Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN FREKUENSI PEMERIKSAAN ANC

DENGAN KOMPLIKASI PERSALINAN


DI RSU KOTA PADANGDIMPUAN

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH

IZMI FADHILAH NASUTION


1920332011

PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN


PASCA SARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas proposal yang berjudul Hubungan Frekuensi
Pemeriksaan Anc Dengan Komplikasi Persalinan di Rsu Kota Padangdimpuan ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
Matakuliah Metodologi Riset. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada
prof. Dr. dr Masrul SpGK, selaku dosen mata kuliah metodologi riset yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Padang Mei 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................2
1.3 TUJUAN...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 ANC..........................................................................................................5
2.2 KOMPLIKASI PERSALINAN..................................................................

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 KERANGKA KONSEP.............................................................................

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................

4.1 DESAIN PENELITIAN.............................................................................

4.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN..................................................

4.3 POPULASI DAN SAMPEL.......................................................................

4.4 VARIABEL PENELITIAN........................................................................

4.5 DEFENISI OPERASIONAL......................................................................

4.6 BAHAN DAN ALAT PENELITIAN........................................................

4.7 CARA KERJA PENELITIAN...................................................................

4.8 ALUR PENELITIAN.................................................................................

4.9 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian
Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang
disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-
sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini tidak hanya
mampu menilai program kesehatan ibu, tetapi juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat,
karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun
kualitas (Profil Kesehatan RI 2017).

Menurut WHO pada tahun 2016 sebanyak 536.000 ibu hamil meninggal pada saat persalinan,
sedangkan pada tahun 2017 berkisar 585.000 ibu meninggal akibat masalah kehamilan dan persalinan,
bahkan separuh jumlah seluruh kematian terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan yang disebabkan
karena perdarahan (50%), infeksi (30%), dan eklampsia (20%) ( Word Health Organization, 2016).
Pemeriksaan kehamilan ANC pertama kali ideal dilakukan sedini mungkin atau paling lama
umur kandungan tiga bulan. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya deteksi dini kehamilan
beresiko dan mencegah komplikasi persalinan (Word Health Organization, 2016).

Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki AKI cukup tinggi. Hasil Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa AKI di Indonesia
sebesar 346 orang per 100.000 KH (SP 2010), menurun menjadi 305 orang per 100.000 KH pada
tahun 2017 (SUPAS 2015). Hal ini menunjukkan AKI cenderung menurun. Jadi untuk mewujudkan
target SDGs global pada tahun 2030 yaitu sebesar 102 per 100.000 KH (Paparan Dirjen Kesmas
2018).

Jumlah AKI yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan di Sumatera Utara pada tahun 2017
dimana AKI di Sumatera Utara sebesar 328/100.000 KH, jumlah kematian ibu tercatat sebanyak 205
kematian, lebih rendah dari data yang tercatat pada tahun 2016 yaitu 239 kematian (Profil Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara tahun 2017).

Diperoleh data cakupan kunjungan K4 ibu hamil di Padangsidimpuan (76,5%) ibu yang
melakukan pemeriksaan ANC dari jumlah ibu hamil 4,927 jiwa. Hal tersebut belum mencapai
target yang ditetapkan dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sebesar 95 % (Profil
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2017).

Peraturan Menteri kesehatan Nomor : 97 tahun 2014 mengamanatkan bahwa pelayanan


kesehatan ibu selama kehamilan dilakukan melalui pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC) yang
1
2

komprehensif dan berkualitas, guna mempersiapkan persalinan yang bersih, aman dan sehat.
Pemerintah merekomendasikan minimal 4 (empat) kali pemeriksaan selama, yaiyu minimal 1 (satu)
kali pada trimester pertama, minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua dan minimal 2 (dua) kali pada
trimester ketiga (Laporan SDKI 2017).

