Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LANDASAN TEORI
Pada gambar 2.1 diatas dijelaskan jika sistem tenaga listrik terdiri atas tiga
bagian utama yaitu sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem
distribusi. Tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik seperti PLTA,
PLTU, PLTG, PLTGU, PLTD, dan lain sebagainya kemudian dinaikan
tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up transformator) yang ada
di pusat listrik. Setelah di step up kemudian ditransmisikan. Saluran transmisi
tegangan tinggi di PLN kebanyakan mempunyai tegangan 66 kV, 150 kV, dan
500 kV. Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada pula yang
berupa kabel tanah. Karena saluran udara harganya jauh lebih murah
dibandingkan dengan kabel tanah maka saluran transmisi PLN kebanyakan berupa
saluran udara. Kerugian dari saluran udara dibandingkan dengan kabel tanah
adalah saluran udara mudah terganggu, misalnya karena terkena petir, terkena
pohon dan lain-lain. Untuk jarak sedang, digunakan tegangan transmisi 70 kV dan
150 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Tinggi
7
8
(SUTT) sedangkan untuk jarak yang jauh digunakan tegangan transmisi sampai
500 kV yang disebut Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga
listrik ke Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator
penurun tegangan (step down transformer) menjadi tegangan menengah atau yang
juga disebut sebagai tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang
dipakai PLN adalah 20 kV. Lalu setelah dari Gardu Induk (GI) di turunkan
tegangannya atau di step down pada trafo distribusi menjadi 220/380 V.
Keuntungan menggunakan sistem ini yaitu tidak rumit dan dari segi kehandalan
lebih murah dibandingkan dengan sistem lain. Kurangnya kehandalan disebabkan
karena terdapat satu jalur sumber utama yang menyuplai gardu distribusi,
sehingga apabila jalur utama tersebut terjadi gangguan maka seluruh gardu
distribusi akan ikut padam.
Beban pada jaringan dipasok oleh penyulang secara terpisah atau sistem terbuka
oleh sebuah LBS (Load Break Switch). Keadaan normal LBS posisi terbuka
memisahkan antara dua Gardu Induk. Fungsi tertutup dari LBS ini digunakan saat
terjadi pemeliharaan atau terjadi gangguan pada jaringan di salah satu penyulang
sehingga sebagian beban penyulang yang terjadi pemeliharaan atau gangguan
tidak padam total.
Jaringan sistem spindle biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah
penyulang cadangan yang akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola spindle
biasanya digunakan pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM) yang
menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM).
Namun pada pengoperasiannya sistem spindle berfungsi sebagai sistem radial. Di
dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk
mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah
(TR) atau tegangan menengah (TM).
14
Pada sistem kelistrikan pada PLN Distribusi Jawa Tengah menggunakan jaringan
semi loop. Jadi, ketika normal tidak terdapat gangguan akan bekerja
menggunakan sistem jaringan radial, namun ketika terjadi gangguan atau
pemeliharaan beban akan dilimpahkan ke penyulang lain.
2.3 Penghantar
Penghantar adalah media untuk mengantarkan arus listrik ataupun informasi.
Bahan dari penghantar ini beraneka ragam, khusus sebagai pengantar
arus listrik, umumnya terbuat dari tembaga dan umumnya dilapisi dengan
pelindung. Selain tembaga, ada juga kabel yang terbuat dari serat optik,
yang disebut dengan fiber optic cable. Penghantar atau kabel yang sering
digunakan untuk instalasi listrik penerangan umumnya terbuat dari
tembaga. Penghantar tembaga setengah keras (BCC ½ H = Bare Copper
Conductor Half Hard) memiliki nilai tahanan jenis 0,0185 ohm mm²/m
dengan tegangan tarik putus kurang dari 41 kg/mm². sedangkan
penghantar tambaga keras (BCCH =Bare Copper Conductor Hard),
kekuatan tegangan tariknya 41 kg/mm². Pemakaian tembaga sebagai
16
Syarat-syarat bahan penghantar saluran udara yang baik adalah daya hantarnya
cukup baik, daya tariknya cukup tinggi, koefisien muai panjang cukup kecil dan
modulus kekenyalan (elastisity) cukup besar.
19
Bahan-bahan yang memenuhi syarat tersebut dan juga jenis kawat penghantar
yang biasa digunakan antara lain adalah
a. logam biasa seperti :
Besi dengan kondutivitas 100% (cu 100%)
Tembaga dengan konduktivitas 97,5% (cu 97,5%)
Alumunium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)
b. kawat logam campuran (alloy) yaitu tembaga atau aluminium yang diberi
campuran logam jenis lain dalam jumlah tertentu guna menaikkan kekuatan
mekaniknya, dan logam paduan (composite) yaitu jenis dua logam atau lebih
yang dipadukan dengan cara kompresi atau peleburan ataupun pengelasan.
