Bahan baku air kelapa yang digunakan untuk memproduksi nata de coco
berasal dari pasar-pasar tradisional disekitar lokasi industri nata de coco. Air
kelapa ini ditampung menggunakan wadah drum plastik dengan kapasitas 150
liter, setiap dua hari sekali air kelapa dapat terkumpul sebanyak 2.550 liter.
Proses perebusan air kelapa pada industri ini menggunakan bahan bakar berupa
kayu bakar dan serbuk gergaji, biasanya dalam satu minggu membutuhkan
sebanyak 1 mobil pick up kayu bakar. Limbah yang dihasilkan dari proses
produksi nata de coco yaitu berupa limbah cair dan limbah padat. Limah padat
yaitu berupa ampas kotoran kelapa dari proses penyaringan, nata de coco tidak
sempurna (reject), dan kertas koran dari sisa proses fermentasi. Sedangkan
limbah cair yang dihasilkan berupa limbah cair dari sisa fermentasi larutan nata
de coco dan limbah cair pada pencucian nampan. Sejauh ini belum ada
25
26
pengelolaan limbah cair yang dilakukan pada industri nata de coco X, dimana
tidak terdapat IPAL sehingga limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke
sungai tanpa diolah terlebih dahulu.
Insustri nata de coco Y merupakan salah satu indutri yang mengolah air
kelapa menjadi nata de coco, industri ini berdiri pada tahun 2003 yang didirikan
oleh bapak Hery Supratikno, S.T. Industri ini beralamatkan di Kretek,
Banguntapan, Bantul. Industri nata de coco Y dalam memproduksi nata de coco
menghasilkan produk berupa nata de coco potongan dan nata de coco lembaran.
Pada mulanya, Industri Y memproduksi dengan kapasitas produksi sebesar 5 ton
perminggu, dengan semakin banyaknya pesananan akhirnya pada tahun 2006
Industri Y mengembangkan usahanya dengan menjual nata de coco potongan.
Industri nata de coco Y memiliki 140 petani yang tersebar diseluruh wilayah
DIY dan daerah sekitarnya, saat ini industri nata de coco Y telah berhasil
memasarkan produknya hingga ke Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawat Tengah,
dan Jawa Timur.
Industri Y beroprasi setiap hari Senin – Sabtu dimulai pada pukul 08.00
W.I.B sampai 16.00 W.I.B. Bahan baku air kelapa didapatkan melalui pengepul
yang mengumpulkan air kelapa dari pasar tradisional, pemecah kelapa, dan
produksi kopra sebanyak 4 ton per-hari. Kapasitas produksi industri nata de
coco Y memerlukan sebanyak 4000 liter air kelapa untuk dijadikan digunakan
sebagai media maupun untuk pembuatan starter, nantinya lembaran nata de coco
yang sudah panen akan dipotong dengan sesuai pesanan. Industri Y memiliki
pekerja sebanyak 50 orang. Perlengkapan kerja yang harus digunakan selama
proses produksi antara lain masker, baju kerja, tutup kepala, sarung tangan, dan
sepatu kerja.
yang tidak sesuai standar, dan kertas koran dari sisa proses fermentasi.
Sedangkan limbah cair yang dihasilkan berupa limbah cair dari sisa fermentasi
larutan nata de coco , limbah cair dari proses pensortiran nata, pengepressan,
dan limbah cair pada pencucian nampan. Limbah cair yang dihasilkan pada
proses pengepressan dikumpulkan ke dalam tangki penampung berkapasitas
2000 liter, selain itu limbah cair yang dihasilkan kemudian dialirkan menuju
IPAL dengan proses pengendapan pada air limbah dengan penambahan bakteri,
kemudian limbah tersebut dialirkan menuju kolam akhir sebagai Bio-
indicator atau kolam ikan yang berisi ikan gurame sebagai indikator kualitas
efluen atau buangan limbah industri tersebut.
