Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA

Oleh :
1. PRASETYO RATRI NS NIM : 19513672
2. IRVAN YAHYA HANDIKA NIM : 19513681
3. RIZKI AGA INDIRANATA NIM : 19513670
4. FADHILATUL MAULIDIYAH NIM : 19513579
5. ALI MUSTAQIM NIM : 19513674

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KADIRI
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda
padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir
karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena
ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan molekul dalam zat
padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil pada
perubahan bentuk karena gesekan.
Dengan mengetahui prinsip-prinsip dasar mengoperasikan aliran dalam
pipa, diharapkan agar setiap mahasiswa jurusan teknik sipil mempunyai
keahlian dan keterampilan sehingga mampu berfikir kreatif dan dinamis
dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi di dunia kerja secara
efektif dan efisien.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


Percobaan saluran tertutup ini mempunyai maksud agar para mahasiswa
dapat mengetahui secara praktis di lapangan tentang saluran tertutup, seperti
teori yang diperoleh di mata kuliah Mekanika Fluida.
Adapun beberapa tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui cara mengukur debit air yang melewati pintu ukur Thomson.
2. Menghitung kecepatan air dalam pipa serta kehilangan tinggi tekan
sehingga dapat menggambarkan kemiringan garis energi (energy gradient)
dan kemiringan garis hidrolik (hidraulic gradient) baik pada pipa datar atau
pada pipa miring.
3. Menentukan jenis aliran dengan melihat bilangan Reynold ( Re )
4. Menghitung besarnya faktor gesekan f dengan memakai rumus Darcy –
Weisbach serta koefisien Cheezy (C). Sehingga dapat diketahui besarnya
penyimpangan debit aliran antara alat ukur Thomson dengan perhitungan
malalui rumus Cheezy.

1
5. Menentukan tebal lapisan air sehingga kita dapat mengetahui juga jenis
saluran.
6. Membandingkan sifat hidrolik berdasarkan hasil percobaan pada butir 1
sampai dengan butir 5 antara saluran tertutup datar dan miring pada
keadaan keluaran (Outlet) bebas, tidak bebas, dan tenggelam (submerged).
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun beberapa tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur debit air yang melewati pintu
ukur Thomson.
2. Mahasiswa dapat menghitung kecepatan air dalam pipa serta kehilangan
tinggi tekan sehingga dapat menggambarkan kemiringan garis energi
(energy gradient) dan kemiringan garis hidrolik (hidraulic gradient) baik
pada pipa datar atau pada pipa miring.
3. Mahasiswa dapat menentukan jenis aliran dengan melihat bilangan
Reynold ( Re )
4. Mahasiswa dapat menghitung besarnya faktor gesekan f dengan memakai
rumus Darcy – Weisbach serta koefisien Cheezy (C). Sehingga dapat
diketahui besarnya penyimpangan debit aliran antara alat ukur Thomson
dengan perhitungan malalui rumus Cheezy.
5. Mahasiswa dapat menentukan tebal lapisan air sehingga kita dapat
mengetahui juga jenis saluran.
6. Mahasiswa dapat membandingkan sifat hidrolik berdasarkan hasil
percobaan pada butir 1 sampai dengan butir 5 antara saluran tertutup datar
dan miring pada keadaan keluaran (Outlet) bebas, tidak bebas, dan
tenggelam (submerged).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Aliran Dalam Pipa
Aliran dalam pipa adalah aliran zat cair atau fluida pada saluran
tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang digunakan untuk
mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida atau zat cair
(termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena
kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena
ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan molekul dalam
zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil pada
perubahan bentuk karena gesekan. Zat padat mempertahankan suatu
bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar
diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk
maupun volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak
mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair mengikuti bentuk
wadahnya dan volumenya dapat diubah hanya jika diberikan padanya
gaya yang sangat besar dan gas tidak mempunyai bentuk dan maupun
volume yang tetap, gas akan berkembang mengisi seluruh wadah.
Karena fase cair dan gas tidak mempertahankan suatu bentuk yang
tetap, keduanya mempunyai kemampuan untuk mengalir. Dengan
demikian kedua-duanya sering secara kolektif disebut sebagai fluida.
Gambar 2.1 Aliran dalam pipa

Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan
tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila
zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran
saluran terbuka atau karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan
atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak penuh), aliran temasuk dalam
pengaliran terbuka. Karena mempunyai permukaan bebas, maka fluida
yang dialirkan dalah zat cair. Tekanan dipermukaan zat cair disepanjang
saluran terbuka adalah tekanan atmosfer.

Jenis-Jenis Aliran Dalam Pipa


a). Aliran Laminer
Laminer bersal dari bahasa latin thin plate yang berarti plate tipis
atau aliran sangat halus. Pada aliran laminer, gaya viscous (gesek)
yang relatif besar mempengaruhi kecepatan aliran sehingga semakin
mendekati dinding pipa, semakin rendah kecepatannya. Secara teori,
aliran ini berbentuk parabola dengan bagian tengah mempunyai
kecepatan paling pinggir mempunyai kecepatan paling rendah akibat
adanya gaya gesekan.
Gambar 2.2 Aliran Laminer

b). Aliran Turbulen


Pada aliran turbulen, gaya momentum aliran lebih besar
dibandingkan gaya gesekan dan pengaruh dari dinding pipa menjadi
kecil. Karenanya aliran turbulen memberikan profil kecepatan yang
lebih seragam dibandingkan aliran laminer, walaupun pada lapisan
fluida dekat dinding pipa tetap laminer. Profil kecepatan pada daerah
transisi antara laminer dan turbulen dapat tidak stabil dan sulit untuk
diperkirakan karena aliran dapat menunjukkan sifat dari daerah aliran
laminer maupun turbulen atau osilasi antara keduanya. Pada beberapa
tempat, aliran turbulen dibutuhkan untuk pencampuran zat cair