Kawat tembaga mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar
alumunium, karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Akan tetapi
juga mempunyai kelemahan yaitu untuk besaran tahanan yang sama, tembaga
lebih berat dan lebih mahal dari alumunium. Oleh karena itu, kawat
penghantar alumunium telah mulai menggantikan kedudukan kawat tembaga.
Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat alumunium, digunakan campuran
alumunium (alumunium alloy).
a. Tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, bahaya petir, badai, tertimpa pohon, dsb.
b. Tidak mengganggu pandangan, bila adanya bangunan yang tinggi,
c. Dari segi keindahan, saluran bawah tanah lebih sempurna dan lebih indah
dipandang,
d. Mempunyai batas umur pakai dua kali lipat dari saluran udara,
e. Ongkos pemeliharaan lebih murah, karena tidak perlu adanya pengecatan.
f. Tegangan drop lebih rendah karena masalah induktansi bisa diabaikan.
g. Tidak ada gangguan akibat sambaran petir, angin topan dan badai.
h. Keandalan lebih baik.
i. Tidak ada korona.
j. Rugi-rugi daya lebih kecil.
Adapun kerugian atau kelemahan dari penggunaan jaringan kabel bawah tanah
ialah sebagai berikut :
a. Harga kabel yang relatif mahal
b. Gangguan yang terjadi bersifat permanen
c. Tidak fleksibel terhadap perubahan jaringan
d. Waktu dan biaya untuk menanggulangi bila terjadi gangguan lebih lama dan
lebih mahal.
e. Biaya investasi pembangunan lebih mahal dibanding-kan dengan saluran
udara,
f. Saat terjadi gangguan hubung singkat, usaha pencarian titik gangguan tidak
mudah (susah),
g. Perlu pertimbangan-pertimbangan teknis yang lebih mendalam di dalam
perencanaan, khususnya untuk kondisi tanah yang dilalui.
21
h. Hanya tidak dapat menghindari bila terjadi bencana banjir, desakan akar
pohon, dan ketidakstabilan tanah.
i. Biaya pemakaian lebih besar atau lebih mahal.
j. Sulit mencari titik kerusakan bila ada gangguan.
Syarat-syarat bahan penghantar saluran bawah tanah yang baik adalah daya hantar
listriknya, daya mekanisnya, daya tahan panas dan daya tahan terhadap reaksi
kimia harus cukup baik.
Kabel penghantar saluran bawah tanah menurut bahan pembuatannya dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Kabel tegangan 0,6/1 KV dan 3,5/30 KV, seperti kabel NYFGbY dengan
ukuran (3 – 4) x (1,5 – 240) mm².
b. Kabel tegangan 0,6/1 KV dan 3,5/6 KV, seperti kabel NYRGbY dan
NAYGbY dengan ukuran (3 – 4) x (1,5 – 240) mm².
Gambar 2.16 Str
ukt
ur
Kabel NYFGbY
4 x 25 mm2 128 A
Pada Saluran Kabel tanah Tegangan Rendah (SKTR), Jenis kabel yang dipakai
adalah jenis kabel bawah tanah berpelindung mekanis NYFGbY dengan ukuran
penampang dan KHA pada t=30°C dan kedalaman penggelaran bawah tanah 70
cm sebagai berikut :
Pada Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) memakai penghantar jenis Kabel
Twisted / kabel pilin (NFAAX-T) dengan penampang berukuran luas penampang
35 mm2, 50 mm2 dan 70 mm2 serta penghantar tak berisolasi All Aluminium
Conductor (AAC), All Aluminium Alloy Conductor (AAAC) dengan penampang
25 mm2, 35 mm2 dan 50 mm2. Kabel udara yang dipergunakan pada JTR
merupakan kabel berinti tunggal dengan bentuk konduktor dipilin bulat, instalasi
kabel ini sedemikian rupa sehingga hantaran kabel membentuk kabel pilin dimana
beberapa kabel berinti tunggal saling dililitkan sehingga saling membentuk suatu
kelompok kabel yang disebut dengan kabel twisted.
Pada SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian
utamanya adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang
digunakan adalah AAAC (All Aluminium Alloy Conductor) suatu campuran
23
aluminium dengan silicium (0,4 - 0,7%), magnesium (0,3 - 0,35%) dan ferum (0,2
- 0,3%), mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada aluminium murni, tetapi
kapasitas arusnya lebih rendah. Kabel AAAC ini biasanya berukuran 240 mm 2,
150 mm2, 70 mm2 dan 35 mm2.
Pada Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM), kabel yang digunakan adalah
berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di tanah pada kedalaman tertentu
dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis dari luar. Kabel tanah ini
24
Prinsip kerja relai beban lebih adalah dengan sensor bimetal yang akan memuai
jika terdapat panas yang berlebihan. Gerakan yang diakibatkan panas akan
mengerjakan kontak-kontaknya. Pada SUTM tidak dipasang jenis relai ini karena
pemanasan pada kawat udara akan didinginkan secara alamiah oleh udara.