Tahap selanjutnya adalah proses perebusan air kelapa, air kelapa yang
sudah bersih kemudian dialirkan dengan menggunakan pompa kedalam tungku
stainless berkapasitas volume 360 liter sebanyak lima tungku. Proses perebusan
air kelapa dilakukan menggunakan kayu bakar dan serbuk gergaji selama 30
menit dengan suhu 90 . Proses perebusan ini bertujuan untuk mematikan
kontaminan-kontaminan yang dapat merusak kualitas air kelapa dan
mengoptimalkan proses pencampuran bahan-bahan campuran lainnya seperti
gula, amonium sulfat, dan asam cuka agar tercampur dengan sempurna.
29
Gambar4.7.
Gambar 4.2Proses
Proses Perebusan
Perebusan Air
AirKelapa
Kelapa
Saat proses perebusan air kelapa sudah mencapai suhu 90 , air kelapa
kemudian ditambahkan gula pasir, asam cuka, dan amonium sulfat. Gula pasir
sebagai sumber karbon (C) terbaik untuk mengasilkan nata dan amonium sulfat
sebagai sumber nitrogen (N). Penambahan sumber C dan N dapat menghasilkan
nata lebih optimal dan menambah nutrisi pertumbuhan Acetobacter xylinum
dalam proses fermentasi (Edria & Wibowo, 2010). Asam cuka ditambahkan
untuk mengatur pH pada sekitar 4-5 (Hamad et al., 2011).
Gambar
Gambar 4.5Proses
4.10. ProsesPendinginan
Pendinginan Larutan
LarutanAir
AirKelapa
Kelapa
Gambar 4.11.
Gambar 4.6Proses
ProsesFermentasi LarutanAir
Fermentasi Larutan AirKelapa
Kelapa
32
Limbah cair yang dihasilkan dari proses fermentasi dan pencucian pada
industri X tidak diolah terlebih dahulu, karna pada industri X tidak memiliki
IPAL untuk mengolah air limbah yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan dari
proses produksi langsung dialirkan dan dibuang ke sungai. Sedangkan limbah
padat yang dihasilkan kemudian dikirim ke pihak ke tiga.
33
Diagram alir proses produksi pada industri X dapat dilihat pada Gambar
4.13 dibawah ini:
Berikut merupakan layout proses produksi pada industri X yang ada pada Gambar 4.14 dibawah ini:
Air kelapa yang telah ditampung akan disaring dengan kain saring,
proses ini bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran yang mungkin terikut
kedalam air kelapa. Tahap selanjutnya adalah proses perebusan air kelapa, air
kelapa yang sudah bersih kemudian dialirkan dengan menggunakan pompa
kedalam tungku stainless. Proses perebusan air kelapa pada industri Y dilakukan
menggunakan tungku pemanas berbahan bakar kayu dengan alat penunjang
36
mesin boiler selama 15 menit dengan suhu 90 . Proses perebusan ini bertujuan
untuk mematikan kontaminan-kontaminan yang dapat merusak kualitas air
kelapa dan mengoptimalkan proses pencampuran bahan-bahan campuran
lainnya seperti gula, amonium sulfat, dan asam cuka agar tercampur dengan
sempurna.
Gambar
Gambar 4.11Proses
4.16. ProsesPerebusan
Perebusan Air
Air Kelapa
Kelapa Industri
IndustriYY
Gambar 4.17.
Gambar Proses
4.12 ProsesPenuangan
PenuanganLarutan Air Kelapa
Larutan Air KelapaIndustri
IndustriYY
Nampan yang berisi larutan air kelapa dan starter mengalami proses
fermentasi kurang lebih selama 6-7 hari. Selama proses fermentasi tidak boleh
terjadi goncangan karena akan mengakibatkan kegagalan. Pembentukan nata de
coco terjadi karena proses pengambilan glukosa dari larutan gula didalam air
kelapa oleh mikroba A. xylinum. Glukosa tersebut digabungkan dengan asam
lemak membentuk prekursor pada membran sel. Prekursor ini kemudian
dikeluarkan dalam bentuk ekskresi mempolimerisasikan glukosa menjadi
selulosa diluar sel dengan bantuan enzim (Rizal et al., 2013).
