Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PRAKTIKUM PENCAPAN 2

Pencapan Rintang Warna Putih Menggunakan Zat Warna Reaktif Pada Kain Kapas Dengan Zat
Perintang Resin Liofix Variasi Suhu Curring Pemakaian Urea 40 g Dan Resin 60 g

Disusun Oleh :

Kelompok : 2

Anggota : Indah Ratna Sari (15020037)

Muhammad Nur Hasan (15020043)

Nur Adlina (15020045)

Rani Agustiani (15020050)

Group : 3K2

Dosen : Sukirman, S.ST.,MIL

Asisten Dosen : Ikhwanul Muslim,S.ST.,MT.

Desiriana

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2018
Pencapan Rintang Warna Putih Menggunakan Zat Warna Reaktif Pada Kain Kapas
Dengan Zat Perintang Resin Liofix Variasi Suhu Curring

I. MAKSUD DAN TUJUAN


1.1 Maksud : Agar praktikan dapat memberikan corak sesuai motif pada bahan kain
kapas pencapan rintang menggunakan zat warna reaktif dengan zat perintang resin
liofix.
1.2 Tujuan :
 Untuk mengetahui pengaruh waktu curring yang digunakan terhadap ketuaan
warna, kerataan warna, handling dan ketajaman motif pencapan rintang
menggunakan zat warna reaktif dengan zat perintang resin liofix pemakian urea
40 g dan resin 60 g.

II. TEORI DASAR


II.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan salah satu bahan tekstil yang berasal dari serat alam,
yaitu serat biji tanaman Gossypium yang tumbuh di daerah lembab dan banyak
disinari matahari. Tanaman Gossypium termasuk keluarga Malvaceae. Pertumbuhan
tanaman kapas sangat bergantung pada tempat tumbuhnya.Tanaman ini tumbuh di
daerahyang beriklim subtropis seperti Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Amerika
Utara. Komposisi serat kapas tergantung pada jenis tanaman dan derajat
kesadahannya.Sekitar 90% komposisi serat kapas terdiri dari selulosa, sedangkan
sisanya adalah protein, pektin, malam, lemak, pigmen alam, mineral, dan air. Serat
kapas memegang perananpenting dalam bidang tekstil. Dengan berkembangnya
serat sintetik tidak menyebabkanserat kapas mulai ditinggalkan, namun dengan
adanya perkembangan serat buatan,meningkatkan penggunaan serat campuran
yang memiliki sifat saling melengkapi keduasifat tersebut. Hal ini disebabkan karena
serat kapas masih memiliki beberapa keunggulanyang tidak dapat ditiru oleh serat
buatan. Keunggualan serat kapas diantaranya mempunyaidaya serap yang baik
terhadap air, sehingga nyaman apabila dipakai. Serat kapas jugamempunyai
beberapa kekurangan seperti mudah kusut dan mengkeret dalam pencucian.
 Morfologi Serat Kapas
Bentuk morfologi penampang melintang serat kapas sangat bervariasi dari
bentukpipih sampai bentuk bulat, tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal yang
terdiri daribagian kutikula, dinding primer, dinding sekunder, dan lumen. Sedangkan
bentuk penampang membujur serat kapas adalah pipih seperti bentuk pita yang
terpilin atau terpuntir membentuk puntiran dengan interval tertentu. Kearah
memanjang, serat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian besar, bagian badan, dan
bagian ujung. Bentuk penampang melintang dan bentuk penampang membujur serat
kapas disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar 2.1.1 Penampang Melintang dan Membujur Serat Kapas


Sumber : Soeprijono, dkk, Serat-serat Tekstil, ITT , Bandung, 1973, hlm 41.