Gambar 2.3 Aliran Turbulen

Untuk pipa-pipa halus dan kasar hukum-hukum tahanan universal


dapat diturunkan dari :

............................................................ (1.1)
Keterangan:
f = faktor gesek.
τ = tegangan geser pada dinding pipa.
= kerapatan air (density).
V = kecepatan aliran.
Untuk menentukan tegangan geser yang ditimbulkan oleh
turbulensi, dipandang aliran zat cair melalui suatu elemen dengan luas
dA.

c). Aliran Transisi


Aliran transisi yaitu merupakan salah satu aliran-aliran peralihan
dari aliran laminar ke aliran yang turbulen.

Gambar 2.4 Aliran Transisi


Untuk aliran laminer dan turbulen terdapat rumus yang berbeda.
Sebagai patokan apakah suatu aliran itu laminer atau turbulen, dipakai
bilangan Reynolds:
vD
Re  ............................................................ (1.2)

Keterangan :
Re = Bilangan Reynold
v = Kecepatan aliran dalam pipa
(m/det) D = Diameter pipa (m)
 = Kekentalan kinematik air pada suhu tertentu (m2/det)
Tabel 2.1 Kekentalan Kinematik Air
Suhu Kekentalan Kinematik Suhu Kekentalan Kinematik
(oC) (m2/det) (oC) (m2/det)
0 1.785 . 10-6 40 1.658 . 10-6
5 1.519 . 10-6 50 1.553 . 10-6
10 1.306 . 10-6 60 1.474 . 10-6
15 1.139 . 10-6 70 1.413 . 10-6
20 1.003 . 10-6 80 1.364 . 10-6
25 1.893 . 10-6 90 1.326 . 10-6
30 1.800 . 10-6 100 1.294 . 10-6
Sumber: Priyantoro, 1991

Dari perhitungan bilangan Reynold, maka sifat aliran di dalam pipa


dapat diketahui dengan kriteria sebagai berikut (Triatmodjo, 1996):
 Re < 2000 aliran bersifat laminer
 Re = 2000 – 4000 aliran bersifat transisi
 Re > 4000 aliran bersifat turbulen

Variasi kecepatan aliran dalam pipa pada bagian inlet dan pada
bagian sepanjang pipa dapat dijelaskan dengan gambar berikut :

Gambar 2.5 Pola aliran (flow pattern) pada bagian inlet


Gambar 2.6 Konsep aliran tekan dalam pipa

Jenis aliran fluida didalam pipa tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
2.2 Kecepatan fluida (V) didefinisikan besarnya debit aliran yang
mengalir persatuan luas.

V= ................................................................. (1.3)

2.3 Debit (Q) didefinisikan suatu kecepatan aliran fluida yang


memberikan banyaknya volume fluida dalam pipa.

Q = A х V [ m3.detik ]...........................................(1.4)

Keterangan :
V = kecepatan aliran (m)
Q = laju aliran (m3)
A = luas pipa (m2)

2.1.2 Debit Pada Alat Ukur Thomson


Alat ukur Thomson berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut
90º, disebut sesuai dengan nama orang yang menggunakan pertama kali
yaitu orang Inggris bernama Y. Thomson. Sekat ukur ini digunakan
untuk mengukur debit yang relatif kecil dan sering dipakai untuk
mengukur air saluran tersier dan kwarter atau di kebun tebu. Alat ini
dapat dibuat dalam bentuk yang dapat dipindah-pindahkan (portable).
Menghitung debit pada alat ukur thomson menggunakan rumus
sebagai berikut:

.................................................................................... (1.5)

Keterangan :
Q = debit air (m3/detik)
H = tinggi air (m)
k = koefisien debit (ml/2/detik)
= 1,3533 + ( 0,004/h ) + 0,167 ( 8,4 + 12/√D ) x ( h/B – 0,09 )2
D = tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari mercu ( m )
B = lebar alat ukur Thomson

2.1.3 Kemiringan Garis Hidrolik dan Kemiringan Garis Energi


Tinggi hydraulik (hydraulic grade) adalah jumlah dari tinggi letak
(z) dan tinggi tekanan( p/γ ). Untuk aliran saluran terbuka, tinggi
tekanan adalah elevasi permukaan air (karena tekanan di permukaan
adalah sama dengan nol/ diukur terhadap tekanan atmosfer). Apabila
elevasi tersebut di gambar disepanjang permukaan saluran akan didapat
garis tekanan (hydraulic grade line) atau HGL.

Garis Hidrolik = H mengalir – H tidak mengalir...........................(1.6)

Tinggi energi (energy grade) adalah jumlah dari tinggi letak, tinggi
tekanan dan tinggi kecepatan atau tinggi hydraulik ditambah tinggi
kecepatan (V2/2g). Ini adalah elevasi dimana air akan naik dalam
kolom Pipa Pitot yang diletakkan di dalam aliran ( suatu alat yang sama
dengan alat yang disebut piezometer).