Gambar
Gambar4.20.
4.15Proses
ProsesPemanenan
Pemanenan Dan
Dan Pencucian NampanIndustri
Pencucian Nampan IndustriYY
Gambar 4.21.
Gambar 4.16 Proses
ProsesPembersihan
PembersihanKulit
KulitAriAri
40
Gambar
Gambar4.23.
4.18Proses
ProsesPengepressan
Pengepressan
Setelah proses pengemasan selesai nata de coco potong pun siap untuk
dikirim langsung ke pemesan dan diolah lagi oleh industri lain. Limbah cair
yang dihasilkan selama proses produksi nata de coco dialirkan dan langsung
diolah menuju IPAL yang dimiliki oleh inudtri Y. Sedangkan limbah padat yang
dihasilkan seperti koran bekas fermentasi, nata reject, sisa kulit ari, dan nata
potong yang tidak sesuai akan dibawa ke TPA.
Gambar
Gambar4.24.
4.19 Limbah PadatIndustri
Limbah Padat IndustriYY
42
Diagram alir proses produksi pada industri Y dapat dilihat pada Gambar
4.25 dibawah ini:
Berikut merupakan layout proses produksi pada industri Y yang ada pada Gambar 4.26 dibawah ini:
Gambar4.21
Gambar 4.26.Layout
Layout Proses
Proses Produksi
Produksi Nata
Nata de de coco
coco Industri
Industri Y Y
44
Kapasitas
No Produksi Proses Produksi Bahan Baku Jumlah Satuan
Liter
Air Kelapa 1.773 Liter
Gula Pasir 1 Kg
1 1.800 Pencampuran Amonium
1 Kg
Sulfat
Asam Cuka 3 Liter
Penambahan
2 1.800 Starter 48 Liter
Starter
sumber nitrogen organic. Bahkan diantara sumber nitrogen anorganik ada yang
mempunyai sifat lebih yaitu ammonium sulfat. Kelebihan yang dimaksud adalah
murah, mudah larut, dan selektif bagi mikroorganisme lain. Asam asetat atau
asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air
kelapa (Zulfa & Devi Rismayanti, 2018).
Tabel 4.6. Kebutuhan Air Pada Proses Pencucian Nampan Industri Nata
de coco X
Dari tabel 4.6 dapat kita lihat bahwa kebutuhan air bersih untuk mencuci
nampan yaitu sebesar 533 liter dan menghasikan air limbah pencucian sebesar
463 liter. Kehilangan air pada proses ini terjadi karena tata cara pekerja yang
tidak teratur dalam bekerja, dan adanya air yang tercecer di lantai saat proses
pencucian. Berikut merupakan neraca air pada tahap pencucian nampan industri
X:
46
Dari data penggunaan air pada tabel 4.6 tersebut dapat diketahui berapa
jumlah limbah yang dihasilkan per ton nata yang dapat dilihat pada Tabel 4.7
dibawah ini:
Tabel 4.7. Limbah Cair Per Ton Produk Industri Nata de coco X
Kapasitas
Proses Jumlah
No Produksi Bahan Bakar
Produksi
Liter Kg
1.800 Kayu Bakar 143
1 Perebusan
1.800 Serbuk Gergaji 70
48
Diketahui:
= 483.840 KJ
= 483,84 MJ
= 9 Kg x 2.260 KJ/kg
= 20.340 KJ
= 20,34 MJ
= 504,18 MJ
= 143 kg x 15,0 MJ
49
= 2.145 MJ = 0,002144 TJ
= x 100% = 23,5 %
Dari persamaan reaksi tersebut, Hasil samping dari kayu bakar adalah
CO2 dan arang. Perhitungan untuk emisi CO2 dari kayu bakar menggunakan
