Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN HASIL BELAJAR

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

DI BANGSAL CEMPAKA RST dr. SOEDJONO MAGELANG

DISUSUN OLEH :

1. MIFTAKHUL JANAH (P1337420716002)


2. MUHARI (P1337420716006)
3. VETHRA AULIYA MARSALLY (P1337420716010)
4. DIMAS HERDIANSYAH (P1337420716020)
5. LUTFIANA SOLIKHA (P1337420716021)
6. INDRA RISANDY (P1337420716024)
7. ZAHRUL KHAFIDA SILMI (P1337420716035)
8. NURMA HUDANATSTSANI (P1337420716044)
9. ESSA KARISTA HATI (P1337420716045)
10. SITI QOIDATUN ZAKIYAH (P1337420716046)
11. SOFIA FIDA YASINTA (P1337420716048)
12. ANGGUN MONICA SARI (P1337420716050)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI DIV KEPERAWATAN MAGELANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia serta hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyesaikan “Laporan Praktik Keperawatan Managemen di Bangsal Cempaka RST
dr.Soedjono Magelang”.

Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Managemen Keperawatan dan


Kepemimpinan oleh dosen pembimbing mata kuliah Managemen Keperawatan dan
Kepemimpinan, Ibu Hermani Tri Redjeki, S.Kep, Ns, M.Kep dan merupakan salah
satu tugas kelompok yang harus dipenuhi oleh mahasiswa.

Dalam pembuatan makalah ini kami banyak mendapatkan bimbingan dan


arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada pembimbing lahan (CI) Ibu Krisnawati Nurutami,S.Kep,Ns serta segenap
tenaga keperawatan di bangsal cempaka RST dr.Soedjono yang telah membantu dan
memberikan dukungan dalam pembuatan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan
laporan ini.

Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih.

Magelang, 20 November 2019

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Lembar pengesahan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai laporan praktik

klinik managemen keperawatan dan kepemimpinan di Bangsal Cempaka RST

dr.Soedjono Magelang untuk memenuhi tugas kelompok managemen keperawatan

dan kepemimpinan Program Studi DIV Keperawatan Magelang

Laporan ini disahkan pada :

Tanggal : 20 November 2019

Tempat : Ruang Cempaka RST dr.Soedjono Magelang

Mengesahkan

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

Hermani Tri Redjeki,S.Kep,Ns,M.Kes Krisnawati Nurutami,S.Kep,Ns


NIP. NIP.
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B. TUJUAN PRAKTIK.............................................................................................2
C. MANFAAT...........................................................................................................2
BAB II TEORI MANAJEMEN KEPERAWATAN.....................................................4
A. Pengertian Managemen......................................................................................4
B. Managemen Keperawatan..................................................................................4
C. Manajemen dan organisasi.................................................................................5
D. Fungsi manejemn keperwatan............................................................................5
1. Planning (perencanaan )..................................................................................5
2. Organizing (pengorganisasian).......................................................................8
3. Staffing (kepegawaian)...................................................................................9
4. Directing (pengarahan)...................................................................................9
5. Controlling ( pengendalian/evaluasi )...........................................................10
E. Sumber pelaksanaan Manajemen Keperawatan...............................................12
F. Standar Asuhan Keperawatan...........................................................................13
1. Standard 1 : Pengkajian Keperawatan..........................................................13
2. Standard 2 : Diagnosa Keperawatan.............................................................13
3. Standard 3 : Perencanaan Keperawatan........................................................14
4. Standard 4 : Implementasi Keperawatan......................................................14
5. Standard 5 : Evaluasi....................................................................................15
G. Model praktik keperawatan professional..........................................................15
1. Metode Kasus................................................................................................15
2. Metode Fungsional........................................................................................16
3. Metode tim....................................................................................................17
4. Metode perawatan primer.............................................................................19
5. Differentiated practice..................................................................................21
H. Klasifikasi ketergantungan pasien....................................................................22
1. Klasifikasi ketergantungan pasien ada 4 kategori, masing-masing
memerlukan waktu :.............................................................................................22
2. Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes 2002:................22
3. Klasifikasi tingkat ketergantungan klien menurut : toeri orem....................24
I. Pengelompokan unit kerja di rumah sakit........................................................26
J. Rumus perhitungan...........................................................................................26
1. Menurut depkes.............................................................................................26
2. Menurut gilus................................................................................................26
BAB III KAJIAN SITUASI MANAGEMEN KEPERAWATAN.............................27
A. KAJIAN SITUASI MANAGEMEN KEPERAWATAN.................................27
1. Sejarah RST Soedjono Magelang.................................................................27
2. Visi, Misi, Motto dan Tujuan........................................................................29
3. Pelayanan Rawat Inap...................................................................................30
b. menurut depkes...............................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai salah satu pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, memiliki dua jenis pelayanan
untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi,
pelayanan kesehatan memiliki beberapa cakupan yaitu pelayanan medic,
pelayanan penunjang medik, rehabilitsi medik,dan pelayanan perawatan,pelayanan
ini di laksanakan dalam bentuk unit gawat darurat,, unit rawat jalan,dan unit rawat
inap.

