secara kimia mengontrol dan secara permanen mengatur
pertumbuhan kristal melalui celah-celah kapiler beton.

Waktu bahan waterproofing dipakai, pencampuran perekat beton


(bonding agent) ataupun pencam- puran beton (admixture) dengan
bahan water- proofing tidak diperbolehkan.

Keseluruhan bahan waterproofing harus diper- oleh dari pabrik


pembuat yang sama.

Keseluruhan bahan waterproofing untuk slurry coating kristalisasi


berwarna abu-abu semen atau abu-abu muda.

Data teknis bahan waterproofing

Bahan waterproofing yang dipakai harus memenu- hi atau melebihi


standard yang tercantum dibawah ini:

a. Test yang dilakukan secara independent sesuai dengan


CRD-C-48-73. Beton yang di- lapisi bahan waterproofing tidak
akan bocor dari tekanan air sebesar 1207 kPa atau 175 PSI.

b. Test sesuai ASTM C267-77 dan ASTM C-39 yang menyatakan


beton yang dilapisi bahan water- proofing tahan terhadap bahan
kimia dan tidak terpengaruh dengan bahan kimia Hcl (pH = 3,5),
minyak rem, minyak transformer, Ethylene Glycol, Toluene dan
NaOH.

c. Test dengan menggunakan electron microscop yang


membuktikan bahwa bahan waterproofing dapat menyerap dan
menghasilkan kristal dalam beton sampai dengan kedalaman 30
cm.

D-69
B. JAMINAN PABRIK PEMBUAT
( MANUFACTURER'S GUARANTEE)

Pabrik pembuat harus berpengalaman lebih dari 10 (sepuluh) tahun


dalam mengaplikasikan bahan yang dipakai. Pabrik pembuat harus
dapat memberikan Test Sertifikat seperti yang tercantum pada pasal
1.1.

Pabrik pembuat memberikan Jaminan Bahan (Manu- facturer's


Guarantee) bahwa bahan yang dipakai dijamin berfungsi sebagai
bahan waterproofing selama 10 (sepuluh) tahun seperti yang
tercantum dalam Surat Jaminan pabrik.

C. JAMINAN PERUSAHAAN PEMASANG ( APPLICATOR'S


GUARANTEE)

Perusahaan yang mengaplikasikan bahan water- proofing


memberikan jaminan bahwa pemasangan telah dilakukan sesuai
spesifikasi dari pabrik pembuat dan bersedia menjamin bahwa
pekerjaan yang dilakukan bebas dari kebocoran selama 10 (sepuluh)
tahun seperti yang tercantum dalam Surat Jaminan perusahaan
pemasang bahan water- proofing (applicator).

Pemasangan bahan waterproofing harus dilakukan oleh applicator


atau perusahaan yang berpengalaman dalam bidang ini dan
dibuktikan dengan referensi proyek-proyek yang telah memakai bahan
waterproofing yang sama. Perusahaan yang melakukan pekerjaan
harus di- setujui oleh pabrik pembuat bahan waterproofing dan
persetujuan tersebut dicantumkan dalam Surat Penunjukkan Resmi.

D. PEKERJAAN PERSIAPAN

Semua bagian yang akan di waterproofing harus diperiksa dan


kerusakan, lubang-lubang, retak, sambungan beton yang tidak
sempurna harus diperbaiki terlebih dahulu sesuai yang tercantum
pada pasal 7.2 dan 7.3.

1. Permukaan beton

Permukaan beton harus dapat menyerap air, bebas dari minyak,


oli, minyak bekisting, daki beton, curing compound dan kotoran
lainnya. Permukaan yang licin yang terjadi karena penggunaan
bekisting besi atau bekisting lainnya dan permukaan yang
terlapisi oleh minyak bekisting atau kotoran
lainnya harus dicuci terlebih dahulu atau disandblast atau
diwaterblast atau dicuci atau dicuci dengan larutan Hcl sehingga
permukaan dapat menyerap air dengan baik. Permukaan yang
dicuci dengan larutan Hcl harus dibasahkan terlebih dahulu.

Permukaan horisontal tidak diaci atau dilicinkan dengan roskam


besi atau mesin trowel, cukup diratakan dengan roskam kayu.

D-70
Bahan waterproofing tidak boleh dipasang pada permukaan
horisontal sebelum beton mencapai umur 20 jam.

2. Kelembaban Permukaan beton

Bahan waterproofing dapat dipasang pada beton yang masih


"hijau" (green concrete) yaitu 20 jam setelah bekisting dibuka
atau beton yang telah dibasahkan dengan air bersih. Permukaan
beton harus dibasahkan sebelum pemasangan bahan
waterproofing sehingga kristal yang terkandung dapat mengalir
ke dalam beton dan mengisi pori- pori kapiler beton tersebut. Air
yang tergenang terlebih dahulu dikeringkan sebelum
pemasangan bahan waterproofing.

E. CARA PENCAMPURAN BAHAN WATERPROOFING

Bahan waterproofing harus dicampur dengan air bersih yang bebas


dari garam atau kotoran lainnya. Bahan dicampur secukupnya untuk
pemakaian selama 20 - 30 menit. Bilamana campuran mulai kental
harus diaduk kembali tetapi tidak boleh dicampur lagi dengan air.

