Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

Prak.Tek.Sed.Far.Semi Sol-Liq

NAMA DOSEN : Pramulani Mulya Lestari, M. Farm,. Apt.

NAMA KELOMPOK :- Indah Rafika (1904015122)


- Ratika Yusuanti (1904015098)
- Sausan Nabila (1904015245)
- Syifa Fauziah (1904015042)
- Wida Sarjiah (1904015257)
KELAS/KEL : C2/ 2

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2020
PRAKTIKUM 4
SUSPENSI

1. Kompetensi Dasar

a. Mahasiswa diharapkan mampu memahami definisi/pengertian dari suspensi


b. Mahasiswa diharapkan mampu memahami persyaratan dalam pembuatan suspensi
c. Mahasiswa diharapkan mampu menghitung kelarutan dan dosis suspensi
d. Mahasiswa diharapkan mampu memformulasikan sediaan suspensi
e. Mahasiwa diharapkan mampu membuat sediaan suspensi
f. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan evaluasi untuk sediaan suspensi
g. Mahasiswa diharapkan mampu membuat kemasan dan brosur suspensi dengan benar
2. Indikator Capaian
a. Mahasiswa mampu memahami definisi/pengertian dari suspensi
b. Mahasiswa mampu memahami persyaratan dalam pembuatan sediaan suspensi
c. Mahasiswa mampu menghitung tonisitas sediaan suspensi
d. Mahasiswa mampu memformulasikan sediaan suspensi
e. Mahasiwa mampu membuat sediaan suspensi
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi untuk sediaan suspensi
g. Mahasiswa mampu membuat kemasan dan brosur suspensi dengan benar
3. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum dari formulasi sediaan suspensi ini adalah agar mahasiswa
dapat membuat formula suspensii, mahasiswa dapat membuat serta melakukan evaluasi
sediaan suspensi mahasiswa dapat memahami pengaruh penggunaan bahan tambahan
pemanis dan pengawet terhadap stabilitas suspensi.

4. Uraian Teori
Suspensi adalah sediaan dengan sistem heterogen yang terdiri dari fasa terdispersi
sebagai fasa dalam dan fasa pendispersi sebagai fasa luar. Fasa terdispersi berbentuk partikel
dengan ukuran partikel tertentu yang tidak larut dalam fasa pendispersi. Fasa luar merupakan
bagian terbesar berbentuk cairan.

Secara umum sediaan suspensi terdiri dari :


1. Bahan berkhasiat dengan dosis yang dibutuhkan memppunyai kelarutan yang relatif kecil
di dalam fasa pendispersi.
Sifat partikel terdispersi yang harus diperhatikan adalah : ukuran partikel dan sifat
permukaan padat-cair. Partikel yang terdispersi dapat bersifat hidrofilik dan hidrofobik.
Untuk partikel yang hidrofobik perlu dilakukan proses pembasahan terlebih dahulu agar
dapat terdispersi dengan sempurna dalam pelarut. Bahan pembasah yang lazim dipakai
adalah surfaktan yang bersifat aktif permukaan dan mempunyai sifat dapat menurunkan
tegangan permukaan zat padat-zat cair.

2. Bahan pembasah : surfaktan dan humektan


Bahan pensuspensi ditambahkan untuk memodifikasi viskositas fasa luar dan mencegah
terjadinya proses pengendapan zat padat yang terdispersi dalam fasa luar. 3. Pembawa atau
fasa luar : sirup, sorbitol , air

4. Dapar
5. Pengawet
6. Flavour : pewarna, pemanis, penutup rasa
Suspensi rekonsitusi adalah suspensi dalam bentuk serbuk yang belum digunakan
didispersikan terlebih dahulu di dalam air sehinggga fasa terdispersi. Tujuan pemberian
sediaan suspensi kering adalah menjaga stabilitas zat aktif dalam air. Berdasarkan data
stabilita zat aktif dikembangkan untuk suspensi rekonsitusi dengan waktu pemakaian yang
terbatas dicampurkan. Komponen penyusun suspensi kering sama dengan suspense pada
umumnya.

PROSEDUR PEMBUATAN SUSPENSI


Tahap pembuatan sediaan suspensi
1. Didihkan aquadest yang akan dipakai sebagai fasa terdispersi, kemudian
dinginkan dalam keadaan tertutup.

