Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN “S” DENGAN GANGGUAN

SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok atas kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Tn. “S” dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi di Ruang
Yudistira Rumah Sakit dr, H. Marzoeki Mahdi Bogor”.
Dalam penyusunan makalah kelompok ini menemukan kesulitan dan hambatan,
namun berkat adanya bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, terutama pembimbing
ruangan dan pembimbing akademik. Akhirnya kelompok dapat menyelesaikan laporan kasus
ini tepat pada waktunya.Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu,sehingga kasus ini dapat terselesaikan antara lain:
1. Direktur utama Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor:
2. Direktur Akademi Keperawatan pemerintah Kab.Musi Banyuasin: Dr. H. Taufik
Rusydi. M.Kes
3. Sub bagian diklit tenaga Keperawatan dan non medik.
4. Kepala Ruangan Yudsitira Rumah Sakit Dr.Marzoeki Mahdi.
5. Pembimbing I dalam pembuatan makalah ilmiah kelompok: Dedeh Sukarsih
6. Pembimbing II dalam pembuatan makalah ilmiah kelompok: Ns. Asep Hidayat,
S.Kep
7. Seluruh dan staff seluruh Ruangan Yudistira RSMM Bogor
8. Pembimbing akademi keperawatan jiwa Ns.Susita Eliani,S.Kep, M. Kes
9. Orang tua yang selalu mendukung kami baik dukungan berupa materi maupunnon
materi.
10. Rekan-rekan mahasiswa/I angkatan XII AKPER PEMKAB MUBA.
Dalam menyelesaikan masalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan masih terbatasnya kemampuan yang kami
miliki, untuk itu kami mohon kritik dan saran yang bersikap membangun demi
kesempurnaan penulisan makalah ini.
Bogor, September 2017

Kelompok III
LEMBARAN PENGESAHAN

Proposal asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan sensori persepsi : Halusinasi


pada Tn. “S” di ruang Yudistira Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Proposal ini telah disahkan dan di setujui oleh :

Pembimbing Ruang Yudistira


RS. Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

Pembimbing I Pembimbing II

Dedeh Sukarsih Amd.Kep Ns. Asep Hidayat, S.Kep


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh
semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Depkes 2007)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad,
kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk
Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan
dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua
orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan,
serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan
Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan
jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study terbaru WHO di 14
negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus
gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian,
2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian
tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan
(Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari
jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk
penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita
gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50
juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
Berdasarkan keadaan umum semua pasien yang ada di ruangan Yudistira RS. Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor yaitu berjumlah 37 orang. Dimana pasien terbagi atas berbagai
macam masalah diagnose keperawatan yang berbeda dari 37 orang pasien terdapat 3 masalah
utama pasien dimana 58% pasien menderita gangguan sensori persepsi: Halusinasi, 24%
pasien menderita Isolasi social, dan 18% pasien menderita gangguan pola pikir: Waham.
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas halusinasi
dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk menyelesaikan praktek
klinik di RS. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

B. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum.
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatn jiwa pada klien dengan
perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruangan Yudistira RS. H.
Marzoeki Mahdi Bogor.

b. Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
2. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori :
halusinasi
3. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi
sensori:halusinasi pendengaran
4. Melakukan tiundakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran
5. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran
7. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis
dapatkan.

C. MANFAAT PENULISAN
Penulis mengharapkan karya tulis ini dapat memberikan manfaat untuk :
a. Bagi perawat unit psikiatri atau jiwa, perlu terapi yang lebih spesifik khususnya pada
klien dengan halusinasi dengan cara membuka hubungan interpersonal yang lebih
baik guna memberikan kesempatan kepada klien untuk lebih mempunyai komunikasi
atau melakukan kegiatan’
b. Bagi institusi pendidikan diharapakan institusi memberikan pendidikan tentang
halusinasi dan 4 diagnosa keperawatan yang lebih meluas, sehingga pengetahuan
mahasiswa lebih luas
c. Bagi ruangan diharapkan ruangan yang ada dirumah sakit lebih melengkapi fasilitas
yang dibutuhkan pasien diruangan
d. Bagi mahasiswa diharapkan mahasiswa mampu menguasai 5 diagnosa yang
ditetapkan dan mampu melakukan apa yang sudah dipelajari di akademik

D. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan makalah keperawatan ini, penulis menggunakan metode
deskriptif, yaitu metode ilmiah dengan pendekatan studi kasus dan tekhnik pengumpulan
data melalui wawancara terhadap pasien dan keluarga pasien.Observasi pasien secara
langsung, dokumentasi dan studi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

A. DEFINISI
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada indivisu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghinduan.Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada.

