Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Kelas A
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemunculan syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti (khilafah)
Nabi Muhammad SAW. mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar
bin Khattab, dan Utsman bin Affan karena dalam pandangan mereka
hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak menggantikan Nabi. Ketokohan Ali
dalam pandangan syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh
Nabi Muhammad SAW. pada masa hidupnya. Pada saat itu Nabi
mengatakan bahwa orang yang pertama-tama memenuhi ajakannya akan
menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian
Muhammad Ali merupakan orang yang menunjukan perjuangan dan
pengabdian yang luar biasa besar. Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai
penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm.1
Syi’ah dimaksudkan sebagai suatu golongan dalam islam yang
beranggapan bahwa Syaidina Ali bin Abi Thalib dan anak keturunannya
lebih berhak menjadi khalifah dari pada orang lain, berdasarkan wasiat
Nabi. Masalah khalifah ini adalah soal politik yang dalam perkembangan
selanjutnya mewarnai pandangan mereka dibidang agama.2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Syi’ah?
2. Apa saja sekte-sekte dan Doktrin Syi’ah?
3. Apa saja prinsip-prinsip Syi’ah yang berpautan dengan Imam (Kepala
Negara) ?
4. Apa saja bentuk penyimpangan aqidah Syi’ah?
1
Abdul Rozak, Ilmu Kalam Edisi Refisi, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016) hlm. 112-113
2
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam Teologi Islam, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010)
hlm. 72
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Syi’ah
2. Untuk mengetahui Sekte-sekte dan Doktrin dalam Syi’ah
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Syi’ah yang berpautan dengan Imam
4. Untuk mengetahi bentuk-bentuk penyimpangan aqidah Syi’ah?
BAB II
3
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syi’ah
Syi’ah dilihat dari bahasa berarti penggikut, pendukung, partai,
atau kelompok, sedangkan secara terminologis adalah sebagian kaum
muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk
pada keturuan Nabi Muhammad SAW. atau orang yang disebut sebagai
Ahl Al-Bait.
Menurut Thabathbai, istilah syi’ah untuk pertama kalinya ditujukan
pada para pengikut Ali (syi’ah Ali), pemimpin pertama Ahl Al-Bait pada
masa Nabi Muhammad SAW. para pengikut Ali yang disebut Syi’ah itu
diantaranya adalah Abu Dzar Al-Ghiffari, Miqad bin Al-Aswad, dan Amar
bin Yasir.
Pengertian bahasa dan terminologis diatas hanya merupakan dasar
yang membedakan Syi’ah dengan kelompok yang lain. Di dalamnya
belum ada penjelasan yang memadai mengenai Syi’ah berikut doktrin
doktrinnya. Meskipun demikian, pengertian di atas merupakan titik tolak
penting bagi mahzab Syi’ah dalam mengembangkan dan membangun
doktrin-dokrinnya yang meliputi segala aspek kehidupan, seperti Imamah,
Taqiyah, Mut’ah, dan sebagainya.3
Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan
pendapat dikalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul
pada akhir pemerintahan Utsman bin Affan kemudian tumbuh dan
berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Adapun menurut
Watt, Syi’ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung peperangan
antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan perang Siffin. Dalam
peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase
yang ditawarkan Mu’awiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi
dua, satu kelompok yang mendukung sikap Ali-kelak disebut Syi’ah dan
kelompok lain menolak sikap Ali, kelak disebut khawarij.
3
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003) hlm. 89.
4
Kalangan Syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan Syi’ah
berkaitan dengan masalah pengganti (khilafah) Nabi SAW. mereka
menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan,
karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak
menggantikan Nabi. Kepemimpinan Ali dalam pandangan Syi’ah tersebut
sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh Nabi SAW. pada masa
hidupnya. Pada awal kenabian, ketika Nabi Muhammad SAW.
diperintahkan menyampaikan dakwah kepada kerabatnya, yang pertama
menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada saat itu
mengatakan bahwa orang yang pertama-tama memenuhi ajakan akan
menjadi peneris dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian
Muhammad, Ali merupakan orang yang menunjukan perjuangan dan
pengabdian yang luar biasa besar.4
4
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003) hlm. 90.