Secara umum mutu pelayanan kesehatan di Indonesia masih relative belum


professional.hal ini dibuktikan dengan kurangan nya profesionalitas ,sumber daya
tenaga kesehatan, pengaturan tugas yang kurang efektif, dan fasilitas maupun alat
yang kurang memadai, kondisi seperti ini terjadi karena kurangnya ilmu
pengetahuan dan manajerial dalam administrasi.

Memasuki era globalisasi dengan berbagai konsekuensinya menjadikan


pelayanan kesehatan yang semakin kompetitif dan menuntut petugas kesehatan
semakin profesinal, situasi ini menuntut para pembaharu di bidang keperawtan
untuk mengembangkan suatu metoda pemberian asuhan keperawtan untuk di
aplikasikan dalam pengorganisasian ruang keperawatan yang di harapkan,
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Terdapat berbagai metode pemberian asuhan keperawatan yang dapat di


gunakan dengan berbagai keuntungan dan kerugian pemimpin dapat menentukan
metode-metode pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan falsafah
organisasi,struktur,pola ketenagaan, dan keadaan pasien yang disesuaikan dengan
sumber daya.
Asuhan keperawatan merupakan central dalam pelayanan keperawatan, oleh
karena itu managemen asuhan keperawatan merupakan salah satu penentu baik
buruknya mutu pelayanan keperwatan, tujuan asuhan keperawatan adalah untuk
memandirikan pasien sehingga dapat berfungsi secara optimal. Untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang professional,
asuhan keperawatan di berikan dengan berbagai model.

Sistem MPKP merupakan diskripsi atau gambaran dari praktik keperawatan


yang nyata danakurat berdasarkan kepada filosofi,konsep dan teori keperawatan

B. TUJUAN PRAKTIK
Mahasiswa mampu mengaplikasikan manajemen dan kepemimpinan
dalam keperawatan yang meliputi :

1. Menunjukkan kemampuan fungsi-fungsi manajemen


2. Melakukan perencanaan di ruang keperawatan
3. Pengorganisasian pelayanan keperawatan di ruang perawatan
4. Melakukan pengelolaan klien
5. Menunjukkan kemampuan leadership sesuai dengan perannya
6. Menggerakkan kelompok ( Tim ) dan bekerjasama dalam tim
7. Melakukan monitoring dan evaluasi kerja dalam kelompok
8. Berfikir kritis, penyelesaian masalah dan mampu mengambil keputusan
9. Melakukan continuiting pelayanan ( menerima dan pulang )
10. Mendesiminasikan hasil pengelolaan klien ( resume hasil )
11. Menyusun laporan secara kelompok untuk dipresentasikan akhir praktek

C. MANFAAT
1. Mahasiwa dapat menunjukkan kemampuan fungsi-fungsi manajemen
2. Mahasiwa dapat melakukan perencanaan di ruang keperawatan
3. Mahasiwa dapat mengorganisasikan pelayanan keperawatan di ruang
perawatan
4. Mahasiswa dapat melakukan pengelolaan klien
5. Mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan leadership sesuai dengan
perannya
6. Mahasiswa dapat menggerakkan kelompok ( Tim ) dan bekerjasama
dalam tim
7. Mahasiswa dapat melakukan monitoring dan evaluasi kerja dalam
kelompok
8. Mahasiswa dapat berfikir kritis, penyelesaian masalah dan mampu
mengambil keputusan
9. Mahasiswa dapat melakukan continuiting pelayanan ( menerima dan
pulang )
10. Mahasiswa dapat mendesiminasikan hasil pengelolaan klien ( resume hasil
)
11. Mahasiswa dapat menyusun laporan secara kelompok untuk
dipresentasikan akhir praktek
BAB II