S S S
T T T
S S S
T T T
Menurut sifatnya, gangguan hubung singkat dibedakan menjadi dua yaitu hubung
singkat temporer dan hubung singkat permanen. Yang bersifat temporer ditandai
dengan normalnya kerja PMT setelah dimasukan kembali. Yang bersifat
permanen ditandai dengan bekerjanya kembali PMT untuk memutus daya listrik
(dalam praktek dikatakan PMT trip kembali). Gangguan permanen baru dapat
diatasi setelah sebab-sebab gangguan dihilangkan sedangkan pada gangguan
temporer sebab gangguan hilang dengan sendirinya setelah PMT trip.
a) Proteksi Utama
Proteksi Utama adalah proteksi yang menjadi prioritas pertama untuk
membebaskan / mengisolasi gangguan atau menghilangkan kondisi tidak normal
pada sistem tenaga listrik.
b) Proteksi Cadangan (Back Up)
Back up Proteksi adalah Pengaman cadangan yang bekerja dengan waktu tunda
untuk memberikan waktu pada proteksi utamanya bekerja dengan baik sebelum
relai cadangan bereaksi. Kerja sistem proteksi utama akan berlangsung dengan
cepat dan mengisolasi dengan waktu yang singkat.
29
b d
a c e
Keterangan :
a) Zona Pembangkit / Generator
b) Zona Transformator
c) Zona Busbar
d) Zona Transmisi
e) Zona Distribusi
Pola pengamanan adalah suatu sistem pengaman yang melindungi peralatan dari
keadaan tidak normal dari suatu sistem tenaga lisrik. Setiap zona memiliki pola
pengaman tertentu dan setiap pola mempunyai sistem tertentu, misalnya pola
pengamanan pada transformator tidak sama dengan pola pengamanan pada suatu
transmisi / generator / busbar.
Pembagian zona pengaman secara garis besar meliputi sistem zona pembangkit,
zona busbar, zona transformator tenaga, dan zona transmisi. Zona-zona pengaman
tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga over lap (tumpang tindih) untuk
zona yang berdekatan, hal ini dimaksudkan agar tidak ada satu titikpun dalam
sistem tenaga listrik yang tidak mempunyai sistem pengaman.
Dependability
Merupakan tingkat kepastian bekerjanya. Pada prinsipnya sistem proteksi
harus dapat diandalkan bekerjanya ketika dibutuhkan maupun tidak
dibutuhkan dan tidak boleh gagal dalam bekerja.
Security
Merupakan tingkat kepastian untuk tidak salah kerja. Artinya, peralatan
proteksi tidak boleh bekerja yang tidak sesuai dengan fungsinya. Misalnya
bekerja di luar kawasan pengamanan atau sama sekali tidak ada gangguan,
kerja terlalu cepat atau terlalu lambat.
Availability
31
Dalam keadaan tidak normal (gangguan), PMT merupakan sakelar otomatis yang
dapat memutuskan arus gangguan, di mana untuk mengerjakan PMT dalam
keadaan tidak normal ini, digunakan rangkaian trip yang mendapat sinyal dari
suatu rangkaian relai pengaman.
Fungsi utama dari PMT adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu
rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup
saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatan lain.
Busur api yang timbul pada waktu pemisahan kontak akan dipadamkan oleh suatu
media isolasi yang dipakai oleh PMT tersebut.
Jenis-jenis PMT atau CB ditandai dengan media isolasinya dimana, media ini
berfungsi sebagai isolasi antara kedua kontak dan sebagai pemadam busur api
yang terjadi pada saat pembukaan atau penutupan PMT atau CB. Adapun jenis
CB adalah sebagai berikut :
a) Oil Circuit Breaker (OCB)
CB ini menggunakan minyak sebagai isolasi dan sebagai pemadam busur yang
terjadi. Jenis OCB ada 2 macam :
Bulk Oil, CB ini menggunakan banyak minyak
Recloser akan mulai bekerja saat mendapat tegangan positif dari Ground Fault
Relay (GFR) yaitu ketika relai GFR bekerja memberikan perintah trip ke PMT.
Elemen yang start adalah elemen DT (Dead Time Delay Element). Setelah
beberapa waktu elemen DT menutup kontaknya dan memberi perintah masuk ke
PMT dan mengenergize elemen BT (Blocking Time Delay Element). Elemen DT
ini segera membuka rangkaian closing coil PMT sehingga PMT tidah bisa reclose.
Setelah beberapa waktu sesuai settingannya element BT akan reset yang berarti
DT dapat bekerja kembali siap untuk melakukan reclosing lagi.