Apabila digambarkan sepanjang aliran maka akan didapat garis


energi (energy grade line), atau EGL. Pada suatu danau atau waduk
(reservoir) dimana kecepatan aliran sama dengan nol maka garis energi
berimpit dengan garis tekanan ( EGL sama dengan HGL).
Garis Energi = Garis Hidrolik + V2 /2g..................................(1.7)
Keterangan :
V = Kecepatan (Q / A)
Q = debit air pada Thomson
A = luas penampang pipa ( A = ¼ . π . d2 )

Gambar 2.7 Garis HGL dan EGL

2.1.4 Kehilangan Tinggi Tekan


Kehilangan tinggi tekan terdiri atas kehilangan tinggi tekan mayor
dan minor, atau head losses mayor dan head losses minor. Head losses
mayor disebabkan karena kehilangan gesekan di dalam pipa-pipa, dan
head losses minor disebabkan karena kehilangan di dalam belokan-
belokan, reduser, katup-katup, dan sebagainya (Sularso dan Tahara,
2006).
Head losses mayor terutama disebabkan gesekan dan turbulensi
cairan. Head losses minor disebabkan oleh penambahan penampang
antara lain oleh lubang masuk, penyempitan tiba-tiba, pembelokan,
lubang keluar, dan sebagainya. Dalam pipa panjang (mempunyai
panjang 1000 kali diameternya), kehilangan tinggi tekan karena
gesekan adalah hal yang paling berpengaruh sehingga kehilangan tinggi
tekan kecil dapat diabaikan karena kecil sekali. Akan tetapi dalam pipa
pendek (mempunyai panjang kurang dari 1000 kali diameternya),
kehilangan tinggi tekan kecil harus ikut diperhatikan.

Gambar 2.8 Koefisien kehilangan tinggi tekan K pipa tertentu.

Gambar 2.9 Koefisien kehilangan tinggi tekan K untuk pipa belokan halus.
Gambar 2.10 Koefisien kehilangan tinggi tekan K untuk pipa dengan pembesaran
bentuk kerucut
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, Tanggal 29 September 2019 Jam
16.30 WIB di Laboraturium Teknik Sipil Universitas Kadiri.
3.2 Peralatan
1. Pipa saluran
2. Mistar dan roll meter
3. Pengukur debit Thomson
4. Jangka sorong dan thermometer
5. Manometer

Gambar 3.1 Thomson


Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3.2 Manometer
Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3.3 Plunk Pool


Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3.4 Meteran
Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3.5 Penggaris


Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3.6 Jangka Sorong
Sumber : Dokumen Pribadi

3.2.1 Menentukan Indeks Meteran Taraf Terhadap Mercu Thomson

a. Penyipat datar (waterpass) dipasang kira-kira berjarak 5 meter dari


mercu Thomson lalu diarahkan pada meteran taraf sehingga terbaca
b, sedangkan pada keadaan ini nonius meteran taraf terbaca c.
Pekerjaan ini dilakukan tiga kali dengan kedudukan meteran taraf
diturunkan dinaikkan supaya terdapat harga indeks meteran taraf
yang teliti.
b. Tabung meteran taraf dikeluarkan dari cincin, kemudian ujungnya
diletakkan pada ujung segitiga dari alat pengukur Thomson dan
dilakukan pembacaan lagi dengan alat waterpass. Dalam keadaan ini
pada tabung meteran taraf terbaca.

Pembacaan ini dilakukan tiga kali

Indeks = a + ( c – b )

3.2.2 Mengukur Diameter Pipa

Diamater pipa diukur dengan jangka sorong, baik diameter luar


maupun diameter dalam dari pipa guna mengetahui tebal pipa,
sedangkan jarak antara masing-masing tabung pipa diukur dengan
meteran.
3.2.3 Cara Mengalirkan Air
Percobaan ini dilakukan dengan suatu sistem pipa dari suatu
resevoir satu ke resevoir yang lain. Air dialirkan ke dalam bak
tampungan bagian hulu (resevoir satu) dengan pompa listrik sampai
muka air di resevoir satu berada pada kedudukan yang tepat diatas
jarum meteran taraf. Dalam keadaan ini dapat diukur tinggi muka air
dari dasar kolam ( D ). Dari pengukuran D ini akan dapat dihitung nilai
h (tinggi muka air pada alat ukur Thomson).

Dengan :
h = D – Indeks Point Gauge
Jika h terhitung, maka debit Thomson dapat dicari dengan rumus