2. Timbang bahan berkhasiat dan bahan pembantu sesuai dengan tugas yang
ditentukan

3. Haluskan bahan-bahan padat yang digunakan atau diayak sampai rentang ukuran
partikel tertentu
4. Campurkan bahan berkhasiat berurutan mulai dari pembasah, bahan pensuspensi
yang sudah dikembangkan, seryta bahan pembantu lainnya, kemudian volume
sediaan digenapkan dengan medium pendispersi (air) sampai volume yang
ditentukan

5. Masukkan ke dalam tabung sedimentasi, amati dan ukur tinggi sedimentasi pada
tabung sedimentasi dari setiap konsentrasi pembasah.

PROSES PEMBUATAN SUSPENSI REKONSTITUSI


Pembuatan suspensi tanpa granulasi
1. Timbang masing-masing zat sebanyak yang dibutuhkan
2. Tara botol sebanyak volume yang akan dibuat, keringkan
3. Gerus masing-masing zat dan campurkan sampai homogen
4. Timbang campuran sediaan sebanyak serbuk yang dibutuhkan untuk volume
suspensi 60 ml setelah rekonstitusi. Pembuatan suspensi dalam granulasi

1. Timbang masing-masing zat sebanyak yang dibutuhkan


2. Tara botol sebanyak volume yang akan dibuat, keringkan
3. Haluskan masing-masing zat
4. Campurkan seluruh zat dan tambahkan pengikat yang dilarutkan dalam cairan
pembasah untuk membuat masa granulsedikit demi sedikit dengan pipet hingga
terbentuk masa yang dapat digranulasi. Masa granul diayak, kemudian keringkan
hingga mencapai kadar air ddalam granul kurang dari 2%.

5. Tambahkan fines yang terdiri dari zat berkhasiat atau suspending agent.
Apabila diperlukan pembasah untuk zat yang hidrofo, maka penambahan zat
pembasah dilakukan dengan cara disemprotkan kedalam masa granul. Sebagai
cairan pengikat dipakai pelarut yang mudah menguap.

EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI :


1. Uji Organoleptis
a. Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas , ukuran dan bentuk,
volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan.
b. Indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur merupakan
sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekananyang dapat diamati dengan
mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus.

c. Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya
kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang menandakan produk tersebut telah
mengalami kerusakan.

d. Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis, asin, asam, pahit, dan gurih.
Serta sensasi lain seperti pedas, astringent (sepat), dll.

2. Penetapan pH
Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi kerja alat
setiap kali akan melakukan pengukuran.Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi,
kondisikan contoh uji sampai suhu kamar.Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas
elektroda dengan air suling. Bilas elektroda dengan contoh uji.Celupkan elektroda ke dalam
contoh uji sampai pH meter menunjukkan pembacaan yang tetap.Catat hasil pembacaan skala
atau angka pada tampilan dari pH meter.

3.Uji Diameter Ukuran Rata-rata partikel


Suspensi diencerkan dan dibuat sediaan yang cukup antara 3-5 sediaan diatas objek glass.
Kemudian objek glass yang berisi preparat yang akan diamati diletakkan di tengah-tengah meja
benda. Lensa objektif diturunkan sampai berjarak kira-kira 3mm dengan benda yang akan
diamati. Sambil melihat melalui lensa okuler, pengatur kasar diputar keatas sehingga partikel
yang akan diamati terlihat jelas. Kemudian dihitung nilai antilog SD diameter dari 20 partikel
suspensi tersebut. Jika nilai antilog SD1,2 maka jumlah partikel yang harus diukur adalah ≥1000.
Selanjutnya dilakukan pengelompokkan dengan menentukan ukuran partikel yang terkecil yang
tersebar. Dibuat grafik distribusi ukuran partikel dan ditentukan diameternya.

4.Bobot Jenis
Gunakan piknometer yang bersih dan kering. Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi
dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2). Buang air
suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya
pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3). Hitung bobot jenis
cairan.

Rumus perhitungan bobot jenis :


rx=:b–a
c–a

Keterangan: r x = Bobot jenis sampel


a = Berat pikno kosong b = Berat
sampel sebelum diuji c = Berat
sampel air

5.Viskositas
Viskositas/ kekentalan menggunakan viskometer brookefield atau stormer. Pilih spindel
yang sesuai dengan sediaan kemudian atur rpm nya, kemudian hidupkan tombol on, lalu catat
viskositasnya. (Dewi dkk. 2014).

6. Volume terpindahkan
Pilih tidak kurang 30 wadah, kocok isi 10 wadah satu per satu, tuang isi perlahan-lahan ke
dalam gelas ukur. Kemudian diamkan selama 30 menit. Ukur volume tiap-tiap wadah, volume
rata-rata 10 wadah tidak kurang dari 100%, tidak satupun wadah yang kurang dari 95% etiket.

