Weaver, (1968)
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang
menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit.
Fabrga (1972)
Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan berbagai faktor yaitu
mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau mempengaruhi
cara-cara dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau
berespons terhadap sakit dan penyakit, dan juga mempelajari masalah-masalah
sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-pola tingkahlaku.
Lieban (1977)
Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis yang dipengaruhi
oleh sosial dan kultural, dan fenomena sosial dan kultural diterangi oleh aspek-
aspek medis.
Faktor-faktor sosial dan kultural membantu menentukan etiologi penyakit dan
penyebaran melalui pengaruh mereka dalam hubungan antara populasi manusia
dan lingkungan alamnya, atau melalui pengaruh langsung pada kesehatan populasi.
Dalam pemahaman Lieban, kesehatan dan penyakit adalah pengukuran
efektivitas dengan dimana kelompok manusia menggabungkan sumber daya kultural
dan biologikal, menyesuaikan dengan lingkungan mereka. Lieban menyebutkan
bahwa pada hakekatnya ada empat macam area utama dalam atropologi kesehatan
yaitu ekologi dan epidemi, ethnomedicine, aspek medis dari sistem sosial, dan
perubahan medis dan kultural.
Landy (1977)
Antropologi Kesehatan adalah studi mengenai konfrontasi manusia dengan
penyakit dan keadaan sakit, dan mengenai susunan adaptif (yaitu sistem medis dan
obat-obatan) dibuat oleh kelompok manusia untuk berhubungan dengan bahaya
penyakit pada manusia sekarang ini.
Landy juga menyatakan bahwa terdapat tiga generalisasi yang pada umumnya
disetujui oleh ahli antropologi, yaitu: 1) penyakit dalam beberapa bentuk merupakan
kenyataan universal dari kehidupan menusia. Ini terjadi dalam keseluruhan waktu,
tempat dan masyarkaat, 2) kelompok manusia mengembangkan metode dan peran-
peran yang teralokasi, sama dengan sumber daya dan struktur mereka untuk meniru
dengan atau merespon penyakit, 3) kelompok manusia mengembangkan beberapa
set kepercayaan, pengertian dan persepsi yang konsisten dengan matriks budaya
mereka, untuk menentukan atau menyadari penyakit. Menurut Landy, Masyarakat
yang berbeda, dengan budaya yang berbeda, memiliki pandangan yang berbeda
pula terhadap kesehatan dan penyakit, dan juga berbeda ketika memperlakukan si
pasien.
Kesimpulan
Antropologi Kesehatan berdasarkan definisi dari beberapa ahli bisa ditarik
kesimpulan bahwa antropologi kesehatan adalah studi tentang kesehatan manusia
berupa pencegahan, pengobatan dan penyembuhan penyakit baik masa lalu
maupun masa kini yang berhubungan dengan kultural dan biologis dan melibatkan
berbagai macam disiplin ilmu (interdisipliner).
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang
berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya baik sakit yang
berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes), kekuatan supranatural/penyihir,
penyembuhan penyakit.
Tugas utama ahli antropologi kesehatan adalah bagaimana individu di
masyarakat mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe
pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan
keadaaan sosial di komunitas tempat tinggal. Di dalam Antropologi Kesehatan
mencakup berbagai disiplin ilmu yang saling berhubungan dan keterkaitan.
Bahan Bacaan
Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan
pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Pengobatan tradisional (batra) adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara tradisional.
Jamu/obat tradisional adalah ramuan tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan hasil-hasilnya atau hewan dari hasil-hasilnya, akar-akaran yang secara tradisional dapat
dianggap berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk memelihara kesehatan.
Bentuknya dapat berupa cairan, rajangan, bubuk, tablet, kapsul, parem dan sebagainya.
Sejarah
Sebagian besar filosofi pengobatan tradisional Cina berasal dari filsafat Taois dan
mencerminkan kepercayaan purba Cina yang menyatakan pengalaman pribadi seseorang
memperlihatkan prinsip kausatif di lingkungan. Prinsip kausatif ini berhubungan dengan
takdir dari surga.
Selama masa kejayaan Kekaisaran Kuning pada 2696 sampai 2598 SM, dihasilkan
karya yang terkenal yakni Neijing Suwen ( 內 經 素 問 ) atau Pertanyaan Dasar mengenai
Pengobatan Penyakit Dalam, yang dikenal juga sebagai Huangdi Neijing.
Ketika masa dinasti Han, Chang Chung-Ching, seorang walikota Chang-sa, pada
akhir abad ke-2 Masehi, menulis sebuah karya Risalat Demam Tifoid, yang mengandung
referensi pada Neijing Suwen. Ini adalah referensi ke Neijing Suwen terlama yang pernah
diketahui.
Pada masa dinasti Chin, seorang tabib akupunktur, Huang-fu Mi (215-282 Masehi),
juga mengutip karya Kaisar Kuning itu pada karyanya Chia I Ching. Wang Ping, pada masa
dinasti Tang, mengatakan bahwaia memiliki kopi asli Neijing Suwen yang telah ia sunting.
Bagaimanapun, pengobatan klasik Tionghoa berbeda dengan pengobatan tradisional
Tionghoa. Pemerintah nasionalis, pada masanya, menolak dan mencabut perlindungan hukum
pada pengobatan klasiknya karena mereka tidak menginginkan Cina tertinggal dalam hal
perkembangan ilmu pengetahuan yang ilmiah. Selama 30 tahun, pengobatan klasik dilarang
di Cina dan beberapa orang dituntut oleh pemerintah karena melakukan pengobatan klasik.
Pada tahun 1960-an, Mao Zedong pada akhirnya memutuskan bahwa pemerintah tidak dapat
melarang pengobatan klasik. Ia memerintahkan 10 dokter terbaik untuk menyelidiki
pengobatan klasik serta membuat sebuah bentuk standar aplikasi dari pengibatan klasik
tersebut. Standarisasi itu menghasilkan pengibatan tradisional Tionghoa.
Kini, pengobatan tradisional Tionghoa diajarkan hampir di semua sekolah kedokteran
di Cina, sebagian besar Asia, dan Amerika Utara.
Walauapun kedokteran dan kebudayaan Barat telah menyentuh Cina, pengobatan
tradisional belum dpata tergantikan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor sosiologis dan
antropologis. Pengobatan tradisional dipercaya sangat efektif, dan kadang-kadang dapat
berfungsi sebagai obat paliatif ketik kedokteran Barat tidak mampu menangani lagi, seperti
pengobatan rutin pada kasus flu dan alergi, serta menangani pencegahan keracunan.
Cina sangat dipengaruhi oleh marxisme. Pada sisi lain, dugaan supranatural
bertentantangan pada kepercayaan Marxis, materialisme dialektikal. Cina modern membawa
pengobatan tradisional Cina ke sisi ilmiah dan teknologi serta meninggalkan sisi
kosmologisnya.
Praktek pengobatan
Pada dunia Barat, pengobatan tradisional Tionghoa dianggap sebagai pengobatan
alternatif. Bagaimanapun, di Republik Rakyat Cina dan Taiwan, hal ini menjadi bagian tak
terpisahkan dengan sistem kesehatan.
Pengobatan tradisional merupakan bentuk intervensi terapi yang tidak invasif, berakar
dari kepercayaan kuno, termasuk di dalamnya konsep kepercayaan kuno. Pada abd ke-19,
para praktisi pengobatan tradisional ini masih memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai
penyakit infeksi, dan pemahaman ilmu kedokteran Barat seperti biokimia. Mereka
menggunakan teori-teori yang telah berumur ribuan tahun yang didasarkan pengalaman dan
pengamatan serta sebuah sistem prosedur yang menjadi dasar pengobatan dan diagnosis.
Tidak seperti beberapa bentuk pengobatan tradisional yang telah punah, pengobatan
tradisional Tionghoa kini menjadi bagian dari pengobatan modern dan bagian sistem
kesehatan di Cina. Dalam beberapa dekade belakangan ini, banyak ahli kedokteran Barat
yang juga meneliti kebenaran pengobatan tradisional Tionghoa ini.
Pengobatan tradisional Cina sering diterapkan dalam membantu penanganan efek
samping kemoterapi, membantu perawatan keteragantungan obat terlarangan, dan merawat
berbagai kondisi kronis yang oleh pengobatan konvensional dianggap mustahil untuk
disembuhkan.
Diagnosis
Terdapat empat macam metoe diagnosis pada pengobatan tradisional Tionghoa:
mengamati (望 wàng), mendengar dan menghidu (聞 wén), menanyakan riwayat (問 wèn),
dan menyentuh ( 切 qiè). The pulse-reading component of the touching examination is so
important that Chinese patients may refer to going to the doctor as "Going to have my pulse
felt".
Teknik diagnosis
Palpasi atau merasakan denyut nadi arteri rasialis pasien pada enam posisi
Mengamati keadaan lidah pasien
Mengamati wajah pasien
Menyentuh tubuh pasien, terutama bagian abdomen
Mengamati suara pasien
Mengamati permukaan telinga
Mengamati pembuluh darah halus pada jalur telunjuk kanak-kanak
Membandingkan kehangatan relatif atau suhu pada beberapa bagian tubuh
Mengamati bau badan pasien
Menanyakan efek permasalahannya
Pemeriksaan lain tanpa alat dan melukai pasien
Teknik perawatan
Dalam sejarahnya, terdapat delapan cara pengobatan:
1. Tui na (推拿) - terapi pijat
2. Akupunktur (針灸)
3. Obat herbal Tionghoa(中药)
4. Terapi makanan Tionghoa (食 疗)
5. Qigong (氣功) dan latihan meditas - pernapasan lainnya
6. T'ai Chi Ch'uan (太極拳) dan seni bela diri Tionghoa lainnya
7. Feng shui (风水)
8. Astrologi Tionghoa
Pengobatan Modern
Pengobatan modern adalah pengobatan yang dilakukan secara ilmiah atau telah
diujicobakan dengan sebuah penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan yang dipelajari
dalam ilmu kedokteran yang merupakan cabang ilmu kesehatan yang mempelajari tentang
cara mempertahankan kesehatan dan menyembuhkan manusia dari berbagai jenis penyakit.
Ilmu kedokteran meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta cara
pengobatannya. Dalam pengobatan modern ada empat hal yang akan dibahas yaitu pasien,
rumah sakit, perawat dan dokter.
1. Pasien
Pasien adalah orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada dokter.
Tahapan sakit
1. Tahap pengalaman gejala-gejala (“keputusan bahwa ada yang tidak beres”)
2. Asumsi dari keadaan sakit (“keputusan bahwa seseorang sakit dan membutuhkan perawatan
profesional “)
3. Tahapan kontak perawatan medis (“keputusan untuk mencari perawatan medis profesional”)
4. Tahap peranan ketergantungan pasien (“keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada
dokter dan menerima serta mengikuti pengobatan yang ditetapkan”)
5. Kesembuhan atau keadaan rehabilitasi (“keputusan untuk mengakhiri peranan pasien”)
Terminologi
Selama Abad pertengahan, rumah sakit juga melayani banyak fungsi di luar rumah sakit yang
kita kenal di zaman sekarang, misalnya sebagai penampungan orang miskin atau
persinggahan musafir. Istilah hospital (rumah sakit) berasal dari kata Latin, hospes (tuan
rumah), yang juga menjadi akar kata hotel dan hospitality (keramahan).
Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan untuk kemudian
meminta perawatan jalan, atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan hari, minggu,
atau bulan. Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya
memberikan diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien.
Rumahsakit menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical Care: is an
integral part of social and medical organization, the function of which is to provide for the
population complete health care, both curative and preventive and whose out patient service
reach out to the family and its home environment; the hospital is also a centre for the training
of health workers and for biosocial research
Tugas dan Fungsi
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu :
Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,
Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,
Melaksanakan pelayanan medis khusus,
Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,
Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,
Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,
Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi),
Melaksanakan pelayanan rawat inap,
Melaksanakan pelayanan administratif,
Melaksanakan pendidikan para medis,
Membantu pendidikan tenaga medis umum,
Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,
Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,
Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah sakit yang di Indonesia
terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas a, b, c, d. berbentuk badan dan
sebagai unit pelaksana teknis daerah. perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadii
sehubungan dengan turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan
indonesia melalui keputusan dirjen yan medik.
Sejarah
Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu
contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya
memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi
sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM di tanah
Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani.
Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit
Brahmanti pertama kali didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka
juga mendirikan 18 rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis
dan perawat yang dibiayai anggaran kerajaan.
Rumah sakit pertama yang melibatkan pula konsep pengajaran pengobatan, dengan
mahasiswa yang diberikan pengajaran oleh tenaga ahli, adalah Akademi Gundishapur di
Kerajaan Persia.
Bangsa Romawi menciptakan valetudinaria untuk pengobatan budak, gladiator, dan prajurit
sekitar 100 SM. Adopsi kepercayaan Kristiani turut memengaruhi pelayanan medis di sana.
Konsili Nicea I pada tahun 325 memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan
pelayanan kepada orang-orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap
kota harus menyediakan satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama kali mendirikan
adalah Saint Sampson di Konstantinopel dan Basil, bishop of Caesarea. Bangunan ini
berhubungan langsung dengan bagunan gereja, dan disediakan pula tempat terpisah untuk
penderita lepra.
Rumah sakit abad pertengahan di Eropa juga mengikuti pola tersebut. Di setiap tempat
peribadahan biasanya terdapat pelayanan kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase Perancis
untuk rumah sakit adalah hôtel-Dieu, yang berarti "hostel of God."). Namun beberapa di
antaranya bisa pula terpisah dari tempat peribadahan. Ditemukan pula rumah sakit yang
terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau musafir.
Rumah sakit dalam sejarah Islam memperkenalkan standar pengobatan yang tinggi pada abad
8 hingga 12. Rumah sakit pertama dibangun pada abad 9 hingga 10 mempekerjakan 25 staff
pengobatan dan perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang berbeda pula. Rumah
sakit yang didanai pemerintah muncul pula dalam sejarah Tiongkok pada awal abad 10.
Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi pada abad 16 hingga 17. Tetapi
baru pada abad 18 rumah sakit modern pertama dibangun dengan hanya menyediakan
pelayanan dan pembedahan medis. Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy's
Hospital didirikan di London pada 1724 atas permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy.
Rumah sakit yang dibiayai swasta seperti ini kemudian menjamur di seluruh Inggris Raya. Di
koloni Inggris di Amerika kemudian berdiri Pennsylvania General Hospital di Philadelphia
pada 1751. setelah terkumpul sumbangan £2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit
dibiayai dana publik. Namun secara umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh negara
di Eropa dan Amerika Utara telah memiliki keberagaman rumah sakit.
Rumah Sakit Dan Perkembangannya di Indonesia
Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC tahun
1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles terutama ditujukan untuk
melayani anggota militer beserta keluarganya secara gratis. Jika masyarakat pribumi
memerlukan pertolongan, kepada mereka juga diberikan pelayanan gratis. Hal ini berlanjut
dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok agama. Sikap karitatif ini juga
diteruskan oleh rumah sakit CBZ di Jakarta. Rumah sakit ini juga tidak memungut bayaran
pada orang miskin dan gelandangan yang memerlukan pertolongan. Semua ini telah
menanamkan kesan yang mendalam di kalangan masyarakat pribumi bahwa pelayanan
penyembuhan di rumah sakit adalah gratis. Mereka tidak mengetahui bahwa sejak zaman
VOC, orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC (kecuali tentara dan keluarganya)
ditarik bayaran termasuk pegawai VOC.
Komite Etik Rumah Sakit
Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan sebagai suatu badan yang secara resmi
dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin perawatan kesehatan dalam rumah sakit yang
bertugas untuk menangani berbagai masalah etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS
dapat menjadi sarana efektif dalam mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak
yang terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien dan masyarakat tentang berbagai masalah
etika hukum kedokteran yang muncul dalam perawatan kesehatan di rumah sakit. Ada tiga
fungsi KERS ini yaitu pendidikan, penyusun kebijakan dan pembahasan kasus. Jadi salah
satu tugas KERS adalah menjalankan fungsi pendidikan etika. Dalam rumah sakit ada
kebutuhan akan kemampuan memahami masalah etika, melakukan diskusi multidisiplin
tentang kasus mediko legal dan dilema etika biomedis dan proses pengambilan keputusan
yang terkait dengan permasalahan ini. Dengan dibentuknya KERS, pengetahuan dasar bidang
etika kedokteran dapat diupayakan dalam institusi dan pengetahuan tentang etika diharapkan
akan menelurkan tindakan yang profesional etis. Komite tidak akan mampu mengajari orang
lain, jika ia tidak cukup kemampuannya. Oleh sebab itu tugas pertama komite adalah
meningkatkan pengetahuan anggota komite. Etika kedokteran dewasa ini berkembang sangat
pesat. Di Indonesia etika kedokteran relatif baru dan yang berminat tidak banyak sehingga
lebih sulit mencari bahan bacaan yang berkaitan dengan hal ini. Pendidikan bagi anggota
komite dapat dilakukan dengan belajar sendiri, belajar berkelompok, dan mengundang pakar
dalam bidang agama, hukum, sosial, psikologi, atau etika yang mendalami bidang etika
kedokteran. Para anggota komite setidaknya harus menguasai berbagai istilah/konsep etika,
proses analisa dan pengambilan keputusan dalam etika. Pengetahuan tentang etik akan lebih
mudah dipahami jika ia diterapkan dalam berbagai kasus nyata. Semakin banyak kasus yang
