Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rudi Hasim

NPM. : 1810012111325

HUKUM PIDANA

BERTANGGUNG JAWAB DALAM HUKUM PIDANA

Secara umum, kemampuan bertanggung jawab adalah mengenai keadaan jiwa atau keadaan batin
seseorang yang merupakan salah satu unsur pertanggungjawaban pidana dan sangat diperlukan untuk
menentukan dapat tidaknya dijatuhkan pidana kepada pelaku. Dalam KUHP tidak dijelaskan dengan
tegas mengenai apa yang dimaksud dengan kemampuan bertanggung jawab. Hal ini berdasarkan prinsip
bahwa setiap orang harus dianggap mampu bertanggung jawab. Sebaliknya, KUHP dalam pasal 44 ayat
(1) justru merumuskan keadaan seseorang yang tidak mampu bertanggung jawab sehingga tidak dapat
dipidana. Artinya, seseorang dianggap mampu bertanggung jawab apabila tidak terdapat dua keadaan
jiwa sebagaimana disebutkan dalam pasal 44 ayat (1) KUHP sebagai berikut :

"Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya karena
jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana.". jadi harus
dibuktikan ketidakmampuan bertanggungjawab dan bukan sebaliknya.

Dapat dikatakan, terdapat dua faktor untuk menentukan adanya kemampuan bertanggungjawab,
yaitu faktor akal dan faktor kehendak. Akal, yaitu keadaan mampu membedakan antara perbuatan yang
diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan. Kehendak, yaitu keadaan mampu menyesuaikan tingkah
laku dengan keinsyafan mengenai apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan.Dalam ketentuan
pasal 44 ayat (1) KUHP, dokterlah yang menentukan ada atau tidaknya sebab-sebab yang dicantumkan
dalam pasal 44 KUHP, sedangkan hakim bertugas menilai apakah dengan sebab-sebab tersebut, pelaku
mampu bertanggungjawab atau tidak.Untuk dapat menjadi perhatian bersama, sering terjadi kekeliruan
dalam hal ini, untuk itu perlu dipahami bahwa kemampuan bertanggungjawab bukan lah unsur untuk
menentukan ada atau tidaknya tindak pidana, karena untuk terjadinya tindak pidana tidak dipersoalkan
mengenai ada atau tidaknya kemampuan bertanggungjawab. Kemampuan bertanggungjawab menjadi
hal yang sangat penting dalam hal penjatuhan pidana, dan bukan dalam hal terjadinya tindak pidana
(kongkrit). Untuk terjadinya tindak pidana sudah cukup dibuktikan dengan semua unsur yang ada pada
tindak pidana yang bersangkutan. Yang perlu digaris bawahi adalah, kata "penjatuhan pidana".
Terjadinya tindak pidana tidak selalu harus diikuti dengan dipidananya pelaku.Berdasarkan hal ini, maka
akibat hukum yang terjadi jika "tidak terdapat unsur tertentu dalam suatu tindak pidana tertentu" akan
berbeda dengan jika "tidak terdapat kemampuan bertanggungjawab pada kasus tertentu". Kedua hal ini
berbeda dan mempunyai akibat hukum yang berbeda pula. Jika hakim mempertimbangkan tentang
tidak terbuktinya salah satu unsur tindak pidana, artinya tidak terwujudnya tindak pidana tertentu yang
didakwakan, maka putusan hakim berisi "pembebasan dari segala dakwaan" (vrijspraak). Tetapi jika
hakim mempertimbangkan bahwa pada diri terdakwa terdapat ketidakmampuan bertanggungjawab
(pasal 44 KUHP) maka putusan hakim berisi "pelepasan dari tuntutan hukum" (ontslag van
rechtsvervolging).

Anda mungkin juga menyukai