2.2.1. Struktur Kimia Serat Kapas


Serat kapas tersusun atas selulosa yang komposisi murninya telah lama
diketahui sebagai zat yang terdiri dari unit-unit anhidro-beta-glukosa dengan rumus
empiris (C6H10O5)n dengan n adalah derajat polimerisasi yang tergantung dari
besarnya molekul. Selulosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n merupakan suatu
rantai polimer linier yang tersusun dari kondensat molekul-molekul glukosa yang
dihubungkan oleh jembatan oksigen pada posisi atom karbon nomor satu dan
empat. Stuktur rantai-rantai molekul selulosa disusun dan diikat satu dengan yang
lainnya melalui ikatan Van der Waals. Struktur kimia dari selulosa dapat dilihat pada
Gambar 2.1.1
Gambar 2.1.2 Struktur Molekul Selulosa
Sumber: Soeprijono, P.Serat-Serat Tekstil, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1973
halaman 45

Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH). Gugus hidroksil
pada atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer (-CH2OH), sedangkan
pada posisi 2 dan 3 merupakan alkohol sekunder (HCOH). Kedua jenis alkohol
tersebut mempunyai tingkat kereaktifan yang berbeda. Gugus hidroksil alkohol
primer lebih reaktif daripada gugus hidroksil alkohol sekunder. Gugus hidroksil
merupakan gugus fungsional yang sangat menentukan sifat kimia serat kapas,
sehingga serat selulosa dinotasikan sebagai sel-OH dalam penulisan mekanisme
reaksi.

2.2.2. Struktur Fisika Serat Kapas


Serat kapas tersusun dari suatu rantai panjang anhidrida glukosa yang
diorientasikan dan diikat satu dengan lainnya melalui ikatan atau gaya hidrogen
danvan der Waals. Orientasi rantai molekul seluosa tersebut tidak semuanya
sempurna, karena dipisahkan oleh bagian-bagian disorientasi secara berselang-
seling. Sesunan rantai molekul selulosa yang teririentasi teratur disebut kristalin,
sedangkan yang tidak teratur (disorientasi) disebut amorf. Dari difraksi sinar X
diketahui bahwa selulosa terdiri dari 75 % bagian kristalin dan sisanya bagian amorf.
Bagian amorf mempunyai daya serap yang lebih besar dan kekuatan yang lebih
rendah dibandingkan dengan kristalin.
Pada bagian kristalin letak dan jarak antara molekul-molekul selulosa tersusun
sangat teratur dan sejajr satu sama lain. Pada bagian amorf letak dan jarak antara
molekul-molekul selulosa tidak teratur (ada jarak antara masing-masing molekul
selulosa yang besar dan kecil ). Pada jarak yang besar inilah molekul-molekul air
dapat masuk sehingga volume seat akan bertambah. Bentuk kristalin dan amorf
serat kapas dapat dilihat pada Gambar 2.1.2

Gambar 2.1.3 Struktur Selulosa dengan Rantai Panjang Membentuk Bagian Kristalin
dan Amorf
Sumber: Maya Komalasari, Serat Tekstil 1, Sekolah tinggi Teknologi Tekstil,
Bandung.

2.2.3. Sifat – Sifat Serat Kapas


a. Sifat Fisika
1. Warna
Warna kapas tidak betul-betul putih biasanya sedikit krem. Adanya warna
inidisebabkan oleh pigmen alam yang terkandung di dalam serat kapas. Pigmen
yang menimbulkan warna pada kapas belum diketahui dengan pasti. Warna
kapas akan semakin tua setelah penyimpanan selama 2 sampai 5 tahun.
Karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran akan menyebabkan
warna keabu-abuan.
2. Kekuatan
Kekuatan serat perbundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon per inci persegi.
Kekuatan serat terutama dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat, panjang
rantai dan orientasinya. Dalam suasana basah, serat kapas akan memiliki
kekuatan yang lebih besar dibanding dalam keadaan kering. Hal ini disebabkan
karena pada keadaan basah bentuk serat akan mengelembung sehingga
puntiran hilang. Dengan demikian gaya tarik yang diderita akan tersebar
sepanjang serat.
3. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa yang
lainnya yaitu berkisar 4-13 % dengan rata – rata 7% bergantung pada jenis serat
kapasnya dan rata – rata mulur sebesar 7%
4. Kekakuan (stiffness)
Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau perbandingan
kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.
5. Keliatan (toughness)
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk
menerima kerja. Serat kapas memiliki keliatan yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan serat-serat selulosa yang diregenerasi.
6. Mouisture regain
Serat kapas mempunyai affinitas yang besar terhadap air. Serat kapas yang
kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas
bervariasi sesuai dengan perubahan kelembaban relatif, pada kondisi
standar kandungan air serat kapas berkisar antara 7-8,5%.
7. Berat jenis
Berat jenis serat kapas adalah 1,5-1,56.
8. Indeks bias
Indeks bias serat kapas sejajar dengan sumbu serat adalah 1,58. Sedangkan indeks
bias melintang sumbu serat adalah 1,53.