B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya gangguan halusinasi, yaitu faktor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, genetic dan poala asuh. Adapun
penjelasan yang lebih detail dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosikultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkuanganya sejak bayi (Unwanted child)
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkunagannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan
dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP). Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi
ketidakseimbangan Acetylcholin dan Dopamin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua Skizofrenia
cenderung mengalami Skizofrenia. Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga
menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi
Ada beberapa faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi, yaitu faktor biologis,
faktor stress lingkungan, dan faktor sumber koping. Adapun penjelasan yang lebih detail dari
masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut ini :
a. Faktor Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b. Faktor Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c. Faktor Sumber koping


Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

C. RENTANG RESPON HALUSINASI


Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon yang berhubungan
dengan fungsi neurobiologik, perilaku yang dapat diamati dan mungkin menunjukan adanya
halusinasi. Respon yang terjadi dapat berada dalam rentang adaptif sampai maladaptif yang
dapat digambarkan seperti di bawah ini :

Respon adaptif                                                                 Respon maladaptif


 
1. Respon adaptif
Respon adaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut Stuart,  (2007) meliputi :
a. Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
b. Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara
cermat dan tepat sesuai perhitungan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman berupa kemantapan perasaan jiwa yang timbul
sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
d. Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak
bertentangan dengan moral.
e. Hubungan sosial dapat diketahui melalui hubungan seseorang dengan orang lain
dalam pergaulan di tengah masyarakat.

2. Respon transisi
Respon transisi berdasarkan rentang respon halusinasi menurut Stuart, (2007) meliputi:
a. Pikiran terkadang menyimpang berupa kegagalan dalam mengabstrakan dan
mengambil kesimpulan.
b. Ilusi merupakan persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus    sensori.
c. Emosi berlebihan/dengan kurang pengalaman berupa reaksi emosi yang
diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
d. Perilaku ganjil/tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas 
kewajaran.
e. Menarik diri yaitu perilaku menghindar dari orang lain baik dalam berkomunikasi
ataupun berhubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya.

3. Respon maladaptif
Respon maladaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut Stuart, (2007)
meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah terhadap
rangsangan.
c. Tidak mampu mengontrol emosi berupa ketidakmampuan atau menurunya
kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan, keakraban, dan kedekatan.
d. Ketidakteraturan Perilaku berupa ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang
ditimbulkan.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.
D. FASE-FASE HALUSINASI
Terjadinya halusinasi dimulai dari beberapa fase, hal ini dipengaruhi oleh intensitas
keparahan dan respon individu dalam menanggapi adanya rangsangan dari luar. Menurut
Direja, (2011) Halusinasi berkembang melalui empat fase yaitu fase comforting, fase
condemming, fase controlling, dan fase conquering. Adapun penjelasan yang lebih detail dari
keempat fase tersebut adalah sebagai berikut  :
1. Fase Pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan.Pada tahap ini masuk
dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik atau Sifat :
Klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang
memuncak dan tidak dapat diselesaikan.klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku Klien  :
Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, mengerakkan bibir tanpa suara, pergerakan
mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka
menyendiri.

2. Fase Kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikan.Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakterisktik atau Sifat :
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan
berpikir sendiri jadi dominan.Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin
orang lain tahu dan dia tetap dapat mengontrolnya.

Perilaku Klien  :
Meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan
tekanan darah.Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.

3. Fase Ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa.Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakterisktik atau Sifat :
Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien.Klien
menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku Klien  :
Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik,
Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.

