Pertemuan 9
Pertemuan 9
PENDAHULUAN
keuangan kepada pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan adalah suatu informasi
yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya akan menjadi suatu
atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan
bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pengguna dan pengambil keputusan. Informasi laba pada laporan keuangan merupakan
kemampuan perusahaan kepada investor atau pun calon investor bahwa perusahaan
tersebut dalam keadaan yang stabil dalam menghasilkan laba guna peningkatan nilai
saham dan pemberian deviden (We Fu et al., 2002; Acharya & Lambrecht, 2015).
Sehingga investor yang lama tidak menarik investasinya diperusahaan tersebut dan
investor yang baru tertarik untuk menanamkan uangnya di perusahaan tersebut. Praktik
Perataan laba merupakan fenomena yang telah banyak dilakukan di berbagai negara.
Banyak yang memperdebatkan apakah perataan laba itu baik atau buruk, serta mengapa
perataan laba ini banyak dan boleh dilakukan. Perataan laba tidak menjadi masalah untuk
dilakukan selama dalam pelaksanaannya tidak mengandung fraud (Wijoyo, 2014). Disisi
lain perataan laba dapat merugikan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan
pengambilan keputusan. Namun berbeda dengan pendapat Fischer & Rosenzweig (1995),
bahwa praktik manajemen laba hanyalah upaya “mempermainkan” angka laba di atas
kertas, dan tidak menimbulkan kerugian materi bagi siapapun. Dengan demikian dapat
dilihat bahwa batasan perataan laba dan manipulasi laba menjadi tipis. Peluang dari
standar akuntansi dan kebebasan untuk memilih metode akuntansi mendorong semakin
longgarnya praktik manajemen laba. Secara umum masih banyak persepsi yang
mengatakan bahwa manajemen laba bukanlah manipulasi laba selama dilakukan masih
Praktik perataan laba tidak akan terjadi jika keuntungan yang diharapkan tidak jauh
berbeda dengan laba aktual (Banam & Mehzaren, 2016) . Kasus perataan laba terjadi
bahwa kasus ini bermula dari laporan keuangan perusahaan yang membukukan laba
bersih US$ 809.846 pada tahun 2018 atau setara Rp 11,49 miliar (kurs Rp 14.200/US$).
Dari data tersebut jika ditinjau lebih detail, perusahaan Garuda Indonesia Airways ini
perusahaan tahun lalu mencapai US$ 4,58 miliar. Angka ini lebih besar US$ 206,08 juta
dibanding total pendapatan tahun 2018. Pada 24 April 2019 muncul dugaan kejanggalan
pada laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2018. Hal ini membuat
Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengambil tindakan. Garuda
Indonesia sebelumnya menjalin kerja sama dengan PT Mahata Aero Terknologi. Kerja
sama itu nilainya mencapai US$ 239,94 juta atau sekitar Rp 2,98 triliun . Dana itu masih
bersifat piutang tapi sudah diakui oleh Manajemen Garuda Indonesia sebagai pendapatan.
Alhasil, pada 2018 secara mengejutkan BUMN maskapai itu meraih laba bersih US$
809,85 ribu atau setara Rp 11,33 miliar (kurs Rp 14.000). (Detik Finance, 2019).
Habib (2012) menyatakan bahwa terjadinya praktik perataan laba juga dipengaruhi
oleh konflik kepentingan antara pihak internal (manajemen) dan pihak eksternal
membayar pajak lebih rendah, sementara pemerintah ingin memungut pajak sesuai tarif
pajak.
Tarif pajak efektif adalah perbandingan antara pajak riil yang kita bayar dengan laba
komersial sebelum pajak (Richardson & Lanis, 2007). Keberadaan nilai effective tax rate
(ETR) merupakan bentuk perhitungan nilai tarif ideal pajak yang dihitung dalam sebuah
perusahaan, keberadaan dari effective tax rate (ETR) menjadi suatu perhatian yang khusus
pada berbagai penelitian karena dapat merangkum efek kumulatif dari berbagai insentif
pajak dan perubahan tarif pajak perusahaan (Liansheng et al., 2007). Tarif pajak efektif
digunakan untuk mengukur pajak yang dibayarkan sebagai proporsi dari pendapatan
ekonomi, sementara tarif pajak yang berlaku menunjukkan jumlah kewajiban pajak relatif
terhadap penghasilan kena pajak. Tarif pajak perusahaan yang efektif merupakan ukuran
penting beban pajak bagi pembuat kebijakan untuk jenis bisnis tertentu dan dalam
memberikan insentif kepada pembayar pajak. Penelitian ini menggunakan tarif pajak
efektif sebagai mediasi. Ini karena tarif pajak yang efektif adalah salah satu faktor yang
perataan laba.
Tujuan penelitian adalah untuk menguji seara empiris pengaruh tarif pajak efektif
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dari tahun 2015-2019 sebagai populasi. Kriteria pemilihan sampel pada penelitian
ini adalah sebagai berikut: a) Perusahaan mengalami laba berturut-turut selama periode
selama periode 2015 sampai 2019. c) Perusahaan yang menyajikan laporan tahunannya
dalam website perusahaan atau website Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2019.
penelitian. e) Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah
(Rp) agar tidak terpengaruh oleh fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar.
Metode Pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca jurnal referensi yang
b). Dokumentasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil data dari laporan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu hanya mengambil satu sektor perusahaan yang