b. Sifat Kimia
1. Pengaruh asam
Serat kapas tahan terhadap asam lemah, sedangkan asam kuat akan
mengurangi kekuatan serat kapas karena dapat memutuskan rantai molekul
selulosa (hidroselulosa). Asam kuat dalam larutan menyebabkan degradasi yng
cepat sedangkan larutan yang encer apabila dibiarkan mengering pada serat akan
menyebabkan penurunan kekuatan.
2. Pengaruh alkali
Alkali kuat pada suhu didih air dan pengaruh adanya oksigen dalam udara
akan menyebabkan terbentuknya oksiselulosa. Alkali pada kondisi tertentu
akan mengelembungkan serat kapas.
3. Pengaruh oksidator
Oksidator dapat menyebabkan terjadinya oksiselulosa yang mengakibatkan
penurunan kekuatan serat. Derajat kerusakan serat bergantung pada
konsentrasi, pH dan suhu pengerjaan.
4. Pengaruh mikroorganisme
Dalam keadaan lembab dan hangat, serat kapas mudah terserang jamur dan
bakteri. Tetapi pada kondisi kering, serat kapas mempunyai ketahanan yang
cukup baik terhadap jamur dan mikroorganisme.

II.2 Zat Warna Reaktif

Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat bereaksi dengan serat selulosa
secara kovalen oleh karenanya mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik. Zat
warna ini terdiri dari dua jenis yaitu reaktif panas dan reaktif dingin. Reaktif dingin
mempunyai gugus reaktif yang lebih banyak sehingga kurang memerlukan suhu
tinggi  jenis Triklorotriazin sedang reaktif panas memerlukan suhu tinggi dalam
penggunaannya. Keunggulan zat warna reaktif dalam pemakaiannya adalah warna
yang dihasilkannya sangat cerah dan mudah sekali penggunaannya.

Struktur zat warna reaktif panas ( MCT)

Menurut reaksi yang terjadi, zat warna reaktif dapat dibagi menjadi 2
golongan :

- Golongan 1
Zat warna reaktif mengadakan reaksi subtitusi dengan serat dan membentuk ikatan
pseude ester, misalnya : zat warna procion, cibanon,drimaren dan levafix.
- Golongan 2
Zat warna reaktif yang dapat mengadakan reaksi adisi dengan serat dan membentuk
ikatan ester, misalnya : zat warna remasol dan remalan.
hromofor zat warna reaktif mempunyai berat molekul yang kecil agar daya serap
terhadap serat tidak besar sehingga zat warna yang tidak bereaksi dengan serat
mudah dihilangkan. Gugus penghubung dapat mempengaruhi daya serap dan
ketahanan zat warna terhadap asam atau basa. Agar reaksi dapat berjalan dengan
baik diperlukan penambahan alkali misalnya Natrium Silikat dan KOH karena apabila
telah dikerjakan dengan alkali bahan akan tahan pencucian dan penyabunan.
Disamping terjadi reaksi antara zat warna dengan serat yang membentuk ikatan
pseude ester dan eter, molekul air  juga dapat mengadakan reaksi hidrolisa
dengan molekul zat warna, dengan memberikan komponen zat warna yang tidak
reaktif lagi. Reaksi hidrolisa tersebut akan bertambah cepat dengan penaikan
temperatur. Pemakaian zat warna reaktif secara panas yaitu untuk zat warna reaktif
yang mempunyai kereaktifan rendah, misalnya procion H, cibacron dengan sistem
reaktif mono-khlorotriazin, dan remazol dengan sistem reaktif Vinil sulfon.
Khromofor zat warna reaktif biasanya merupakan system azo dan antrakinon
dengan berat molekul yang kecil, supaya daya penetrasi pada serat besar, sehingga
zat warna yang tidak bereaksi dengan serat mudah dihilangkan. Sedangkan
gugusan-gugusan reaktif merupakan bagian dari zat warna dan mudah lepas,
sehingga bagian zat yang berwarna mudah bereaksi dengan serat.