metode standar IPCC (BAPPENAS, 2014). Adapun energi dan emisi CO2 yang
dihasilkan oleh kayu bakar pada proses perebusan adalah sebagai berikut:
Data penggunaan energi listrik pada Tabel 4.9 dapat dihitung konsumsi
energi listrik pada industri nata de coco X sebagai berikut:
= 1,08 MJ
Energi Proses Perebusan = 1 kWh x
= 3,6 MJ
Energi Proses Penuangan = 0,4 kWh x
= 1,44 MJ
51
= 0,238 kg CO2
= 0,794 kg CO2
= 0,317 kg CO2
Gambar 4.30. Konsumsi Energi Listrik Dan Emisi CO2 Yang Dihasilkan
Industri X
53
Neraca massa adalah suatu perhitungan yang tepat dari semua bahan-bahan yang masuk, yang terakumulasi dan yang keluar dalam
waktu tertentu. Analisis proses produksi dan pembuatan neraca massa dilakukan pada setiap tahapan proses, dimana diperlukan analisis
terhadap penggunaan bahan baku, penggunaan air, kebutuhan energi, dan analisis jenis dan jumlah limbah yang dihasilkan pada setiap proses
produksi. Berikut merupakan Tabel 4.10 input dan output pada proses produksi industri X:
INPUT OUTPUT
No Proses Product Non Product Output
Bahan Jumlah
Jenis Jumlah Jenis Jumlah
Air Kelapa (Liter) 1.800 Air Kelapa (Liter) 1.782 Limbah Padat (Kg) 18
1 Penyaringan
Emisi CO2 (Kg) 0,23
Air Kelapa (Liter) 1.782 Air Kelapa (Liter) 1.773,09 Uap Air (Liter) 8,91
2 Perebusan Kayu Bakar (Kg) 143 Abu Kayu Bakar (Kg) 2,86
Serbuk Gergaji (Kg) 70 Emisi CO2 (Kg) 0,79
Air Kelapa (Liter) 1.773,09 Air Kelapa (Liter) 1,764,23 Losses (Liter) 8,86
Gula Pasir (Kg) 1
3 Pencampuran
Amonium Sulfat (Kg) 1
Asam Cuka (Liter) 3
54
INPUT OUTPUT
No Proses Product Non Product Output
Bahan Jumlah
Jenis Jumlah Jenis Jumlah
Air Kelapa Tumpah
8,82
4 Penuangan Air Kelapa (Liter) 1,764,23 Air Kelapa (Liter) 1.755,41 (Liter)
Emisi CO2 (Kg) 0,31
5 Pendinginan Air Kelapa (Liter) 1.755,41 Air Kelapa (Liter) 1.755,41
Penambahan Air Kelapa (Liter) 1.755,41 Air Kelapa (Liter) 1.803,41
6
Starter Starter (Liter) 48
Limbah Fermentasi
Air Kelapa (Liter) 1.803,41 Lembaran Nata (Kg) 1.350 301
7 Fermentasi (Liter)
Lembaran Nata (Kg) 1.350 Lembaran Nata (Kg) 1.201,5 Nata Reject (Kg) 148,5
8 Pemanenan
Koran Bekas (Kg) 12
Pencucian
9 Air Bersih (Liter) 533 Limbah Cair (Liter) 463
Nampan
Berdasarkan tabel perhitungan neraca massa untuk proses produksi nata de coco industri X, maka dapat digambarkan ke dalam
sebuah neraca. Berikut merupakan flow chart neraca massa dari proses produksi industri X dapat dilihat pada Gambar 4.31 di bawah ini:
55
Gambar 4.31.
Gambar Flow
4.25 Chart
Flow ChartNeraca
NeracaMassa
MassaPembuatan Nata de
Pembuatan Nata de coco
coco Industri
Industri XX
56
Berdasarkan data pada tabel 4.11 limbah padat pada industri nata de
coco X dihasilkan pada tahap pemanenan nata dimana limbah yang dihasilkan
yaitu berupa nata reject sebesar 149 kg dan koran bekas dengan jumlah 12 kg.