Cara kerja dari Recloser ialah jika terjadi gangguan temporer, maka relai akan
bekerja menutup kontaknya dan mengalir arus DC menuju trip coil (TC) maka
PMT/CB trip. Pada waktu yang sama dead time (DT) memperoleh energi dan
35
TC CC
C
GFR S
BT2
DT
BT
DT2
+
- DT1 BT1
Keterangan:
TC = Trip Coil
CC = Closing Coil
PMT = Pemutus Tenaga/ CB
C = Counter/ Penghitung kerja relai
S = Saklar ON/OFF
DT = Dead Time
BT = Blocking Time
c) Komponen–komponen Recloser
Di dalam Recloser terdapat komponen–komponen pendukungnya yaitu :
PMT
PMT adalah bagian dari Recloser yang berhubungan langsung dengan tegangan
menengah 20 kV yang mana PMT tersebut mengadakan interruptor pada saat
36
d) Klasifikasi Recloser
Recloser menurut jumlah fasanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
Fasa tunggal
Recloser ini dipergunakan sebagai pengaman saluran fasa tunggal, misalnya
saluran cabang fasa tunggal dari saluran utama fasa tiga.
Fasa tiga
Fasa tiga umumnya untuk mengamankan saluran tiga fasa terutama pada
saluran utama
Recloser menurut media peredam busur apinya dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu:
Media minyak
Vakum
SF6
Recloser menurut peralatan pengendalinya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Recloser Hidrolik (Kontrol hidrolik)
Recloser ini menggunakan kumparan penjatuh yang dipasang seri terhadap
beban (seri tripcoil). Bila arus yang mengalir pada Recloser 200% dari arus
setting-nya, maka kumparan penjatuh akan menarik tuas yang secara
mekanik membuka kontak utama Recloser.
Recloser Terkontrol Elektrik
37
Cara kontrol elektronis lebih fleksibel, lebih mudah diatur dan diuji secara
lebih teliti dibanding Recloser terkontrol hidrolis. Perlengkapan elektrolis
diletakkan dalam kotak yang terpisah. Pengubah karakteristik, tingkat arus
penjatuh, urutan operasi dari Recloser terkontrol elektronis dapat dilakukan
dengan mudah tanpa mematikan dan mengeluarkan dari tangki Recloser.
Berdasarkan tipe perintah reclosing ke PMT dapat dibedakan dalam dua jenis
reclosing relai, yaitu :
Single Shot Reclosing Relai
Relai ini hanya dapat memberikan perintah reclosing ke PMT satu kali dan
baru dapat melakukan reclosing setelah blocking time berakhir. Bila terjadi
gangguan pada periode blocking time, PMT trip dan mengunci (lockout).
Diagram fungsi waktu dari Relai Recloser Single Shoot dapat dilihat pada
gambar 2.27 berikut.
Gangguan
Arus
Masuk
PMT
Keluar
tdo
Relai
tk
td
Dead Time
Pulsa
closing
tb
Blocking
time
Gambar 2.27 Diagram Kerja Fungsi Waktu Relai Penutup Balik Single
Shot Reclosing Relai
Relai ini dapat memberikan perintah reclosing ke PMT lebih dari satu kali.
Dead time antar reclosing dapat diatur sama atau berbeda. Bila terjadi
gangguan , relai OCR/ GFR memberikan perintah trip ke PMT dan pada
saat yang sama juga meng-energizing reclosing relai. Setelah dead time t1
yang sangat pendek (kurang dari 0,6 detik), relai memberi perintah reclose
38
ke PMT. Jika gangguan masih ada , PMT akan trip kembali dan reclosing
relai akan melakukan reclose yang kedua setelah dead time t2 yang lebih
lama dari t1 (antara 15- 60 detik). Jika gangguan masih ada, maka PMT
akan trip kembali dan reclosing relai akan melakukan reclose yang ke tiga
setelah dead time t3. Bila gangguannya masih ada dalam periode blocking
time, maka PMT akan trip dan lockout. Penggunaan multi shot reclosing
harus disesuaikan dengan siklus kerja (duty cycle) dari PMT.
Gambar 2.28 Diagram Kerja Fungsi Waktu Multi Shot Reclosing Relai
Keterangan gambar :
td1 = dead time dari reclosing pertama
td2 = dead time dari reclosing kedua
td3 = dead time dari reclosing ketiga
tb1 = blocking time dari reclosing pertama
tb2 = blocking time dari reclosing kedua
tb3 = blocking time dari reclosing ketiga
Bila tidak ada Recloser di sisi sumber maka SSO tidak berfungsi otomatis
atau sebagai saklar biasa.
SSO disetting agar bekerja saat recloser reclose sebanyak setting dikurangi 1.
Sebagai contoh, terjadi gangguan di titik setelah SSO dan Recloser disetting
untuk reclose sebanyak tiga kali. Maka pada saat Recloser reclose untuk
kali kedua, SSO akan bekerja.
LBS dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban (onload) namun tidak boleh
membuka saat terjadi gangguan berupa arus hubung singkat. Hal ini disebabkan
karena SF6 yang terdapat di dalam peredam busur api LBS memiliki kemampuan
terbatas terhadap besarnya arus yang melaluinya. Apabila pada saat terjadi
gangguan hubung singkat, LBS ikut membuka hal ini justru dapat menyebabkan
kerusakan pada LBS tersebut ataupun dikhawatirkan LBS bisa meledak.