7. Volume Sedimentasi
Suspensi yang dibuat dimasukkan ke dalam gelas ukur 10ml, dan disimpan pada suhu kamar
serta terlindung dari cahaya secara langsung. Volume suspensi yang diisikan merupakan volume
awal (Vo). Perubahan volume diukur dan dicatat setiap hari selama 30 hari tanpa pengadukan
hingga tinggi sedimentasi konstan. Volume tersebut merupakan volume akhir (Vu). Volume
sedimentasi dapat ditentukan dengan persamaan berikut: F= Vu/ Vo.

8. Uji Redispersi
Uji redispersi dilakukan setelah evaluasi volume sedimentasi selesai dilakukan. Tabung
reaksi berisi suspensi yang telah dievaluasi volume sedimentasiya diputar 180 derajat dan
dibalikkan ke posisi semula. Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi
sempurna dan diberi nilai 100%. Setiap pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama
maka akan menurunkan nilai redispersi sebesar 5%.
5. Pelaksanaan Praktikum

KARTU KONTROL
Dok. 1 No. & Nama Industri : 03 &PT Sehat Farma Objek : 1 / 12
1 SUSUNAN PERSONALIA

1.1 Bagian Litbang : Pramulani Mulya Lestari, M. Farm,. Apt.

1.1.1 Seksi Formulasi : Indah Rafika

1.1.1 Seksi Met. Analisa & Stabilitas : Ratika Yusuanti

1.1.2 Seksi Reg. & Desain Pengemas : Wida Sarjiah

1.2 Bagian Produksi : Pramulani Mulya Lestari, M. Farm,. Apt.


1.2.1 Seksi Produksi : Sausan Nabila

1.2.2 Seksi QC : Ratika Yusuanti

1.1.1 1.2.3 Seksi Pengemasan : Syifa Fauziah

1.1.2 1.2.4 Seksi PPPP & Penyimpanan : Syifa Fauziah

2 JADWAL PELAKSANAAN
2.1 Pengembangan Produk Baru

2.1.1 Studi Pasar & Kompetitor : 29 Oktober 2020

2.1.2 Membuat Desain Produk : 30 Oktober 2020

2.1.3 Pengembangan Met. Analisa : 31 Oktober 2020

2.1.4 Trial Formula : 1 November 2020

2.1.5 Uji Stabilitas Obat : 2 November 2020

2.1.6 Desain Pengemas : 3 November 2020

Catatan : Kalitbang dan Dirprod adalah dosen yang bersangkutan.


Jakarta, 2 November 2020
Dosen Penanggungjawab,

.
PENYUSUNAN PROTAB PENOMERAN BACTH
Dok. 2 No. & Nama Industri : 3 & PT Sehat Farma Obyek : 2 / 12

Nama Pabrik : Halaman 2 dari 12


PT. Sehat Farma PROSEDUR TETAP Nomor dokumen : -
PEMBERIAN NOMOR BACTH Tanggal : 2 November 2020

Disusun Oleh : Disetujui : Mengganti No. :


Ratika Yusuanti Pramulani Mulya Lestari, M. Farm., …………………………..
Sausan Nabila Apt.
Syifa Fauziah Tanggal :
Wida Sarjiah …………………………..
Indah Rafika

Tanggal Tanggal :
2 November 2020 2 November 2020

1. Jumlah Digit :

S F 3 3 0 3 1 1 2 0

2. Penjelasan :
1. Digit 1 & 2 : Singkatan industri
2. Digit 3 & 4 : Kode sediaan
3. Digit 5 & 6 : Nomor urut sediaan
4. Digit 7 & 8 : Bulan praktikum
5. Digit 9 & 10 : Tahun praktikum
PENGEMBANGAN PRODUK BARU
Tahap I : Studi Pasar dan Kompetitor
Dok. 3 No. & Nama Industri : 03 & PT Sehat Farma Hal : 3 / 12

I. Produk yang beredar


1. Nama Produk : Nufadol
Komposisi : Parasetamol 120 mg/5ml
Indikasi : Meringankan nyeri otot dan sendi, sakit gigi, sakit kepala,
menurunkan demam, misalnya demam setelah vaksinasi.
Kemasan : Botol 60 ml
2. Nama Produk : Omegrip
Komposisi : Parasetamol 120 mg/5ml
Indikasi : menggobati demam, sakit kepala, sakit otot, dan persendian.
Kemasan : Botol 60 ml
3. Nama Produk : Pamol
Komposisi : Parasetamol 120 mg/5ml
Indikasi : Demam dan nyeri.
Kemasan : Botol 60 ml
4. Nama Produk : Zetamol
Komposisi : Parasetamol 120 mg/5ml
Indikasi : meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi, dan
menurunkan demam.
Kemasan : Botol 60 ml

II. Rekomendasi
Berdasarkan studi pasar dan kompetitor diatas, maka direncanakan untuk diproduksi :
Nama Zat Aktif : Paracetamol
Dosis : 120mg/5ml
Indikasi : Analgetik, antipiretik
Kemasan : Botol 60 ml
III. Literatur :
- Iso vol 52 hal 29
- Iso vol 52 hal 30
- Iso vol 52 hal 31
- Iso vol 52 hal 51
- FI edisi III hal 37
PENGEMBANGAN PRODUK BARU
Tahap 2 : Desain Produk
Dok. 4 No. & Nama Industri : 03 & PT. Sehat Farma Hal : 4 / 12
1. Preformulasi
a. Uraian Fisik Obat
Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit

b. Kelarutan
Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P : larut dalam alkali
hidroksida.

c. Stabilitas Obat
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

2. Biofarmasetika
a. Absorpsi
Diserap dengan baik setelah pemberian oral dan rektal. Waktu untuk konsentrasi
plasma puncak: Kira-kira 10-60 menit (oral); 15 menit (IV); kira-kira 2-3 jam (rektal).

b. Distribusi
Didistribusikan ke sebagian besar jaringan tubuh. Melintasi plasenta dan memasuki
ASI. Pengikatan protein plasma: Sekitar 10-25%.

c. Metabolisme
Terutama dimetabolisme di hati melalui konjugasi asam glukuronat dan sulfat. N-
acetyl-p-benzoquinone imine (NAPQI), metabolit minor yang diproduksi oleh CYP2E1
dan CYP3A4, selanjutnya dimetabolisme melalui konjugasi dengan glutathione di hati
dan ginjal.

d. Ekskresi
Terutama melalui urin (<5% sebagai obat tidak berubah; 60-80% sebagai
metabolit glukuronida dan 20-30% sebagai metabolit sulfat). Waktu paruh eliminasi:
Kira-kira 1-3 jam.
PENGEMBANGAN PRODUK BARU
Tahap 2 : Desain Produk
Dok. 4 No. & Nama Industri : 03 & PT. Farma Sehat Hal : 5 / 12

3. Rekomendasi
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka desain produk adalah sebagai berikut :
a. Bentuk sediaan : Suspensi
b. Kemasan : Botol 60 ml
c. Nama Obat Jadi : Xetamol

4. Literatur
- https://www.mims.com/indonesia/drug/info/paracetamol?mtype=generic
PENGEMBANGAN PRODUK BARU
Tahap 3 : Pengembangan Metode Analisa
Dok. 5 No. & Nama Industri : 03 & PT. Farma Sehat Hal : 6 / 12

PROTAP PEMERIKSAAN KUALITAS PRODUK RUAHAN / PRODUK JADI


…………………………………………………….
1. Kualitas Fisik

 Organoleptis
- Bau : dapat dihirup langsung dengan hidung
- Warna : dapat dilihat dengan kasat mata
- Rasa : dapat dirasa dengan lidah

 Bobot Jenis
Penetapan bobot jenis :
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis
digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan lain didasarkan pada
perbandingan bobot zat diudara pada suhu 25o C terhadap bobot air dengan volume
dan suhu yang sama.
Gunakan piknometer yang bersih dan kering. Timbang piknometer kosong (W1),
lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang
(W2). Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang
akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan
timbang (W3). Hitung bobot jenis cairan.
Rumus perhitungan bobot jenis :
W 3−W 1
rx=:
W 2−W 1
Keterangan:
r x = Bobot jenis sampel
W1 = Berat pikno kosong
W3 = Berat pikno + sampel
W2= Berat pikno + air
PENGEMBANGAN PRODUK BARU
Tahap 3 : Pengembangan Metode Analisa
Dok. 5 No. & Nama Industri : 03 & PT.Sehat Farma Hal : 7 / 12

2. Kualitas Kimia
Penetapan kadar :
Lakukan penetapan dengan cara penetapan kadar nitrogen, menggunakan 300mg yang
ditimbang seksama dan 8 ml asam sulfat bebas nitrogen P.
1 ml asam sulfat 0,1 N setara dengan 15,116 mg C8H9NO9