Gambar 3.8

Air disalurkan dari resevoir 1 (hulu pemasukan) ke resevoir 2 (hulu


pengeluaran) melalui pipa datar maupun pipa miring, dimana dalam
proses ini akan terdapat aliran bebas, tidak bebas, dan tenggelam.
a. Aliran bebas dapat terjadi apabila muka air yang melalui pipa
keluaran itu dapat mengalir ke pipa resevoir 2 dengan bebas tanpa
adanya halangan dari muka air.
b. Aliran tidak bebas terjadi apabila muka air pada resevoir 2 berada
pada kedudukan tepat diatas diameter pipa keluaran, sehingga air
yang mengalir diatas pipa keluaran itu tidak bebas mengalir karena
adanya halangan dari muka air di resevoir 2. Akibatnya air didalam
pipa akan terdesak menuju resevoir 1, hal ini akan menyebabkan
tinggi air pada resevoir 1 naik.
c. Aliran tenggelam terjadi apabila muka air pada resevoir 2 berada
kedudukan jauh diatas pipa keluaran, sehingga air yang mengalir
pada pipa keluaran itu terhalang oleh muka air pada resevoir 2.
Akibatnya aliran air dalam pipa akan terdesak menuju resevoir 1.
Hal ini akan menyebabkan tinggi air pada resevoir 1 naik lebih
tinggi.
3.2.4 Pembacaan Muka Air Manometer
Pembacaan dilakukan pada saat air tidak mengalir. Pada saat air
mengalir, pembacaan dilakukan pada saat keadaan debit sudah
mencapai pada kondisi konstan (tetap), juga dibaca meteran taraf pada
alat ukur Thomson serta suhu air.
3.2.5 Pembacaan Tinggi Muka Air Hulu (pemasukan) dan
Hilir (pengeluaran)
Pembacaan dilakukan setelah keadaan air stabil. Pembacaan ini
dimaksudkan untuk menentukan pambacaan aliran, apakah bebas (free
flow), tidak bebas, atau tenggelam (submerged) dibagian hilir.
Percobaan diatas bertujuan untuk mengukur nilai D (tinggi muka
air didasar saluran ke titik terendah mercu), B (lebar resevoir hulu),
jarak antar pipa manometer, tinggi muka air hulu pemasukan dan hilir
keluaran, tinggi air di pipa manometer. Dari data terukur ini dapat
dihitung :
 h (tinggi air pada alat ukur Thomson)
 k (koefisien debit)
 Kemiringan garis hidrolik (Hydraulik Gradient)
 Kemiringan garis energi (Energy Gradient)
 Kehilangan tinggi tekan (head loss)
 Jenis Aliran
 Kontrol debit
 Jenis saluran
 Q (debit pada alat ukur Thomson)
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Percobaan


4.1.1 Menentukan Tinggi Muka Air Thomson Tabel 4.1

Tinggi muka air


Indeks Point
Pembacaan Muka Air Keterangan
Gauge
Belum aliran = 0 cm
Setengah aliran = 4 cm
B = 60 cm
A = 10 cm Aliran penuh = 6 cm
D = 20 cm
46
rata-rata b   5cm
2
Tinggi Muka
a -b = c
Air
Sumber : Hasil Pengamatan

4.1.2 Menentukan Diameter Pipa dan Jarak Pipa Manometer Tabel 4.2

Diameter pipa
Diameter luar Diameter dalam Jarak
Manometer
(cm ) (cm) ( cm )

1–2 6 5,5 56
2-3 6 5,5 50
3-4 6 5,5 49
4–5 6 5,5 50
5–6 6 5,5 52
6–7 6 5,5 52
7–8 6 5,5 51
(Sumber : Hasil Pengamatan)
4.1.3 Keadaan Sebelum
Aliran Percobaan I :
1. Tinggi muka air
Dihulu (h1) = 0 cm (diukur dari alat ukur Thomson)
Dihilir (h2) = 1 cm (diukur dari inlet dengan acuan
titik rendah pipa)
2. Suhu = 25 oC
3. Pembacaan Muka Air Pada Manometer

Tabel 4.3 Muka air sebelum aliran pada manometer


Keadaan Nomor Tabung
Air h1 h2 h3 h4 h5 h6 h7 h8

Mengalir 1,7 1,5 1,3 1,2 1,0 0,8 0,5 0,4


(Sumber : Hasil Pengamatan)
4.1.4 Keadaan Aliran
Setengah Percobaan II :
1. Tinggi muka air
Dihulu (h1) = 4 cm (diukur dari alat ukur Thomson)
Dihilir (h2) = 4,5 cm (diukur dari inlet dengan acuan
titik rendah pipa)
2. Suhu = 25 oC
3. Pembacaan Muka Air Pada Manometer

Tabel 4.3 Muka air setengah aliran pada manometer


Keadaan Nomor Tabung
Air h1 2 3 4 5 6 7 8

Mengalir 4,7 4,5 4,2 4,0 3,6 3,3 3,0 2,8


(Sumber : Hasil Pengamatan)
4.1.5 Keadaan Aliran Penuh
Percobaan III :
1. Tinggi muka air
Dihulu (h1) = 6 cm (diukur dari alat ukur Thomson)
Dihilir (h2) = 5,5 cm (diukur dari inlet dengan acuan titik
rendah pipa)
2. Suhu = 25 oC
3. Pembacaan Muka Air Pada Manometer
Tabel 4.4 Muka air setengah aliran pada manometer
Keadaan Nomor Tabung
Air 1 2 3 4 5 6 7 8

Mengalir 5,5 5,5 5,5 5,5 5,3 5,3 5,1 5,0


(Sumber : Hasil Pengamatan)

4.1.6 Menentukan Tinggi Muka Air Pada Bak Peredam Energi


(Plunk Pool)

 Tiap 20 cm
Tabel 4.5 Muka air pada Plunk Pool tiap 20 cm
Sebelum
Setengah Aliran Aliran Penuh
Nomor Aliran
(cm) (cm)
(cm)

1–2 2 2,7 3,6


2-3 17 17,5 18,2
3-4 16,5 17,5 18,2
4–5 12 13 13,5
5–6 5 6,2 7

(Sumber : Hasil Pengamatan)


 Tiap 10 cm
Tabel 4.6 Muka air pada Plunk Pool tiap 10 cm
Sebelum
Setengah Aliran Aliran Penuh
Nomor Aliran
(cm) (cm)
(cm)

1–2 1,92 3,04 4,16


2-3 1,92 3,04 3,92
3-4 1,76 3,00 3,68
4–5 1,52 1,84 2,88
5–6 0,80 1,36 2,40
6–7 0,80 1,44 2,64
7–8 0,40 1,44 2,16
8–9 0,32 0,96 2,24
9 – 10 0,00 0,64 1,68
10 – 11 0,00 1,04 1,84
11 – 12 0,40 1,12 2,00
12 – 13 0,24 1,12 1,92
13 – 14 0,00 1,20 2,32
14 – 15 0,00 1,04 1,68

(Sumber : Hasil Pengamatan)


4.1.7 Menentukan Panjang Loncatan Dari Pipa
1. Aliran Setengah = 4 cm
2. Aliran Penuh = 7 cm

4.2 Hasil Pengolahan Data


4.2.1 Menghitung Debit Air Pada Alat Ukur Thomson
Diketahui :
B= 60 cm = 0,6 m
D= 20 cm = 0,2 m
a = 10 cm = 0,10 m
b = 5 cm = 0,05 m
h = a–b = 0,05 m
Maka :
0,004 2
 12   h 
k = 1,3533 + 0,0167 8,4   x   0,09 
+
h  D B 
0,004   0,05 2
 12 
= 1,3533 + + 0,0167 8,4   x   0,09 

0,05  0,2   0,6 


= 1,433 m0,5/dt

Sehingga didapat :
Q = k . h5/2
= 1,433 . ( 0,05 )5/2
= 0,0008 m3/dt

= 0,014 + 0,006 = 0,0200

4.2.2 Menentukan kecepatan aliran


Untuk manometer 1 s.d 8
V = 0,0008 /{ 1/4 . 3,14 . ( 0,055 )2 }
= 0,337 m/dt
Contoh Perhitungan :
H1 = 0,010 m (berdasarkan data)
H0 = 0 m
Hg = 0,017 - 0 = 0,017 m

V2/2g = 0,3372 / 2. 9,81


= 0,006 m

4.2.3 Menentukan Kemiringan Garis Hidrolik (Hydraulic Gradient)


dan Kemiringan Garis Energi (Energy Gradient)

Diketahui :
Diameter dalam pipa = 5,5 cm = 0,055 m
Tabel 4.7 Perhitungan GH dan GE
Penuh
GH - ∆H
Setengah
GH1 0,055-0,047 0,800
GH2 0,055-0,045 1,000
GH3 0,055-0,042 1,300
GH4 0,055-0,040 1,500
GH5 0,053-0,036 1,700
GH6 0,053-0,033 2,000
GH7 0,051-0,030 2,100
GH8 0,050-0,028 2,200
∑rata-rata 1,575
(Sumber : Hasil Perhitungan)

i = ∆H/L = 0,002/0,56 = 0,004 m = 0,4 cm


GE = GH (sebelum aliran) rata-rata + (V2/2g)
= 1,575 + 0,006 = 1,581
4.2.4 Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan ( Head Loss )
Percobaan I : Sebelum Aliran
Percobaan II : Aliran Setengah
Percobaan III : Aliran Penuh

Contoh Perhitungan :
h1 = 0,017 m
h2 = 0,015 m
Hf = 0,023 – 0,021
= 0,002 m

S = ∑hf/L
= 0,02 / 4 = 0,00425
Tabel 4.8 Perhitungan Kehilangan Tinggi Tekan
1 2 3 4 5 6 7 8 Rata-
Percobaan ∑
rata
S

h 0,017 0,015 0,013 0,012 0,010 0,008 0,005 0,004


Sebelum
Aliran ∆h 0,002 0,002 0,001 0,002 0,002 0,003 0,001 0,004 0,02 0,002 0,00425

L 0,560 0,500 0,490 0,500 0,520 0,520 0,551 0,200 3,84 0,480

i=∆h/L 0,004 0,004 0,002 0,004 0,004 0,006 0,002 0,020 0,05 0,006

h 0,047 0,045 0,042 0,040 0,036 0,033 0,030 0,028


Aliran
Setengah ∆h 0,002 0,003 0,002 0,004 0,003 0,003 0,002 0,028 0,05 0,006 0,012

L 0,560 0,500 0,490 0,500 0,520 0,520 0,551 0,200 3,84 0,480

i=∆h/L 0,004 0,006 0,004 0,008 0,006 0,006 0,004 0,140 0,18 0,022

h 0,055 0,055 0,055 0,055 0,053 0,053 0,051 0,050


Aliran
Penuh ∆h 0,000 0,000 0,000 0,002 0,000 0,002 0,001 0,050 0,06 0,007 0,014

L 0,560 0,500 0,490 0,500 0,520 0,520 0,551 0,200 3,28 0,410

i=∆h/L 0,000 0,000 0,000 0,004 0,000 0,004 0,002 0,250 0,26 0,032
(Sumber : Hasil Perhitungan)

4.2.5 Menentukan Jenis Aliran

Tabel 4.9 Hubungan Kekentalan Kinematis dan Temperatur


Temperatur t (oC ) 0 5 10 20 25 30 35 100

υ = ……x 10-6 m2/dt 1,794 1,519 1,310 1,010 0,897 0,657 0,657 0,00

Karena temperatur telah didapatkan dari data, maka kita tidak


menghitung kekentalan kinematis dengan cara interpolasi. Suhu yang
didapatkan sebesar 25oC dengan kekentalan kinematis sebesar 0,897
mm2/dt
Contoh Perhitungan :
Re = ( V . D ) / υ
= ( 0,337 x 0,055 ) / 0,000000897 = 20.689,27
Re > 4000  ( Aliran Turbulen )
Tabel 4.10 Perhitungan Jenis Aliran Debit
Suhu υ V D Jenis
Percobaan Pipa Re
(˚C) (m2/dt) (m/dt) (m) aliran
1–2 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

2-3 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

3-4 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen


Sebelum
4–5 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen
Aliran
5–6 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

