Anda di halaman 1dari 4

TUGAS HUKUM PIDANA

NAMA : I KETUT CAKRA WAYU MADEWA

NIM : 1804551139 (C)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2018
Jawaban :

1. Asas legalitas adalah suatu jaminan dasar bagi kebebasan individu dengan memberi
batas aktivitas apa yang dilarang secara tepat dan jelas. Asas ini juga melindungi dari
penyalahgunaan wewenang hakim, menjamin keamanan individu dengan informasi
yang boleh dan dilarang. Setiap orang harus diberi peringatan sebelumnya tentang
perbuatan-perbuatan ilegal dan hukumannya. Jadi berdasarkan asas ini, tidak satu
perbuatan boleh dianggap melanggar hukum oleh hakim jika belum dinyatakan secara
jelas oleh suatu hukum pidana dan selama perbuatan itu belum dilakukan.

TEORI “PSIKOLOGISCHE ZWANG”, oleh VON FEURBACH :


                 Teori ini menganjurkan supaya dalam menentukan perbuatan-perbuatan yang dilarang
di dalam peraturan bukan saja tentang macamnya perbuatan yang harus dituliskan
dengan jelas, tetapi juga tentang macamnya pidana yang diancamkan. Dengan cara
demikian ini, maka oleh orang yang akan melakukan perbuatan yang dilarang tadi
lebih dahulu telah diketahui pidana apa yang akan dijatuhkan kepadanya jika nanti
perbuatan itu dilakukan. Dengan demikian dalam batinnya, dalam psychenya, lalu
diadakan tekanan untuk tidak berbuat. Dan kalau dia tetap melakukan perbuatan tadi,
maka hal dijatuhi pidana kepadanya itu bisa dipandang sebagai sudah disetujuinya
sendiri.
Mengapa asas legalitas dan teori psikologi dari Von Feurbach itu berhubungan karena
dari asas legalitas dan psikologi zwang itu menganjurkan agar asas-asas yang dilarang
itu bukan hanya yang tertulis saja melainkan yang tidak tertulis juga terlarang dan
jika perbuatan itu dilarang akan dikenakan hukuman yang setimpal
Contoh : Jika seseorang melakukan tindakan yang melanggar pidana dan sudah masuk
dalam hukuman pidana maka orang tersebut sudah dapat diketahui berapa lama
hukuman itu dijatuhkan.

2. Menurut saya, Asas yang terkandung dalam Declaration Des Droits De L ‘Homme Et
Du Citoyen Tahun 1789 tersebut adalah Asas Legalitas. Karena bias kita lihat bahwa
dari asas legislatif disebut bahwa “Tidak ada sesuatu yang boleh dipidana selain
karena suatu yang ditetapkan dalam undang – undang dan diundangkan secara sah”.
Dari situ kita tahu bahwa suatu perbuatan tidak boleh dipidana jika itu tidak tersapat
dalam undang-undang dan diundangkan secara sah.
3. Permberlakuan retro-aktif dalam KUHP ketentuan Pasal 1 ayat (2)
menyebutkan :”Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah
perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling
menguntungkannya”. Apabila dicermati, rumusan ketentuan tersebut tidakjelas, dalam
artian ruang lingkup perubahan UU yang dimaksud tidak menjelaskan lingkup
perubahan tersebut. Di samping itu, rumusan Pasal 1 ayat (2) bersifat diskriminatif.
Menurut saya : Dari kedua pernyataan tentang rumusan pasal 1 ayat (2) bahwa jika
terdakwa telah mendapatkan dakwaan tentang hukumannya yaitu adalah ketentuan
atau hukuman yang paling ringan yang didapatkan oleh terdakwa tersebut. Jika dalam
pengadilan diterapkan asas retro-aktif dapat memberatkan hokum atau sebaliknya
dapat meringankan dan bias juga membebaskan tedakwa dari hukuman tersebut.

4. Asas legalitas adalah suatu jaminan dasar bagi kebebasan individu dengan memberi
batas aktivitas apa yang dilarang secara tepat dan jelas. Asas ini juga melindungi dari
penyalahgunaan wewenang hakim, menjamin keamanan individu dengan informasi
yang boleh dan dilarang. Setiap orang harus diberi peringatan sebelumnya tentang
perbuatan-perbuatan ilegal dan hukumannya. Jadi berdasarkan asas ini, tidak satu
perbuatan boleh dianggap melanggar hukum oleh hakim jika belum dinyatakan secara
jelas oleh suatu hukum pidana dan selama perbuatan itu belum dilakukan. Dengan
demikian, perbuatan seseorang yang cakap tidak mungkin dikatakan dilarang, selama
belum ada ketentuan yang melarangnya, dan ia mempunyai kebebasan untuk
melakukan perbuatan itu atau meninggalkannya, sehingga ada nash yang
melarangnya. Ini berarti hukum pidana tidak dapat berlaku ke belakang terhadap suatu
perbuatan yang belum ada ketentuan aturannya, karena itu hukum pidana harus
berjalan ke depan.

Asas retroaktif
Asas retroaktif ialah suatu asas hukum dapat diberlakukan surut. Artinya hukum yang
baru dibuat dapat diberlakukan untuk perbuatan pidana yang terjadi pada masa lalu
sepanjang hukum tersebut mengatur perbuatan tersebut, misalnya pada pelanggaran
HAM berat.

Pasal 28 I ayat 1 UUD 1945 : Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak
untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun

Menurut saya : Tentunya seorang manusia saat mereka dilahirkan itu telah
mendapatkan hak-hak yang dimilikinya dari lahir. Dalam Pasal 28 I ayat 1 UUD 1945
menyebutkan hak-hak yang dimiliki manusia dari mereka lahir sampai meninggal dan
hak itu tidak dapat di tentang.

5. Fungsi Ekstensieve Interpreatatie adalah menjalankan undang-undang setelah undang-


undang tersebut dijelaskan atau (menjlankan kaidah yang dalam undang-undang tidak
dinyatakan dengan jelas), sedangkan Analogie suatu sistem yang menjelaskan suatu
perkara tanpa menjalankan undang-undang (menjalankan suatu kaidah dalam undang-
undang tetapi mengandung kesamaan dengan kaidah dalam undang-undang tersebut).
Berdasarkan dari dua hal tersebut tentunya memiliki pengertian yang berbanding
terbalik sehingga kedua hal tersebut tidak dapat di dapat dikatakan sama.

Anda mungkin juga menyukai