1. Campuran Untuk Pemasangan Dengan Kuas Khusus

Bubuk harus ditakar dan dicampur dalam ember pengaduk. Air


yang dipakai harus ditakar dan dicampurkan ke dalam ember

yang berisikan bubuk bahan waterproofing. Pen- campuran


dalam jumlah besar sebaiknya menggunakan mixer/bor
berkecepatan lambat (250 rpm).

2. Campuran Untuk Pemasangan Dengan Alat Semprot

Pencampuran dilakukan seperti campuran untuk pemasangan


dengan kuas khusus tetapi campuran dibuat lebih encer.

3. Campuran Untuk Pemasangan Sealing Strip (Dry Pac)

Pencampuran dilakukan dengan menggunakan Roskam. 6


bagian bubuk dicampur dengan 1 bagian air selama 10-15 detik,
sehingga menghasilkan adukan yang agak kental. Campurkan
sejumlah bahan yang akan habis dipakai dalam 15 menit setelah
pencampuran.

D-71
F. PEMASANGAN BAHAN WATERPROOFING

Pemasangan bahan waterproofing harus dilakukan sesuai spesifikasi


dari pabrik pembuat atau oleh seorang yang telah berpengalaman
dalam pemasangan waterproofing system kristalisasi.

1. Sambungan Beton

Bahan waterproofing dengan slurry coaitng dengan dosis


pemasangan 1,0 kg/m2 harus dipasang pada semua
sambungan beton pada waktu pengecoran. Bilamana
sambungan beton sukar dijangkau pada waktu pengecoran
maka slurry coating dengan dosis 1,0 kg/m2 dapat dipasang
sebelum bekisting didirikan dan bilamana masih tidak mungkin
memasang slurry coating tersebut maka serbuk bahan
waterproofing dapat ditaburkan dengan dosis 1,0 kg/m2 pada
permukaan sambungan beton yang telah dibasahkan sebelum
pengecoran. Serbuk yang ditaburkan perlu disemprot dengan
sedikit air sewaktu pengecoran beton dilakukan.

2. Perbaikan permukaan yang tidak sempurna (retak, sambungan


beton yang tidak baik, lubang-lubang kecil

Bobok permukaan tersebut sehingga berbentuk letter "U"


dengan lebar 2 - 2,5 cm dan dalam 2,5 cm. Bersihkan lubang
berbentuk "U" tersebut dan basahkan dengan air sehingga
lembab. Laburkan bahan water- proofing dengan dosis 1,0
kg/m2 ke dalam lubang tersebut biarkan kering sebentar lalu isi
dengan DRY PAC.

PASAL 6 : PEKERJAAN DRAINAGE

1. LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan yang diperlukan,


termasuk alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan
ini dengan baik dan sempurna.

1.2 Kontraktor harus mengatur pekerjaan drainage sedemikian


sehingga aliran air hujan, air bekas dari lavatory, floor drain atau
dari sumber-sumber lain, selama dan sesudah pekerjaan
selesai, berjalan baik dan lancar.

Untuk menghindarkan kerusakan pekerjaan, Kontraktor harus


mengusahakan alat-alat untuk melindungi pekerjan tersebut,
misalnya pompa air, selokan pembuangan atau saluran-saluran
penyimpanan air dan sebagainya.

D-72
1.3 Pekerjaan ini meliputi :

Pekerjaan beton untuk gorong-gorong, selokan-selokan bak


kontrol dan saluran drainage serta untuk pekerjaan beton lainya
supaya mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
P.B.I. 1971, baik mengenai persyaratan material. Persiapan dan
cara-cara pelaksanaanya, acuan dan lain-lainya.

1.4. Macam Pekerjaan

Macam pekerjaan drainage meliputi pelaksanaan saluran pipa


PVC dalam tanah, selokan-selokan Bak kontrol, saluran
penyambung dari jalan keselokan dan saluran air sesuai dengan
spesifikasi lainya tentang pekerjaan tersebut, dan batas-bats
kedudukan, kemiringan dan dimensi seperti yang tercantum
dalam gambar perencanaan.

Pekerjaan ini juga mencakup pembongkaran saluran-saluran


yang telah ada sebelumnya kecuali pengawas menentukan
bahwa selokan-selokan tesebut dapat dipakai lagi.

a. Bak Kontrol (control box)

Pada-tempat-tempat tertentu, seperti yang tercantum dalam


gambar Perencana, Kontraktor harus membuat bak kontrol
(control box) untuk mengontrol kecepatan air dan mencegah
adanya erosi ke saluran penampungan. Kontraktor hendaknya
meneliti semua gambar-gambar perencanaan, sebelum
memulai pekerjaan.

Apabila terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar


perencana dengan site, Kontraktor harus menanyakan pada
pengawas/perencana. Dan Kontraktor harus membuat gambar-
gambar revisi dengan persetujuan Pengawas. Bak kontrol
(control box) dibuat dengan beton betulang dengan mutu K
175, kecuali disebutkan lain dalan gambar perencanaan :
ukuran lihat gambar detail lengkap dengan tutup dari beton
yang dapat dibuka.

Kontraktor harus mengikuti gambar-gambar perencanaan bila


terdapat ukuran-ukuran yang kurang jelas, Kontraktor harus
mengikuti semua petunjuk-petunjuk Pengawas.

D-73

Anda mungkin juga menyukai