4. Fase Keempat
Adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.Termasuk
dalam psikotik berat.
Karakterisktik atau Sifat :
Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien
menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata
dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku Klien  :
Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri
atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari satu orang.

E. TANDA DAN GEJALA


Menurut Videbeck, (2008) ada beberapa tanda dan gejala pada klien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran dilihat dari data subyektif dan data obyektif  klien,
yaitu :
1. Data Subyektif:
a. Mendengar suara atau bunyi.
b. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
b. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
c. Mendengar seseorang yang sudah meninggal.
d. Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain bahkan suara lain yang
membahayakan.

2. Data Obyektif.
a. Mengarahkan telinga pada sumber suara.
b. Bicara sendiri.
c. Tertawa sendiri.
b. Marah-marah tanpa sebab.
c. Menutup telinga.
d. Mulut komat-kamit.
e. Ada gerakan tangan.

F. JENIS-JENIS HALUSINASI
Menurut Stuart, (2007) jenis-jenis halusinasi dibedakan menjadi 7 yaitu Halusinasi
pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, perabaan, senestetik, dan kinestetik.
Adapun penjelasan yang lebih detail adalah sebagai berikut :
1. Halusinasi pendengaran
Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya orang. Suara dapat berkisar dari
suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai klien. Jenis lain termasuk
pikiran yang dapat didengar yaitu pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.
2. Halusinasi penglihatan
Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
karton, atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang
menyenangkan atau yang menakutkan seperti monster.
3. Halusinasi penciuman
Karakteristik : Mencium bau-bau seperti darah, urine, feses, umumnya bau-bau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,
kejang, dan dimensia.
4. Halusinasi pengecapan
Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikan seperti darah,
urine, atau feses.
5. Halusinasi Perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Halusinasi Senestetik
Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinestetik
Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Townsend, (2003) ada dua jenis penatalaksanaan yaitu sebagai berikut :

1. Terapi Farmakologi
a. Haloperidol (HLP)
1. Klasifikasi antipsikotik, neuroleptik, butirofenon.
2. Indikasi
Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian hiperaktivitas dan
masalah prilaku berat pada anak-anak.
3. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya,
tampak menekan SSP pada tingkat subkortikal formasi reticular otak,
mesenfalon dan batang otak.
4. Kontra indikasi
Hipersensitifitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum tulang,
kerusakan otak subkortikal, penyakit Parkinson dan anak dibawah usia 3
tahun.
5. Efek samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan anoreksia.

b. Chlorpromazin
1. Klasifikasi sebagai antipsikotik, antiemetik.
2. Indikasi
Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada
gangguan bipolar, gangguan skizoaktif, ansietas dan agitasi, anak hiperaktif
yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan.
3. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja antipsiotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya,
namun mungkin berhubungan dengan efek antidopaminergik.Antipsikotik
dapat menyekat reseptor dopamine postsinaps pada ganglia basal,
hipotalamus, system limbik, batang otak dan medula.
4. Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sum-sum
tulang, penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia
dibawah 6 bulan dan wanita selama kehamilan dan laktasi.
5. Efek Samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi, ortostatik,
hipertensi, mulut kering, mual dan muntah.
c. Trihexypenidil (THP)
1. Klasifikasi antiparkinson
2. Indikasi
Segala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan dengan
obat antiparkinson
3. Mekanisme kerja
Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan kelebihan
asetilkolin dalam korpus striatum, asetilkolin disekat oleh sinaps untuk
mengurangi efek kolinergik berlebihan.
4. Kontra indikasi
Hipersensitifitas terhadap obat ini, glaucoma sudut tertutup, hipertropi
prostat pada anak dibawah usia 3 tahun.

5. Efek samping
Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering, mual dan muntah.

2. Terapi non Farmakologi


a. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).
Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan Gangguan Sensori Persepsi:
Halusinasi adalah TAK Stimulasi Persepsi.
b. Elektro Convulsif  Therapy(ECT)
Merupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan kekuatan
75-100 volt, cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan
bahwa terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan Skizofrenia dan dapat
mempermudah kontak dengan orang lain.
c. Pengekangan atau pengikatan
Pengembangan fisik menggunakan pengekangannya mekanik seperti manset
untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki sprei pengekangan dimana klien
dapat dimobilisasi dengan membalutnya,cara ini dilakukan pada klien halusinasi
yang mulai menunjukan perilaku kekerasan diantaranya : marah-
marah/mengamuk.

H. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien.
b. Keluhan utama/ alasan masuk.
c. Faktor predisposisi.
Faktor biologis yaitu adanya kejadian terhadap fisik berupa atrofi otak,
pembesaran ventrikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbic, faktor
genetik adanya pengaruh herediter berupa anggota keluarga terdahulu yang
mengalami Skizofrenia dan kembar monozigot.
Faktor psikologis yaitu mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi,
menutup diri, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran
diri negatif dan koping destruktif.
d. Faktor presipitasi.
Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya.Adanya rangsang dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama tidak diajak objek berkomunikasi yang ada dilingkungan,
dan juga suasana sepi yang terobsesi sering menjadi pencetus terjadinya
halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
Adapun faktor presipitasi terdiri dari sistem pendukung yaitu data yang perlu
dikaji dari keluarga adalah finansial, waktu dan tenaga yang tersedia untuk
merawat klien.Kondisi keluarga yang perlu dikaji adalah komunikasi keluarga
baik waktu maupun kualitasnya.Respon klien adalah tanda dan gejala yang dapat
dideteksi sebagai respon yang terkait dalam fungsi otak.
e. Psikososial
f. Perilaku
Prilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya, meliputi:

1. Isi halusinasi
Ini dapat ditanyakan , suara apa yang didengar, apa saja yang  dikatakan
suara itu, jjika halusinasi auditorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh
klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium, jika halusinasi penghidu,
rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecap, dan apa yang diraskan
dipermukaan tubuh jika halusinasii perabaan
2. Waktu dan frekuensi
Ini dapat ditanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul,
berapa kali sehari, seminggu, sebulan pengalaman halusinasi itu muncul.
3. Pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu perawat perlu juga bisa mengobservasi apa yang dialami
klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasikan pernyataan
klien.
4. Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien, bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan klien saat mengalami halusinasi.
g. Mekanisme koping.
1. regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2. proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain
3. menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal

I. POHON MASALAH
Resiko Perilaku Kekerasan
                                                                                                     (Akibat )
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

                                                                                                      (Core Problem)


Isolasi sosial : Menarik diri
                                                                                                       (Penyebab)
J. MASALAH KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
3. Isolasi social

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi social
3. Resiko perilaku kekerasan
L. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan : Gangguan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengenal halusinasinya


Tindakan :
a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa
stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara
c. Bantu klien mengenal halusinasinya
d. Diskusikan dengan klien :
1. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
2. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih,
senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur,
marah, menyibukkan diri dll).
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
1. Katakan “ saya tidak mau dengar”
2. Menemui orang lain
3. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
4. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap.
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.
f. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
g. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi.

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya


Tindakan :
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):

5. Klien memanfaatkan obat dengan baik


Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum obat
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat yang
dirasakan
d. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.
BAB III
TINJAUAN KASUS

 
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama klien   : Tn. “ S ”
Umur : 28 Agustus 1984
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SLTA
Alamat : Bekasi
Tanggal MRS : 26 Agustus 2017
Tanggal pengkajian : 05 September 2017
No. Med. Reg : 05.30.83
Diagnosa medis : Skizopfrenia Paranoid

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny “ S “
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin :Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bekasi
Hub. Dengan klien : Kakak Kandung

B. ALASAN MASUK
Terima rawat baru asal bekasi datang di IGD sakit sejak kurang lebih 9 tahun yang lalu
selama 2 hari ini dirumah marah-marah, merusak ART, bicara dan tertawa sendiri, 3 hari sulit
tidur, malas mandi, makan kurang nafsu makan, factor pencetus menurut keluarga kecapekan di
tempat kerja.