LBS dapat dioperasikan dengan dua cara yaitu secara lokal melalui panel kontrol
LBS maupun menggunakan Hook Stick atau secara remote melaui SCADA. LBS
yang dapat dioperasikan dengan SCADA sering disebut SSO (Sectionalizer). Pada
panel kontrol LBS terdapat tombol operasi open/ close untuk mengoperasikan
kontak-kontak LBS saat melakukan manuver jaringan. Jika panel kontrol tidak
berfungsi, LBS dapat dioperasikan menggunakan hook stick dengan cara
mengaitkannya pada lubang handle operasi open/ close LBS.
Jenis LBS yang digunakan pada Jaringan SUTM adalah Pole-Mounted Load
Break Switch. Sesuai dengan namanya Pole-Mounted LBS yang dipasang pada
tiang - tiang JTM (outdoor). Beberapa LBS jenis ini dilengkapi dengan fitur
sebagai Sectionalizer. LBS tipe ini dipasang pada main feeder dan berfungsi
sebagai pembatas tiap seksi-seksi jaringan untuk melokalisir daerah gangguan
maupun pemadaman.
41
Pada saat terjadi gangguan pada jaringan distribusi, fungsi ABSW adalah untuk
melokalisir gangguan. Selain sebagai pemisah, ABSW berfungsi untuk
membagi beban. Dalam kondisi operasi normal dua buah penyulang
dipisahkan oleh ABSW pada posisi buka/NO (Normaly Open). Titik posisi
NO tidak selalu pada ABSW tertentu saja, namun bisa dipindah ke ABSW
lain yang sebelumnya pada posisi tutup/NC (Normaly Close) yang berada
pada batas pembagi/seksi atau zone, pemindahan titik ABSW NO ini dengan
mempertimbangkan regulasi beban antara kedua penyulang yang
disesuaikan dengan kemampuan/ kapasitas dari masing-masing penyulang.
Pada kondisi tertentu untuk keperluan pemeliharaan atau peralatan disuatu
seksi diperlukan manuver (pelimpahan) beban dari penyulang satu ke
penyulang yang lainnya, untuk meminimalkan daerah padam. Kondisi yang
sifatnya hanya sementara ini tetap harus diperhitungkan koordinasi
pengamannya, sehingga apabila terjadi gangguan dimanapun titiknya,
kinerja pengaman jaringan akan tetap terpenuhi.
Pengaman arus lebih dengan menggunakan 2 buah relai sudah cukup untuk
mengatasi gangguan 3 fasa maupun 2 fasa. Jika terjadi gangguan 3 fasa, maka
kedua relai bekerja. Jika terjadi gangguan 2 fasa, maka salah satu atau kedua relai
bekerja.
Misalnya :
Jika fasa yang terganggu adalah R dengan S, maka OCR yang bekerja adalah
OCR pada fasa R.
Jika fasa yang terganggu adalah S dengan T, maka OCR yang bekerja adalah
OCR pada fasa T.
Jika fasa yang terganggu adalah R dengan T, maka OCR yang bekerja adalah
OCR pada kedua fasa.
Kegagalan pada proteksi utama harus dapat diatasi, yaitu dengan proteksi
cadangan (back up protection). Proteksi cadangan ini umumnya mempunyai
perlambatan waktu (time delay), hal ini untuk memberikan kesempatan kepada
proteksi utama beroperasi terlebih dahulu, dan jika proteksi utama gagal baru
proteksi cadangan yang akan beroperasi. Dengan demikian hanya bagian yang
mengalami gangguan saja yang dipisahkan atau diisolir dari sistem tersebut. Relai
pengaman dengan kemampuan selektif yang baik dibutuhkan untuk mencapai
keandalan sistem yang tinggi karena tindakan pengaman yang cepat dan tepat
akan dapat memperkecil daerah yang mengalami gangguan menjadi sekecil
mungkin.
Bila terjadi gangguan pada zona antara PMT dan Recloser maka PMT akan
membuka. Jika gangguan pada sisi setelah Recloser maka Recloser akan
membuka untuk yang pertama dan kedua kemudian akan menutup kembali jika
Recloser mendeteksi gangguan sementara dan recloser akan lockout bila
mendeteksi gangguan permanen.
Jadi tiga fasor tak seimbang dari suatu sistem tiga fasa dapat diuraikan menjadi
tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan-himpunan seimbang dari komponen-
komponen itu adalah :
a) Komponen urutan positif (Positive Sequence Component)
Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam
fasa sebesar 1200 dan mempunyai urutan fasa sama seperti fasor – fasor aslinya.
