Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLIK ABDOMEN

Disusun oleh :

MOCHAMAD FAUZI FATHONI

M16.01.0007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI

YOGYAKARTA

2020
1. Pengertian
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (reeves, 2013).
Kolik abdomen merupakan nyeri yan gdapat terlokalisasi dan dirasakanseperti perasaan
tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total
baik oragan tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik.
Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik renal dan kolik
karena sumbatan usus halus.
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang
hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan sampai yang bersifat fatal
(Slamet, 2013).

2. Penyebab
1) Mekanis
a. Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
b. Karsinoma
c. Volvulus
d. Intususepsi
e. Obstipasi
f. Polip
g. Striktur
2) Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik
b. Lesi medula spinalis
c. Enteritis regional
d. Ketidakseimbangan elektrolit
e. Uremia
3) Etiologi yang lain yaitu
a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis,
pankreanitis, kolesistitis.
b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis infeksi,
esofagitis.
c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.
g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan
lainnya
3. Manifestasi Klinis
a. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu
awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada
interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
b. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada –
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan
difus minimal.
c. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian
terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
d. Mekanika obstruksi parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri
abdomen, distensi ringan dan diare.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi
sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir
hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung
darah samar.

4) Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian
intermiten akhirnya hilang.
Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi
gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan
distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan
intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga
terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya
terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat
menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka
kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan
atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena
adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase
lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan
cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding
usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi
kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang
menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai
seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan
usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi
gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen.
5) Pathways

Peningkatan tekanan intraluminal Penurunan absorbsi

Gangguan vaskuler Distensi berisi gas,cairan dan elektrolit Udara tertampung Hipersekresi mukosa usus

Statis vena Peningkatan Kehilangan volume sistematik


volume udara
Edema dinding usus Dehidrasi
Rangsangan mual
Translokasi bakteri ke bembuluh darah Gangguan keseimbangan cairan
Muntah
dan elektrolit
Resiko infeksi
Gangguan penurunan nutrisi

Peningkatan distensi
dinding usus
Cemas

Peningkatan Perubahan pola


intra abdomen Nyeri Gelisah Kurang tidur istirahat / tidur
6) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
- USG Abdomen
b. Pemeriksaan rektal
c. Laboratorium :
- Leukosit
- HB

7) Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
- Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
- Terapi Na+, K+, komponen darah
- Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
- Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
- Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
- Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
- Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
- Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
- Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
- Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus
dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
b. Tindakan KEPERAWATAN
- Infus RL ; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1
- Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter dauwer
- Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin, Sulfas Aliopin (inj) ; jika
kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri Antibiotik kalau penyebab
tidak jelas
- Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang tiap 30 menit
- Bila panas, beri: antipiretik (Parasetamol)
- Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj), Cortison inj 3
cc atau Deksametason 2 amp
- Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke RSUD

8) Focus Pengkajian Keperawatan


a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien mengeluh
nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan
faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah
Sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan
sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang
dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
3) Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah
penyakit keturunan atau menular.

d. Pola- pola fungsi kesehatan


1) Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan dan
pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri
sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
3) Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan
sehingga terjadi konstipasi.
4) Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
5) Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
6) Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic
abdomen yang berulang.
7) Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi
dan seksual.
8) Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien
sakit sehubungan dengan proses penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
10) Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan
kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses
penyakitnya.
2) Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan
tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
3) Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit
jantung lainnya.
4) Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
5) Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap
makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
6) Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap
makanan.
9) Diagnosa keperawatan
1) Nyeri
2) Gangguan penurunan nutrisi
3) Perubahan pola istirahat / tidur
4) Resiko infeksi
5) Cemas
6) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

10) Focus Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Noc Nic


1 Nyeri Setelah dilakukan tindakan a. Catat keluhan nyeri,
keperawatan selama 3x24 termasuk lokasi
jam nyeri klien teratasi lamanya.
dengan criteria hasil : b. Observasi TTV
a. Klien mengatakan rasa klien.
nyeri berkurang c. Kaji ulang faktor
b. Klien menunjukkan raut yang meningkatkan
muka yang rileks atau menurunkan
c. Klien mampu nyeri.
mendefinisikan rasa d. Berikan makan
nyerinya sedikit tapi sering
d. Tanda vital klien dalam sesuai indikasi
batas normal untuk pasien.
e. Identifikasi dan
batasi makanan
yang menimbulkan
ketidaknyamanan.
f. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian terapi
analgetik

2 Gangguan penurunan nutrisi Setelah dilakukan tindakan a. Kaji dan observasi


keperawatan selama 3x24 TTV klien.
jam nutrisi klien terpenuhi b. Dorong klien untuk
dengan criteria hasil : makan makanannya
a. Klien mau makan sedikit demi sedikit.
b. Klien tidak merasa mual c. Berikan makan
c. Jumlah limfosit dalam sedikit tapi sering
batas normal sesuai indikasi
d. Tanda vital dalam batas pasien.
normal d. Kolaborasi dengan
tim gizi dalam
pemberian diit.
3 Perubahan pola istirahat / Setelah dilakukan tindakan Sleep enhancement
tidur keperawatan selama 3x24 a. Determinasi efek-
jam kebutuhan istirahat efek medikasi
klien terpenuhi dengan terhadap pola tidur
kriteria hasil; b. Jalankan
a. Jumlah jam tidur dalam pentingnya tidur
batas normal 6-8 ,yang adekuat
jam/hari c. Fasilitas untuk
b. Pola tidur, kualitas mempertahankan
dalam batas normal aktivitas sebelum
c. Perasaan segar setelah tidur (membaca)
atau istirahat d. Ciptakan
d. Mampu lingkungan yg
mengidentifikasi hal-hal nyaman
yang mampu e. Kolaborasi
meningkatkan tidur pemberian obat
tidur
f. Diskusikan dengan
pasien dan keluarga
tentang teknik tidur
pasien
g. Instruksikan untuk
memonitor tidur
pasien
h. Monitor waktu
makan dan minum
dengan waktu tidur
i. Monitor/catat
kebutuhan tidur
pasien setiap hari
dan jam
4 Ansietas ( cemas ) Setelah dilakukan tindakan a. Awasi respon
keperawatan selama 3x24 fisiologis seperti
jam cemas klien teratasi takipnea
dengan criteria hasil : b. Catat petunjuk
a. Menunjukan rileks prilaku seperti
b. Klien tidak terlihat gelisah,mudah
gelisah

5 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan a. Bersihkan


keperawatan selama 3x24 lingkungan sesudah
jam resiko infeksi klien dipakai pasien lain
teratasi dengan criteria hasil b. Pertahankan teknik
: isolasi
a. Tidak didapatkan infeksi c. Batasi pengunjung
berulang bila perlu
b. Tidak didapatkan tumor d. Instruksikan untuk
c. Status respirasi sesuai mencuci tangan
yang diharapkan sebelum makan
d. Temperatur badan e. Observasi dan
sesuai yang diharapkan laporkan tanda
gejala infeksi
PUSTAKA

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1.
Jakarta : EGC

Reeves, Charlene J et al. 2013. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika

Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC.

Slamet Suyono. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Prof. Dr. SpPD. KE., FKUI
Jakarta.

Smeltzer Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai