Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA

1. PENGERTIAN PNEUMONIA

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut


(ISPB) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi subtansi asing berupa
radang paru-paru yang disertai eksudat dan konsulidasi (Amin HN, 2013). Salah satu
definisi klasik menyatakan bahwa pneumonia adalah penyakit respiratorik yang ditandai
dengan batuk, sesak nafas, demam, ronki basah halus, dengan gambaran infiltrate pada
foto polos dada (pechere JC, 1995)

2. ETIOLOGI
Secara umum individu yang terserang pneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen. Orang
yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas: reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia
yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat. Penyebab
Pneumonia yang biasa ditemukan menurut (Wijayaningsih, 2013 ) antara lain:

1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan  streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
5. Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

Pada masa neonates Sterptococcus grup B dan listeriae monocytogenes


merupakan penyebab pneumonia paling banyak ( Mclntosh K, 2002)
3. TANDA DAN GEJALA
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif
9. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
10. Gelisah
11. Sianosis
12. Area sirkumoral
13. Dasar kuku kebiruan
14. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

4. PATOFISIOLOGI

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas


yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau
karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian
kuman tersebut masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya
infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan
menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut: Infeksi saluran nafas
bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan
suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah
kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan
terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus
mengalami malabsorbsi dan  kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. (Soeparman, 1991)
a. Komplikasi
1.      Hipotensi dan syok
2.      Gagal pernapasan
3.      Atelektasis
4.      Efusi pleura
5.      Delirium
6.      Superinfeksi
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
2.  GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi
transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebab.
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi      : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6. LED        : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
8. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka : menyatakan intranuklear tipikal dan
keterlibatansitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999)
c. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman
penyebab infeksi (hasil kultur spatum dan tes sensitivitas kuman terhadap
antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila
berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal
akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik
tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
2. Pengobatan Umum
3. Terapi Oksigen
4. Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat dehidrasi dilakukan secara parenteral
5. Fisioterapi
Pendrita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk
menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala  : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda  : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala  : riwayat gagal jantung kronis
Tanda  : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3. Integritas Ego
Gejala  : banyak stressor, masalah finansial
4.  Makanan / Cairan
Gejala  : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan malnutrusi
5. Neurosensori
Gejala  : sakit kepala dengan frontal
Tanda  : perubahan mental
6. Nyeri / Kenyamanan
Gejala  : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia
7. Pernafasan
Gejala  : riwayat PPOM, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot
aksesori, pelebaran nasal
Tanda  : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi  pleural
Bunyi nafas  : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
Warna  : pucat atau sianosis bibir / kuku
8. Keamanan
Gejala  : riwayat gangguan sistem imun, demam
Tanda  : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus
rubeda / varisela
9. Penyuluhan
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Inflamasi trakeobronkial,
pembentukan oedema, peningkatan produksi sputum, nyeri pleuriti, penurunan energi,
kelemahan. Kemungkinan dibuktikan dengan :
o Perubahan frekuensi kedalaman pernafasan
o Bunyi nafas tak normal, penggunaan otot aksesori
o Dispnea, sianosis
o Bentuk efektif / tidak efektif dengan / tanpa produksi sputum\
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar – kapiler
(efek inflamasi), gangguan kapasitas oksigen darah. Kemungkinan dibuktikan oleh :
o Dispnea, sianosis
o Takikandi
o Gelisah / perubahan mental
o Hipoksia
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi, penurunan complience
paru dan nyeri. Kemungkinan dibuktikan oleh :
o Dispnea, takipnea
o Penggunaan otot aksesori
o Perubahan kedalaman nafas
o GDcA abnormal
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi. Kemungkinan dibuktukan
oleh :
o Demam, penampilan kemerahan
o Menggigil, takikandi
5. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
utama, tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan
imun). Kemungkinan dibuktikan oleh : tidak dapat diterapkan tanda-tanda dan gejala-
gejala membuat diagnosa actual
6. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan, kelelahan. Kemungkinan dibuktikan dengan :
o Laporan verbal kelemahan, kelelahan dan keletihan
o Dispnea, takipneu
o Takikandi
o Pucat / sianosis
7. Gangguan nyaman (nyeri) berhubungan dengan Inflamasi parenkim paru, reaksi seluler
terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap
Kemungkinan dibuktikan dengan :
o Nyeri dada
o Sakit kepala, nyeri sendi
o Melindungi area yang sakit
o Perilaku distraksi, gelisah
8. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia distensi
abdomen
9. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan (demam, berkeringan banyak, hiperventilasi, muntah
10. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan
tindakan berhubungan dengan kurang terpajan informasi, kurang mengingat, kesalahan
interpretasi
Kemungkinan dibuktikan oleh :
o Permintaan informasi
o Pernyataan kesalahan konsep
o Kesalahan mengulang
C. Intervensi Keperawatan
1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Inflamasi trakeobronkial,
pembentukan oedema, peningkatan produksi sputum, nyeri pleuriti, penurunan energi,
kelemahan
A. Tujuan
Kebersihan napas kembali efektif
B. Kriteria Hasil :
o Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas
o Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea atau
sianosis
INTERVENSI RASIONAL
 Mandiri
1.      Kaji frekuensi / kedalaman 1.   -   Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada
pernafasan dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan.
2.      Auskultasi paru catat area
2.    -  Penurunan aliran darah terjadi pada area
penurunan / tak ada aliran udara konsolidasi dengan cairan.
dan bunyi nafas tambahan 3.    -  Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas
(krakles, mengi) suara mekanik pada faktor yang tidak mampu
3.      Penghisapan sesuai indikasi melakukan karena batuk efektif atau penurunan
 Berikan cairan sesuai kebutuhan tingkat kesadaran.
 Kolaborasi 4.       - Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi
dan mengeluarkan secret.
4.      Berikan obat sesuai indikasi 5.:      - Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan
mukolitik,ekspetoran,bronkodilator mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk
, analgesik memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara
hati-hati, karena dapat menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar – kapiler
(efek inflamasi), gangguan kapasitas oksigen darah
C. Tujuan
Tidak terjadi gangguan pertukaran gas
D. Kriteria Hasil :
o Menunjukkan perbaikan ventilasi dan tak ada gejala distress pernafasan
o Tidak terjadi sesak
o Tidak terjadi hipoksia