Sedangkan jumlah limbah cair yang dihasilkan pada proses produksi nata dapat
dilihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13 sebagai berikut:
500
400
300
200
100
0
1 2 3
Kebutuhan Air
Series1 Debit Limbah
Series2
Berdasarkan data pada Tabel 4.12 diatas, maka dapat dihitung Losses
atau unaccounted water selama proses pencucian nampan dengan cara:
[ ]
[ ]
Berikut merupakan arah aliran air bersih dan air limbah pada industri X pada Gambar 4.33 dibawah ini:
Sungai
Gambar 4.33. Arah Aliran Air Bersih Dan Air Limbah Pada Industri X
60
Energi listrik merupakan salah satu energi yang digunakan dalam suatu
industri. Industri nata de coco X telah melakukan penghematan energi
listrik dengan cara mendesain ruang produksi dengan pencahayaan yang
cukup, sehingga memungkinkan tidak digunakannya lampu penerangan
pada siang hari. Peralatan listrik di industri nata de coco X juga
digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Penyaringan tidak
Dapat
dilakukan saat
mengakibatkan
penampungan bahan
Penyimpanan kerusakan dan
baku, sehingga
Bahan Baku penurunan
meningkatkan risiko
kualitas air
kerusakan air kelapa
kelapa.
selama penyimpanan.
1 Bahan Baku
Dapat
menyebabkan
polusi udara,
berisiko
Terbentuknya abu dan
terpapar asap
arang akibat
2 Teknologi Perebusan karbon
pembakaran kayu
dioksida yang
bakar.
berbahaya
terhadap
kesehatan.
5 Produk - - -
Kapasitas
No Pengukuran Produksi Proses Produksi Bahan Jumlah Satuan
Liter
Gula Pasir 19,70 Kg
1 2.500 Pencampuran Amonium Sulfat 9,85 Kg
Asam Cuka 7 Liter
Gula Pasir 15,76 Kg
1 2 2.000 Pencampuran Amonium Sulfat 7,88 Kg
Asam Cuka 5 Liter
Gula Pasir 22,07 Kg
3 2.800 Pencampuran Amonium Sulfat 11,03 Kg
Asam Cuka 8 Liter
1 2.500 Starter 141 Liter
Penambahan
2 2 2.000 Starter 112,8 Liter
Starter
3 2.800 Starter 157,99 Liter
65
Kapasitas
Produksi Proses Jumlah
No Bahan Satuan
Produksi Rata-Rata
Liter
Gula Pasir 19 Kg
Amonium
1 Pencampuran 10 Kg
Sulfat
2433
Asam Cuka 7 Liter
Penambahan
2 Starter 137 Liter
Starter
Dari Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa kebutuhan air bersih untuk mencuci
nampan yaitu sebesar 1069 liter dan menghasikan air limbah pencucian sebesar
946 liter. Kehilangan air pada proses ini terjadi karena tata cara pekerja yang
tidak teratur dalam bekerja, dan adanya air yang tercecer di lantai saat proses
pencucian.
