Anda di halaman 1dari 7

Integrasi Teknologi Informasi dan Supply Chain Management

(Studi Kasus : PT. X, West Java)


1
Risnandar, 2Parama Tirta Wulandari W.K
1
Department of Information System, Telkom Polytechnic, Bandung
2
Center for Appropriate Technology Development

Abstract

Supply Chain Management (SCM) dapat digunakan untuk mengintegrasikan seluruh kegiatan yang
diperlukan untuk menghasilkan produk yang memiliki value added. Aktivitas SCM di sini mulai dari
pengadaan bahan baku, proses transformasi hingga pendistribusian pada konsumen. Sebuah perusahaan
perlu menganalisis dan menentukan partner dalam supply chain yang saling terintegrasi, dalam arti
kedekatan dalam melakukan kolaborasi, termasuk information sharing. Teknologi Informasi (TI)
merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dalam Supply Chain Management (SCM), melalui
Teknologi Informasi dapat diciptakan alur komunikasi yang jelas antar setiap kegiatan dan jaringan
pendistribusian informasi yang berhubungan dengan para pelaku dari sistem tersebut. Penelitian yang
dilakukan di PT. X Jawa Barat ini merupakan perusahaan bergerak di bidang proses minuman sari buah.
Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan suatu model SCM yang berbasis pada Teknologi Informasi
dengan melibatkan seluruh aktivitas SCM yang berada di PT. X. Hasil penelitian akan memberikan
rekomendasi pada PT X mengenai model SCM dari aktivitas yang terdapat di dalamnya dan untuk
menciptakan alur information sharing dari berbagai pelaku dalam aktivitas proses produksi yang terjadi
di PT.X.

Kata Kunci : SCM, TI, inormation sharing

__________________________________________________________________________________

1. Pendahuluan manufaktur-pergudangan hingga distribusi akan


menimbulkan alur informasi yang tidak jelas.
Pasokan bahan baku, distribusi produk jadi yang
Sistem Produksi di PT. X Subang, Jawa tidak tepat, juga merupakan masalah yang sering
Barat, masih menerapkan sistem terpisah, saling mempengaruhi proes produksi, sehingga terjadi
berdiri sendiri, sehingga sering menimbulkan penundaan produksi dan kualitas produk terganggu.
ketidakseimbangan pada proses produksi dan juga Untuk itu perlu dibuat suatu pola hubungan
sistem distribusi produk-produknya. Mulai dari komunikasi dan distribusi antara pelaku yang berada
masalah dari setiap lini produksi, terjadinya dalam system produksi yang dapat mengurangi
kekurangan stok bahan baku utama, distibusi produk masalah masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan
yang belum optimal hingga kapasitas produk yang pendekatan Supply Chain Management.
fluktuatif. Pokok permasalahan yang terjadi lebih
banyak disebabkan oleh ketidak seimbangan Pengelolaan koordinasi antar entitas supply
informasi antar tiap aktivitas proses, mulai dari chain merupakan hal yang sangat penting dan bisa
supplier, manufaktur, pergudangan hingga menjadi sebuah strategi perusahaan untuk
pendistribusian. meningkatkan efisiensi dan mempersolid kinerja
SCM. Namun, perlu dibahas model information
Kurangnya koordinasi antara supplier, sharing yang dapat memberikan manfaat kepada
267
pihak-pihak anggota sebuah supply chain dan tetap merupakan anggota akhir dari sistem SCM dalam
menjaga independensi setiap perusahaan, karena proses penjualan dan konsumsi. Aliran distribusi
tidak bisa dipastikan dengan mudah. Identifikasi produk pertanian secara umum dapat dig.ambarkan
masalah dalam penelitian ini di antaranya : bentuk seperti pada Gambar 1. Agen, pengecer dan
pertukaran informasi yang sebaiknya dilakukan; konsumen merupakan anggota SCM paling hilir
informasi yang bisa dipertukarkan; model yang terlibat dalam kegiatan penjualan dan konsumsi
information sharing yang yang paling baik untuk produk-produk pertanian. Pada gambar diatas
diterapkan dalam meningkatkan efisiensi SCM; dan terlihat aliran informasi (dari kanan kekiri) dan
kebutuhan infrastruktur teknologi informasi dalam aliran produk/material (dari kiri ke kanan).
menunjang information sharing.

