Artikel 3
Artikel 3
BAB 1
URAIAN KASUS
Pelanggaran etika keperawatan pada saat melakukan perawatan luka Disebuah bangsal RS X
di kota D tempat penulis praktik terjadi pelanggaran etika keperawatan ,kondisi pada saat itu
di RS tersebut memang jumlah perawat lbih sedikit dari pasien
Kasus ini berawal ssat saya mendampingi perawat yang berinisial Y saat melakukan
melakukan perawatan luka pada pasien DM perawat Y melakukan pelanggaran etika yaitu
tidak memakai prisip steril pada perawatan luka.pada waktu itu perawat Y memakai
handskon dengan prinsip bersih bukan prinsip steril pada saat itu handskon memang berada
dalam toples dan berisi bnyak handskon pada saat itu perawat Y mengambil handskon yang
seharusnya dengan korentang namun mengambil hanya dengan tangan karena korentangnya
tidak ada dan juga pada saat pemakaianya hanya dengan prinsip bersih yaitu memakai
handskon dengan cara biasa handskon di pakai dengan tidak memperhatika sisi yang
seharusnya steril dan sisi yang seharusnya boleh di pegang, hal ini mungkin karna perawat
menganggap ini hal sepele dan mungkin ini juga karna terburu buru jadi perawat tidak
memperdulikan hal itu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP DASAR
DIABETES MELLITUS
A. PENGERTIAN
Adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf dan
pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam mikroskop elektron.
B. ETIOLOGI.
Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ) atau DM Tergantung Insulin (DMTI)
disebabkan oleh destruksi sel Beta pulau Langerhans akibat respon autoimun secara genetik
atau karena infeksi ( biasanya oleh virus ).
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( NIDDM ) disebabkan oleh kegagalan relatif sel
Beta, interaksi antara hereditas dan faktor-faktor lingkungan, seperti obesitas, diet dan gaya
hidup.
C. PATOFISIOLOGI.
D. MANIFESTASI KLINIK.
Polipaghi, polidipsi, poliuri, lemah dan penurunan berat badan. Gangguan lain dapat berupa
kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi pada pria, pruritus vulva pada wanita.
E. KOMPLIKASI.
1. Akut.
a. Koma hipoglikemi.
b. Ketoasidosis.
c. Koma hiperosmolar non ketotik.
2. Kronik.
a. Makrongiopati dan mikrongiopati.
b. Neuropati diabetik.
c. Rentan infeksi : TBC, ginggivitis, ISK.
d. Kaki diabetik.
Ganggren basah, merupakan akibat penutupan arteri yang mendadak terutama pada anggota
bawah dimana aliran darah sebelumnya mencukupi, misalnya terjadi emboli yang akut.
Daerah yang terkena berbercak-bercak dan bengkak. Kulit kerapkali menjadi melepuh dan
menjadi port d’ entre, infeksi kerapkali terjadi supra infeksi, bisa terjadi melalui daerah yang
baru saja mengalami epidermophyyosis. Sifat khas pada ganggren basah sebagian disebabkan
oleh infeksi sehingga terdapat beberapa tingkatan infeksi kemerahan, pembengkakan dan
edema yang progresif di atas daerah yang terkena pada jaringan yang nekrotik oleh karena
pembentukkan gas oleh mikroorganisme meskipun bukan merupakan faktor utama. Ganggren
circulatoir pada penderita diabetes, baik berbentuk basah maupun kering dapat mengalami
infeksi oleh karena jaringan tersebut rentan. Pada umumnya, proses septik menjadi dominan,
sehingga ganggren dan nekrose menjadi lebih luas daripada kegagalan aliran darah itu
sendiri. Diabetik ganggren menjadi istilah untuk menandai bahwa infeksi memegang peranan
penting dan menonjol.
F. PENATALAKSANAAN.
1. Perencanaan makan ( Meal Planning ).
Karbohidrat : 60 – 70 %
Lemak : 20 – 25 %
Protein : 10 – 15 %
2. Latihan jasmani 3 – 4 kali tiap minggu selama setengah jam.
3. Obat hipoglikemik
contoh : Sulfaniturea, Biguanid, Inhibitor Alpha Glukosidase, Insulin Sensitizing Agent.