Dalam upaya pencegahan terjadinya komplikasi persalinan perlu lebih ditingkatkan kualitas
pelayanan antenatal pada ibu hamil, sehingga deteksi dini terhadap ibu hamil yang mempunyai faktor
risiko tinggi dapat dilakukan dengan baik serta melakukan penanganan secepat mungkin. berdasarkan
uraian masalah di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Hubungan Frekuensi
Pemeriksaan ANC Dengan Komplikasi Persalinan Di Kota Padangsidimpuan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang Bagaimana Hubungan Frekuensi Pemeriksaan


ANC Dengan Komplikasi persalinan di RSUD Kota Padangsidimpuan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya Hubungan Frekuensi
Pemeriksaan ANC Dengan Komplikasi persalinan di RSUD Kota
Padangsidimpuan

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan antenatal pada ibu hamil


b. Untuk mengetahui adanya hubungan antara frekuensi antenatal care dengan
Komplikasi Melahirkan di RSUD Kota Padangsidimpuan

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi ilmu
pengetahuan kesehatan, terutama di bidang kebidanan dan kandungan untuk
mengetahui Hubungan frekuensi pemeriksaan anc dengan komplikasi
persalinan di kota Padangsidimpuan, serta dapat dijadikan sebagai dasar untuk
penelitian selanjutnya.

1.4.2 ManfaatPraktis
3

a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan
penelitian serta sebagai media untuk menerapkan ilmu yang telah
didapatkan selama kuliah khususnya metodelogi penelitian.

b. Bagi Institusi (universitas)


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian
dalam pengajaran mata kuliah maternitas mengenai hunungan tingkat anc
dengan komplikasi melahirkan di RSUD Kota Padangsidimpuan

c. Bagi Instansi (rumah sakit)


Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan dalam
kebijakan pengembangan pelayanan kebidanan yang lebih baik sehingga
deteksi dini terhadap risiko-risiko bahaya kehamilan dan Persalinan bisa
cepat ditangani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antenatal Care


2.1.1 Definisi
Dalam beberapa literatur, antenatal care ini disebut juga prenatal care (World
Health Organization Europe, 2003). Iksaruddin (2009), mendefinisikan antenatal care
atau pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter
spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum,bidan, atau perawat) kepada ibu hamil
selama masa kehamilan yang terencana, berupa observasi, edukasi dan penanganan medis
pada ibu hamil untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan
memuaskan. Jadi, antenatal care adalah pelayanan kesehatan yang diterima oleh ibu hamil
selama masa kehamilannya dengan maksud untuk menjamin kesehatan baik bagi sang ibu
maupun bayinya (USAID, 2007).

2.1.2 Tujuan
Menurut Andriaansz (2008), Tujuan dari Antenatal Care adalah :
1 Membangun rasa saling percaya antara ibu hamil dan petugas kesehatan
2 Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya
3 Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
4 Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
5 Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan
6 Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yan dikandungnya.

Jadi, tujuan dari antenatal care adalah untuk meyakinkan bahwa kehamilan ibu
tidak berkomplikasi sehingga dapat melahirkan bayi yang hidup dan dengan keadaan
sehat. Jika ternyata ditemukan risiko-risiko yang dapat membahayakan baik ibu maupun
janinnya, maka harus segera ditindaklanjuti (DeCherney, 2006).

2.1.3 Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care

Antenatal care harus dimulai sedini mungkin sejak diagnosis kehamilan ditegakkan
(Oktama dkk., 2008). Antenatal care yang dianjurkan oleh DEPKES RI adalah minimal
sebanyak 4 kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, setiap kunjungan antenatal
ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Kunjungan pertama atau
K1 dilakukan pada saat trimester pertama, K2 pada saat trimester 2, dan K3 dan K4
dilakukan pada usia kehamilan memasuki trimester ketiga (Adriaansz, 2008).

4
5

Hingga usia kehamilan 28 minggu, kunjungan antenatal care dilakukan setiap empat
minggu. Untuk usia kehamilan 28-36 minggu, kunjungan untuk antenal care dilakukan
setiap dua minggu. Pada usia kehamilan 36 minggu atau lebih, kunjungan antenatal care
dilakukan setiap minggu sekali (Mansjoer, 2007).

Selama melakukan kunjungan antenatal care, ibu hamil akan mendapatkan


serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan
dan deteksi dini berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama
kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan (Adriaansz,
2008).