Masalah keperawatan: Halusinasi dan Resiko perilaku kekerasan,

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.Pasien mengatakan
pengobatan sebelumnya berhasil.Pasien pernah mengalami aniaya fisik sebagai pelaku, pasien
melakukan tindakan aniaya fisik pada pamannya.Pasien tidak pernah mengalami aniaya seksual,
penolakan dalam keluarga dan tidak pernah melakukan tindakan criminal.Pasien mengatakan
tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.Pasien belum pernah dirawat di
rumah sakit dan hanya rawat jalan dikarenakan dalam beberapa hari kondisi klien memburuk.
Masalah keperawatan: Resiko perilaku kekerasan
 
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital
TD : 110/70 mmHg
T : 36 0C
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt

2. Ukur
Tb : 163 cm
BB : 43 kg
3. Skala nyeri : 0/10

4. Keluhan Fisik

Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakan sekarang.


Masalah keperawatan : tidak ada masalah
E. PSIKOSOSIAL

a. Genogram

Keterangan:

: perempuan

: laki laki

: tinggal seumah

: berpisah

klien anak kedua dari 4 bersaudara, klien tinggsl serumah dengan ibu, ayah dan kedua
saudara kandung,

b. Konsep diri                                                                                 
- Citra Tubuh / Gambaran Diri
Klien mengatakan tidak menyukai bagian kuku kakinya karena jempol kaki nya
tidak sebgaus dahulu
- Identitas
Klien mengatakan senang menjadi dirinya sebagai laki-laki
- Peran
Klien mengatakan dirinya dirumah sebagai adik dan kakak dari dua adik
kandungnya

- Ideal diri
Klien mengatakan ingin menikah dan mempunyai ternak kambing

- Harga diri
Klien merasa kadang-kadang merasa berguna kadang tidak

Masalah keperawatan : harga diri rendah

c. Hubungan Sosial
- Orang yang berarti
Orang yang berarti dalam hidup klien adalah ibunya.
- Peran serta kegiatan kelompok
Klien mengatakan bahwa dirinya kurang ada peran dalam kelompok, dirinya
malas berkumpul dalam kelompok,
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien  mengatakan bahwa jika berbicara dengan orang lain takut akan
menyinggung perasaan mereka jika berbicara

Masalahkeperawatan : Harga diri rendah

d. Spiritual
- Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan dia seorang muslim
- Kegiatan ibadah
Klien mengatakan selalu melakukan kegiatan ibadah
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien tampak rapi dan berpakaian sesuai dengan pakaian teman-temanya yang ada
di bangsal,baju di kancingkan, rambut disisir.
Masalah keperawatan: tidak ada

2. Pembicaraan
Klien kooperatif saat berkomunikasi , pembicaraan klien sesuai dengan topic yang
di bicarakan dan kadang-kadang bertanya kepada perawat.
Masalah keperawatan: tidak ada

3. Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, klien melakukan kegiatan jika di motivasi perawat.
Masalah keperawatan: tidak ada

4. Alam perasaan
Klien mengatakan sedih , karena dirinya merasa tidak berguna bagi keluarganya
dan kurang bersemangat.
Masalah keperawatan: harga diri rendah

5. Afek klien
Afek klien yaitu afek datar, dimana saat diajak ngobrol klien tidak menunjukkan
perubahan raut  muka atau ekspresi wajah.
Masalah keperawatan: tidak ada

6. Interaksi secara wawancara


Selama interaksi klien kooperatif, kurang konsentrasi dan kontak mata kurang,
sering berpaling pandangan, sering menunduk ketika diajak ngobrol.
Masalah keperawatan: isolasi sosial
7. Persepsi; Halusinasi
Klien mengatakan ada bisikan seolah menyuruh untuk sholat atau wudhu kalau
mengikuti suara dari kuping sebelah kanan atau pun bayangan berwarna putih hanya
terlintas lewat seolah-olah klien merasakan bahwa ada bayangan umi
Masalah keperawatan: tidak ada masalah