Landasan Teori
1.3.1 Supply Chain Management (SCM)

Supply Chain Management (SCM) merupakan


salah satu konsep pengelolaan aktivitas produksi
melalui integrasi yang terbentuk di antara pemasok
(supplier), pembuat (producer-manufacture),
penyalur (distributor), gudang (warehouse), dan Gambar 1. Operasi Supply Chain yang Belum
penjual (retail) serta konsumen, sehingga diperoleh Menerapkan Koordinasi/Information Sharing [2]
suatu pola distribusi produk dengan jumlah, lokasi
dan waktu yang tepat yang pada akhirnya dapat
meminimalisasi biaya dengan tetap meningkatkan
pelayanan kepada konsumen. Dengan pesatnya
penggunaan teknologi informasi, SCM saat ini dapat
dikelompokkan dalam suatu ekonomi baru dengan
paradigma : kompetisi berbasis waktu; terciptanya
sinkronisasi fungsi-fungsi yang ada di perusahaan;
layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pemasok dan pengguna; dan meningkatkan
konsolidasi antara pemasok dan perusahaan [1]. Gambar 2. Operasi Supply Chain yang Menerapkan
Beberapa Koordinasi/Information Sharing [2]
Hubungan antar anggota SCM dilakukan
melalui tahapan-tahapan berikut : pemasok bahan
baku (Supplier); manufaktur (Proses Produksi);
pergudangan (Warehouse); distribusi; retailer; dan
konsumen. Pemasok bahan baku berfungsi sebagai
penyedia bahan baku utama dan sarana pendukung
proses produksi,seperti mesin, bahan pengemas, dus
dan sarana pendukung lain. Manufaktur atau
Producer dalam hal ini adalah industri pengolah
makanan berfungsi mengolah hasil produk pertanian
petani menjadi produk olahan, yaitu berupa
minuman jus buah. Warehouse, merupakan aktivitas Gambar 3. Operasi Supply Chain yang Menerapkan
yang tidak memberikan nilai tambah namun sangat Koordinasi/Information Sharing [2]
dibutuhkan sebagai perantara aktivitas industri
menuju ke konsumen. Agen, pengecer dan konsumer 1.3.2 Koordinasi Supply Chain
268
Koordinasi pada supply chain dapat ditingkatkan respon terhadap perubahan kondisi yang terjadi juga
apabila setiap tahapan mengambil tindakan bersama- dapat diambil pada saat yang tepat. Namun
sama untuk meningkatkan laba total supply chain. demikian, informasi yang cepat juga menjadi tidak
Kurangnya koordinasi timbul karena setiap tahapan bermakna ketika informasi tersebut tidak berkualitas,
yang berbeda memiliki tujuan yang bertentangan dalam arti informasi tersebut tidak menggambarkan
atau terdistorsinya aliran informasi pada supply secara tepat tentang kondisi yang sebenarnya terjadi.
chain. Aliran informasi yang bergerak di dalam Akibat dari informasi yang tidak berkualitas tentu
supply chain mengalami distorsi karena tidak semua saja adalah keputusan yang dihasilkan juga menjadi
informasi yang lengkap dibagikan kepada tahapan tidak representatif.
yang lain. Distorsi yang terjadi semakin diperburuk Beberapa pertanyaan muncul terkait dengan
dengan adanya variasi produk yang semakin peran informasi dan strategi dalam pengelolaan
beragam. Hasil pengamatan terhadap permintaan informasi dalam supply chain. Pertanyaan pertama
yang terjadi pada supply chain menunjukkan bahwa adalah mengenai dengan siapa sebuah perusahaan
permintaan konsumen akhir terhadap suatu jenis yang menjadi bagian dalam supply chain harus
produk tertentu tidak terlalu bervariasi, akan tetapi berbagi informasi. Sebuah perusahaan perlu
permintaan ke tahapan berikutnya semakin memperkirakan dengan sangat hati-hati untuk
berfluktuasi. Peningkatan variabilitas permintaan menentukan dengan partner yang mana dalam supply
dalam supply chain semakin bergerak ke atas chain mereka harus melakukan integrasi yang cukup
menuju supllier disebut dengan ”BullwhipEffect”. erat, dalam arti kedekatan dalam melakukan
[3] kolaborasi, termasuk berbagi informasi (information
sharing). Tingkat keeratan kolaborasi dan integrasi
antar bagian dalam suppply chain dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yang meliputi kemampuan
perusahaan, kompleksitas produk, dan budaya
perusahaan [5, 6]