2.1.4 Kunjungan (K) pertama dalam antenatal care


Kunjungan pertama antenatal care ini harus dilakukan sedini mungkin setelah
diagnosis kehamilan ditegakkan. Tujuan dari kunjungan pertama ini adalah untuk melihat
status kesehatan dari ibu dan janin, estimasi usia kehamilan, dan untuk perencanaan dari
kunjungan antenatal care yang berikutnya (Cunningham et al., 2007).

2.1.5 Kunjungan Kedua dan Selanjutnya dalam Antenatal Care


Seperti yang telah disebutkan di atas, kunjungan antenatal care minimal dilakukan
sebanyak 4 kali menurut anjuran DEPKES RI, dimana kunjungan kedua dilakukan pada
trimester kedua dan kunjungan ketiga maupun keempat dilakukan pada trimester ketiga
(Adriaansz, 2008). Pada kunjungan selanjutnya, pemeriksaan yang tetap dilakukan adalah
kenaikan berat badan ibu, tekanan darah, pemeriksaan Leopold, dan pemeriksaan denyut
jantung janin. Hasil dari pemeriksaan dikaji ulang dan dibandingkan dengan hasil
pemeriksaan yang sebelumnya (DeCherney, 2006).

2.1.5 Pemeriksaan pada Antenatal Care

1). Anamnesis.

Anamnesis pada antenatal care meliputi data umum pribadi, keluhan saat
ini, riwayat menstruasi guna mengetahui usia kehamilan, riwayat kehamilan dan
persalinan, riwayat kehamilan saat ini, riwayat penyakit pada keluarga, riwayat
penyakit pada ibu, riwayat pemakaian alat kontrasepsi, riwayat imunisasi, dan
riwayat menyusui (Adriaansz, 2008; Mochtar, 1998). Anamnesis yang dilakukan
harus terarah dan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan ibu dan
faktor risiko yang dimiliki olehnya sehingga dapat dilakukan intervensi sedini
mungkin (Mansjoer, 2007).

2). Pemeriksaan Fisik & Obstetri


6

Pemeriksaan fisik dan obstetri meliputi pemeriksaan keadaan umum,


pemeriksaan abdomen, pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan panggul (Adriaansz,
2008). Pemeriksaan fisik disini juga meliputi pemeriksaan tanda vital, di mana
pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk screening pre-eclampsia (World
Health Organization Europe, 2003).

Pemeriksaan panggul sendiri baru dilakukan pada saat usia kehamilan


memasuki 36 minggu karena pada saat itu jaringan lunak pada rongga panggul
menjadi lebih lunak, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit pada saat
pemeriksaan (Wiknjosastro, 2005).

3). Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang pada antenatal care adalah pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan ultrasonografi (Mansjoer, 2007). Pada pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan yang penting untuk dilakukan adalah pemeriksaan Hb,
yaitu untuk menentukan kadar anemia (Wiknjosastro, 2005). World Health
Organization Europe (2003) merekomendasikan pemeriksaan Rhesus guna
mendeteksi apakah terdapat inkompatibilitas antara Rhesus Ibu dan janinnya.
Pemeriksaan darah pada trimester pertama juga merupakan screening yang akurat
untuk mengetahui adanya trisomi pada kromosom 21 (Wlydes, 2005).
Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan atas beberapa indikasi, seperti
untuk mengkonfirmasi usia kehamilan, evaluasi pertumbuhan janin, evaluasi letak
janin dan keadaan plasenta, kemungkinan kehamilan ektopik dan sebagainya
(Mochtar, 1998). Pemeriksaan ultrasonografi juga digunakan untuk menegakkan
diagnosis mati janin (DeCherney, 2006).
Pada trimester pertama, yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan
ultrasonografi adalah letak kehamilan (intrauterin atau ektopik), estimasi usia
kehamilan, jumlah janin, kantung gestasi, - crown to lump length, dan evaluasi
uterus dan organ sekitarnya (Cunningham, 2007; Mochtar, 1998).
Pada trimester kedua dan ketiga, pemeriksaan ultrasonografi dilakukan
untuk memantau pertumbuhan janin, persentasi janin, letak dan kondisi plasenta,
pulsasi jantung janin, dan anatomi dari janin tersebut (Cunningham, 2007;
Mochtar, 1998). Usia kehamilan 20 minggu merupakan waktu yang paling sering
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi dengan tujuan untuk melihat adanya
kelainan anomali pada janin dan untuk melihat jenis kelamin janin. (Wlydes,
2005).
4). Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) pada Ibu Hamil

