On Process Hubungan Tingkat Anc Dengan Komplikasi Melahirkan
On Process Hubungan Tingkat Anc Dengan Komplikasi Melahirkan
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas proposal yang berjudul Hubungan Frekuensi
Pemeriksaan Anc Dengan Komplikasi Persalinan di Rsu Kota Padangdimpuan ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
Matakuliah Metodologi Riset. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada
prof. Dr. dr Masrul SpGK, selaku dosen mata kuliah metodologi riset yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 ANC..........................................................................................................5
2.2 KOMPLIKASI PERSALINAN..................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian
Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang
disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-
sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini tidak hanya
mampu menilai program kesehatan ibu, tetapi juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat,
karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun
kualitas (Profil Kesehatan RI 2017).
Menurut WHO pada tahun 2016 sebanyak 536.000 ibu hamil meninggal pada saat persalinan,
sedangkan pada tahun 2017 berkisar 585.000 ibu meninggal akibat masalah kehamilan dan persalinan,
bahkan separuh jumlah seluruh kematian terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan yang disebabkan
karena perdarahan (50%), infeksi (30%), dan eklampsia (20%) ( Word Health Organization, 2016).
Pemeriksaan kehamilan ANC pertama kali ideal dilakukan sedini mungkin atau paling lama
umur kandungan tiga bulan. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya deteksi dini kehamilan
beresiko dan mencegah komplikasi persalinan (Word Health Organization, 2016).
Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki AKI cukup tinggi. Hasil Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa AKI di Indonesia
sebesar 346 orang per 100.000 KH (SP 2010), menurun menjadi 305 orang per 100.000 KH pada
tahun 2017 (SUPAS 2015). Hal ini menunjukkan AKI cenderung menurun. Jadi untuk mewujudkan
target SDGs global pada tahun 2030 yaitu sebesar 102 per 100.000 KH (Paparan Dirjen Kesmas
2018).
Jumlah AKI yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan di Sumatera Utara pada tahun 2017
dimana AKI di Sumatera Utara sebesar 328/100.000 KH, jumlah kematian ibu tercatat sebanyak 205
kematian, lebih rendah dari data yang tercatat pada tahun 2016 yaitu 239 kematian (Profil Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara tahun 2017).
Diperoleh data cakupan kunjungan K4 ibu hamil di Padangsidimpuan (76,5%) ibu yang
melakukan pemeriksaan ANC dari jumlah ibu hamil 4,927 jiwa. Hal tersebut belum mencapai
target yang ditetapkan dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sebesar 95 % (Profil
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2017).
komprehensif dan berkualitas, guna mempersiapkan persalinan yang bersih, aman dan sehat.
Pemerintah merekomendasikan minimal 4 (empat) kali pemeriksaan selama, yaiyu minimal 1 (satu)
kali pada trimester pertama, minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua dan minimal 2 (dua) kali pada
trimester ketiga (Laporan SDKI 2017).
Dalam upaya pencegahan terjadinya komplikasi persalinan perlu lebih ditingkatkan kualitas
pelayanan antenatal pada ibu hamil, sehingga deteksi dini terhadap ibu hamil yang mempunyai faktor
risiko tinggi dapat dilakukan dengan baik serta melakukan penanganan secepat mungkin. berdasarkan
uraian masalah di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Hubungan Frekuensi
Pemeriksaan ANC Dengan Komplikasi Persalinan Di Kota Padangsidimpuan.
1.4.2 ManfaatPraktis
3
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan
penelitian serta sebagai media untuk menerapkan ilmu yang telah
didapatkan selama kuliah khususnya metodelogi penelitian.
2.1.2 Tujuan
Menurut Andriaansz (2008), Tujuan dari Antenatal Care adalah :
1 Membangun rasa saling percaya antara ibu hamil dan petugas kesehatan
2 Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya
3 Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
4 Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
5 Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan
6 Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yan dikandungnya.
Jadi, tujuan dari antenatal care adalah untuk meyakinkan bahwa kehamilan ibu
tidak berkomplikasi sehingga dapat melahirkan bayi yang hidup dan dengan keadaan
sehat. Jika ternyata ditemukan risiko-risiko yang dapat membahayakan baik ibu maupun
janinnya, maka harus segera ditindaklanjuti (DeCherney, 2006).
Antenatal care harus dimulai sedini mungkin sejak diagnosis kehamilan ditegakkan
(Oktama dkk., 2008). Antenatal care yang dianjurkan oleh DEPKES RI adalah minimal
sebanyak 4 kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, setiap kunjungan antenatal
ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Kunjungan pertama atau
K1 dilakukan pada saat trimester pertama, K2 pada saat trimester 2, dan K3 dan K4
dilakukan pada usia kehamilan memasuki trimester ketiga (Adriaansz, 2008).
4
5
Hingga usia kehamilan 28 minggu, kunjungan antenatal care dilakukan setiap empat
minggu. Untuk usia kehamilan 28-36 minggu, kunjungan untuk antenal care dilakukan
setiap dua minggu. Pada usia kehamilan 36 minggu atau lebih, kunjungan antenatal care
dilakukan setiap minggu sekali (Mansjoer, 2007).