Karena informationsharing adalah dasar dari


integrasi supply chain, keputusan-keputusan dalam
level integrasi sangat terkait dengan keputusan
tentang informasi apa yang harus di-share-kan dan
bagaimana informasi tersebut harus dipertukarkan
[6]. Desain konfigurasi supply chain tidak hanya
memperkirakan dengan siapa perusahaan harus
berkolaborasi atau berintegrasi tetapi juga mendesain
Gambar 4. Skema Koordinasi Supply Chain [4]
bagaimana aktivitas perusahaan terkait atau
terhubung dengan aktivitas yang sama dari
perusahaan lain (partner) dan menentukan informasi
1.3.3 Information sharing dalam SCM apa yang bisa dan boleh diakses oleh partner [5, 6]
Informasi adalah sekumpulan data yang sudah
dikelompokkan, diolah, dan dikomunikasikan untuk
kebutuhan yang masuk akal dan bermakna atau 1.3.4 Manajemen Konsep SCM
bermanfaat. Informasi merupakan decision support Keberhasilan penerapan SCM sangat
agar kebijakan yang diambil oleh sebuah pelaku dipengaruhi oleh kedisiplinan para pemain SCM
usaha representatif dalam menanggapi kondisi yang dalam mengikuti aturan yang ada, untuk itu
dihadapi. Oleh karena itu, informasi yang digunakan diperlukan suatu manajemen yang dapat
sebagai dasar dalam mengambil keputusan harus menjalankan SCM sesuai dengan tujuan yang
diperoleh pada saat yang tepat, secara cepat, dan diinginkan. Disamping itu dengan digunakannya IT
memiliki kualitas yang baik. Informasi seharusnya dalam mendukung semua kegiatan baik informasi
dapat diperoleh dengan cepat agar keputusan sebagai maupun pergerakan produk, sisteminformasi yang
269
ada harus dijaga kebaruan maupun keamanan dan tempat dan status pesanan. Lebih dari setengah
kehandalannya. penggunaan perusahaan TI untuk tujuan ini. Hal ini
telah secara dramatis mengurangi biaya pemrosesan
perintah/pesanan. Penggunaan TI dalam proses
pengurutan telah mengurangi tingkat error. Error
1.3.4 Sistem Teknologi Informasi (TI) dan
saat ini mudah dideteksi dengan mudah dan lebih
SCM
cepat.