Urutan Positif (1)
Karena setiap fasor yang tidak seimbang merupakan vektor dari komponen-
komponen simetrinya, maka fasor-fasor aslinya dapat dinyatakan dengan :
Va = Va0 + Va1 + Va2 (2.1)
Vb = Vb0 + Vb1 + Vb2 (2.2)
Vc = Vc0 + Vc1 + Vc2 (2.3)
49
Pangkat/Fungs
Bentuk dalam Kutub Koordinat Kartesian
i
A 1 120º -0,5 + j0,866
2
a 1 240º = 1 -120º -0,5 - j0,866
3
a 1 360º = 1 0º 1,0 + j0,0
a4 1 120º -0,5 + j0,866
1 + a = -a2 1 60º 0,5 + j0,866
1–a √ 3 ∠ -30o 1,5 - j0,866
1 + a = -a 1 -60º 0,5 - j0,866
2
1–a √ 3 ∠ 30o 1,5 + j0,866
a–1 √ 3 ∠ -150o -1,5 + j0,866
a + a2 1 ∠ -180o -1,0 - j 0,0
a –a2 √ 3 ∠ 90o 0,0 + j 1,732
a2– a √ 3 ∠ -90o 0,0 - j 1,732
a–1 √ 3 ∠ -150o -1,5 - j 0,866
1 + a + a2 0 0º 0 + j0
50
Va 1 1 1 Va 0
[ ][
Vb = 1 a 2 a Va 1
Vc 2
1 a a Va 2 ][ ]
Sehingga dapat disingkat menjadi : Vabc = A . V012
Vabc = A . V012
Vabc
V012 =
A
V012 = A-1.Vabc
1 1 1
A
[ ]
= 1 a2 a
1 a a2
1 1 1
A -1 1
3 [ ]
= 1 a2 a
1 a a2
V012 = A-1.Vabc
51
Va 0 1 1 1 Va
[ ] [ ][ ]
Va 1
Va 2
1
= 1 a2 a Vb
3
1 a a2 Vc
Dari persamaan di atas, didapat rumus tinjauan tegangan berikut.
1
Va0 = (Va + Vb + Vc) (2.7)
3
1
Va1 = (Va + a.Vb + a2 .Vc) (2.8)
3
1
Va2 = (Va + a2 . Vb + a.Vc) (2.9)
3
Sedangkan persamaan untuk tinjauan arus sebagai berikut.
1
Ia0 = (Ia + Ib + Ic) (2.10)
3
1
Ia 1 = (Ia + a.Ib + a2 .Ic) (2.11)
3
1
Ia 2 = (Ia + a2 . Ib + a.Ic)
3
(2.12)
Keterangan =
XS TT = Impedansi sumber tegangan tinggi (Ω)
kV = Tegangan sisi primer trafo tenaga (kV)
MVAHS TT = Daya hubung singkat sisi tegangan tinggi 150 kV (MVA)
Impedansi sumber ini adalah nilai tahanan pada sisi 150 kV, yang mewakili
semua unit pembangkit beroperasi. Adapun impedansi sumber mencakup
impedansi sumber pembangkit, impedansi trafo tenaga di Pusat Listrik, dan
Impedansi Transmisi.
Karena arus gangguan hubung singkat yang akan dihitung adalah ganguan hubung
singkat disisi 20 kV, maka impedansi sumber tersebut harus ditransformasikan
terlebih dahulu ke sisi 20 kV dengan meggunakan persamaan sebagai berikut :
MVA HS TT = MVA HS TM
kV TT 2 kV TM 2
=
X S TT❑ X S TM❑
kV TM 2
X S TM = . X S TT (2.15)
kV TT2
Keterangan:
X S TM = Impedansi sumber di sisi 20 kV (Ω)
X S TT = Impedansi sumber di sisi 150 kV (Ω)
kV TM = Tegangan transformatortenagasisi tegangan menengah (20 kV)
kv TT = Tegangan transformatortenagasisi tegangan tinggi (150 kV)
Z1 = Z2 = Ztrafo (2.16)
a) Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan YnYn atau Δ-Y, di mana
kapasitas belitan delta sama besar dengan kapasitas belitan bintang, maka nilai
reaktansi trafonya adalah :
XT0 = ZT0 = XT1.
b) Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Yyd, di mana kapasitas delta
biasanya sepertiga dari kapasitas belitan bintang (belitan yang digunakan
untuk menyalurkan daya), maka nilai reaktansi trafo urutan nol adalah :
XT0 = 3 XT1
c) Untuk trafo tenaga dengan hubungan Y-Y dan tidak mempunyai belitan delta
di dalamnya, maka untuk menghitung XT0 berkisar antara 9 sampai dengan 14
kali XT1.
Perhitungan reaktansi trafo urutan positif dan negatif, dapat dilihat pada
persamaan berikut.
kV ²
XT1 = XT2 = ZT1 = ZT2 = Ztrafo (%) . (2.17)
MVA
Keterangan =
XT1 = Reaktansi trafo urutan positif (Ohm)
XT2 = Reaktansi trafo urutan negatif (Ohm)
XT0 = Reaktansi trafo urutan nol (Ohm)
ZT1 = Impedansi trafo urutan positif (Ohm)
ZT2 = Impedansi trafo urutan negatif (Ohm)
ZT0 = Impedansi trafo urutan nol (Ohm)
kV = Tegangan sisi sekunder trafo (kV)
MVA = Kapasitas daya trafo tenaga (MVA)
Ztrafo (%) = Impedansi trafo (pu)
54
(a) (b)
besaran sebenarnya
besaran pu=
besaran dasar
(2.19)
Besaran-besaran dasar tersebut adalah arus dasar dan impedansi dasar. PT. PLN
menggunakan daya dasar pada sistem sebesar 100 MVA, sedangkan untuk
tegangan dasar didasarkan pada data ratio penyulang KDS-06 pada sisi tegangan
menengah yaitu 20 kV.