66
Berdasarkan tabel 4.18 dapat kita lihat bahwa kebutuhan air bersih rata-
rata untuk proses pensortiran yaitu sebesar 900 liter dan menghasikan air limbah
sebesar 756 liter. Kehilangan air pada proses ini terjadi karena tata cara pekerja
yang tidak teratur dalam bekerja karena proses pensortiran dilakukan secara
manual dengan menggunakan ayakan plastik dengan lubang yang disesuaikan
dengan ukuran potongan nata, dan adanya air yang tercecer di lantai saat proses
pensortiran. Dari data penggunaan air pada Tabel 4.17 dan Tabel 4.18 tersebut
dapat diketahui berapa jumlah limbah cair per kg nata yang dapat dilihat pada
Tabel 4.19 dibawah ini:
Tabel 4.20. Limbah Cair Per Kilogram Produk Industri Nata de coco Y
Berikut Gambar 4.34 merupakan flow chart neraca air pada proses produksi nata de coco pada industri Y:
Diketahui:
= 653.990 KJ
= 653,99 MJ
= 12 Kg x 2.260 KJ/kg
= 27.120 KJ
= 27,12 MJ
= 681,11 MJ
69
= 320 kg x 15,0 MJ
= 4.800 MJ
= 0,0048 TJ
= x 100% = 14,18 %
Dari persamaan reaksi tersebut, Hasil samping dari kayu bakar adalah
CO2 dan arang. Perhitungan untuk emisi CO2 dari kayu bakar menggunakan
metode standar IPCC (BAPPENAS, 2014). Adapun energi dan emisi CO2 yang
dihasilkan oleh kayu bakar pada proses perebusan adalah sebagai berikut:
Energi Penggunaan
Jumlah Durasi
No Proses Produksi Listrik Energi
Alat
kW Jam kWh
1 Perebusan 1 0.74 2 1.47
2 Penuangan 1 0.74 4 2.94
Pembersihan
3 2 0.75 7 10.50
Kulit Ari
4 Penipisan 3 0.56 7 11.76
5 Pemotongan 3 0.75 7 15.75
6 Pengepressan 1 1.30 6 7.80
Jumlah 50.22
= 5,292 MJ
Energi Proses Penuangan = 2,94 kWh x
= 10,584 MJ
Energi Proses Pembersihan = 10,50 kWh x
= 37,8 MJ
Energi Proses Penipisan = 11,76 kWh x
= 42,336 MJ
Energi Proses Pemotongan = 15,75 kWh x
= 56,7 MJ
Energi Proses Pengepressan = 7,80 kWh x
= 28,08 MJ
= 1,1672 kg CO2
= 2,3344 kg CO2
72
= 8,337 kg CO2
= 9,3374 kg CO2
= 12,5055 kg CO2
= 6,1932 kg CO2
Dari hasil perhitungan konsumsi energi listrik dan emisi CO2 yang
dihasilkan dalam proses produksi nata de coco pada industri X maka grafik
yang ditunjukkan pada Gambar 4.36 sebagai berikut.
73
50.00
40.00
10.00
0.00
Gambar 4.36. Konsumsi Energi Listrik Dan Emisi CO2 Yang Dihasilkan
Industri Y
INPUT OUTPUT
No Proses Product Non Product Output
Bahan Jumlah
Jenis Jumlah Jenis Jumlah
Air Kelapa (Liter) 2433 Air Kelapa (Liter) 2408 Limbah Padat (Kg) 24.08
1 Penyaringan
Air Kelapa (Liter) 2408 Air Kelapa (Liter) 2396 Uap Air (Liter) 12.04
2 Perebusan Kayu Bakar (Kg) 320 Abu Kayu Bakar (Kg) 6.4
Emisi CO2 (Kg) 1.16
Air Kelapa (Liter) 2396 Air Kelapa (Liter) 2391 Losses (Liter) 12.01
Gula Pasir (Kg) 19
3 Pencampuran
Amonium Sulfat (Kg) 10
Asam Cuka (Liter) 7
Air Kelapa Tumpah
11.95
4 Penuangan Air Kelapa (Liter) 2391 Air Kelapa (Liter) 2379 (Liter)
Emisi CO2 (Kg) 2.33
76
INPUT OUTPUT
No Proses Product Non Product Output
Bahan Jumlah
Jenis Jumlah Jenis Jumlah
5 Pendinginan Air Kelapa (Liter) 2379 Air Kelapa (Liter) 2379
Berdasarkan tabel perhitungan neraca massa untuk proses produksi nata de coco industri Y, maka dapat digambarkan ke dalam
sebuah neraca. Berikut merupakan flow chart neraca massa dari proses produksi industri Y dapat dilihat pada Gambar 4.38 di bawah ini:
Gambar 4.38. Flow Chart Neraca Massa Pembuatan Nata de coco Industri Y
78
Kapasitas Kebutuhan
Volume
Proses Pengukuran Produksi Air
Liter Liter Liter/hari
1 2500 1085 941
Pencucian
2 2000 748 638
Nampan
3 2800 1375 1260
Rata-Rata 1069 946
Kapasitas Kebutuhan
Volume
Proses Pengukuran Produksi Air
Liter Liter Liter/hari
1 2500 937 777
Pensortiran 2 2000 656 520
3 2800 1105 971
Rata-Rata 900 756
Kapasitas Produksi Volume
Proses Pengukuran
Liter Liter/hari
1 2500 189
Fermentasi 2 2000 126
3 2800 221
Rata-Rata 179
Kapasitas Produksi Volume
Proses Pengukuran
Liter Liter/hari
1 2500 1115
Pengepressan 2 2000 892
3 2800 1247
Rata-Rata 1085
79
Dari tabel 4.22 dapat kita lihat bahwa kebutuhan air bersih untuk
mencuci nampan yaitu sebesar 1.069 liter dan menghasikan air limbah
pencucian sebesar 946 liter. Sedangkan pada proses pensortiran membutuhan air
bersih yaitu sebesar 900 liter dan menghasikan air limbah sebesar 756 liter.