KIE pada ibu hamil merupakan hal yang penting untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas baik pada ibu maupun janin. Selain itu, KIE juga
7

penting untuk mempersiapkan fisik dalam menghadapi kehamilan, persalinan, dan


nifas (Hanafiah, 2004). Hal – hal yang perlu diedukasikan kepada ibu hamil
antara lain :

a) Koitus
Pada umumnya, koitus diperbolehkan pada saat masa kehamilan jika
dilakukan dengan hati-hati dan tidak menimbulkan perdarahan. Pada saat
akhir masa kehamilan, saat kepala janin telah memasuki rongga panggul,
sebaiknya koitus dihentikan karena dapat menimbulkan rasa sakit dan
perdarahan.

b) Kebersihan dan pakaian


Kebersihan khususnya daerah genitalia dan payudara harus selalu
dijaga pada saat kehamilan. Pakaian ibu hamil hendaknya yang longgar
dan tidak memakai alas kaki dengan tumit yang tinggi (Wiknjosastro,
2005). Selain itu, ibu hamil juga diberikan edukasi agar menjaga
kebersihan lingkungannya yaitu makanan, tempat tidur, serta lingkungan
tempat tinggal (Hanafiah, 2004).

c) Diet dan pengawasan berat badan


Hal ini penting dalam pengawasan ibu hamil. Hendaknya ibu
hamil memakan makanan dengan cukup, tidak kurang ataupun berlebihan.
Asupan gizi ibu hamil juga diperhatikan karena kebutuhan gizi pada masa
kehamilan meningkat. Kenaikan berat badan rata-rata pada ibu hami
berkisar dari 6,5 kg sampai 16 kg selama masa kehamilan. Jika berat
badan naik melebihi dari kenaikan rata-rata, maka anjurkan ibu untuk
mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat. Sebaliknya, jika
berat badan tetap saja atau menurun, maka anjurkan ibu terutama
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein dan besi
(Wiknjosastro, 2005).

d) Perawatan gigi geligi


Pada trimester pertama kehamilan ibu hamil mengalami morning
sickness. Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi tidak dilakukan
dengan baik, sehingga dapat timbul karies, gingivitis, dan sebagainya.
Tindakan penambalan gigi dan pencabutan gigi jarang dilakukan dan
merupakan kontra-indikasi. Jika kerusakan pada gigi tidak diperhatikan
dengan baik, maka dapat timbul komplikasi seperti infeksi pada organ
organ yang lain dalam tubuh.
8

e) Imunisasi
Untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus
neonatorum, maka dewasa ini dianjurkan untuk memberikan toxoid
tetanus pada ibu hamil.

f) Merokok dan Alkohol


Ibu hamil sebaiknya tidak merokok maupun minum minuman
beralkohol pada saat masa kehamilan karena dikhawatirkan akan
mengalami abortus dan partus prematurus.

g) Pemberian Obat
Pemberian obat pada ibu hamil harus berhati-hati, terutama pada
trimester I dan II. Karena dikhawatirkan muncul efek teratogenik maupun
toksik yang berbahaya bagi janin (Mansjoer et al., 2007; Adriaansz, 2008;
Wiknjosastro, 2005).

2.2 Tinjauan Umum Tentang Komplikasi Persalinan


Sebagian besar kehamilan dan persalinan akan mempunyai hasil yang
menggembirakan yaitu ibu dan bayi lahir sehat. Namun sebagian ibu hamil akan
menghadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai berat yang dapat memberikan
bahaya terjadinya ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan, kecacatan bahkan
kematian bagi ibu dan atau bayinya, terutama pada kelompok ibu hamil risiko tinggi
maupun ibu hamil risiko rendah yang mengalami komplikasi pada persalinan.