6–7 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

7–8 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

1–2 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

2-3 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

3-4 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen


Aliran
4–5 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen
Setengah
5–6 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

6–7 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

7–8 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

1–2 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

2-3 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

3-4 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen


Aliran
4–5 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen
Penuh
5–6 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

6–7 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

7–8 25 0,000000897 0,337 0,055 20689,27 Turbulen

(Sumber : Hasil Perhitungan)

4.2.6 Kontrol Debit


Contoh Perhitungan :
Hf = 0,001 m
D = 0,055 m
L = 0,49 m
V = 0,337 m/dt
f 3-4 = 0,001. (0,055/0,49). (2.9,81/0,114)
= 0,019
Tabel 4.11 Penentuan Koefisien Gesek
Percobaan Pipa Hf(m) D(m) L(m) V(m/dt) 2g V2 2g/V2 D/L f

1–2 0,002 0,055 0,56 0,337 19,62 0,114 172,325 0,098 0,034

2-3 0,002 0,055 0,5 0,337 19,62 0,114 172,325 0,110 0,038

3-4 0,001 0,055 0,49 0,337 19,62 0,114 172,325 0,112 0,019

Sebelum 4–5 0,002 0,055 0,5 0,337 19,62 0,114 172,325 0,110 0,038
Aliran
5–6 0,002 0,055 0,52 0,337 19,62 0,114 172,325 0,106 0,036

6–7 0,003 0,055 0,52 0,337 19,62 0,114 172,325 0,106 0,055

7–8 0,001 0,055 0,51 0,337 19,62 0,114 172,325 0,108 0,019

1–2 0,002 0,055 0,56 0,337 19,62 0,114 172,325 0,098 0,034

2-3 0,003 0,055 0,5 0,337 19,62 0,114 172,325 0,110 0,057

3-4 0,002 0,055 0,49 0,337 19,62 0,114 172,325 0,112 0,039

Aliran 0,004 0,055 0,5 0,337 19,62 0,114 172,325 0,110 0,076
4–5
Setengah
5–6 0,003 0,055 0,52 0,337 19,62 0,114 172,325 0,106 0,055

6–7 0,003 0,055 0,52 0,337 19,62 0,114 172,325 0,106 0,055

7–8 0,002 0,055 0,51 0,337 19,62 0,114 172,325 0,108 0,037

1–2 0,000 0,055 0,56 0,337 19,62 0,114 172,325 0,098 0,000

2-3 0,000 0,055 0,5 0,337 19,62 0,114 172,325 0,110 0,000

3-4 0,000 0,055 0,49 0,337 19,62 0,114 172,325 0,112 0,000

Aliran 4–5 0,002 0,055 0,5 0,337 19,62 0,114 172,325 0,110 0,038
Penuh
5–6 0,000 0,055 0,52 0,337 19,62 0,114 172,325 0,106 0,000

6–7 0,002 0,055 0,52 0,337 19,62 0,114 172,325 0,106 0,036

7–8 0,001 0,055 0,51 0,337 19,62 0,114 172,325 0,108 0,019

(Sumber : Hasil Perhitungan)


Contoh Perhitungan :
8g = 8. 9,81 = 78,48 m/dt2
f = 0,019
C3-4 = (78,48/0,024)0,5
= 63,697 (m1/2/dt)

Tabel 4.12 Penentuan Koefisien Cheezy


Percobaan Pipa 8g f C
1–2 78,48 0,034 48,151
2-3 78,48 0,038 45,498
3-4 78,48 0,019 63,697
Sebelum
4–5 78,48 0,038 45,498
Aliran
5–6 78,48 0,036 46,399
6–7 78,48 0,055 0,000
7–8 78,48 0,019 64,984
1–2 78,48 0,034 48,151
2-3 78,48 0,057 37,149
3-4 78,48 0,039 45,041
Aliran
4–5 78,48 0,076 32,172
Setengah
5–6 78,48 0,055 37,885
6–7 78,48 0,055 37,885
7–8 78,48 0,037 45,951
1–2 78,48 0,000 0,000
2-3 78,48 0,000 0,000
3-4 78,48 0,000 0,000
Aliran
4–5 78,48 0,038 45,498
Penuh
5–6 78,48 0,000 0,000
6–7 78,48 0,036 46,399
7–8 78,48 0,019 64,984
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Contoh Perhitungan :
V cheezy (3-4) = C . ( R . S )0,5
= 63,6974  (0,0138  0,0020)0,5
= 0,3374
Q cheezy (3-4) = V cheezy . A
= 0,3374  0,0024
= 0,0008