5
Abidin, kemudian secara berturut-turut; Muhammad Al Baqir,
Abdullah Ja’far Ash Shadiq, Musa Al Khazim, Ali Ar Rida,
Muhammad Al Mahdi sebagai imam yang kedua belas, demikian,
karena berbaiat di bawah imamah dus belas imam, mereka dikenal
dengan sebutan Syiah Itsna Asyariyah. Nama dua belas (Itsna
Asyariyah) mengandung pesan penting dalam sejarah, yaitu golongan
ini terbentuk setelah lahirnya du belas imam kedua belas pada tahum
260 H/878 M. Pengikut sekte ini menganggap bahwa imam kedua
belas, Muhammad Al Mahdi di nyatakan gaibah (occultation).
Muhammad Al Mahdi bersembunyi diruang bawah rumah ayahnya di
Samara tetapi ia tidak kembali. Itulah sebabnya, kembalinya imam Al
Mahdi ini selalu ditunggu-tunggu. Pengikut serta Syi’ah Itsna
Asyyariyah. Ciri khas kehadirannya adalah sebagai ratu adil yang akan
turun di akhir zaman. Oleh karena inilah, Muhammad Al Mahdi
dijuluki sebagai Imam Mahdi Al Muntazhar (yang ditunggu).5
b. Doktrin-doktrin Syi’ah Itsna Asyariyah
1) Tauhid (The Devine Unity)
Tuhan adalah esa baik esensi ataupun eksistensinya. Tuhan
adalah qadim. Maksudnya, Tuhan bereksistensi dengan
sendirinya sebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu
diciptakan oleh Tuhan. Tuhan maha tau, maham mendengar,
selalu hidup, mengerti semua bahasa, selalu benar, dan bebas
berkehendak. Keesaan Tuhan tidak Muraqab (tersusun). Tuhan
tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri sendiri, tidak dibatasi
oleh ciptaannya.
5
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003) hlm. 93.
6
terhadap yang lain merupakan tanda kebodohan dan ketidak
mampuan dan sifat ini jauh dari keabsolutan dan kehendak
Tuhan.
3) Nubuwwah (Apostleship)
Rasul merupakan petunjuk haqiqi utusan Tuhan yang
secara transcenden diutus untuk memberikan acuan dalam
membedakan antara yang baik dan yang buruk di alam semesta.
Syi’ah Itsna Asyariyah percaya mutlak tentang ajaran tauhid
dengan kerasulan sejak Adam hingga Muhammad dan tidak
ada Nabi atau Rasul setelah Muhammad.
4) Ma’ad (The Last Day)
Ma’ad adalah hari akhir (hari kiamat) untuk menghadap
pengadilan Tuhan di akhirat. Setiap muslim harus yakin akan
keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan
bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan.
5) Imamah (The Devine Guidance)
Imamah adalah institusi yang diinagurasikan Tuhan untuk
memberikan petunjuk manusia yang dipilih dari keturunan
Ibrahim dan didelegasikan kepda keturunan Muhammad
sebagai Nabi dan Rasul terakhir.6
6
Novan Ardy Wiyani, Ilmu Kalam, (Teras) hlm. 92-93
7
b. Doktrin Imamah dalam Pandangan Syi’ah Sab’iyah
Dalam pandangan Syi’ah ini keimanan hanya dapat diterima
bila sesuai dengan keyakinan mereka, yakni melalui walayah
(kesetiaan) kepada imam zaman. Imam adalah seseorang yang
menuntun umatnya kepada pengetahuan (ma’rifat). Dengan
pengetahuan tersebut, seorang muslim akan menjadi seorang
mukmin yang sebenar-benarnya.
Syarat-syarat seorang imam dalam pandang Syi’ah Sab’iyah:
1) Imam harus berasal dari keturunan Ali
2) Imam harus berdasarkan penunjukan atau nas
3) Keimaman jatuh pada anak tertua
4) Imam harus Maksum
5) Imam harus dijabat oleh seorang yang paling baik
7
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003) hlm. 96-98.