3. Literatur
FI edisi III hal 37

PENGEMBANGAN PRODUK BARU


Tahap 4 : Trial Formula
Dok. 6 No. & Nama Industri : 03 & PT. Sehat Farma Hal : 8 / 12

1. Komposisi

No. Kode Nama Bahan g / kemasan 1 bacth ( g )


1 A01 Paracetamol 1,44 gr 4,32 gr
2 B02 PGS 0,6 gr 1,8 gr
3 B03 Sirup simplex 3 gr 9 gr
4 B04 Nipagin 0,048 gr 0,144 gr
5 B05 Ol. Citri 1 tetes 3 tetes
6 B06 Aquadest ad 60 ml 180 ml
7
8
9
10

2. Pembuatan
Perhitungan
120 mg
1. Paracetamol x 60 ml=1440 mg x 3=4320 mg
5 ml
1
2. PGS x 60 ml=0,6 x 3=1,8
100
3. Air PGS 7 x 1,8 = 12,6 ml
5
4. Sirup simplex x 60 ml=3 x 3=9
100
0,08
5. Nipagin x 60 ml=0,048 x 3=0,144
100
6. Air untuk nipagin 20 x 0,144 = 2,88g~ 2,88 ml
7. Ol Citri 1 tetes x 3 = 3 tetes
8. Aquadest ad 60 ml x 3 = 180 ml
= 60 ml – (1,44 + 0,6 + 4,2 + 3+ 0,048 +0,96 + 1)
= 48,75 ml

Prosedur
1. Siapakan alat dan bahan, setarakan timbangan
2. Timbang semua bahan yang ada diresep
3. Kalibrasi botol 60 ml
4. Menimbang serbuk paracetamol 4320 mg kedalam mortir,gerus sampai halus , sisihkan
5. Masukkan kedalam mesin pengaduk PGS 1,8 gr tambahkan aquadest 7 kali bobot PGS
sebanyak 12,6 ml dicampur sampai membentuk mucilago
6. Paracetamol yang sudah digerus masukkan kedalam mucilago , dicampur ad homogeny
7. Larutkan nipagin sebanyak 0,144 gr dengan air mendidih sebanyak 2,88 ml didalam beacker
glass, masukkan kedalam mesin pengaduk
8. Masukkan sirup simplex sebanyak 9 gr di campur ad homogen
9. Masukkan Ol Citri 3 tetes di campur ad homogen
10. Masukkan ke dalam botol, lalu masukkan aqua destilata ad tanda batas
11. Dikocok ad homogen
12. kemas dan diberi etiket serta label
13. Cek pH
14. Uji klinik
15. Pengemasan
16. Pendistribusian
PENGEMBANGAN PRODUK BARU
Tahap 4 : Trial Formula
Dok. 6 No. & Nama Industri : Hal : /

3. Bagan / Alur Pembuatan

Siapkan alat dan bahan

Timbang bahan-bahan

Kalibrasi botol 60 ml

Masukkan kedalam mesin


Menimbang serbuk pengaduk PGS 1,8g
paracetamol 4320 mg ke dalam Paracetamol yg sudah digerus
tambahkan aquadest 7
mortir, gerus sampai halus, masukkan ke dalam mucilago,
kali bobot PGS sebanyak dicampur ad homogen
sisihkan.
12,6 ml dicampur sampai
membentuk mucilago

Larutkan nipagin sebanyak 0,144g dengan air Masukkan syr simplex Masukkan Ol citri
mendidih sebanyak 2,88 ml didalam beaker sebanyak 9 gr dicampur 3 tts dicampur ad
glass, masukkan ke dalam mesin pengaduk ad homogen homogen

Masukkan ke dalam botol, lalu masukkan Dikocok ad


aquadest ad tanda batas homogen

kemas dan beri etiket

Cek PH

Uji klinik

Pengemasan

Perindustrian
PENGEMBANGAN PRODUK BARU
Tahap 5 : Uji Stabilitas Produk
Dok. 7 No. & Nama Industri : Hal : /

1. Metode dan Prosedur

2. Hasil dan Rekomendasi


a. Umur simpan obat
2 November 2020 – 2 November 2022 ( 2 tahun)

b. Kondisi penyimpanan
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

3. Literatur
- FI edisi III hal 37
PENGEMBANGAN PRODUK BARU
Tahap 6 : Desain Pengemas
Dok. 8 No. & Nama Industri : Hal : /

1. Etiket
2. Brosur

XETAMOL
Komposisi :
Tiap 5 ml mengandung :
Paracetamol 120 mg.