Berdasarkan data tersebut, maka dapat dihitung Losses atau unaccounted water
selama proses pencucian nampan dan pensortiran, kehilangan air yang terjadi
dikarenakan karena tata cara pekerja yang tidak teratur dalam bekerja, dan
adanya air yang tercecer di lantai saat proses pencucian dan pensortiran. Berikut
perhitungan kehilangan air dengan cara:
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
1000
500
0
Pencucian
1 Nampan Pensortiran
2
Series1
Kebutuhan Air Series2
Debit Limbah
Berikut merupakan arah aliran air bersih dan air limbah pada industri Y pada Gambar 4.40 dibawah ini:
Gambar 4.40. Arah Aliran Air Bersih Dan Air Limbah Pada Industri Y
81
Limbah padat yang dihasilkan dari industri nata de coco Y rata rata yaitu
sebesar 360 kg/hari dimana limbah ini langsung di buang ke TPA, saat ini belum
ada upaya pemanfaatan limbah padat yang dihasilkan pada industri Y. Berikut
merupakan Tabel 4.23 yang menunjukkan jumlah limbah padat pada industri Y:
Kapasitas
Limbah Padat
No Proses Pengukuran Produksi
Liter Kg
1 1 2500 185
2 Pemanenan 2 2000 148
3 3 2800 207
Rata-Rata 180
Kapasitas
Limbah Padat
No Proses Pengukuran Produksi
Liter Kg
1 1 2500 86
Pembersihan
2 2 2000 69
Kulit Ari
3 3 2800 97
Rata-Rata 84
Kapasitas
Limbah Padat
No Proses Pengukuran Produksi
Liter Kg
1 Penipisan 1 2500 83
2 dan 2 2000 66
3 Pemotongan 3 2800 93
Rata-Rata 81
Kapasitas
Limbah Padat
No Proses Pengukuran Produksi
Liter Kg
1 1 2500 15
2 Pensortiran 2 2000 12
3 3 2800 17
Rata-Rata 15
82
Energi listrik merupakan salah satu energi yang digunakan dalam suatu
industri. Industri nata de coco Y telah melakukan penghematan energi
listrik dengan cara mengganti lampu TL menjadi lampu LED. Peralatan
listrik di industri nata de coco Y juga digunakan sesuai dengan
kebutuhan.
83
Pemotongan pemanfaatan.
85
Tabel 4.26. Alternatif Minimisasi Yang Ditawarkan Pada Industri Nata de coco
Penetapan prosedur
Penerapannya Perusahaan
operasional standard (SOP)
mudah, tidak membutuhkan
penggunaan bahan (Gula
terjadi inefisiensi biaya untuk
Pasir, Asam Cuka,
pada bahan baku. mengirimkan
Amonium sulfat) pada
(Ariyanti et Dengan good beberapa
2 Pencampuran Rethink proses pencampuran. Dan ***
al., 2014) management karyawan untuk
serta menerapkan prinsip
practice ini maka ikut pelatihan
bahan yang masuk duluan
risiko kerusakan Good
yang harus dipakai untuk
bahan juga Manufacturing
meminimalisir kerusakan
berkurang. Product (GMP)
bahan.