Ketika mendiskusikan penggunaan TI dalam


SCM, maka akan mengacu pada penggunaan sistem
2.2 TI pada Operasional
yang inter-organisasi dan digunakan untuk
information sharing atau pemrosesan yang melintasi
batasan-batasan organisasi. Amstrong dan Hagel [7] Penelitian telah memperlihatkan bahwa
berpendapat bahwa awal mula sebuah evolusi pada penggunaan TI yang paling populer pada era
supply chain menuju kalangan bisnis secara online. sekarang ini adalah komunikasi yang menyediakan
Baru-baru ini dengan adanya perkembangan sisa stok yang sudah dibeli pelanggan kepada
teknologi informasi yang meliputi Electronic Data vendor, atau pemberitahuan untuk menyediakan stok
Interchange (EDI), Internet melalui World Wide oleh perusahaan ke pelanggan. Hal ini dapat
Web (WWW), maka konsep desain supply chain dibuktikan dalam kemampuan perusahaan untuk
telah menjadi satu paradigma operasi populer. memberitahu pelanggan mengenai pengiriman
Kompleksitas SCM telah memaksa perusahaan pesanan yang delay dan kondisi persediaan barang,
untuk menggunakan sistem komunikasi secara dalam rangka mengurangi lead-time pengiriman dan
online. Sebagai contoh, internet dapat meningkatkan persediaan barang.
kesempurnaan dalam berkomunikasi melalui inter-
aktivitas yang lebih besar antara perusahaan dan Penjadwalan dalam produksi mempunyai model
pelanggan. Dengan kata lain, TI dapat mengurangi tradisional sedang mengarah menuju SCM yang
biaya transaksi antara pembeli dan pemasok serta cukup komplek. TI memungkinkan perusahaan
menciptakan relational yang lebih kooperatif dan untuk meminimumkan tingkat kesulitan dalam
menjaga hubungan antara pemasok-pembeli menjadi penjadwalan produksi dengan cara meningkatkan
lebih dekat. [7] komunikasi antara vendor, perusahaan, dan
pelanggan. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian
dari perusahaan mulai menggunakan TI untuk
mengkoordinir program perusahaan dengan vendor.
2. Metodologi Selain itu, sebagian dari perusahaan sedang memulai
2.1 TI pada Purchasing
Penggunaan TI dalam mengelola pembelian untuk menggunakan TI untuk mengkoordinir jadwal
supply chain telah berkembang dengan cepat selama produksi dengan vendor.
10 tahun terakhir ini. Penelitian menunjukkan bahwa
2.3 TI pada Customer Relationships
TI dapat digunakan dalam berbagai aplikasi
pengadaan termasuk komunikasi dengan vendor,
pemeriksaan harga, dan membuat pembelian dari Dengan cara memusatkan pada kepuasan
katalog vendor. Negosiasi vendor juga dapat pelanggan secara penuh, suatu perusahaan bisa
disederhanakan melalui penggunaan TI. Negosiasi meningkatkan proses mengirimkan layanan yang
face toface bisa dilakukan melalui TI, yan meliputi lebih baik dengan biaya yang lebih rendah.
penawaran, negosiasi, harga, dan perjanjian. Kepuasan pelanggan dikendalikan secara bertahap di
luar TQM, manajemen kualitas keseluruhan. Dengan
Penggunaan TI lebih populer dalam supply peningkatan saat ini melalui kecepatan TI, TI telah
chain untuk memproses aplikasi. Penggunaan TI menyiapkan perusahaan dengan kemampuan untuk
yang paling sering digunakan adalah pengurutan menawarkan pelanggan lain dengan cara
270
menghubungi perusahaan mengenai isu layanan dan lain, akan berbeda pula. Pada setiap situasi, ada
mengintegrasikan pelanggan melalui information karakteristik lokal yang unik, khusus, bisnis unik,
sharing untuk membawa manfaat yang besar kepada dan cara melakukannya yang efektif. TI akan
kedua belah pihak, yaitu pelanggan dan perusahaan. membuat seimbang antara keseragaman yang
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari diinginkan dalam bisnis global dan lokal. TI juga
perusahaan menggunakan TI untuk menerima mempunyai dampak besar terhadap peningkatan
keluhan pelanggan, sementara di sisi lain proses ini.
penggunaan TI untuk pemberitahuan yang darurat.
Sekarang ini TI mempunyai dampak besar
2.4 TI pada Vendor terhadap perusahaan dalam SCM. Framework
Kepercayaan memainkan peran kunci dalam berikut ini memperlihatkan dampak TI terhadap
hubungan antar organisasi di mana TI memberikan SCM :
fasilitas di dalamnya. Kepercayaan terjadi ketika
suatu pihak percaya bahwa mitranya handal dan baik
hati. Peningkatan kepercayaan Kebutuhan antara
mitra mengidentifikasikan sebagai satu elemen
hubungan pemasok-pembeli yang cukup penting
dalam SCM. Beberapa penelitian meyakinkan di
mana hubungan pemasok-pembeli yang sukses
dengan adanya hubungan tingkat tinggi dari
information sharing. Kualitas dan kuantitas
information sharing mengacu pada tingkat
kompleksitas informasi dalam berkomunikasi pada
mitra dalam supply chain. TI membuka kolaboratif
ke arah efek yang positif terhadap hubungan internal
perusahaan.

2.5 TI pada Perusahaan Gambar 5. IT on SCM


Organisasi mempunyai tingkat standar prosedur
dan semua orang melatih prosedur-prosedur ini serta 3. Hasil dan Pembahasan
Supply Chain Management untuk pengelolaan
melakukannya. Namun, perubahan pasar yang terus
produk-produk pertanian bukan merupakan sesuatu
menerus penting untuk untuk menginovasi,
hal yang baru, terutama di negara maju, seperti
menawarkan paket layanan baru dan hubungan
Jepang dan Amerika. Namun di Indonesia hal ini
organisasi baru dengan pelanggan. Untuk melakukan
akan menjadi tanda tanya besar, ketika SCM akan
ini memerlukan perubahan yang mendorong inovasi,
diaplikasikan. Untuk itu beberapa langkah penting
mempertahankan stabilitas prosedur-prosedur yang
harus dilakukan dalam menerapkan SCM, khususnya
sudah ada sampai inovasi yuang siap untuk diadopsi
pada distribusi produk-produk pertanian. Pertama,
secara luas. TI bisa mengatasi masalah ini.
gambarkan dengan rinci hubungan antara anggota-
Pemakaian TI dalam konteks ukuran perusahaan
anggota dalam sistem SCM, termasuk jenis
dengan mengukur jumlah karyawan dan volume
hubungan dan aliran-aliran informasi dan produk
penjualan. Sejalan dengan diukurnya jumlah
yang dibutuhkan. Kedua, gambarkan proses proses
karyawan, perusahaan yang lebih besar lebih
bisnis yang ada di dalam SCM secara rinci. Hal ini
mungkin untuk menggunakan TI dalam
berguna dalam menentukan ruang lingkup, terutama
berkomunikasi dengan pelanggan dalam status
dengan digunakannya Teknologi Informasi sebagai
pemesanan dan untuk mengelola fungsi layanan
urat nadi keberhasilan penerapan SCM. Ketiga,
kepada pelanggan.
tentukan manajemen konsep SCM, meliputi aturan
Setiap pelanggan dan setiap situasi tentu akan main dan hal-hal yang harus diikuti oleh semua
berbeda. Jika perusahaan sedang melayani satu pemain yang berada didalam SCM. Keberhasilan
pelanggan utama, kemudian mengkoordinir layanan para petani di Jepang dan Amerika dalam
271
menerapkan SCM, ditentukan oleh kedisiplinan
mereka dalam menjaga SCM dengan senantiasa
mentaati aturan-aturan yang ada dan tentunya
memanfaatkan Teknologi Informasi seluas-luasnya.
Konsep yang dibahas pada makalah ini masih harus
dikembangkan lebih lanjut, terutama bila akan
diaplikasikan secara nyata. Berikut ini SCM yang
terjadi di setiap divisi yang ada di PT. X, Subang.