II.3 Pencapan
Pencapan pada kain tekstil dapat digambarkan sebagai suatu teknologi seni
pemindahan desain-desain pada kain tekstil. Pencapan adalah suatu proses untuk
mewarnai bahan tekstil dengan melekatkan zat warna pada kain secara tidak merata
sesuai dengan motif yang diinginkan. Motif yang akan diperoleh pada kain cap
nantinya harusnya dibuat dulu gambar pada kertas. Kemudian dari gambar ini
masing-masing warna dalam komponen gambar yang akan dijadikan motif
dipisahkan dalam kertas film.
Dari kertas film inilah motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini
bagian-bagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya
sedangkan untuk bagian-bagian yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat
meneruskan pasta cap kebahan yang akan dicap.
Pada pencapan, pelekatan zat warna pada kain lebih banyak secara mekanis.
Pada pencapan, bermacam-macam golongan zat warna dapat dipakai bersama-
sama dalam satu kain dengan tidak saling mempengaruhi warna aslinya.
2.4 Pencapan Rintang
Pencapan rintang adalah proses pencapan dengan menggunakan suatu zat
perintang, baik yang bersifat rintang mekanik maupun rintang kimia, sehingga
apabila kemudian dicelup atau dicap tumpang maka bagian yang dicap rintang tidak
akan memberikan warna tumpang. Pencapan rintang ( resist/reserve printing )
analog dengan pencapan etsa, yaitu meniadakan zat warna tertentu. Dalam
pencapan rintang zat warna yang akan masuk dihalangi oleh zat perintang sehingga
tidak terjadi fiksasi zat warna. Jadi dalam pencapan rintang kain dicap dulu dengan
pasta yang mengandung zat perintang, kemudian dicelup dengan zat warna yang
tidak tahan zat perintang. Apabila kedalam pasta cap ditambahkan zat warna disebut
rintang warna, apabila tidak ditambahkan zat warna disebut rintang putih. Setelah
dicap dengan pasta yang diberi zat perintang, kain keseluruhan kemudian diwarnai
( dicelup pad atau dicap blok ), menggunakan zat warana yang tidak tahan terhadap
zat perintang tadi, sehingga tidak terjadi fiksasi.
Jenis zat perintang dapat bekerja secara kimia dan fisika :
1. Zat perintang yang ditambahkan dapat bekerja secara fisika, secara kimia atau
keduanya. Zat perintang yang bekerja secara fisika misalnya lilin ( wax ),
lemak, resin, pengental dan pigmen seperti kaolin, ZnO, TiO2, atau BaSO4.
2. Zat perintang yang bekerja secara kimia termasuk bermacam – macam zat
kimia seperti asam, alkali, garam, zat pengoksidasi, dan zat pereduksi.
Pemberian warna dasar pada kain yang sudah dicap dengan pasta rintang harus
secepat mungkin, supaya zat perintang tidak larut. Untuk pencelupan dipergunakan
padder (nip padding ) yang dapat mengurangi waktu kontak dan menghindarkan
bleeding dari zat perintang. Pencapan rintang secara kimia ialah menggunakan
suatu zat kimia yang dicampurkan kedalam pasta cap, berfungsi untuk merusak zat
warna yang dicelup atau dicap kemudian. Sehingga zat warna tersebut tidak
mempunyai afinitas lagi atau tidak bereaksi dengan serat, menghasilkan efek rintang
putih yang diinginkan.
2.4.1 Mekanisme pencapan
Secara garis besar pencapan rintang kimia dapat dijelaskan sebagai berikut : Kain
dicap menggunakan pasta cap yang mengandung zat perintang dan zat warna
yang tahan zat perintang. Pembangkitan untuk warna dasar dan warna motif dapat
dilakukan dengan pengukusan atau udara panas. Pada pembangkitan ini warna
dasar akan terjad fiksasi, pada motif warna dasar ini akan terhalangi fiksasinya
oleh zat perintang, sehingga pada motif hanya terjadi fiksasi yang dicapkan
semula. Proses ini terjadi pada pencapan rintang kimia.
Ada dua jenis pencapan rintang secara kimia :
1. Pencapan rintang putih
Maksud pencapan rintang putih adalah menghalangi terjadinya warna pada
bagian motif dengan jalan mecap bahan putih dengan pasta perintang.
Setelah pencelupan atau pencapan tumpang maka bagian yang dicap
rintang akan tetap berwarna putih.
2. Pencapan rintang berwarna
Maksud pencapan rintang berwarna adalah menghalangi terjadinya warna
dasar pada bagian motif dengan jalan mencap dengan pasta cap yang
mengandung zat warna dan zat perintang, sehingga warna tidak dapat
timbul pada bagian motif. Pencapan rintang secara mekanik telah lama
dikenal di Indonesia, yang dikenal sebagai proses pembatikan yang
menggunakan perintang lilin atau malam. Pencapan motif menggunakan
pasta yang terdiri dari zat warna dan zat perintang fisika seperti resin,
kemudian difiksasi. Pada proses fiksasi ini juga akan terjadi polimerisasi dari
resin. Kemudian kain selulosa dilakukan pencapan atau cap blok untuk
warna dasar dengan zat warna lainnya atau sejenis dengan zat warna.