Tabel 4.13 Penentuan Debit Rumus Cheezy


A P R Hf L V Q
Percobaan Pipa 2
C S=hf/L
(m ) (m) (A/P) (m) (m) Chezy Chezy
1–2 0,0024 0,1727 0,0138 48,1507 0,0020 0,5600 0,0036 0,3374 0,0008
2-3 0,0024 0,1727 0,0138 45,4981 0,0020 0,5000 0,0040 0,3374 0,0008
3-4 0,0024 0,1727 0,0138 63,6974 0,0010 0,4900 0,0020 0,3374 0,0008
Sebelum 4–5 0,0024 0,1727 0,0138 45,4981 0,0020 0,5000 0,0040 0,3374 0,0008
Aliran
5–6 0,0024 0,1727 0,0138 46,3992 0,0020 0,5200 0,0038 0,3374 0,0008
6–7 0,0024 0,1727 0,0138 0,0000 0,0030 0,5200 0,0058 0,0000 0,0000
7–8 0,0024 0,1727 0,0138 64,9843 0,0010 0,5100 0,0020 0,3374 0,0008
1–2 0,0024 0,1727 0,0138 48,1507 0,0020 0,5600 0,0036 0,3374 0,0008
2-3 0,0024 0,1727 0,0138 37,1491 0,0030 0,5000 0,0060 0,3374 0,0008
3-4 0,0024 0,1727 0,0138 45,0409 0,0020 0,4900 0,0041 0,3374 0,0008
Aliran 4–5 0,0024 0,1727 0,0138 32,1720 0,0040 0,5000 0,0080 0,3374 0,0008
Setengah
5–6 0,0024 0,1727 0,0138 37,8848 0,0030 0,5200 0,0058 0,3374 0,0008
6–7 0,0024 0,1727 0,0138 37,8848 0,0030 0,5200 0,0058 0,3374 0,0008
7–8 0,0024 0,1727 0,0138 45,9509 0,0020 0,5100 0,0039 0,3374 0,0008
1–2 0,0024 0,1727 0,0138 0,0000 0,0000 0,5600 0,0000 0,0000 0,0000
2-3 0,0024 0,1727 0,0138 0,0000 0,0000 0,5000 0,0000 0,0000 0,0000
3-4 0,0024 0,1727 0,0138 0,0000 0,0000 0,4900 0,0000 0,0000 0,0000
Aliran 4–5 0,0024 0,1727 0,0138 45,4981 0,0020 0,5000 0,0040 0,3374 0,0008
Penuh
5–6 0,0024 0,1727 0,0138 0,0000 0,0000 0,5200 0,0000 0,0000 0,0000
6–7 0,0024 0,1727 0,0138 46,3992 0,0020 0,5200 0,0038 0,3374 0,0008
7–8 0,0024 0,1727 0,0138 64,9843 0,0010 0,5100 0,0020 0,3374 0,0008

(Sumber : Hasil Perhitungan)


4.2.7 Perhitungan Kesalahan Relatif
Debit dan kecepatan dari perhitungan dengan perhitungan rumus
Cheezy kemudian dibandingkan dengan debit dan kecepatan yang
didapat dari pengukuran tingkat muka air pada alat ukur Thompson.

XCheezy – XPipa
KR(%) = X 100%
XCheezy

0,0008 – 0,0008
KR(%) = X 100% = 0 %
0,0008
Dengan : X untuk Q ataupun V

Tabel 4.14 Perhitungan Kesalahan Relatif


Q pipa Q chezzy KR V pipa V Chezzy KR
Percobaan Pipa
(m3/dt) (m3/dt) (%) (m/dt) (m/dt) (%)
1–2 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
2-3 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
3-4 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
Sebelum 4–5 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
Aliran 5–6 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
6–7 0,0008 0,0000 0,000000 0,337 0,0000 0,000
7–8 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
1–2 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
2-3 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
3-4 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
Aliran 4–5 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
Setengah 5–6 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
6–7 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
7–8 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
1–2 0,0008 0,0000 0,000000 0,337 0,0000 0,000
2-3 0,0008 0,0000 0,000000 0,337 0,0000 0,000
3-4 0,0008 0,0000 0,000000 0,337 0,0000 0,000
Aliran 4–5 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
Penuh 5–6 0,0008 0,0000 0,000000 0,337 0,0000 0,000
6–7 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000
7–8 0,0008 0,0008 0,000000 0,337 0,3374 0,000

(Sumber : Hasil Perhitungan)


4.2.8 Menentukan Jenis Saluran
Berdasarkan kriteria :
δ/K <1/6 = Saluran Hidrolik Kasar
1/6 < δ/K < 4 = Saluran Hidrolik Transisi
δ/K >4 = Saluran Hidrolik Halus

12υ
δ= ( g. S . R )0,5

12  0.000000897
=
(9,810,00360,0138)0,5
= 0,0005

Harga k ditentukan berdasarkan rumus Calebrock :

K = R [( 12 / 10c/18 ) – ( C / Re )]
= 0,0138 [( 12 / 1048,1507/18) – (48,1507 / 20689,27)]
= -0,00000320

K=δ/K
= 0,005 / -0,00000320

= -0,0000  Saluran Hidrolik Kasar


Tabel 4.15 Perhitungan Kriteria Saluran

S R u d Jenis
Percobaan Pipa Re C K δ /K
Saluran
(Hf/L) (A/P) (m2/dt) (m)

1–2
0,0036 0,0138 0,000000897 0,0005 20689,27 48,1507 -0,000032 -15,325 kasar

2-3
0,0040 0,0138 0,000000897 0,0000 20689,27 45,4981 -0,000030 0,000 kasar

3-4
0,0020 0,0138 0,000000897 0,0006 20689,27 63,6974 -0,000042 -15,325 kasar

Sebelum 4–5
0,0040 0,0138 0,000000897 0,0005 20689,27 45,4981 -0,000030 -15,325 kasar
Aliran
5–6
0,0038 0,0138 0,000000897 0,0005 20689,27 46,3992 -0,000031 -15,325 kasar