Keterangan :
Zn(pu) = Impedansi dalam satuan (pu) dengan besaran dasar baru
Zo(pu) = Impedansi dalam satuan (pu) dengan besaran dasar lama
kVBn = Tegangan dasar (kV) baru
kVBo = Tegangan dasar (kV) lama
kVABn = Daya dasar (kVA) baru
56
a
b
c
Ia Ib Ic
Zf
1
Ia1 = (Ia + a . Ib + a2 . Ic)
3
1
= (Ia + a . 0 + a2 . 0)
3
1
= Ia
3
57
1
Ia2 = (Ia + a2 . Ib + a . Ic)
3
1
= (Ia + a2 . 0 + a . 0)
3
1
= Ia
3
1
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Ia0 = Ia1 = Ia2 = Ia sehingga
3
RPTJU dihubung seri.
Va2 = - Ia2 . Z2
Va0 = - Ia0 . Z0
/// ///
Gambar 2.46 Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah
Jika hubung singkat terjadi di fasa b dan c, keadaan pada gangguan hubung
singkat dapat dinyatakan sebagai berikut :
Va ≠ 0 Vb = 0 Vc = 0
Ia = 0 Ib ≠ 0 Ic ≠ 0
Maka RPTJU (Rangkaian Pengganti Thevenin Jaringan Urutan) untuk gangguan
dua fasa ke tanah, maka rangkaian urutan positif, negatif, dan nol dihubung
paralel seperti pada gambar 2.47 berikut :
59
Ea
Ia1 = Z2 .Z0
Z1+
Z2 + Z0
Z0Tot
Ia2 =- . Ia
Z 2 + Z0 1
Z2Tot
Ia0 =- . Ia
Z 0 + Z2 1
Vb = 0
Vc = 0
a
b
c
Ia Ib Ic
Gambar 2.48
Hubung Singkat
Dua Fasa Zf
(Antar-Fasa)
Jika fasa yang mengalami gangguan adalah fasa b dan fasa c seperti pada gambar
2.48 diatas maka keadaan pada gangguan hubung singkat semacam ini dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Va ≠ 0 Vb = Vc ≠ 0
Ia = 0 Ib ≠ 0 Ic ≠ 0 (Ib = - Ic)
Transformasi arus kedalam komponen simetri
1
Ia0 = (Ia+ Ib + Ic)
3
1
= (0 + Ib - Ib)
3
=0
1
Ia1 = (Ia + a . Ib + a2 . Ic)
3
1
= (0 + a . Ib - a2 . Ib)
3
1
= (a – a2) Ib
3
61
a- a 2
= ( )
3
Ib (2.28)
1
Ia2 = (Ia + a2 . Ib + a . Ic)
3
1
= (0 + a2 . Ib - a . Ib)
3
1 2
= (a – a) Ib
3
= −¿Ia1
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Ia 0 = 0 dan Ia2 = Ia1 sehingga
RPTJU nol dihubung sendiri sedangkan RPTJU positif dan negatif dihubung
paralel.