Gambar 6. Proses Pemesanan Produk Pendukung

Gambar 9. Proses Produksi Sari Buah di PT. X

Gambar 7. Alur Produk di PT. X

Gambar 10. Infrastruktur TI di PT. X

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat
diberikan kesimpulan berikut ini.

1. Kompleksitas Struktur Supply Chain


Gambar 8. Alur Informasi di Divisi Sales
Adanya kompleksitas yang melibatkan internal
PT.X maupun eksternal perusahaan. Internal
perusahaan, misalnya antara bagian marketing
dengan produksi, marketing seringkali membuat
272
kesepakatan dengan pelanggan tanpa mengecek No. 199. Institute of Information Sharing
secara baik kemampuan produksi, perubahan University of Bern.
jadwal produksi secara tiba-tiba karena [3] Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., dan Simchi-
marketing menyepakati perubahan order dengan Levi, E. 2000. Designing and Managing the
pelanggan. Disisi lain bagian produksi sering Supply Chain hal.1. Amerika Serikat:
resistant dengan perubahan mendadak. Eksternal McGraw-Hill Companies.
perusahaan, misalnya antara supplier yang
[4] Arshinder, Kanda, A. dan Deshmukh S.G.
menginginkan pemesanan produknya jauh-jauh 2008. Supply Chain Coordinati on:
hari sebelum waktu pengiriman dan sedapat Perspectives, Empirical Studies and Research
mungkin pesanan tidak berubah. Supplier juga Directions. Hal 315--335. Diterbitkan dalam
menginginkan pengiriman segera setelah International Jurnal Production Economics.
produksinya selesai. Disisi lain perusahaan [5] Cooper, W.W., Seiford L.M., dan Tone. 2000.
menghendaki fleksibilitas yang tinggi dengan Data envelopment Analysis: A Comprehensive
text with Models, Application, Reference and
mengubah jumlah, spesifikasi maupun jadual
DEA solver software. Kluwer Academic
pengiriman bahan baku yang dipesan. Publisher. Boston
[6] Baihaqi, I. dan Beaumnont, N. 2005.
2. Kompleksitas yang lain adalah dalam
Information Sharing in Supply Chain: A
pembayaran, budaya dan bahasa.
Literature Review and Research Agenda.
3. Ketidakpastian Working Paper 45/05. Departement of
Management Working Paper Series ISSN 1327
Ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan – 5216 Monash University
diri terhadap rencana yang dibuat. Sebagai
akibatnya, perusahaan sering menciptakan [7] Karami, Mohamad Amin, The Impact of IT
pengaman di sepanjang supply chain. Pengaman on Supply Chain Management, 2009.
ini bisa berupa safety stock, safety time, atau
kapasitas produksi maupun transportasi. Sumber
ketidakpastian di antaranya : ketidakpastian
pembeli; ketidakpastian dari supplier, terkait
dengan pengiriman, harga, kualitas maupun
kuantitas; dan ketidakpastian internal yang bisa
disebabkan kerusakan mesin, kinerja mesin yang
tidak sempurna, tenaga kerja serta waktu maupun
kualitas produksi.

5. Teknologi informasi memiliki peranan


penting dalam konteks Supply Chain
Manajement, yaitu dalam e-Procurement
dan e-Fulfilment.

REFERENCES

[1] Blanchard, B.S. 2003. Logistics Engineering


and Mangement Sixth Edition hal 146-147,
Upper Saddle River, New Jersey: Pearson
Education. Inc.
[2] Schmidt, R. 2007. Impact of Information
Sharing and Order Agregation Strategies on
Supply Chain Performance. Working Paper

273

Anda mungkin juga menyukai