1). Anamnesis.
Anamnesis pada antenatal care meliputi data umum pribadi, keluhan saat
ini, riwayat menstruasi guna mengetahui usia kehamilan, riwayat kehamilan dan
persalinan, riwayat kehamilan saat ini, riwayat penyakit pada keluarga, riwayat
penyakit pada ibu, riwayat pemakaian alat kontrasepsi, riwayat imunisasi, dan
riwayat menyusui (Adriaansz, 2008; Mochtar, 1998). Anamnesis yang dilakukan
harus terarah dan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan ibu dan
faktor risiko yang dimiliki olehnya sehingga dapat dilakukan intervensi sedini
mungkin (Mansjoer, 2007).
KIE pada ibu hamil merupakan hal yang penting untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas baik pada ibu maupun janin. Selain itu, KIE juga
7
a) Koitus
Pada umumnya, koitus diperbolehkan pada saat masa kehamilan jika
dilakukan dengan hati-hati dan tidak menimbulkan perdarahan. Pada saat
akhir masa kehamilan, saat kepala janin telah memasuki rongga panggul,
sebaiknya koitus dihentikan karena dapat menimbulkan rasa sakit dan
perdarahan.
e) Imunisasi
Untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus
neonatorum, maka dewasa ini dianjurkan untuk memberikan toxoid
tetanus pada ibu hamil.
g) Pemberian Obat
Pemberian obat pada ibu hamil harus berhati-hati, terutama pada
trimester I dan II. Karena dikhawatirkan muncul efek teratogenik maupun
toksik yang berbahaya bagi janin (Mansjoer et al., 2007; Adriaansz, 2008;
Wiknjosastro, 2005).
tidak dapat diduga sebelumnya ataupun tidak dapat dihindari. Komplikasi persalinan
disebabkan oleh:
b. Eklampsia
kelainan akut pada wanita hamil dalam persalinan atau masa nifas yang
darah sebanyak 500 ml atau lebih dari traktus genitalia setelah melahirkan.
lebih dari normal dimana telah menyebabkan perubahaan tanda vital (pasien
hal.523). Ada dua jenis perdarahan post partum yaitu: perdarahan post
1) Atonia uteri.
Atonia uteri adalah ketidakmampuan otot rahim untuk berkontraksi
(d) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita
penyakit menahun.
2008 hal.524-525).
2) Robekan uteri
Ruptur uteri adalah uterus yang ruptur dapat langsung terhubung
3) Retensio plasenta
ANC < 4x
Populasi
Komplikasi
Persalinan
Sampel
ANC ≥ 4x
ANC < 4x
Tidak Mengalami
Komplikasi Persalinan
ANC ≥ 4x
12
BAB IV
METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan adalah metode penelitian survey deskriptif dan jenis
pertama atau kelompok case adalah kelompok ibu dengan kunjungan ANC
Dari populasi yang telah peneliti sebutkan di atas akan diseleksi sesuai
dengan kriteria inklusi yaitu usia ibu 20-35 tahun. Kategori eksklusi pada
penelitian ini adalah penyakit kronis pada ibu seperti diabetes melitus,
13
14
3. Variabel Luar
Skala pengukuran : Nominal (kurang dari 4 kali dan lebih dari sama dengan 4 kali
selama masa kehamilan)
2. Komplikasi persalinan
a.Partus Lama
Kriteria objektif
15
b. Eklampsia
Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil dalam
160/110 mmHg
Kriteria objektif
adalah kehilangan darah sebanyak 500 ml atau lebih dari 500 ml setelah bayi
dilahirkan, baik perdarahan primer yang terjadi pada 24 jam pertama maupun
perdarahan sekunder yang terjadi setelah 24 jam sampai hari ke 28 post partum,
Kriteria objektif
Jika responden
Perdarahan post partum :
mengalamiperdarahan ≥ 500
ml pada saat persalinan
normal dan ≥ 1.000 ml pada
bedah sesar.
medis.
diambil dari rekam medis dari Januari 2020 sampai Juni 2020. Setelah data terkumpul,
dengan program SPSS, sebelum semua data dianalisa maka terlebih dahulu
1. Editing
Yakni upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan.
2. Koding
18
terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting, biasanya
dibuat juga daftar kode untuk memudahkan kembali melihat lokasi dalam
3. Tabulasi data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square
H0 = Tidak ada hubungan antara baris dan kolom atau tidak ada
perbedaan antara komplikasi bersalin berdasarkan frekuensi
antenatal care.
Bobak, I. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi keempat. Jakarta: EGC
Cunningham FG, Leveno KJ.Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom
KD, 1997. Uterine Leiomyomas, in: Williams Obstetrics, 22 nd edition.
New York: Mc Graw-Hill
Laporan-SDKI-2017
Manuaba, IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: EGC
Masjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Paparan-dirjen-kesmas-utk-kars-53.2018.Peran rumah sakit dalam menurunkan
AKI danAKB.
Profil Dinas Kesahatan Sumatera Utara.2017
Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017
Rochjati, Poedji. 2003. Bab I Pendahuluan, Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil.
Yogyakarta: Nuha Medika
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Kematian Maternal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
, Hanifa, 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
iii