87
Dapat
mengurangi
Menghindari terjadinya
biaya dan Perusahaan
pemborosan penggunaan air
kebutuhan air membutuhkan
dengan menutup kebocoran
Pencucian (Ariyanti et bersih sebanyak biaya investasi
8 Reduce selang air serta penggunaan ***
Nampan al., 2014) 8% dan dapat awal untuk
spray di ujung selang untuk
mengurangi membeli alat
mengurangi debit air yang
junlah limbah ini
keluar.
cair yang
dihasilkan.
91
Secara teknis
Dibutuhkan
Pemanfaatan sisa potongan langkahini relatif
biaya investasi
nata untuk dijadikan mudah untuk
yang besar
minuman jelly drink. dilaksanakan,
untuk mengolah
Sisa potongan nata direbus penerapan
limbah menjadi
hingga hilang baunya dan alternatif ini
minuman jelly
Pemotongan, bersih (berwarna putih), mampu
(Ariyanti et drink.
12 dan Recovery kemudian diblender sampai mengurangi **
al., 2014) Perusahaan
Pensortiran halus. Hasil blenderan ini limbah padat dan
harus
direbus kembali dengan air, industri dapat
mempunyai
ditambahkan gula dan memiliki
pekerja khusus
flavour. Kemudian dikemas keuntungan
yang mengolah
dalam kemasan gelas karena
bagian limbah.
plastik. menerapkan
alternatif ini.
94
Skor Keterangan
Alternatif minimisasi limbah dapat diterapkan dan memiliki
* keuntungan, namun membutuhkan biaya yang tinggi serta
teknologi belum siap untuk diterapkan.
Alternatif minimisasi limbah dapat diterapkan dan tidak
** memiliki masalah terhadap biaya, namum memiliki keuntungan
yang lebih sedikit.
Alternatif minimisasi limbah cocok dan dapat diterapkan, dan
***
tidak memiliki kerugian yang dapat ditimbulkan.
Bahan pengisi bak penyaring secara berurutan berupa batu bata, kerikil,
arang kelapa, batu zeolite, ijuk, dan pasir (Hakimi et al., 2006). Dalam
97
Sebelum Sesudah
Kapasitas Recycle Recycle
Proses Produksi Kebutuhan Air Penghematan Kebutuhan
Bersih Air Bersih
Liter Liter Liter
Pada prosesnya air merembes dan melewati media filter sehingga akan
terakumulasi pada permukaan filter dan terkumpul sepanjang kedalaman
media yang dilewatinya. Filter juga mempunyai kemampuan untuk
memisahkan partikulat semua ukuran termasuk di dalamnya algae, virus,
dan koloid-koloid tanah. Proses penyaringan berlangsung secara gravitasi,
sangat lambat,dan simultan pada seluruh permukaan media (Jumadil,
2017).
5. Daur ulang (Recycle) limbah padat abu boiler dan sisa serat kayu bakar
sebagai pupuk kompos. Pengomposan membutuhkan bahan berupa abu
boiler, serat sisa kayu, daun kering, EM-4 dan larutan gula merah.
Pengomposan dilakukan secara aerobik, yaitu di lahan terbuka dan
membutuhkan oksigen. Semua bahan dicampur hingga tercampur merata,
98
Volume Volume
Kapasitas
Limbah Limbah
Proses Produksi Pengurangan
Sebelum Sesudah
Liter Liter Liter
Pencampuran 8,86 8,24
1.800
Penuangan 8,82 8,20
6,95%
Pencampuran 12,01 11,17
2.433
Penuangan 11,95 11,11
Kebutuhan Kebutuhan
Kapasitas
Air Air
Proses Produksi Pengurangan
Sebelum Sesudah
Liter Liter Liter
Pencucian
1.800 533 490
Nampan
8%
Pencucian
2.433 1069 981
Nampan