8
Ada sekte dalam Sab’iyah yang berpendapat bahwa Tuhan
mengambil tempat dalam diri imam. Menurut sab’iyah, Al Quran
memiliki makna batin selain makna lahir.
Mengenai sifat Allah, sebagaiman halnya dengan Mu’tazilah
Sab’iyah meniadakan sifat dari dzat Allah. Menurut mereka
penetapan sifat merupakan penyerupaan dengan makhluk.8
3. Syi’ah Zaidiyah
a. Asal-usul Penamaan Zaidiyah
Disebut Zaidiyah karena sekte ini mengaui Zaid bin Ali sebagai
imam kelima, putra imam keempat, Ali Zainal Abidin. Dari nama
Zaid bin Ali inilah nama Zaidiyah diambil. Syi’ah Zaidiyah
merupakan sekte Syi’ah yang moderat. Abu Zahrah menyatakan
bahwa kelompok ini merupakan sekte yang paling dekat dengan
sunni.9
b. Doktrin Imamah Menurut Zaidiyah
Zaidiyah mengembangkan doktrin imamah yang tripikal. Kaum
Zaidiyah menolak pandangan yang menyatakan bahwa seorang
imam yang mewarisi kepimpinan Nabi SAW. telah ditentukan
nama dan orangnya oleh nabi, tetapi hanya menentukan sifat-
sifatnya saja. Menurut Zaidiyah, seorang iamam harus memiliki
sifat-sifat:
1) Ia merupakan keturunan ahl al-bait, baik melalui garis Hasan
maupun Husein. Hal ini menimplikasi penolakan mereka atas
sistem pewarisan dan nas kepemimpinan.
2) Memiliki kemampuan mengangkat senjata sebagai upaya
mempertahankan diri atau menyerang.
3) Memiliki kecenderungan intelektualisme yang dapat dibuktikan
melalui ide dan karya dalam bidang keagamaan. Mereka
8
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003) hlm. 100.
9
Novan Ardy Wiyani, Ilmu Kalam, (Teras) hlm. 95-96.
9
menolak kemaksuman imam bahkan mengembangkan doktrin
imamat al mafdul. Artinya seseorang dapat dipilih menjadi
imam meskipun ia mafdul (bukan yang terbaik) dan pada saat
yang sama ada yang afdal.
Imam bagi mereka adalah pemimpin dan guru bagi kaum muslim,
aktif ditengah kehidupan dan berjuang terang-terangan demi cita-
citanya.
4. Syi’ah Ghulat
a. Asal-usul Penamaan Syi’ah Ghulat
Istilah ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya
bertambah dan naik. Ghala bi ad-din artinya memperkuat dan
menjadi ekstrim hingga melampaui batas. Syi’ah Ghulat adalah
kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap berlebihan atau
ekstrim. Lebih jauh, Abu Zahrah menjelaskan bahwa Syi’ah
ekstrim Ghulat adalah kelompok yang menempatkan Ali pada
derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkat pada derajat
kenabian, bahkan lebih tinggi dari pada Muhammad.11
10
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003)....hlm. 101-104.
11
Novan Ardy Wiyani, Ilmu Kalam, (Teras)...hlm. 97-98.
10
b. Doktrin-doktrin Syi’ah Ghulat
1) Tanasukh adalah keluarnya roh dari satu jasad dan mengambil
tempat pada jasad yang lain. Faham ini diambil dari falsafah
hindu.
2) Bada’ adalah keyakinan bahwa Allah mengubah kehendakk-
Nya sejalan dengan perubahan ilmu-Nya, serta dalam
memerintahkan suatu perbuatan kemudian memerintahkan
yang sebaliknya. Dalam pandangan Syi’ah Ghulat mempuyai
arti, bila berkaitan dengan ilmu, artinya menampakan sesuatu
yang bertentangan dengan yang diketahui Allah . bila berkaitan
dengan kehendak artinaya memperlihatkan yang benar dengan
meyalahi yang dikehendaki dan hukum yang diterapkanNya.