TEORI MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Pengertian Managemen
Dalam suatu lingkup kerja yang mencakup banyak orang didalamnya
dibutuhkan suatu pengorganisasian dan metode untuk mencapai tujuan bersama
yang diinginkan serta pengaturaan untuk mencapai hasil yang baik. Managemen
merupakan suatu metode yang dipakai untuk membuat suatru system berjalan
sesuai dengan fisi dan misi yang ada.
Menurut Gillies (2005), managemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam
mnenyelesaikan masalah pekerjaan melalui orang lain. Managemen merupakan
suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalakan suatu kegiatan
di organisasi.
Di dalam managemen tersebut mencakup kegiatan POAC (planning,
organizing,octuating,controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana ndalam
mencapai tujuan organisasi tujuan asi.(Grant dan Massey,1999 dalam Nur Salam
2008)

B. Managemen Keperawatan

Managemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota


staf keperawatan untuk memberikan asuahan keperawatan secara professional
(Gillies, 2005)

Dalam suatu managemen keperawatan diperlukan adanya meneger atau


kepemimpinan yang metrencanakan, pengorganisasi, memimpin dan
mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberiikan asuhan
keperawatan yang efektif dan efisisen bagi individu, keluarga dan masyarakat.

Mengapa semikian karena pada dasarnya manusia unik dan memiliki


kecenderungan serta berkepentingan berbeda-beda, jika toidak ada yang
mengtantur dan memadai kepentingan tersebut maka menegemen tidak dapat
dijalankan, oleh karena itu dibutuhkan seorang manajer agar tujuan bersama dan
berkepentingan tiap perawat di dalam nya sesuai dengan visi dan misi yang
ditujuan

C. Manajemen dan organisasi


Organisasi adalh suatu kessatuan (entity) yang dikoordinasikan secara
sadar,dengan sebuah batasan yang relative dapat didentifikasikan,yang bekerja
,atas dasara yang relative terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan atau
sekelompok tujuan. (Stephen P Robbins ,1996)
Adanya pengorganisasian memudahkan sebuah manajemen untuk
menjalankan ,manajemen dan organisasi merupakan satu kesatuan untuk
mencapai visi dan tujuan yang sama
D. Fungsi manejemn keperwatan
Fungsi manajemen keperwatan dalah memudahkan perawat dalam menjalakan
asuhan keperwatan berdasarkan fungsinya yaitu , planning( perencanaan)
,organizing(pengorganisasian),staffing(kepegawaian),directing (pengarahan )dan
controlling(pengendalian/evaluasi)
1. Planning (perencanaan )
Menurutswanbur(2000),planning dalah memutuskan seberapa luas
akan dilakukan, bagaiamana melakukannya dan siapa yang melakukannya.
Fungsi perencanaan merupakan suatu penjabaran dari tujuan yang ingin
dicapai, perencanaan sangat penting untukmelakukan tindakan .
Didalam proses keperawatan perencanaan membantu perawat dalam
menentukan tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin bahwa klien
akan menerima pelayanan keparawatan yang mereka butuhkan dan sesuai
dengan konsep dasar keperawatan.

a) Tujuan perencanaan
1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
2) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia efektif.
3) Membantu dalam koping dalam situasi krisis
4) Efektif dalam hal biaya
5) Membantu menurunkan elmen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang
6) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
b) Tahap dalam perencanaan
1) Menetapkan tujuan
2) Merumuskan keadaan sekarang
3) Mengidentifikasikan kemudahan dan hambatan
4) Mengembangkan serangkaian kegiatan
5) Jenis perencanaan :
c) Perencanaan strategi
Perencanaan yang sifatnya jangka panjang yang ditetapkan
oleh pemimpin dan merupakan arahan umum suatu organisasi.
Digunakan untuk mendapatkan dan mengembangkan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga digunakan untuk
merevisi pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa
kini.
d) Perencanaan operasional
Menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan serta
menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa perawat
yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur serta
menggambarkan cara menyiapkan perawat dalam bekerja dan prosedur
untuk mengevaluasi perawat pasien.
e) Manfaat perencanaan
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan
2) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas
3) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat
4) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan
5) Memudahkan koordinasi
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami
7) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti
8) Menghemat waktu dana
f) Keuntungan perencanaan
1) Meningkatkan peluang sukses
2) Membutuhkan pemikiran analisis
3) Mengarahkan orang ketindakan
4) Memodifikasi gaya manajemen
5) Fleksibilitas dalam pengambulan keputusan
6) Meningkatkan keterlibatan anggota
g) Kelemahan perencanaan
1) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan
berlebihan pada kontribusi nyata
2) Cenderung menunda kegia
3) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif.
4) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian
situasional individual dan penanganan suatu masalah pada saat
masalah itu terjadi.
5) Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang tidak
konsisten.

2. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk
menetapkan,mengelompokkan dan mengatur bebagai macam
kegiatan,penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang,pendelegasian
wewenang dalam rangka mencapai tujuan.Fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek
personil,finansial,material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Muninjaya,1999).
a. Manfaat pengorganisasian,akan dapat diketahui
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
2) Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya
3) Pendelegasian wewenang
4) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
b. Tahapan dalam pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami staff,tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi manajemen
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan
3) Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuan-satuan
kegiatan yang praktis
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh staff
dan menyediakan fasilitas yang diperlukan
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
6) Mendelegasikan wewenang.

3. Staffing (kepegawaian)

Staffing adalah metodologi pengaturan staff, merupakan proses yang


teratur, sistematis, berdasarkan rasional ditetapkan untuk menentukan
jumlah dan jenis personal suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi
tertentu (aydelitte, dikutip oleh Swanburg, 2001)

Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah : prinsip


rekuitmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan
klarifikasi pasien. Komponen tersebut merupakan suatu proses yang mana
natinya berhubungan dengan penjadwalan siklus waktu kerja bagi semua
personel kerja yang ada.

Terdapat beberapa langkah yang diambil untuk menentukan waktu


kerja dan istirahat pegawai, yaitu:

a. Menganalisa jadwal kerja dan rutinitas unit


b. Memberikan watu masuk dan libur pekerjaan
c. Memeriksa jadwal yang telah selesai
d. Menjamin persetujuan jadwal yang dianjurkan dari manajemen
keperawatan
e. Memasang jadwal untuk memberitahu anggota staf
f. Memperbaiki dan memperbaharui jadwal tiap hari
4. Directing (pengarahan)

Kepemimpinan adalah penggunaan proses komunikasi untuk


mempengaruhi kegiatan -kegiatan seseorang atau kelompok kearah
pencapaian satu atau beberapa tujuan dalam suatu kegiatan yang unik dan
tertentu (La Monica, 1998). Di dalam kepemimpinan selalu melibatkan
semua elemen dalam sistem pelayanan kesehatan dan yang mempengaruhi
elemen tersebut adalah seorang pemimpin.

Menurut Kurt Lewin, terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan, yaitu :

a. Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri, mereka lebih
mementingkan penyelesaian tugas dari pada perhatian karyawan
sehingga menimbulkan pemusuhan dan sifat agresif atau sma sekali
apatis dan menghilangkan inisiatif.
b. Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan,
meraka berorientasi pada bawahan kepemimpinan ini meningkatkan
produktivitas dan kepuasan kerja.
c. Laissez faire
Pemimpinan memberikan kebebasan dan segala serba boleh dan
pantang memberikan bimbingan kepada staf. Hal ini dapat
mengakibatkan produktivitas keja rendah dan staf frustasi.
5. Controlling ( pengendalian/evaluasi )

Controlling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu yang


terjadi dengan rencana yang telah di sepakati, instruksi yang
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang bertujuan
untuk menunjukkan kekeurangan dan keslahan agar dapat diperbaiki
dan tidak terjadi lagi ( Fayol, 1949 dikutip Swanburg, 2001 ).
Tugas seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut :

a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya


mudah diukur.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang mat penting dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
c. Standart untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua
staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmen terhadap kegiatan program
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rancana untuk mencapai tujuan telah
tersedia, serta alat untuk memperbaii kinerja.

Terdapat 10 karakteristik suatu sistem kontrol yang baik :

a. Harus menunjukkan sifat dan aktifitas


b. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segara
c. Harus memandang kedepan
d. Harus menunjukkan penerimaan pada titik krisis
e. Harus objektif
f. Harus fleksibel
g. Harus menunjukkan pola organisasi
h. Harus ekonomis
i. Harus mudah dimengerti
j. Harus menunjukkan tindakan perbaikan

Ada 2 metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji


pencapaian tujuan keperawatan , yaitu :
a. Analisa data
Perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang
tersususun, dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan,
anggaran. Hanya ukuran fisik saja dan secra relatif beberapa alat
digunakan untuk analisa tugas dala keperawatan.
b. Kontrol kualitas
Perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-
akibat dari pelayanan keperawatan.