KONSEP DASAR
GANGGREN
A. DEFINISI.
Suatu daerah nekrose ( kematian jaringan sebagian yang mengenai suatu bagian badan ),
misalnya jari dan tungkai.
B. ETIOLOGI.
Kekurangan aliran darah.
Infeksi bakteri.
Trauma.
C. MACAM-MACAM GANGGREN.
1. Ganggren circulatoir.
Tipe ganggren :
a. Ganggren kering.
Penyumbatan arteria terjadi secara perlahan-lahan, mula-mula terlihat anemis lambat laun
akan terjadi mummifikasi. Akhirnya ekstremitas akan susut, layu, berwarna hitam. Jika
permukaan kulit tidak rusak, biasanya tidak akan kena infeksi. Bentuknya khas dan
merupakan akibat penutupan arteria yang perlaha-lahan tetapi progresif.
b. Ganggren basah.
Merupakan akibat penutupan arteri yang mendadak terutama pada anggota bawah dimana
aliran darah sebelumnya mencukupi, misalnya terjadi emboli yang akut. Daerah yang terkena
berbercak-bercak dan bengkak. Kulit kerapkali menjadi melepuh dan menjadi port d’ entre,
infeksi kerapkali terjadi supra infeksi, bisa terjadi melalui daerah yang baru saja mengalami
epidermophyyosis.
Sifat khas pada ganggren basah sebagian disebabkan oleh infeksi sehingga terdapat beberapa
tingkatan infeksi kemerahan, pembengkakan dan edema yang progresif di atas daerah yang
terkena pada jaringan yang nekrotik oleh karena pembentukkan gas oleh mikroorganisme
meskipun bukan merupakan faktor utama
Ganggren circulatoir pada penderita diabetes, baik berbentuk basah maupun kering dapat
mengalami infeksi oleh karena jaringan tersebut rentan. Pada umumnya, proses septik
menjadi dominan, sehingga ganggren dan nekrose menjadi lebih luas daripada kegagalan
aliran darah itu sendiri. Diabetik ganggren menjadi istilah untuk menandai bahwa infeksi
memegang peranan penting dan menonjol.
2. Ganggren traumatik.
Adalah destruksi jaringan yang disebabkan oleh kontusi langsung dengan kerusakan
pembuluh darah lokal daripada trauma yang mengenai vasa utama ke ekstremitas. Pada
beberapa perlukaan komplikasi berupa spasme arteri atau oklusi vena, super infeksi dapat
mengakibatkankehilangan ekstremitas, tapi dapat diselamatkan bila infeksi dapat dicegah.
Beberapa kasus ganggren traumatik dapat mengalami komplikasi ganggren iskemik karena
terkenanya arteri yang besar sehingga diperlukan perbaikan arteri atau amputasi.
3. Ganggren bakterial.
Adalah nekrose jaringan akibat bakteri didahului oleh beberapa derajat ganggren iskemik
initial yang mengakibatkan terjadinya jaringan nekrotik yang penting bagi bakteri untuk
tumbuh dengan cepat.
Ada 2 bentuk berlainan dari ganggren bakterial yaitu :
a. Infeksi Clostridium Anaerob dan Ganggren.
Harus ditekankan penemuan organisme penghasil spora yang anaerob termasuk Clostridium
Perfringens pada luka tidak ada.
Gambaran klasik infeksi clotridia :
Diffuse Clostridial Myositis ( gas ganggren )
– Bentuk letal dan fulminan timbul dalam beberapa jam atau hari setelah terjadi luka. Jika
debridement tidak memadai dapat timbul dalam hari ke – 10 atau ke – 13, bisa juga terjadi
kerusakan arteriil yang tidak diketahui terutama jika luka dibungkus dengan plester yang
ditekan kuat.
– Keadaan umum penderita mendadak berubah dan merupakan pertanda akan adanya
serangan gas ganggren.