dibahas, akan semakin jelaslah bagi anggota komite bagaimana bentuk tatalaksana
pengambilan keputusan yang baik. Pendidikan etika tidak tebatas pada pimpinan dan staf
rumah sakit saja. Pemilik dan anggota yayasan, pasien, keluarga pasien, dan masyarakat
dapat diikutsertakan dalam pendidikan etika. Pemahaman akan permasalahan etika akan
menambah kepercayaan masyarakat dan membuka wawasan mereka bahwa rumah sakit
bekerja untuk kepentingan pasien dan masyarakat pada umumnya. Selama ini dalam struktur
rumah sakit di Indonesia dikenal subkomite/panitia etik profesi medik yang merupakan
struktur dibawah komite medik yang bertugas menangani masalah etika rumah sakit. Pada
umumnya anggota panitia ini adalah dokter dan masalah yang ditangani lebih banyak yang
berkaitan dengan pelanggaran etika profesi. Mengingat etika kedokteran sekarang ini sudah
berkembang begitu luas dan kompleks maka keberadaan dan posisi panitia ini tidak lagi
memadai. Rumah sakit memerlukan tim atau komite yang dapat menangani masalah etika
rumah sakit dan tanggung jawab langsung kepada direksi. Komite memberikan saran di
bidang etika kepada pimpinan dan staf rumah sakit yang membutuhkan. Keberadaan komite
dinyatakan dalam struktur organisasi rumah sakit dan keanggotaan komite diangkat oleh
pimpinan rumah sakit atau yayasan rumah sakit. Proses pembentukan KERS ini, rumah sakit
memulainya dengan membentuk tim kecil yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki
kepedulian mendalam dibidang etika kedokteran, bersikap terbuka dan memiliki semangat
tinggi. Jumlah anggota disesuaikan dengan kebutuhan. Keanggotaan komite bersifat multi
disiplin meliputi dokter (merupakan mayoritas anggota) dari berbagai spesialisasi, perawat,
pekerja sosial, rohaniawan, wakil administrasi rumah sakit, wakil masyarakat, etikawan, dan
ahli hukum.
3. Dokter
Menurut UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kesehatan, Profesi dokter adalah suatu
pekerjaan kedokteran yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan berjenjang dan kode etik yang bersifat melayani.
Merujuk pada kode etik dokter, peran dokter dapat dirinci sebagai berikut:
a. Dokter sebagai pendidik
b. Dokter sebagai pengembang teknologi layanan kesehatan
c. Dokter sebagai pengabdi masyarakat
d. Dokter adalah pembelajar
4. Perawat
Perawat (nurse) berasal dari bahasa Latin nutrix yang berarti merawat atau memelihara.
Perwat adalah orang yang dididik menjadi tenaga para medis untuk menyelenggarakan
perawatan orang sakit atau secara khusus untuk mendalami bidang perawatan tertentu.
Peran perawat sebagai individu yaitu sebagai berikut:
a. Peran sebagai pelaksana (care giver)
b. Peran sebagai pendidik
c. Peran sebagai pengelola
d. Peran sebagai peneliti
Berikut ini beberapa keuntungan dan kerugian dari pengobatan alternatif yang dilakukan,
seperti dikutip dari Lifemojo, Jumat (22/7/2011) yaitu:
Keuntungan
Stres adalah faktor penting dalam mempengaruhi sistem kekebalan tubuh seseorang. Terapi
alternatif seperti yoga dan meditasi bisa membantu mengurangi stres, hal ini akan membantu
memerangi penyakit dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Kerugian
1. Membutuhkan waktu penyembuhan yang lama
Terapi alternatif umumnya tidak bisa memberikan penyembuhan secara instan sehingga
membutuhkan waktu lebih lama untuk menyembuhkan dibanding dengan pengobatan
konvensional.
2. Diperlukan ketelatenan dari pasien
Beberapa pengobatan alternatif memerlukan adanya perubahan gaya hidup untuk menunjang
terapi agar bisa bekerja lebih baik, sehingga diperlukan disiplin dan ketelatenan dari pasien.
3. Penelitiannya masih terbatas
Beberapa obat alternatif kini telah banyak diuji secara ilmiah dan terbukti efektif. Tapi
sebagian besar obat-obatan yang digunakan belum diuji secara ilmiah dan disetujui oleh
pemerintah setempat.
Kepustakaan
http://www.lawskripsi.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=80&Itemid=80
http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/ewalcott.doc
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3700/1/fkm-zulkifli5.pdf
http://ksupointer.com/ayurveda-sistem-pengobatan-kuno-dari-india
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengobatan_tradisional_Tionghoa
http://yuniawan.blog.unair.ac.id/files/2008/03/sehat sakit.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_sakit
http://www.detikhealth.com/read/2011/07/22/090431/1686700/766/plus-minus-pengobatan-
alternatif?ld991103763
fik.unissula.ac.id/download/Tingkah%20Laku%20Sakit.ppt