2.5 Pengental Alginat 7%


Persyaratan teknis agar alginat dapat digunakan sebagai pengental pada proses
pencapan tekstil yaitu: Tersedianya alginat yang memenuhi standar seperti kadar air
maksimum 15% dan viskositas 1.000-2.000 cPs
 Merupakan garam natrium dan asam alginat
 Na alginate mempunyai gugus hidroksil sekunder reaktifitasnya rendah
 Digunakan pH 4-10, pada pH 3-3,5 akan membentuk endapan, pH>10
akan menggumpal
 Mudah larut dalam air hangat atau dingin
 Mudah dihilangkan dalam pencucian atau pegangan lembut
 Menghasilkan motif tajam
 Peka terhadap asam kuat dan alkali
 Dapat dipakai hampir semua jenis zat warna kecuali zat warna kationik
 Dalam suasana alkali mempunyai daya reduksi tinggi karena gugus
karboksilat berubah menjadi aldehida yang mampu mereduksi gugus azo
dari zat warna, maka perlu ditambahkan zat anti reduksi.
 Rentan terhadap mikroorganisme, perlu penambahan anti busuk (tahan
lebih 3 hari)
 Peka air sadah Ca & Mg  mengendap
 Warna hasil pencapan agak kurang tetapi penetrasi dan kerataan baik
Keunggulan pasta pengental pencapan tekstil yang dibuat dari alginat adalah:
 Alginat merupakan bahan organik sehingga tidak mencemari lingkungan,
 Pengental dari alginat mempunyai sifat tidak bereaksi dengan zat warna
sehingga tidak mengubah warna,
 Penetrasi zat warna ke dalam serat cepat dan mudah,
 Tidak berwarna sehingga tidak mengubah warna yang diinginkan,
 Mudah disiapkan dan larut dalam air dingin, dan mudah dilepaskan
kembali dari tekstil dengan cara perendaman,
 Bila dibandingkan dengan manutex (bahan pengental yang umum
digunakan), alginat mempunyai ketajaman motif lebih tinggi,
 Tahan terhadap panas dalam pengeringan dan fiksasi serta mempunyai
homogenitas yang baik pada saat proses pencapan, sehingga
menghasilkan pencapan yang baik,
 Mampu membawa zat warna sehingga memiliki ketajaman warna/motif
yang tinggi.

2.6 Persiapan Pasta Cap


Langkah pertama yang harus digunakan adalah memilih kesesuaian zat warna
terhadap jenis serat yang akan dicap. Selanjutnya adalah seleksi terhadap
kesesuaian jenis pengental, zat pembantu, metode pencapan yang digunakan dan
kondisi-kondisi pengeringan, fiksasi zat warna serta kondisi setelah pencapan,
misalnya pencucian. Pasta cap dibuat dengan disesuaikan selain terhadap jenis
serat/kain juga terhadap jenis mesin yang akan digunakan, sifat ketahanan warna
yang diminta dan beberapa sifat hasil pencapan lainnya yang digunakan. Resep
pasta cap secara garis besar yaitu zat warna, zat pembantu pelarutan (misalnya
urea), air, pengental (misalnya tapioka dll), zat kimia untuk fiksasi zat warna.
Tingkat kekentalan viskositas pasta cap tergantung beberapa faktor, antara lain
metoda proses pencapan, jenis dan struktur kain yang akan dicap, kehalusan motif
cap dan lainnya.