8. Isi pikir
Klien tidak mengalami fobia, pikiran magic atau depersonalisasi (perasaan asing
terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan), klien mengalami waham  waham
agama karena klien selalu mengaitkan apa yang ia katakana dengan agama
Masalah keperawatan: waham agama

9. Proses pikir
Klien mengalami waham agama.
Masalah keperawatan: waham agama

10. Tingkat kesadaran


Tingkat kesadaran klien adalah composmetis, klien tidak disorientasi waktu,
tempat maupun orang.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah

11. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, pendek, maupun saat
ini, karena klien mampu menjawab tentang pertanyaan hari ini , tanggal dan tahun dan
klien mengingat kegiatan yang dilakukan kemarin yaitu seperti senam,dan lain-lain.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Klien mampu berkosentarasi secara penuh, karena klien sadar
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
13. Daya tilik diri
Klien menyadari dirinya sedang mengalami suatu masalah / sakit (pasien)
Masalah keperawatan: tidak ada masalah

G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan, mandi, dan berpakaian


Klien dapat menyiapkan makanan, mandi dan berpakaian secara mandiri
2. BAB dan BAK
Klien mampu BAB dan BAK pada tempatnya serta dapat membersihkan toilet
dan membersihkan diri saat BAB dan BAK
3. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan susah tidur dimalam hari dan sering terbangun
4. Penggunaan Obat
Klien minum obat secara teratur dengan bantuan perawat

H. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping klien inefektif, selalu mengganggap diri tidak berguna, tidak berguna
bagi  keluarga dan orang lain.

I. ASPEK MEDIS
- Risperidon 2 mg dosis 12/jam( via oral)
- THP 2 mg dosis 12/jam ( via oral )
- Meloperm dosis 24/jam ( via oral )
J. ANALISA DATA

Tgl Data Fokus Diagnosa Ttd


05/09/2017   Ds : Gangguan  
sensori persepsi :
- Klien mengatakan takut pada
halusinasi
saat mendengar suara
- Klien mengatakan suara itu
memerintah untuk sholat/wudhu
kalau mengikuti suara dari
kuping sebelah kanan, kalau
mengikuti sebelah kiri merasa
kurang puas/plong
- Klien mengatakan suara tersebut
banyak memeberikan solusi
- Klien mengatakan suara tersebut
adalah suara laki-laki

  Do :

- Klien tampak gelisah


- klien tidak berani bertatap wajah
- klien sering mengeluarkan suara
kemudian ia merasa bersalah
mengeluarkan kata-kata tersebut
- klien tampak labil
- klien tampak sering menutup
wajah ketika sedang berbicara

05/09/2017   Ds : Harga Diri  


Rendah.
- klien mengatakan malu dengan
anggota badannya terutama kuku
kaki karena tidak bagus seperti
dulu. 

  Do :

- Klien terlihat menyendiri dan


jarang berkomunikasi dengan
teman-temanya
- Klien tidak berani bertatap muka
ketika diajak bicara

05/ 09/ 2017 Ds : Resiko perilaku


kekerasan
- keluargaklien mengatakan saat
dirumah marah –marah ± 2 hari,
dan membanting barang serta
marah – marah dengan paman
dan kakak perempuannya.

Do :

- klien tampak gelisah


- klien tampak marah ketika
keluarga menceritakan keadaan
klien kepada orang lain

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko perilaku kekerasan

POHON MASALAH
Resiko Perilaku Kekerasan
                                                                                                     (Akibat )
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

                                                                                                      (Core Problem)


Isolasi sosial : Menarik diri
                                                                                                       (Penyebab)