Bila berkaitan dengan perintah artinya memerintahkan hal lain
yang bertentangan dengan perintah sebelumnya.
3) Raj’ah ada hubungannya dengan Mahdiyah, syi’ah Ghulat
mempercayai bahwa imam Mahdi Al Muntazhar akan datang
ke bumi. Faham ra’jah dan mahdiyah ini merupakan ajaran
seluruh Syi’ah. Namun mereka berbeda pendapat tentang siapa
yang akan kembali. Ada yang menyatakan Ali, Jafar Ash Sidiq,
Muhammad bin Al Hanafiyah, bahkan ada yang
mengatakanMukhtar Ats Tsaqafi.
4) Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan. Syi’ah Ghulat
meyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau
menyerupakan Tuhan dengan makhluk.
5) Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara
dengan semua bahasa, dan ada pada setiap individu Mnusia.
Hulul bagi Syi;ah Ghulat berarti Tuhan menjelma dalam diri
imam sehingga imam harus disembah.
6) Ghayba artinya menghilangkan imam mahdi. Ghayba
merupakan kepercayaan Syi’ah bahwa Imam Mahdi itu ada di
dalam negeri ini dan tidak dapat dilihat oleh mata biasa.
11
Konsep Ghayba diperkenalkan oleh Mukhtar Ats Tsaqafi tahun
66 H/686 M di Kufa ketika mempropagandakan Muhammad
bin Hanafiyah sebagai Imam Mahdi.12
12
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003)....hlm. 106-107.
13
Tengku Muhammad, Sejarah dan Pengantar Ilmu Kalam, (Semarang: PT. Pustaka rizki putra,
2009) hlm. 119-120.
14
12
Pernah orang mengatakan kepada Ibnu Saba’, bahwa Ali telah
terbunuh. Maka dia menjawab:”Sekiranya kamu membawa kepada
kami wadah yang penuh dengan otakbya, namun kami tidak percaya
bahwa Ali telah meninggal. Dia tidak meninggal, sehingga dia turun
kembali dari langit. Dan mengembangkan keadilan muka bumi ini.”
Paham raj’ah, bukan saja dianut oleh golongan Saba-iyah saja,
bahkan kebamyakan golongan Rafidhah bersepakat menetapkan bahwa
imam yang terakhir dari mereka bayangkan itu, tidak meninggal tetapi
hidup, sehingga kembali lagi untuk memenuhi bumi ini dengan
keadilan sebagaimana bumi ini telah dipenuhi dengan kezaliman.
Golongan ini dinamakan golongan Waqifiyah, lantaran mereka
membatasi diri pada seorang imam, tidak mau melampauinya.
3. Mahdiyah
Mahdiyah ialah itikad yang mengatakan bahwa kelak akan lahir
seorang imam yang dinamakan Al-Mahdi yang akan mengembangkan
keadilan dan memusnakan kezaliman. Imam pertama yang mereka
gelarkan dengan Al-Mahdi, ialah Muhammad Ibnu Hanafiyah.Paham
Ahmadiyah telah berkembang di masa Bani Umayah. Pengikut-
pengikut Bani Umayah juga ingin mempunyai imbangan Al-Mahdi,
Maka mereka membuat suatu nama imbangan, yaitu Sufyani,
dinisbahkan kepada Abu sufyan. Mereka membuat beberapa hadits
yang berkaitan dengan itu.15
Golongan Abasiyah juga ingin mempunyai imbangan Al-Mahdi.
Mereka juga meriwayatkan beberapa hadits yang menerangkan bah Al-
Mahdi itu akan lahr dari kalangan mereka.mungkin inilah sebabnya
Al-Mansur menamakan puteranya dengan Al-Mahdi.
4. Taqiyyah
15
Tengku Muhammad, Sejarah dan Pengantar Ilmu Kalam, (Semarang: PT. Pustaka rizki putra,
2009) hlm. 122-123.
13
Taqiyah ialah menampakkan sesuatu yang berlainan dengan apa
yang tersirat di dalam dada untuk memelihara diri dari kezaliman, baik
terhadap jiwa maupun terhadap kehormatan. Paham ini dipandang
salah satu sendi agama.