Besarnya kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan pada setiap ibu tidak


sama, tergantung keadaan selama kehamilan apakah ibu hamil tersebut tanpa masalah
termasuk kelompok kehamilan risiko rendah, atau ibu hamil dengan masalah/faktor
risiko, yaitu kehamilan risiko tinggi dan kehamilan risiko sangat tinggi.

2.2.1 Komplikasi persalinan

Adalah semua masalah yang membahayakan ibu yang terjadi selama

persalinan sampai dengan masa nifas. Sebagian komplikasi persalinan, kejadiaanya

tidak dapat diduga sebelumnya ataupun tidak dapat dihindari. Komplikasi persalinan

yang sering terjadi adalah perdarahan pasca persalinan, persalinan macet/persalinan

lama, serta infeksi (Rochjati, 2003 hal.124).

2.2.2 Jenis komplikasi persalinan:


9

a. Partus Lama/Persalinan Lama

Persalinan dikatakan lama jika berlangsung lebih dari 24 jam untuk

primigravida dan atau 18 jam bagi multigravida. Persalinan yang lama

disebabkan oleh:

1) Kontraksi (power) abnormal.


2) Defisiensi/keterlambatan dilatasi serviks.
3) Abnormalitas penurunan bagian presentasi janin (Liu, 2007 hal,132).

b. Eklampsia

Eklampsia adalah infeksi dan perdarahan. Eklampsia merupakan

kelainan akut pada wanita hamil dalam persalinan atau masa nifas yang

ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan

neurologik) atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-

gejala pre eklampsia. Gejala-gejala pada eklampsia: Tekanan darah ≥

160/110 mmHg (Tjandra, 2008 hal.285)

c. Perdarahan Post Partum


Menurut WHO (2002) Perdarahan postpartum adalah kehilangan

darah sebanyak 500 ml atau lebih dari traktus genitalia setelah melahirkan.

Kehilangan darah setelah bedah sesar rata-rata 1000 mL (Errol, 2007

hal.135). Perdarahan postpartum adalah perdarahan setelah bayi lahir,

sedangkan tentang jumlah perdarahan, disebutkan sebagai perdarahan yang

lebih dari normal dimana telah menyebabkan perubahaan tanda vital (pasien

mengeluh lemah, berkeringat dingin, menggigil, tekanan darah sistolik <90

mmHg, nadi >100x/menit, kadar Hb <8 gr%) (Prawirohardjo, 2008

hal.523). Ada dua jenis perdarahan post partum yaitu: perdarahan post

partum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi pada 24 jam

pertama dan perdarahan postpartum sekunder (late postpartumhemorrhage)

yang terjadi setelah 24 jam. Penyebab Perdarahan PP:


10

1) Atonia uteri.
Atonia uteri adalah ketidakmampuan otot rahim untuk berkontraksi

sehingga tidak mampu untuk menutup pembuluh darah yang terdapat

pada tempat implantasi plasenta (Manuaba, 2003 hal.108). Atonia uterus

adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan

uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi

plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. Faktor predisposisi terjadinya

atonia uteri adalah sebagai berikut:

(a) Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gameli,

polihidroamnion, atau anak terlalu besar.

(b) Kelelahan karena persalinan lama.

(c) Kehamilan grande-multipara.

(d) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita

penyakit menahun.

(e) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.

(f) Infeksi intrauterin (korioamnionitis).

(g) Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya (Prawirohardjo,

2008 hal.524-525).

Faktor risiko atonia uteri mencakup overdistensi uterus (akibat

kehamilan kembar, makrosomia janin), paritas tinggi, persalinan cepat atau

memanjang, infeksi, atonia uterus sebelumnya, dan pemakaian obat

perelaksasi uterus (Errol, 2007 hal.135).

2) Robekan uteri
Ruptur uteri adalah uterus yang ruptur dapat langsung terhubung

dengan rongga peritoneum (komplet) atau mungkin dipisahkan darinya

oleh peritoneum viseralis yang menutupi uterus atau oleh ligamentum

latum (inkomplit) (Cunningham, 2005 hal.716).