6–7
0,0058 0,0138 0,000000897 0,0000 20689,27 37,8848 -0,000025 0,000 kasar

7–8
0,0020 0,0138 0,000000897 0,0007 20689,27 64,9843 -0,000043 -15,325 kasar

1–2
0,0036 0,0138 0,000000897 0,0005 20689,27 48,1507 -0,000032 -15,325 kasar

2-3
0,0060 0,0138 0,000000897 0,0004 20689,27 37,1491 -0,000025 -15,325 kasar

3-4
0,0041 0,0138 0,000000897 0,0005 20689,27 45,0409 -0,000030 -15,325 kasar
Aliran 4–5
0,0080 0,0138 0,000000897 0,0003 20689,27 32,1720 -0,000021 -15,325 kasar
Setengah
5–6
0,0058 0,0138 0,000000897 0,0004 20689,27 37,8848 -0,000025 -15,325 kasar

6–7
0,0058 0,0138 0,000000897 0,0004 20689,27 37,8848 -0,000025 -15,325 kasar

7–8
0,0039 0,0138 0,000000897 0,0005 20689,27 45,9509 -0,000031 -15,325 kasar

1–2
0,0000 0,0138 0,000000897 0,0000 20689,27 0,0000 2,970000 0,000 kasar

2-3
0,0000 0,0138 0,000000897 0,0000 20689,27 0,0000 2,970000 0,000 kasar

3-4
0,0000 0,0138 0,000000897 0,0000 20689,27 0,0000 2,970000 0,000 kasar

Aliran 4–5
0,0040 0,0138 0,000000897 0,0000 20689,27 45,4981 -0,000030 0,000 kasar
Penuh
5–6
0,0000 0,0138 0,000000897 0,0000 20689,27 0,0000 2,970000 0,000 kasar

6–7
0,0038 0,0138 0,000000897 0,0000 20689,27 46,3992 -0,000031 0,000 kasar

7–8
0,0020 0,0138 0,000000897 0,0000 20689,27 64,9843 -0,000043 0,000 kasar

(Sumber : Hasil Perhitungan)

33
4.2.9 Pembahasan
Dari teori yang ada, nilai faktor gesekan (f) pada pipa tertutup
dengan bahan/jenis sama seharusnya diperoleh nilai yang sama pula.
Namun dari hasil percobaan kami, didapat nilai faktor gesekan (f) yang
berbeda. Hal ini dikarenakan kesalahan dalam pembacaan manometer,
sehingga nilai hf tidak begitu tepat.
Nilai faktor gesekan (f) yang berbeda juga mempengaruhi nilai
koefisien Cheezy (C) karena Nilai koefisien Cheezy didapat dari rumus
{(8xg)/f}0,5. Akibat nilai koefisien Cheezy yang berbeda
mengakibatkan pula nilai kekasaran pipa (K) yang berbeda. Selain
faktor kesalahan praktikum, perbedaan nilai kekasaran pipa bisa
disebabkan oleh kondisi pipa yang sudah berkarat atau berlumut.

34
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Umum
Dari praktikum hidrolika saluran tertutup ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengaliran air dari satu reservoir ke reservoir yang lain untuk
mengukur debit air akan diproses melewati pipa datar dimana akan
didapatkan data sebelum aliran, aliran setengah dan aliran penuh.
2. Perhitungan debit aliran antara alat ukur Thomson dengan
perhitungan melalui rumus Cheezy memberikan hasil yang tidak
jauh berbeda.
3. Kekentalan kinematis ( , kecepatan dan diameter pipa akan
berpengaruh pada bilangan Reynold.
4. Bilangan Reynold ini akan menentukan jenis aliran, apakah laminer
transisi ataupun turbulen.
5. Tebal Prandtl dan Koefisien Calebrock akan mempengaruhi jenis
saluran.
6. Semakin teliti pengukuran dan perhitungan maka semakin kecil
kesalahan yang terjadi.

5.1.2 Kesalahan Dalam Praktikum


Dalam hal ini ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
kesalahan, sehingga hasil yang diperoleh kurang sesuai dengan teori
hidrolika yang ada.
Kesalahan ini disebabakan oleh beberapa faktor :
1. Faktor alat.
2. Kesalahan alat, pembagian skala yang kurang tepat atau kesalahan
pada posisi manometer.
3. Faktor manusia : kesalahan disebabkan karena kesalahan
pengamatan, misal pembacaan skala yang kurang tepat.
4. Teknik pengukuran yang kurang sempurna.
5. Faktor lain yang bersifat kebetulan misalnya : faktor penaksiran
alat, kondisi percobaan yang tidak stabil, pengaruh lingkungan
yang mengganggu obyek.

5.2 Saran
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang
mungkin akan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa
pada khususnya :

1. Sebagai mahasiswa hendaknya memperbanyak studi pustaka agar ketika


melakukan praktikum mekanika fluida ini dapat melaksanakan dengan
baik dan benar, sesuai dengan pedoman terkini dan batas - batas yang
diijinkan.
2. Praktikum mekanika fluida ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa. Akan
tetapi adanya benturan dengan jadwal kerja menjadikan praktikum ini
tidak efektif. Kami mengharapkan untuk masa yang akan datang
pelaksanaan praktikum mekanika fluida ini dilaksanakan dengan jadwal
yang lebih terprogram.
LAMPIRAN

Pengukuran Tinggi Muka Air pada Plunk Pool


Proses Perpindahan Aliran dari Inlet ke Manometer
Pengukuran Panjang Loncatan dari Pipa ke Plunk Pool

Pengukuran Dimensi Box Thomson

Pengukuran Tinggi Muka Air pada Plunk Pool Jarak 10 cm


Pengukuran Diameter dan Tinggi Muka Air pada Manometer
Pengukuran Tinggi Muka Air pada Plunk Pool Jarak 20 cm

Foto Bersama Kelompok 16 Praktikum Mekanika Flui

Anda mungkin juga menyukai