III. METODOLOGI
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
 Screen Printing
 Meja printing (blanket)
 Rakel
 Cangkir atau gelas plastik
 Pengaduk
 Mixer
 Stenter IR
 Neraca Analitik
III.1.2 Bahan
 Air
 Zat warna reaktif (Novacron Navy P-2R)
 Urea
 Zat anti reduksi
 Resin (Sumitex lesin M-377)
 Diammonium pospat
 Pengental Na alginate 7%
 NaHCO3
 Kain kapas
 Lem Meja

III.2 Fungsi Zat

 Zat Warna Reaktif : Memberi warna pada serat kapas secara merata dan
permanen
 Urea: Zat higroskopis untuk menjaga kelembaban kain pada waktu
proses drying dan curring
 Alginat: Sebagai pengental untuk membuat pasta cap
 NaHCO3: Sebagai pemberi suasana alkali dan proses fiksasi zat warna.
 Teefol: Sabun untuk menghilangkan pengental, zat warna yang tidak
terfiksasi dan zat lain pada proses pencucian sabun.
 Zat anti reduksi : Zat pencegah reduksi zat warna akibat adanya aldehid dari
pengental yang rusak
 Resin (Sumitex resin M-377) : Resin anti kusut
 Diammonium pospat : sebagai katalis
 Air : sebagai medium pelarut.

III.3 Diagram Alir

Pencapan
Drying 100oC , Curring ; 150oC -
Pencapan warna dasar
2’ 180oC , 2'
blok

Drying 100oC , Curring ; 150oC -


Washing off Drying 100oC , 2’
2’ 180oC , 2'

Evaluasi

III.4 Resep
III.4.1 Resep Pasta Cap Rintang Warna
 Zat warna reaktif (Novacron Navy P-2R) : 20 g
 Urea : 40 g
 Zat anti reduksi : 10 g
 Resin (Sumitex lesin M-377) : 60 g
 Diammonium pospat : 20 g
 Pengental Na alginate 7% : 700 g
 Balance x sehingga jumlah 1000 g

III.4.2 Resep Pembuatan Warna Dasar Blok


 Zat warna reaktif (Remazol) : 20 g
 Urea : 20 g
 Zat anti reduksi : 10 g
 NaHCO3 : 20 g
 Pengental Na alginate 7% : 700 g
 Balance x sehingga jumlah 1000 g

3.4.4 Resep Pencucian


 Teepol = 1 ml/L
 Suhu = 70-90oC
 Waktu = 10 menit

III.5 Perhitungan Zat


III.5.1 Pasta Cap Rintang Warna
20
 Zat warna reaktif (Novacron Navy P-2R) : x 75=1,5 g
1000
40
 Urea : x 75=3 g
1000
10
 Zat anti reduksi : x 75=0,75 g
1000
60
 Resin (Sumitex lesin M-377) : x 75=4,5 g
1000
20
 Diammonium pospat : x 75=1,5 g
1000
700
 Pengental Na alginate 7% : x 75=52,5 g
1000
 Balance : 75-63,75 = 11,25 ml

III.5.2 Pembuatan Warna Dasar Blok


20
 Zat warna reaktif (Remazol) : x 75=1,5 g
1000
20
 Urea : x 75=1,5 g
1000
10
 Zat anti reduksi : x 75=0,75 g
1000
20
 NaHCO3 : x 75=1,5 g
1000
700
 Pengental Na alginate 7% : x 75=52,5 g
1000
 Balance : 75-57,75 = 17,25 ml