11

Faktor risiko mencakup pembedahan uterus sebelumnya,

persalinan terhambat, pemakaian oksitosin “berlebihan”, posisi janin

abnormal, multiparitas grande dan manipilasi uterus dalam persalinan

(persalinan dengan forsep, ekstraksi sungsang, dan insersi kateter

tekanan intrauterin) (Errol, 2007 hal.135).

3) Retensio plasenta

Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lepas setelah bayi

lahir melebihi waktu setengah jam. Mungkin diakibatkan oleh

tertinggalnya kotiledon atau lobus sekenturiat (terlihat pada 30 persen

plasenta). Pemeriksaan plasenta dapat mengidentifikasi kelainan yang

menunjukkan kemungkinan adanya potongan yang tertinggal. Faktor

risiko mencakup pembedahan uterus sebelumnya, plasenta previa,

kebiasaan merokok, dan multiparitas (Manuaba, 2003 hal.111).


BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

ANC < 4x
Populasi
Komplikasi
Persalinan
Sampel
ANC ≥ 4x

ANC < 4x
Tidak Mengalami
Komplikasi Persalinan

ANC ≥ 4x

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

12
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan adalah metode penelitian survey deskriptif dan jenis

penelitian kuantitatif. Untuk mengetahui gambaran karakteristik dan pemeriksaan

antenatal pada ibu melahirkan dengan komplikasi persalinan di RSU kota

Padangsidimpuan periode Januari-Juli 2020.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Padangdimpuan, penelitian dilakukan

pada bulan Januari s/d bulan Juni 2020

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah Semua Ibu melahirkan periode Januari - Juli 2020
.

4.3.2 Sampel Penelitian dan Teknik Sampling


Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil di RSU Kota

Padangsidimpuan yang akan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok

pertama atau kelompok case adalah kelompok ibu dengan kunjungan ANC

lengkap (K4). Sedangkan kelompok kedua atau kelompok control adalah

kelompok ibu hamil dengan kunjungan ANC yang tidak lengkap.

Dari populasi yang telah peneliti sebutkan di atas akan diseleksi sesuai

dengan kriteria inklusi yaitu usia ibu 20-35 tahun. Kategori eksklusi pada

penelitian ini adalah penyakit kronis pada ibu seperti diabetes melitus,

hipertensi, penyakit jantung, maupun penyakit ginjal kronis.

Mengenai jumlah sampel untuk penelitian, peneliti memilih untuk

menggunakan Rule of Thumb untuk setiap penelitian bivariat dengan jumlah

13
14

minimal sampel pada tiap kelompok adalah 30 sampel (Murti, 2010).Cara

pengambilan sampel untuk masing-masing kelompok menggunakan metode

systematic radom sampling dengan menggunakan tabel random (Murti, 2010).

4.4 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Frekuensi antenatal care

2. Variabel Terikat : Komplikasi persalinan

3. Variabel Luar

a. Dikendalikan : Wanita postpartum di RSU Padangsidimpuan,


Usia 20-35 tahun
b. Tidak dikendalikan : Tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.

4.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian


1. Frekuensi Antenatal Care
Yang dimaksud dengan frekuensi antenatal care adalah banyaknya (jumlah)
kunjungan ibu selama kehamilan, dimana jumlah kunjungan ibu hamil paling sedikit
4 kali selama kehamilan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. minimal 1 kali pada trimester 1
2. minimal 1 kali pada trimester 2
3. minimal 2 kali pada trimester 3
Pemeriksaan antenatal care tidak hanya di RSUD Kota Padangsidimpuan
saja, tetapi juga bisa di fasilitas pelayanan kesehatan yang lain.
Cara mengukur : Melihat dari rekam medis mengenai frekuensi antenatal care ibu.
Alat ukur : Rekam medis

Skala pengukuran : Nominal (kurang dari 4 kali dan lebih dari sama dengan 4 kali
selama masa kehamilan)
2. Komplikasi persalinan

a.Partus Lama

Partus lama atau persalinan lama adalah persalinan yang


berlangsung lebih dari 18 jam bagi multigravida dan
grandemultigravida.

Kriteria objektif
15

Partus lama : Jika persalinan berlangsung ˂ 18 jam bagi

multigravida dan grandemultigravida.

