Anda di halaman 1dari 2

Analisis Kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia

Analisis kebijakan ini menggunakan pendekatan segitiga kebijakan dari Buse dkk .
Kesimpulan Analisis Kebijakan adalah sebagai berikut:

 Isi

Terjadi fragmentasi pelayanan KIA antara pelayanan primer dengan pelayanan sekunder dan
tertier. Penggunaan data kematian absolut ibu dan anak kurang dimaksimalkan. Kebijakan
terlalu menekankan pada penggunaan rates dengan data yang sudah terlambat, tidak tepat
dipergunakan di level kabupaten, dan memberikan rasa aman yang palsu (misal sudah lebih
baik dari angka rata-rata nasional). Kebijakan monitoring dan evaluasi program belum
maksimal dijalankan, padahal kunci keberhasilan program berada pada monitoring dan
evaluasi program dan pelaksanaan kebijakan. Dana dekonsentrasi untuk perencanaan dan
pembinaan teknis (termasuk monev) belum maksimal dipergunakan. Secara tegas dapat
dinyatakan bahwa kebijakan KIA tidak fokus pada indikator kematian.
 

 Aktor

Kebijakan selama ini menimbulkan situasi dimana banyak pelaku di pelayanan primer dan
pencegahan namun masih kurang di aspek klinis. Hal ini terjadi karena selama puluhan tahun
kebijakan dan program KIA aktif dikelola oleh DitJen BinKesmas. Sementara pelaku di
rumahsakit yang dikelola oleh DitJen Pelayanan Medik belum begitu aktif (sebelum
reorganisasi Kemenkes yang menghasilkan DitJen Bina Upaya Kesehatan). Profesi yang
paling banyak menjadi obyek kebijakan adalah bidan. Dokter Spesialis dan dokter umum,
serta perawat kurang berperan. Kepemimpinan dokter spesialis dalam pengurangan kematian
belum banyak ditekankan. Peran dokter umum terkesan dikesampingkan. Tidak ada tenaga
ahli manajemen untuk perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring-evaluasi program KIA.
Kerjasama lintas sektor untuk promosi dan pencegahan hulu belum maksimal. Para pelaku
promosi dan pencegahan yang lintas sektor belum banyak memberikan kontribusi.
 

 Konteks kebijakan

Dampak Kebijakan Desentralisasi di sektor kesehatan belum banyak diperhitungkan. Isu


program KIA belum diperhatikan di daerah, khususnya di kabupaten. Pemerintah pusat sudah
mempunyai perhatian besar untuk KIA, namun tidak mampu mempengaruhi pemerintah
propinsi dan kabupaten untuk memperhatikannya. Di berbagai daerah anggaran untuk KIA
masih rendah. Kebijakan KIA terlihat hanya satu di seluruh Indonesia. Perbedaan tempat
kematian ibu dan bayi dimana di pulau Jawa sebagian besar berada di rumahsakit belum
diperhatikan.
 
 Proses Kebijakan

Kebijakan KIA sering ditetapkan secara top-down dari pemerintah pusat. Di masa lalu
inisiatif kebijakan sering berasal dari lembaga di luar negeri. Kebijakan yang berasal dari
daerah belum banyak muncul. Saat ini dari NTT dan DIY sudah mulai ada inisiatif untuk
kebijakan di daerah. Inisiatif daerah ini menimbulkan berbagai inovasi seperti adanya
Revolusi KIA di NTT atau penyusunan manual rujukan dan Peraturan Gubernur tentang
Rujukan KIA di DIY. Saat ini belum popular adanya tim monitoring dan evaluasi kebijakan
dan program KIA yang independen. Akibatnya belum ada mekanisme kontrol yang sehat
terhadap efektifitas kebijakan dan program KIA.

Catatan: Isi lengkap ada pada lampiran. SIlahkan klik.

Anda mungkin juga menyukai