– Penderita pucat.
– Kebiru-biruan.
– Gelisah.
– Merasa sangat nyeri pada anggota yang terkena.
– Temperatur naik ( sub normal).
– Pada stadium permulaan nadi dan TD tidak mencerminkan beratnya penyakit tetapi
kemudian terjadi takikardi dan hipertensi, kolaps, sianosis dan dingin pada ekstremitas. Muka
asianotik atau menjadi coklat, pucat karena hemolisa yang hebat.
– Perubahan pada ekstremitas yang bersangkutan adalah khas, sangat bengkak, edema,
berubah warna, mula-mula berwarna biru atau berbercak kemerahan, pucat seperti kadaver,
bau seperti bau kamar mayat.
– Sering merembes sedikit discharge, serosanguineus yang cair, krepitasi jaringan meluas
keseluruh anggota badan dan merupakan suatu tanda klasik adanya gas dalam jaringan.
– Kerusakan otot yang luas dan kerusakan pembuluh darah besar, sifat luka mengenai
penyediaan darah yang bersangkutan, toxaemia beratt, pembengkakan yang luas ditungkai
dan perkembangan cepat penyakit tersebut.
Edematus Ganggren
Disebabkan oleh clostridium novyi, tidak dihasilkan gas tetapi terjadi odem otot yang masif
tanpa kerusakan vaskular primer. Perjalanan penyakit fulminans dan terapi yang efektif yaitu
debridement yang awal dan luas.
Clostridial Cellulitis
Suatu infeksi anaerob dijaringan subkutan yang terus mengadakan perluasan. Pada kasus
yang lanjut terjadi edematus, bengkak dan pucat, warna kulit berubah, nekrotik, krepitasi
terdapat diseluruh ektremitas.
Clostridium Cellulitis merupakan suatu proses yang berkembang agak lambat, tampak 10 hari
atau lebih setelah terjadi luka. Luka pertama tidak disertai perlukaan muskulus yang luas.
Luka biasanya dipermukaan dan tidak ada kerusakan pembuluh darah besar.
Pada pemeriksaan menunjukkan adanya sirkulasi yang sempurna pada ekstremitas.
Penyembuhan akan segera terjadi setelah dilakukan drainase dan eksisi jaringan nekrotik
Hiperbarik terapi adalah baik untuk semua infeksi anaerob tetapi tidak dapat untuk
menggantikan debridement yang awal dan luas terhadap jaringan yang terkena. O2 dapat
menghambat pembentukkan lecithinase oleh clostridia tetapi tidak berefek terhadap toksin,
dapat pula menghambat bakteriaemi tapi juga tidak berefek terhadap organisme dalam otot
yang nekrose dan abses. Penicillin dosis tinggi untuk menghambat pertumbuhan organisme
lain.
Untuk mencegah terjadinya perluasan luka ( ganggren ) maka perlu dilakukan perawatan luka
dan tindakan asepsis.
Aturan dalam perawatan luka :
a. Menghindari terjadinya pencemaran.
b. Mengusahakan balutan tetap kering.
c. Proses perkembangan aliran darah lokal.
d. Mengembangkan kondisi yang baik.
e. Selalu berusaha agar luka bersih.
f. Penyokong yang baik untuk luka.
g. Menghindari kondisi luka yang makin memburuk.
h. Menghindari rasa sakit yang tidak perlu.
Pengertian.
Merawat luka terinfeksi :
a. Luka + serum.
b. Luka + pus.
c. Luka + pus + nekrose.
Tujuan.
a. Mempercepat penyembuhan.
b. Mencegah gangguan rasa nyaman bagi yang bersangkutan maupun bagi pasien lain
terutama bila luka nekrose dan berbau.
Perincian Tugas.
a. Menyiapkan alat-alat ;
1. Alat-alat steril ( dalam tempat steril ).
• Pinset anatomis 1 buah.
• Pinset chirurgis 2 buah.
• Gunting lurus / bengkok.
• Kapas lidi.
• Kasa penekan / kapas bulat.
• Kasa steril secukupnya.