Z1
F1
Ia1
Ea Va1 Zf
1 < 00 N1
Z2
F2
Ia2
Va2
N2
Z0 F0
Ia0
Va0
N0
Gambar 2.49 RPTJU Positif dan Negatif dihubung Paralel dan RPTJU Nol
dihubung Sendiri
a
b
c
Ia Ib Ic
Zf Zf Zf
Zg Ia + Ib + Ic = 3 Ia0
Gambar 2.50 Hubung Singkat Tiga Fasa atau Tiga Fasa ke Tanah
Dari gambar 2.50 diatas , maka keadaan pada gangguan hubung singkat semacam
ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
63
Va = Vb = Vc = 0
Ia ≠ 0 Ib ≠ 0 Ic ≠ 0
Z1
F1
Ia1
Ea Va1 Zf
1 < 00 N1
Z2
F2
Ia2
Va2 Zf
N2
Z0 F0
Ia0
Zf + 3 Zg
Va0
N0
Keterangan =
Is = Arus Setting yang dimasukkan ke relai
Ibeban = arus beban maksimal
b) Kemudian dihitung arus setting sisi sekunder (is), dan untuk mencari arus
setting sisi sekunder dapat digunakan rumus:
Is
is = (2.52)
Ratio CT
Keterangan =
inry = Arus Nominal pada Relai (arus nominal sekunder trafo arus)
is = arus setting
Jika tidak ditemukan karakteristik relai maka untuk mencari TMS / td dapat
menggunakan rumus pendekatan :
0,14 (td)
1) Standar Inverse (SI) tk = (detik)
I 0 ʾ 02 - 1
13,5 (td)
2) Very Inverse (VI) tk = (detik)
I-1
80 (td)
3) Extreme Inverse (EI) tk = (detik)
I²-1
120 (td)
4) Long Time Inverse (LTI) tk = (detik)
I-1
i hs
I = MPS =
is
b) Kemudian dihitung arus setting sisi sekunder (is), dan untuk mencari arus
setting sisi sekunder dapat digunakan rumus:
Is
is = (2.56)
Ratio CT
Keterangan =
inry = Arus Nominal pada Relai (arus nominal sekunder trafo arus)
Hubungan antara MPS, tk dan TMS dapat dilihat pada gambar 2.52
Jika tidak ditemukan karakteristik relai maka untuk mencari TMS / td dapat
menggunakan rumus pendekatan :
0,14 (td)
a) Standar Inverse (SI) tk = (detik)
I 0 ʾ 02 - 1
13,5 (td)
b) Very Inverse (VI) tk = (detik)
I-1
80 (td)
c) Extreme Inverse (EI) tk = (detik)
I ²-1
120 (td)
d) Long Time Inverse (LTI) tk = (detik)
I-1
i hs
I = MPS =
is
Keterangan =
ihs = arus hubung singkat yang dipandang dari sisi sekunder CT (Ampere)
Is = arus setting dari sisi sekunder CT (Ampere)
Gambar 2.53 Icon Software dan tampilan status Launch SoMachine Basic
68
selalu menggunakan
defaultnamespace sebagai namespace
yang digunakan dalam aplikasi.Jika
qualified-access-onlyterdaftar setelah
namespace standar,ini menunjukkan
penggunaan namespace diaplikasi
adalah wajib.
Kategori Kategori (atau kategori) yang dimiliki Devices –
Library ini,seperti yang ditunjukkan di ATV31/ATV312
Library Manager dan Library
Repository kotak dialog.
Namespace library adalah simbol yang memungkinkan akses unik ke komponen
library yang dilampirkan(fungsi, fungsi blok, variabel ...). Namespace diperlukan
ketika dua komponendua library berbeda yang digunakan dalam proyek yang
sama memiliki nama yang sama. Penggunaan namespace dalam aplikasi adalah
wajib jika library telah menetapkan atribut yang memenuhi qualified-access-only.
Untuk memastikanakses unik ke komponen yang benar, gunakan nama lengkap
<namespace>. <component> format, termasuk namespace.
pengguna. Library dapat digunakan dalam Proyek SoMachine hanya jika dipasang
di Library Repository. Dengan instalasi SoMachine, satu set pustaka diinstal
secara default.
2.16 SCADA
Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA) ialah sistem yang
mengawasi dan mengendalikan peralatan proses yang tersebar secara geografis.
Data Acquisition adalah proses untuk mengumpulkan semua informasi sistem
tenaga listrik dari RTU’s ke control centre, merubah data-data yang diterima
menjadi data-data rekayasa serta menyimpannya sebagai real time data base.
Elemen-elemen informasi yang terkumpul diatas digunakan untuk
menggambarkan keadaan suatu jaringan sistem tenaga seperti seperti status dan
keadaan gardu-gardu induk maupun status pusat-pusat pembangkit.
3. RTU
Remote terminal unit (RTU) ialah Peralatan yang dipantau, atau diperintah dan
dipantau oleh master station. RTU merupakan unit slave pada arsitekstur SCADA
berbasis mikroprosesor dan bertugas untuk mengambil data dari peralatan yang
terpasang di sebuah plant, kemudian biasanya secara tradisional mengirimkan
data tersebut ke MTU yang berjarak jauh melalui komunikasi yang digunakan.
Memungkinkan juga berkomunikasi secara per to peer dengan RTU lainnya, dan
juga bisa bertindak sebagai stasion relai ke RTU lainnya yang tidak dapat diakses
dari MTU. Kapasitas RTU yang terkecil memiliki kurang dari 10-20 sinyal
74
analog dan digital, yang medium memiliki 100 sinyal digital dan 30-40 input
analog. Untuk kapasitas besar memiliki input/output diatas medium.
Hardware RTU meliputi:
1) CPU dan Memori
2) Input Analog/Digital
3) Output Analog/Digital
4) Counter
5) Interface Digital Output
6) Power Supply
7) Rak RTU, dll.
2.9.
Gambar 2.57 Citect Explorer Software Vijeo Citect
75
Tabel 2.9 Fungsi main Window aplikasi Citect Explorer Software Vijeo Citect
Nama Fungsi
Title Bar Memperlihatkan nama file yang telah di save pada Vijeo
Citect
Menus Untuk memilih item menu
Toolbars Untuk memilih fungsi yang akan digunakan.
Project List Daftar Project pada software Vijeo Citect
Contents Layar untuk menulis dan mengedit diagram ladder