III.6 Cara Kerja


III.6.1 Pembuatan Pengental alginat 7%
1. Timbang alginat lalu tambahkan air.
2. Diaduk secara merata dengan menggunakan mixer.
3. Larutan diaduk sehingga pengental sesuai dengan viskositas yang
diinginkan.
III.6.2 Pembuatan Pasta Cap Rintang Warna
1. Diambil pengental alginat yang telah jadi sesuai dengan kebutuhan.
2. Dimasukkan zat warna reaktif (Novacron Navy P-2R), urea, zat anti
reduksi, resin, diammonium pospat, dan pengental yang sudah ditimbang
sesuai dengan kebutuhan.
3. Diaduk secara konstan sehingga merata sesuai dengan viskositasnya.
III.6.3 Pencapan
1. Berikan lem meja pada meja pencapan agar kain terekat dan posisi kain
diam saat pencapan.
2. Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka
sempurna dan rata pada meja cap.
3. Meletakkan screen pertama tepat pada bahan yang akan dicap.
4. Pasta cap diletakkan pada bagian pinggir screen (tidak mengenai motif
dahulu).
5. Lakukan perakelan sebanyak 2x atas bawah secara merata dengan
tekanan.
6. Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan
kebawah agar dapat mendorong zat warna masuk kedalam motif.
7. Screen kemudian dilepaskan lalu di drying selama 2 menit.
8. Dilakukan proses thermofikasi 150-180oC selama 2 menit, lalu dilakukan
pencapan warna dasar blok. Pembuatan pasta cap warna dasar blok
diantaranya:
- Diambil pengental alginat yang telah jadi sesuai dengan kebutuhan.
- Dimasukkan zat warna reaktif (Remazol), urea, zat anti reduksi,
NaHCO3, dan pengental yang sudah ditimbang sesuai dengan
kebutuhan.
- Diaduk secara konstan sehingga merata sesuai dengan
viskositasnya.
9. Dilakukan pencapan dasar warna blok dengan cara pencapan yang sama
tetapi memakai screen yang tidak ada motif. Lalu dikeringkan.
10. Dilakukan proses thermofikasi 150-180oC selama 2 menit.
11. Dilakukan washing off, bilas terlebih dahulu lalu cuci sabun dan cuci
dingin setelah itu dikeringkan selama 2 menit 100oC.
12. Dilakukan evaluasi ketuaan warna, kerataan warna, handling dan
ketajaman warna.

IV. DATA PENGAMATAN


IV.1 Kerataan warna

I II III IV
Range nilai 1 2 3 4

IV.2 Ketuaan warna

I II III IV

Range nilai 4 3 2 1

IV.3 Hasil perintang

I II III IV
Range nilai 4 3 2 1

Keterangan :

 4: jelek
 3: kurang baik
 2: baik
 1: sangat baik

V. Diskusi
VI. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

 Pencelupan 1 (pencelupan serat kapas, wol dan sutera). Sekolah tinggi teknolohi
tekstil bandung. 2005
 Agus, Materi_Teori_Pencapan_1.ppt.
 P. Soeprijono S.Teks, Poerwanti S.Teks, Widayat S.Teks, Jumaeri S.Teks “ Serat-
Serat Tekstil “,Institut Teknologi Tekstil, 1973, Bandung
 http://www.bbp4b.litbang.kkp.go.id/v2/produk%20unggulan/ALGINAT.pdf
LAMPIRAN

1. Pencapan Rintang Zat Warna Reaktif Pada Kain Kapas Dengan Zat Perintang
Resin Liofix Variasi Suhu Curring 150oC pemakaian Resin 60 g, urea 40 g.
2. Pencapan Rintang Zat Warna Reaktif Pada Kain Kapas Dengan Zat Perintang
Resin Liofix Variasi Suhu Curring 160oC pemakaian Resin 60 g, urea 40 g.
Pencapan Rintang Zat Warna Reaktif Pada Kain Kapas Dengan Zat Perintang
3.
Resin Liofix Variasi Suhu Curring 170oC pemakaian Resin 60 g, urea 40 g.
4. Pencapan Rintang Zat Warna Reaktif Pada Kain Kapas Dengan Zat Perintang
Resin Liofix Variasi Suhu Curring 180oC pemakaian Resin 60 g, urea 40 g.

Anda mungkin juga menyukai