• Mangkok kecil 2 buah.
b. Menyiapkan pasien.
Memperkenalkan diri.
Menjelaskan tujuan dilakukannya prosedur.
Menjelaskan langkah perasat.
Meminta persetujuan pasien.
Menyiapkan pasien sesuai kebutuhan.
c. Pelaksanaan.
1. menempatkan alat-alat kedekat pasien.
2. mencuci tangan sebelumdan sesudah melakukan perasat.
3. alat-alat disiapkan sesuai kebutuhan.
4. pembalut dibuka dengan pinset dan dubuang pada tempatnya.
5. bekas plester dibersihkan dengan yodi bensin.
6. luka dicuci / dibersihkan dengan kapas desinfektan sesuai advis dokter ( perhydrol, savlon,
PK ) sampai bersih, bila perlu dilakukan juga nekrotomi, kemudian bilas dengan bwc/pz.
7. kompres luka dengan bwc / bethadine sesuai advis dokter, kemudian tutup dengan kasa
steril lalu dibalut / diplester rapi.
8. pasien dirapikan.
9. alat-alat dibereskan.
10. mengamati respon pasien baik verbal maupun non verbal.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomoa 23 tahun 1992 tantang Kesehatan pasal 53
1. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya
2. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien
3. Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan medis
rehadap seseorang sengat memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan
4. Ketentuan mengenali standar profesi dan hak – hak pasien sebagai mana dimaksud dalam
ayat 2 ditetapkan dengan peraturan pemerintah
BABIII
PEMBAHASAN
Dalam bab ini saya akan membahas tentang pelanggaran etika apa yang dilakukan perawat Y
pada saat perawatan luka DM.
Penyakit DM Adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
syaraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam mikroskop electron.
Perawatan luka pada penyakit DM ini harus dilakukan dengan tehnik steril.seperti memakai
sarung tangan harus memakai sarung tangan yang steril karena untuk mencegah terjadinya
infeksi.adapiun alat alat yang harus steril antara lain;
1. Alat-alat steril ( dalam tempat steril ).
• Pinset anatomis 1 buah.
• Pinset chirurgis 2 buah.
• Gunting lurus / bengkok.
• Kapas lidi.
• Kasa penekan / kapas bulat.
• Kasa steril secukupnya.
• Mangkok kecil 2 buah.
Namun dari kasus di atas perawat Y dalam memakai handskon tidak memakai prinsip steril
dari cara pengambilan handskon dan cara memakainya tidak dengan prinsip steril hal ini
sangat membahayakan pasien itu sendiri Karen pasien bisa terkena infeksi
Selain itu beberapa pelanggaran etika yang di lkukan perawat Y antara lain:
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Profesi keperawatan adalah profesi yang sangat rentan dengan tindakan kelalaian,
pelanggaran etika dan moral. Untuk itu sebagai seorang perawat tidaklah cukup berbekal
pada ketrampilan belaka tetapi harus perlu memahami, etika keperawatan moral, kode etik
keperawatan, hak-hak pasien, tanggung jawab perawat, kewajiban perawat, nilai-nilai dan
undang-undang kesehatan sehinga tercapailah apa yang kita idam-idamkan menjadi perawat
professional yang didambakan semua perawat dan masyarakat sebagai pengguna jasa
keperawatan
B.SARAN
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan menerapkan sistim kode etik
keperawatan dalam Rumah sakit memang tidak mudah itu semua tergantung dari manusianya
atau perawat itu sendiri akan kesadran akan pentingnya keselamatan pasien hal ini mungkin
bias kita minimalisir dengan kita mengajak teman teman perawat yang masih belum bisa
menerapkan kode etik keperawatan dalam melakukan tindakan untuk melakukan tindakan
sesui prosedur yang benar.Kita tidak bisa langsung secepat itu untuk menerapakan atau
merubah sikap seseorang untuk melakukan tindakan keperawatan sesuai kode etik tapi yang
bisa kita akan jauh lebih baik apabila kita sellu menegur dan member penjelasan kepada
perawat yang tidak menerapkan kode etik.