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada tangal 05 September 2017 sampai dengan 07 September 2017 kelompok III telah
melakukan asuhan keperawatan jiwa pada klien Tn “S” dengan masalah utama Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi di ruang yudistira RS Dr. H Marzoeki Mahdi Bogor. Pada bab ini
kelompok akan membahas kasus dan teori. Pembahasan ini dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian,diagnose keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Pada tahap
pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
B. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa keperawatan didapat pada teori ditemukan namun pada kasus ditemukan
lima diagnosa. Diagnose yang ada pada teori yaitu halusinasi, resiko prilaku
kekerasan. Sedangkan diagnose keperawatan yang terdapat pada kasus
halusinasi,resiko prilaku kekerasan, isolasi social, harga diri rendah, deficit
keperawatan diri.
C. Intervensi keperawatan
Pada intervensi keperawatan tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus.
D. Implementasi
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn”S” dengan gangguan sensori
persepsi “ Halusinasi penulis menggunakan strategi pelaksanaan yang telah di rencanakan
sebelumnya pada tahap yang telah disesuaikan dengan kondisi klien pada saat dilakukan
pengkajian. Adapun fase dari strategi pelaksanaan yang digunakan adalah fase orientasi,
fase kerja, fase terminasi.
E. Evaluasi
Selama penulis memberikan asuhan keperawatan Tn”S” penulis lebih mengutamakan
pada diagnosa yang di prioritaskan, terutama pada diagnose gangguan sensori persepsi :
halusinasi .

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah memberikan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan gangguan sensori persepsi :
halusinasi diruang rawat inap Yudistira Rs.Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor.Penulis melakukan
penulisan langsung dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi,maka penulis mengambil
kesimpulan :

1. Pengkajian
a. Alasan masuk

Terima rawat baru asal bekasi datang di IGD sakit sejak kurang lebih 9 tahun yang lalu
selama 2 hari ini dirumah marah-marah, merusak ART, bicara dan tertawa sendiri, 3 hari
sulit tidur, malas mandi, makan kurang nafsu makan, factor pencetus menurut keluarga
kecapekan di tempat kerja.

b. Faktor peredisposisi

Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.Pasien mengatakan


pengobatan sebelumnya berhasil.Pasien pernah mengalami aniaya fisik sebagai pelaku,
pasien melakukan tindakan aniaya fisik pada pamannya.Pasien tidak pernah mengalami
aniaya seksual, penolakan dalam keluarga dan tidak pernah melakukan tindakan
criminal.Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit dan hanya rawat jalan dikarenakan dalam
beberapa hari kondisi klien memburuk.

B. Saran
Adapun saran dalam makalah ini adalah
1. Institusi
Diharapkan pihak institusi hendaknya lebih meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikannya,khususnya dalam keperawatan jiwa agar mahasiswa mampu dalam
menerapkan praktik asuhan keperawatan jiwa di rumah sakit jiwa.
2. Rumah Sakit
Diharapkan pihak rumah sakit dapat menerapkan metode-metode keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan pasien seperti suasana ruangan yang baik dan tersedianya
alat-alat kebersihan diri dan lingkungan.
3. Ruangan

Diharapkan fasilitas dan suasana ruangan harus mendukung dalam proses


kegiatan pasien,dan disamping itu juga,kebutuhan pasien dapat terpenuhi dengan adanya
fasilitas tersebut.

4. Perawat

Diharapkan seluruh perawat ruangan bisa mendapatkan data secara lengkap dan
akurat,baik dari observasi.pengkajian secara langsung maupun tidak langsung serta
perawat harus bisa menerapkan diagnose keperawatan yang paling tepat untuk menjadi
utama pada kien.

5. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih teliti dalam menggali masalah utama pada klien dan
menerapkan konsep serta pedoma dalam menerapkan prioritas diagnose keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Dep Kes RI ( 2001 ). Kpererawatan Jiwa Teori dan Tindakan kperawatan. Cetakan I Jakarta :
Dep Kes RI.
Hawari dadang ( 2001). Pendekatan holistic Pada gangguan Jiwa Skizofrenia.
FK-UI Jakarta.
Stuart dan Sundeen ( 1991 ) Pocket Guide Psychiatric Nursing Second Edition, Mosby.
Stuart dan Sundeen ( 1998 ) Buku Saku Keperawatan Jiwa, ECG Jakarta.
Stuart Gail W and Laraia Michele T ( 1979). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing.Ed.7. Copyright by Mosby, Inc. USA (2001).
Maslim Rusdi, Dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III.
NANDA (2005-2006). Nursing Diagnoses: Definitions and Classification.

Anda mungkin juga menyukai