Bukan partus lama : Jika persalinan berlangsung ≤ 18 jam bagi

multigravida dan grandemultigravida.

b. Eklampsia
Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil dalam

persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang

(bukan timbul akibat kelainan neurologik). Gejalanya tekanan darah ≥

160/110 mmHg

Kriteria objektif

Eklampsia : Jika pada persalinan tekanan darah ≥ 160/110

mmHg, disertai dengan kejang.

Bukan eklampsia : Jika pada persalinan tekanan darah ˂ 160/110

mmHg, disertai dengan kejang.


16

c. Perdarahan Post Partum


Yang dimaksud dengan perdarahan post partum dalam penelitian ini

adalah kehilangan darah sebanyak 500 ml atau lebih dari 500 ml setelah bayi

dilahirkan, baik perdarahan primer yang terjadi pada 24 jam pertama maupun

perdarahan sekunder yang terjadi setelah 24 jam sampai hari ke 28 post partum,

sebanyak 1000 ml atau lebih dari 1000 ml pada bedah sesar.

Kriteria objektif

Jika responden
Perdarahan post partum :
mengalamiperdarahan ≥ 500
ml pada saat persalinan
normal dan ≥ 1.000 ml pada
bedah sesar.

Bukan perdarahan post Jika responden menglami


partum : perdarahan ˂ 500 ml pada
saat persalinan normal dan ˂
1.000 ml pada bedah sesar

4.6 Bahan dan Alat Penelitian


Alat yang dipakai untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah rekam

medis.

4.7 Cara kerja Penelitian


Setelah usulan penelitian disetujui, dilakukan pengumpulan data responden

diambil dari rekam medis dari Januari 2020 sampai Juni 2020. Setelah data terkumpul,

dilanjutkan dengan tabulasi dari data yang diperoleh.


17

4.8 Alur Penelitian


1. Mendapatkan surat izin penelitian
2. populasi
Semua Ibu melahirkan yang mengalami kompilkasi persalinan periode Januari-Juli
2020
3. sampel
Semua Ibu melahirkan yang mengalami kompilkasi persalinan periode Januari-Juli
2020
4. sampling
metode systematic radom sampling
5. pengumpuan data
6. Variabel yang diteliti
pemeriksaan antenatal, dan komplikasi persalinan
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Penyajian

4.9 Pengolahan dan Analisis Data


4.9.1 Pengolahan Data

Pengolahan dan analisa data yaitu dengan menggunakan komputer

dengan program SPSS, sebelum semua data dianalisa maka terlebih dahulu

melakukan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing

Dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

Yakni upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan.

2. Koding
18

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data. Coding

merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting, biasanya

dibuat juga daftar kode untuk memudahkan kembali melihat lokasi dalam

arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Tabulasi data

Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dengan pengolahan data

ke dalam satu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki.

4.9.2 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square

dengan taraf signifikansi 0,05. Hipotesis :

 H0 = Tidak ada hubungan antara baris dan kolom atau tidak ada
perbedaan antara komplikasi bersalin berdasarkan frekuensi
antenatal care.

 H1 = Ada hubungan antara baris dan kolom atau tidak ada


perbedaan komplikasi bersalin berdasarkan frekuensi antenatal
care.

Pengambilan keputusan didasarkan pada probabilitas, yaitu :

a. Jika probabilitas > 0,05 maka H1 ditolak


b. Jika probabilitas < 0,05 maka H1 diterima
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi keempat. Jakarta: EGC
Cunningham FG, Leveno KJ.Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom
KD, 1997. Uterine Leiomyomas, in: Williams Obstetrics, 22 nd edition.
New York: Mc Graw-Hill
Laporan-SDKI-2017
Manuaba, IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: EGC
Masjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Paparan-dirjen-kesmas-utk-kars-53.2018.Peran rumah sakit dalam menurunkan
AKI danAKB.
Profil Dinas Kesahatan Sumatera Utara.2017
Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017
Rochjati, Poedji. 2003. Bab I Pendahuluan, Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil.
Yogyakarta: Nuha Medika
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Kematian Maternal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
, Hanifa, 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

iii

Anda mungkin juga menyukai