Farmakologi :
Asetaminofen menghasilkan analgesic dan antipiretik dengan mekanisme yang serupa dengan salisilat.
Namun, asetaminofen tidak memiliki aktifitas uricosuric, ada beberapa bukti bahwaasetaminofen memiliki
aktifitas antiinflamasi lemah pada beberapa kondisi non rheumatoid. Efek analgesik dan antipiretik dari
fenacetin umumnya dikaitkan dengan metabolit utamanya. Asetaminofen: bagaimanapun, ada beberapa
kejadian fenacetin yang tidak berubah mungkin juga aktif. Dalam dosis asetaminofen tingkat analgesik dan
antipiretik yang diproduksi oleh asetaminofen sama dengan yang dihasilkan oleh aspirin.

Dosis Obat :
Anak-anak 6-12 tahun : 250-500 mg setiap 4-6 jam
Anak-anak 1-3 tahun : 120-250 mg setiap 4-6 jam
3 bulan-1 bulan : 60-120 mg

Indikasi :
Menghilangkan atau meringankan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga
tidak menimbulkan ketagihan, obat ini juga berdaya sebagai penurun panas atau demam dan peradangan.

Kontraindikasi :
Kekurangan glukosa-6-fosfatdehidrogenase, kerusakan hati dan ginjal

Efek Samping :
Jarang sekali : reaksi alergi pada kulit, alergi silang dengan salisilat, leukopenia, neutropenia, panzitopenia,
methemoglebenia, nefropati, analgesic (pada penyalah gunaan kronis), tumor pada saluran pembuangan urine.
Pada dosis tinggi (>5-10), kerusakan hati yang berat dan mungkin letal, disebabkan oleh pembentukan
metabolit yang reaktif dan toksik.

Interaksi :
peningkatan risiko kerusakan fungsi hati pada pengunaan bersama alkohol.

Peringatan :
Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal dan ketergantungan alkohol

Cara Penyimpanan:
Dalamwadah tertutuprapat, tidak tembus cahaya.Simpan dalam suhu ruangan, hindarkan dari kelembapan dan
panas.

No. Reg : DBL 0300200833A1


Mfg. Date : 02 November 2020
Exp. Date : 02 November 2022

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Diproduksi oleh :
PT. SEHAT FARMA
JAKARTA - INDONESIA
PENGEMBANGAN PRODUK BARU
Tahap 6 : Desain Pengemas
Dok. 8 No. & Nama Industri : Hal : /

3. Kotak
6. Soal Latihan
1. Sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
adalah...

a. Suspensi
b. Emulsi
c. Elixir
d. Sirup
e. Solutions

2. Di bawah ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi, kecuali... a.


Ukuran partikel

b. Kekentalan/viskositas
c. Jumlah partikel/konsentrasi
d. Sifat/muatan partikel
e. Diameter partikel

3. Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu bahan
pensuspensi dari alam dan bahan pensuspensi sintesis. Contoh dari bahan pensuspensi sintesis
adalah...

a. Chondrus
b. Bentonit
c. Hectorit
d. Veegum.
e. Metil Selulosa

4. Yang termasuk sifat partikel yang terbentuk dari sistem deflokulasi adalah...
a. Partikel suspensi dalam keadaan menyatu dengan yang lain.
b. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing patikel mengendap terpisah dan ukuran
partikel adalah minimal.

c. Sediaan terbentuk cepat


d. Sedimen tidak membentuk cake yang keras
e. Diakhir sedimen akan membentuk cake yang mudah terdispersi lagi

5. Yang termasuk sifat partikel yang terbentuk dari sistem flokulasi adalah...
a. Partikel merupakan agregat yang asam
b. Sedimentasi terjadi cenderung lambat
c. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti
semula

d. Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras


e. Sedimen yang terbentuk sukar terdispersi lagi.

7. Daftar Pustaka
1. Anonim. DEPKES RI, Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.1990.
2. Anonim. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. DirJen POM. Jakarta
3. Anonim. Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.
1990.

4. Lachman L, LiebermanHA, Kanig jl. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III, jilid
2. UI Press. Jakarta. 1986.
5. Anonim. Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Bidang Obat. DEPKES RI. Jakarta.
1996.
6. Howard C, Ansel. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta. 1989.

Anda mungkin juga menyukai