INTERVENSI RASIONAL
 Mandiri
1.      Kaji frekuensi, kedalaman1.   Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi
dan kemudahan bernafas derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2.      Observasi warna kulit,2.   sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh
membran mukosa dan kuku terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun
telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut
3.      Kaji status mental
menunjukkan hipoksemia sistemik.
  Kolaborasi 3.   gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat
4.      Berikan terapi oksigen menunjukkan hipoksia atau penurunan oksigen serebral.
dengan benar 4.   mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan
dengan metode yang memberikan pengiriman tepat
dalam toleransi pernapasan.

3.      Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan


utama, tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun).
a.       Tujuan
Tidak terjadi penyebaran infeksi
b.      Kriteria Hasil :
        Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
        Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
INTERVENSI RASIONAL
  Mandiri
1.Pantau TTV 1. Selama awal periode ini, potensial
2.Dorong teknik mencuci tangan dengan untuk fatal dapat terjadi.
baik 2. Efektif
3.Batasi pengunjung sesuai indikasi menurunkanpenyebaran/perubahan
  Kolaborasi infeksi
4.      Berikan antimikrobal sesuai indikasi 3. Menurunkan penularan terhadap
5.      Tekankan perlunya melanjutkan terapi patogen infeksi lain
antibiotik selama periode yang dianjurkan. 4. Obat digunakan untuk membunuh
kebanyakan microbial pulmonia.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.
Nurarif & kusuma (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC Edisi Revisi jilid 2, Yokyakarta : Media Action Publishing.
Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica.
Smeltzer SC, Bare B.G (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta : EGC
Suyono, (2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKU
Retno asih S, Landia S, Makmuri MS (2006). Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak
XXXVI Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak VI Pneomonia, Surabaya OpenUrika Creative
Multimedia and Presentasions Division
5.

Anda mungkin juga menyukai