Manfaat pengawasan

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat


dilaksanakan dengan tetap maka akan diperoleh manfaat :

a. Dapat diketahui apakah soal kegiatan atau program telah


dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja
b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan
dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber saya lainnya
telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara
benar
d. Dapat dikietahui staf yang perlu diberikan penghargaan
atau bentuk promosi dan latihan kerja
E. Sumber pelaksanaan Manajemen Keperawatan
Pelaksanaan manajemen keperawatan mengacu pada konsep dasar
keperawatan agar asuha keperawatan yang perawat berikan tetap pada bio-
psiko-sosio dan spiritual, oleh karena itu pengembangan dibidang manajemen
keperawatan dapat terarah.
F. Standar Asuhan Keperawatan
Standar keperawatan praktek telah dianjurkan oleh PPNI (dikutip
Nursalam, 2008), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi.
1. Standard 1 : Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data berisikan analisa data, pemeriksaan fisik, dan
status kesehatan klien secara menyeluruh akurat dan singkat, merupaka
suatu informasi bagi perawat untuk menentukan masalah sehingga dapat
merumuskan diagnosa keperawatan.
a. Pengumpulan data dilakukan secara anamnesa, observasi, pemeriksaan
fisik serta dari pemeriksaan penunjang
b. Sumber data adalah klien, keluarga, dan orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis, dan catatan lainnya.
c. Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi
(1) Status kesehatan masa lalu
(2) Status kesehatan saat ini
(3) Status biologis-psikologi-sosial-spiritual
(4) Respon terhadap terapi
(5) Harapan terhadap timgkat kesehatan yang optimal
(6) Risiko tinggi masalah
2. Standard 2 : Diagnosa Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa
keperawatan, adapun kriteria proses pembuatan diagnosa adalah :
a. Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data,
identifikasi masalah, perumusan diagnosa
b. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E),
dan tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab
(P,E).
c. Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lainnya untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa
berdasarkan data tersebut
3. Standard 3 : Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan interpretasi dari tujuan yang
akan dicapai oleh perawat setelah merumuskan diagnosa keperawatan,
oleh karena itu perencanaan yang dilakukan oleh perawat harus
sesuai dengan keadaan dan masalah prioritas yang klien miliki.
Oleh karena itu perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah, meningkatkan kesehatan dan memandirikan
klien, kriteria perencanaan keperawatan meliputi :
a. Perencanaan terdiri dari penetapan masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan
b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan klien
d. Mendokumentasikan rencana keperawatan
4. Standard 4 : Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan perawat
berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, kriteria implementasi
meliputi :
a. Bekerjasama dengan klien dalam melaksakan tindakan
keperawatab
b. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien
d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
mengenai konsep dan keterampilan asuhan diri, serta membantu
klien memodifikasi lingkungan yang digunakan
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon klien
5. Standard 5 : Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil akhir dari proses keperawatan yaitu
melihat dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai oleh perawat terhadap
klien serta melihat kemajuan dan peningkatan kesehatan pasien, adapun
kriteria prosesnya adalah :
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komperehensif, tepat waktu dan terus menerus
b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur ke arah
pencaopaian tujuan
c. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat
d. Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi
rencana asuhan keperawatan
e. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan
Melalui aplikasi standar asuhan keperawat tersebut, diharapkan
mutu pelayanan keperawatan akan menjadi lebih baik.
G. Model praktik keperawatan professional
Macam-macam Metode Penugasan MPKP dalam Keperawatan

1. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama
kali digunakan. Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan
metode pemberian asuhan keperawatan yang paling banyak digunakan.
Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan
kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien
yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat
tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. (Sitorus, 2006).
Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari
berbagai jenis program meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah
sakit. Agar pemanfaatan tenaga yang bervariasi tersebut dapat maksimal
dan juga tuntutan peran yang diharapkan dari perawat sesuai dengan
perkembangan ilmu kedokteran, kemudian dikembangkan metode
fungsional. (Sitorus, 2006).
2. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan
ditekankan pada penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi
satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien di satu
ruangan. (Sitorus, 2006).
Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat
dalam satu ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya
kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab
dalam pembuatan laporan klien. Metode fungsional mungkin efisien
dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi
klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya. (Sitorus,
2006).
Metode ini kurang efektif karena (Sitorus, 2006) :
a. Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan
kurang menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistik
b. Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian
asuhan keperawatan terfragmentasi
c. Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada
satu perawat yang mengetahui tentang satu klien secara
komprehensif, kecuali mungkin kepala ruangan.
d. Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang
puas terhadap pelayanan atau asuhan yang diberikan karena
seringkali klien tidak mendapat jawaban yang tepat tentang
hal-hal yang ditanyakan.
e. Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya
dengan perawat.
f. Selama beberapa tahun menggunakan metode fungsional
beberapa perawat pemimpin (nurse leader) mulai
mempertanyakan keefektifan metode tersebut dalam
memberikan asuhan keperawatan profesional kemudian pada
tahun 1950 metode tim digunakan untuk menjawab hal
tersebut. (Sitorus, 2006).
3. Metode tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan,
yaitu seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok
klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1992). Metode
tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi.
(Sitorus, 2006).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus, 2006) :
a. Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus
dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi,
dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung jawab ketua tim
adalah :
1) Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
2) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
3) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi
4) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya
5) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra
terjamin. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui
berbagai cara, terutama melalui renpra tertulis yang
merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan
evaluasi.
b. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
c. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan
berhasil baik apabila didukung oleh kepala ruang untuk itu kepala
ruang diharapkan telah :
1) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
2) Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
3) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan
4) Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim
keperawatan
5) Menjadi narasumber bagi ketua tim
6) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan
7) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
Hasil penelitian Lambertson dalam Douglas (1992)
menunjukkan bahwa metode tim jika dilakukan dengan benar
adalah metode pemberian asuhan yang tepat untuk
meningkatkan kemanfaatan tenaga keperawatan yang
bervariasi kemampuannya. (Sitorus, 2006).
Kekurangan metode ini, kesinambungan asuhan
keperawatan belum optimal sehingga pakar menge mbangkan
metode keperawatan primer. (Sitorus, 2006).
4. Metode perawatan primer
Menurrut Gillies (1989) “Keperawatan primer merupakan suatu
metode pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang
dekat dan berkesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu
yang bertanggungjawab dalam perencanaan, pemberian, dan koordinasi
asuha keperawatan klien, selama klien dirawat.” (Sitorus, 2006).
Pada metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab
terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
nurse) disingkat dengan PP. (Sitorus, 2006).
Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu
akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu
kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan komitmen. (Sitorus,
2006).
Setiap PP biasanya merawat 4 sampai 6 klien dan
bertanggungjawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat dirumah
sakit atau di suatu unit. Perawat akan melakukan wawancara mengkaji
secara komprehensif, dan merencanakan asuhan keperawatan. Perawat
yang peling mengetahui keadaaan klien. Jika PP tidak sedang bertugas,
kelanjutan asuhan akan di delegasikan kepada perawat lain (associated
nurse). PP bertanggungjawab terhadap asuhan keperawatan klien dan
menginformasikan keadaan klien kepada kepala ruangan, dokter, dan staff
keperawatan. (Sitorus, 2006).
Seorang PP bukan hanya mempunyai kewenangan untuk
memberikan asuhan keperawatan, tetapi juga mempunyai kewengangan
untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontrak dengan lembaga
sosial di masyarakat, membuat jadwal perjanjian klinik, mengadakan
kunjungan rumah dan lain lain. Dengan diberikannya kewenangan,
dituntut akuntabilitas perawat yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang
diberikan. Metode keperawatan primer memberikan beberapa keuntungan
terhadap klien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989). (Sitorus,
2006).
Keuntungan yang dirasakan klien ialah mereka merasa lebih
dihargai sebagai manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara individu,
asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan tercapainya layanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan,
proteksi, informasi, dan advokasi. Metode itu dapat meningkatkan
mutu asuhan keperawatan karena (Sitorus, 2006) :
a. Hanya ada 1 perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan
koordinasi asuhan keperawatan
b. Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien
c. PP bertanggung jawab selama 24 jam
d. Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
e. Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan
paralel.
Keuntungan yang dirasakan oleh PP adalah memungkinkan
bagi PP untuk pengembangan diri melalui implementasi ilmu
pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena adanya otonomi dalam
membuat keputusan tentang asuhan keperawatan klien. Staf medis
juga merasakan kepuasannya dengan metode ini karena senantiasa
mendapat informasi tentang kondisi klien yang mutakhir dan
komprehensif. (Sitorus, 2006).
Informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar
mengetahui keadaan klien. Keuntungan yang diperoleh oleh rumah
sakit adalah rumah sakit tidak harus memperkerjakan terlalu banyak
tenaga keperawatan, tetapi harus merupakan perawat yang bermutu
tinggi. (Sitorus, 2006).
Huber (1996) menjelaskan bahwa pada keperawatan primer
dengan asuhan berfoukus pada kebutuhan klien, terdapat otonomi
perawat dan kesinambungan asuhan yang tinggi. Hasil penelitian
Gardner (1991) dan Lee (1993) dalam Huber (1996) mengatakan
bahwa mutu asuhan keperawatan lebih tinggi dengan keperawatan
primer daripada dengan metode tim. Dalam menetapkan seseorang
menjadi PP perlu berhati-hati karena memerlukan beberapa kriteria,
yaitu perawat yang menunjukkan kemampuan asertif, perawat yang
mandiri, kemampuan menmgambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klini, akuntabel, bertanggung jawab serta mampu
berkolaborasi dengan baik dengan berbagai disiplin. Di negara maju
pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai PP adalah seorang
spesialis perawat klinis (clinical nurse specialist) dengan kualifikasi
master keperawatan. Menurut Ellis dan Hartley (1995), Kozier et al
(1997) seorang PP bertanggung jawab untuk membuat keputusan yang
terkait dengan asuhan keperawatan klien oleh karena itu kualifikasi
kemampuan PP minimal adalah sarjana keperawatan/Ners. (Sitorus,
2006).
5. Differentiated practice
National League for Nursing (NLN) dalam kozier et al (1995)
menjelaskan baha differentiated practice adalah suatu pendekatan yang
bertujuan menjamin mutu asuhan melalui pemanfaatan sumber-sumber
keperawatan yang tepat. Terdapat dua model yaitu model kompetensi
dan model pendidikan. Pada model kompetensi, perawat terdaftar
(registered nurse) diberi tugas berdasarkan tanggung jawab dan
struktur peran yang sesuai dengan kemampuannya. Pada model
pendidikan, penetapan tugas keperawatan didasarkan pada tingkat
pendidikan. Bedasarkan pendidikan, perawat akan ditetapkan apa yang
menjadi tnggung jawab setiap perawat dan bagaimana hubungan antar
tenaga tersebut diatur (Sitorus, 2006).
6. Manajemen kasus
Manajemen kasus merupakan system pemberian asuhan kesehatan
secara multi disiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi
berbagai anggota tim kesehatan dan sumber-sumber yang ada sehingga
dapat dicapai hasil akhir asuhan kesehatan yang optimal. ANA dalam
Marquis dan Hutson (2000) mengatakan bahwa manajemen kasus
merupakan proses pemberian asuhan kesehatan yang bertujuan
mengurangi fragmentasi, meningkatkan kualitas hidup, dan efisiensi
pembiayaan. Focus pertama manajemen kasus adalah integrasi, koordinasi
dan advokasi klien, keluarga serta masyarakat yang memerlukan
pelayanan yang ektensif. Metode manajemen kasus meliputi beberapa
elemen utama yaitu, pendekatan berfokus pada klien, koordinasi asuhan
dan pelayanan antar institusi, berorientasi pada hasil, efisiensi sumber dan
kolaborasi (Sitorus, 2006).