Mereka mengatakan bahwa diamnya Ali tidak menentang Abu
Bakar, Umar dan Utsman, adalah karena taqiyah semata. Juga
demikian sikap Al-Hasan terhadap terhadap Mu’awiyah. Sedemikian
pula Muhammad ibn Hanafiyah membai’atkan Abdul Malik Ibnu
Marwan.Maka segala apa yang mereka lakukan terhadap Ahlussunah,
seperti mau bersembahyang bersama-sama, mau berpuasa bersama-
sama, adalah semata-mata taqiyah. Karenanya segala perkataan mereka
dibuat dalam dua arti:
16
Tengku Muhammad, Sejarah dan Pengantar Ilmu Kalam, (Semarang: PT. Pustaka rizki putra,
2009) hlm. 124.
14
1. Sekte sabaisme. Dalam syiah berkeyakinan bahwa malaikat jibril telah
salah dalam menurunkan wahyu kepada nabi Muhammad. Karena
seharusnya wahyu itu untuk ali bin Abi Tholib.
2. Syiah percaya kaiadah Al bada.Yaitu Allah baru mengetahui sesuatu
bila sudah terjadi. Allah dapat salah sedangkan imam mereka
ma’sum(terjaga dari dosa dan salah).
3. Mushaf Al-qur’an yang dimiliki kaum syiah berbeda isinya dengan Al-
Qur’an yang kita kenal.
4. Keyakinan bahwa imam mereka ali bin abi tholib mengetahui rahasia
ghoib yaitu sesuatu yang terjadi masa lalu dan masa yang akan datang.
5. Keyakinan kaum syiah bahwa duabelas imam yang mereka miliki
telah memperoleh mukjizat seperti nabi dan memperoleh wasiat dan
rahasia agama islam.
6. Para imam dianggap telah memiliki sifat ma’shum.
7. Kaum syiah yakin bahwa imam mereka yang keduabelas sedang
ghoibah (menghilang) kedalam sebuah gua samara.
8. Dalam menyebarkan paham syiah,senjata yang digunakan oleh kaum
syiah adalah doktri taqiyah. Yaitu konsep syiah dimana mereka boleh
memutar balikan fakta (berbohong) untuk menyembunyikan jati diri
mereka pada kelompok mayoritas.
Hal ini bertujuan untuk melindungi diri dari kelompok-kelompok yang
dianggap telah menolak syiah.
9. Kaum syiah memiliki hari raya yang lebih mereka anggap dari pada
hari raya idul fitri dan idul adha. Yaitu hari raya ghadir khom.
10. Ziarah ke makam imam Husain adalah lebih utama daripada haji ke
Baitullah.
11. Kebencian mereka pada sahabat Nabi. Bahkan sebagian syiah
mengaggap sahabat Nabi adalah kafir dan sebaliknya mereka
mengagungkan para Ahlul ba’it.
12. Kaum syiah memiliki fasilitas yang menjadi daya tarik untuk mencari
pendukung yaitu kawin mut’ah atau kawin kontrak.
15
Sedangkan untuk rukun iman dan rukun islam syiah ialah :
Rukun iman :
Rukun islam :
1. Sholat
2. Zakat
3. Puasa
4. Haji
5. Wilayah (perwakilan)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
Kemunculan syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti (khilafah)
Nabi Muhammad SAW. mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar
bin Khattab, dan Utsman bin Affan karena dalam pandangan mereka
hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak menggantikan Nabi. Ketokohan Ali
dalam pandangan syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh
Nabi Muhammad SAW. pada masa hidupnya. Pada saat itu Nabi
mengatakan bahwa orang yang pertama-tama memenuhi ajakannya akan
menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian
Muhammad Ali merupakan orang yang menunjukan perjuangan dan
pengabdian yang luar biasa besar. Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai
penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm.
DAFTAR PUSTAKA
17
Muhammad Tengku. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam. (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra).
Nasir, Sahilun A. Pemikiran Kalam Teologi Islam. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2010).
Rozak, Abdul. Ilmu Kalam Edisi Refisi. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016).
18