H. Klasifikasi ketergantungan pasien


1. Klasifikasi ketergantungan pasien ada 4 kategori, masing-masing
memerlukan waktu :
asuhan keperawatan minimal            : 2 jam / 24 jam
asuhan keperawatan sedang              : 3,08 jam/24 jam
asuhan keperawatan agak berat         : 4,15 jam/24 jam         
asuhan keperawatan maksimal          : 6,16 jam/24 jam
Depkes (2002)

2. Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes 2002:


a. Asuhan keperawatan minimal :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri.
3) Ambulasi dengan pengawasan.
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
b. Asuhan keperawatan sedang :
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
c. Asuhan keperawatan agak berat :
1) Sebagian besar aktifitas dibantu.
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 – 4 jam sekali.
3) Terpasang folley cateter, intake output dicatat.
4) Terpasang infuse.
5) Pengobatan lebih dari sekali.
6) Persiapan pengobatan perlu prosedur
d. Perawatan maksimal :
1) Segala aktifitas diberikan perawat.
2) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
3) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.
4) Penggunaan suction.
5) Gelisah/disorientasi
(depkes 2002)
3. Klasifikasi tingkat ketergantungan klien menurut : toeri orem
MINIMAL CARE PARTIAL CARE TOTAL CARE
Pasien bisa Pasien memerlukan bantuan 1. Pasien memerlukan
mandiri/hampir tidak perawat sebagian : bantuan perawat
memerlukan bantuan : sepenuhnya dan
1. Membutuhkan memerlukan waktu
1. Mampu naik bantuan 1 orang perawat yang lebih
turun tempat untuk naik-turun lama.
tidur. tempat tidur. Membutuhkan 2
2. Mampu ambulasi Membutuhkan orang atau lebih
dan berjalan bantuan untuk untuk mobilisasi
sendiri. ambulasi/berjalan. dari tempat tidur ke
3. Mampu makan Membutuhkan kereta dorong/kursi
dan minum bantuan dalam roda.
sendiri. menyiapkan Membutuhkan
4. Mampu mandi makanan. latihan pasif.
sendiri/mandi Membutuhkan Kebutuhan nutrisi
sebagian dengan bantuan untuk dan cairan di penuhi
bantuan. makan (disuap). melalui intravena
5. Mampu Membutuhkan (infus) atau NG
membersihkan bantuan dalam Tube (sonde).
mulut ( sikat gigi membersihkan Membutuhkan
sendiri) mulut. bantuan untuk
6. Mampu Membutuhkan kebersihan mulut.
berpakaian dan bantuan untuk Membutuhkan
berdandan berpakaian  dan bantuan penuh
dengan sedikit berdandan untuk berpakaian
bantuan. Membutuhkan dan berdandan.
7. Mampu BAB bantuan untuk BAB Dimandikan
dan BAK dengan dan BAK (tempat perawat / keluarga.
sedikit bantuan. tidur / kamar Dalam keadaan
8. Status psikologis mandi). inkontinensia,
stabil 2. Pascaoperasi minor pasien
9. Pasien dirawat (24 jam). menggunakan
untuk prosedur 3. Melewati fase akut kateter.
diagnostik. dari pascaoperasi 2. Setelah 24 jam
10. Operasi ringan. mayor. pascaoperasi mayor.
4. Fase awal dari 3. Pasien dalam
penyembuhan. keadaan tidak sadar.
5. Observasi tanda- 4. Keadaan pasien
tanda vital setiap 4 tidak stabil.
jam. 5. Observasi TTV
6. Gangguan setiap kurang 2 jam.
operasional ringan. 6. Perawatan luka
bakar.
7. Perawatan
kolostomi.
8. Menggunakan alat
bantu pernafasan.
9. Menggunakan
WSD.
10. Irigasi kandung
kemih secara terus
menerus.
11. Menggunakan alat
traksi ( skeletal
traksi ).
12. Fraktur atau pasca
operasi tulang
belakang/leher.
13. Gangguan
emosional berat,
bingung
disorientasi.
4. Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999)
menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit
perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-masing
kategori mempunyai nilai standarper shif nya, yaitu sebagai berikut :

Klasifikasi Klien

Jumlah Minimal Parsial Total


klien
Pagi Sian Malem Pagi Siang Male Pagi Siang Malem
g m

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,17 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60


I. Pengelompokan unit kerja di rumah sakit.
1. Rawat inap dewasa
2. Rawat inap anak / perinatal
3. Rawat inap intensif
4. Gawat Darurat (IGD)
5. Kamar bersalin
6. Kamar operasi
7. Rawat jalan.
J. Rumus perhitungan
1. Menurut depkes
a. Kebutuhan tenaga perawat di ruang perawatan  menggunakan rumus:
Kebutuhan tenaga  = jumlah jam perawatan di ruangan/hari
             jam efektif perawat

b. Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non-keperawatan


diperkirakan 25% dari jumlah tenaga keperawatan .

Jumlah kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga + faktor koreksi(loss day +tugas non kep.)

Menurut Depkes (2002)


2. Menurut gilus
Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Gilus

jumlah jam efektif x Bor x jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu tahun
hari efektif −( hari libur+ cuti ) x jumlah jam efektif

Anda mungkin juga menyukai