Isi Acara 3
Isi Acara 3
Cara dan Alat Pengapian Sumbu Api antara lain hot wire fuse lighter , pull wire
fuse lighter, lead spitter fuse lighter, korek api, cigarette lighter dan igniter cord
(IC). Untuk memakai IC diperlukan penghubung yang disebut Igniter Cord
Conector.Rangkaian peledakan dengan sumbu api antara lain :
1. Pengisian lubang tembak
2. Peledakan tunggal (Single shot)
3. Peledakan lubang tembak banyak (Multiple
shot), dengan cara :
a. Cara Trimming
b. Dengan menggunakan Igniter Cord
c. Menggunakan IC dan sumbu api tidak sama panjang.
Gambar 5.1
Penampang Sumbu Api
Keterangan :
1. Inti
2. Isian (Bahan Peledak Low Explosive)
3. Enforcement (Pelindung Plastik untuk kedap air)
4. Pembungkus (textile/jute,aspal/plastik)
5.4 Pembahasan
Sumbu api, yaitu sumbu untuk menjalarkan api untuk meledakkan bahan peledak.
Selain itu juga diterangkan bahan pembungkus sumbu api dapat berupa textile
atau plastic.
Sumbu api juga dibedakan menurut kecepatannya, yaitu :
a. Kecepatan 120 s / yd
b. Kecepatan 90 s / yd
Berdasarkan pembungkusnya sumbu api ada 2 yaitu :
a. Dibungkus plastic
b. Dibungkus kain / textile
Dijelaskan pula beberapa cara peledakan yang menggunakan sumbu api, yaitu :
1. Peledakan sumbu api dengan satu lubang ledak
Peledakan sekunder dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a. Mud capping
Gambar 5.2
Mud Capping
b. Block Holing
Gambar 5.4
Snake Holing
Gambar 5.5
Peledakan dengan cara Trimming
Gambar 5.6
Peledakan dengan Igniter Cord / IC
suatu bahan peledak, dimana kompisisi dari sumbu api berupa bagian inti dan
pembungkus. Inti dari sumbu api terdiri dari low explosive, sedangkan
pembungkus berfungsi untuk melindungi inti dari gesekan dan masuknya air
serta untuk membuat agar nyala api terarah sampai ke bahan peledak.
3. Dalam prakteknya rangkian peledakan dengan sumbu api dapat dilengkapi
dengan igniter cord dan igniter connector serta dapat pula dengan cara
trimming.
Peledakan ada 2 yaitu :
Peledakan primer adalah peledakan yang pertama kali dilakukan
untuk menghancurkan massa batuan.
Peledakan sekunder adalah peledakan yang dilakukan pada
boulder-boulder yang besar hasil peledakan primer yang tak bisa
diangkut oleh Wheel Loader dan Dump Truck.
Peledakan sekunder ada 3 yaitu :
- Mud capping
- Snake holing
- Block holing
Gambar 6.4
Rangkaian Peledakan Berurutan
Keterangan :
Gambar 6.5
Rangkaian Peledakan Serentak
Keterangan :
1. Blasting machine / lighter 6. Stemming
2. Lead Wire / Sumbu Api 7. Isian (ANFO)
3. Detonator listrik/Detonator Biasa 8. Primer / Primadet
4. Sumbu ledak 9. Trunkline
5. Double “U” joint 10. Downline
Penggunaan sumbu ledak pada proses peledakan dapat juga dirangkai untuk
peledakan baik secara serentak maupun secara beruntun. Untuk peledakan secara
Gambar 7.1
Detonator Listrik
RConnecting wire .L
Keterangan:
µ = Tahanan jenis kawat
L = panjang kawat
Dan tahanan leading wire:
RLeading wire .L
Keterangan:
µ = Tahanan jenis kawat
Gambar 7.2
Rangkaian Seri
1 1 1
RDetonator .....
R1 R2 Rn
Keterangan:
R1 = tahanan detonator 1
R2 =tahanan detonator 2
n = jumlah detonator dalam baris
Dan tahanan kawat dapat dihitung dengan rumus:
RPenghantar RConnecting wire RLeading wire
Gambar 7.3
Rangkaian Paralel
Keterangan:
R1 = tahanan detonator 1
R2 =tahanan detonator 2
V = I x R … (Volt)
Untuk hubungan seri-paralel besar tahanan seluruh sama dengan tahanan pada
hubungan seri dibagi jumlah hubungan seri tersebut.
Gambar 7.5
Rangkaian Paralel – Seri
7.4. Pelaksanaan Praktikum
1. Pelaksanaan
Hari, tanggal : Senin , 16 September 2019
Sesi / jam : II / (10.00 – 12.30) WIB
Acara : III (Peralatan dan Perlengkapan Peledakan II)
2. Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
a. BM
b. Circuit Tester
Perlengkapan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
3. Gambar peralatan
4. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum dalam peledakan dengan listrik yaitu
a. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan dalam peledakan
dengan listrik.
b. Menyiapkan lubang ledakan (3 x 4 lubang)
7.5. Pembahasan
Diketahui:
Detonator 24 buah Panjang lead wire (21 AWG) =
R detonator = 1,8 Ω / detonator 500 m
Panjang conneting wire (24 I seri = 2 A
AWG) = 54 m I parallel = 2 A
Hitung:
a. Tahanan total
b. Voltase yang dibutuhkan
c. Daya yang dibutuhkan
Jawab:
1. Rangkaian Seri
a. Tahanan Total
R detonator = 24 x 1.8 Ω = 43,2 Ω
R conneting wire = 0,0842 Ω/m x 54 = 4,5468 Ω
R leading wire = 0,04198 Ω/m x 500 = 20,99 Ω
+
2. Rangkaian Paralel
a. Tahanan Total
1 / R detonator = 1/1,8 Ω x 24
R detonator = 1,8 Ω / 24 = 0.075 Ω
R conneting wire = 0.0842 Ω/m x 200 = 13,36 Ω
R leading wire = 0.04198 Ω/m x450 = 24,75Ω
+
R total =38,128Ω
b. Voltase yang dibutuhkan c. Daya yang dibutuhkan
V = I x R total P =VxI
= 0,5 A x 38,128Ω = 19,064V x 0,5 A
= 19,064 Volt = 9,532 Watt
3. Rangkaian Seri in Paralel
a. Tahanan Total
1 / R detonator = 1/1,8Ω x 10
R detonator = 1.8 Ω /10 = 0.18 Ω
Di serikan = 0.18 Ω x 10 = 1,8Ω
7.6. Kesimpulan
Dari praktikum Acara Peledakan dengan Elektrik dapat di simpulkan bahwa:
1. Hubungan paralel dapat memperkecil hambatan dibanding dengan
hubungan seri tetapi kuat arus yang digunakan semakin besar.
2. Dari jenis perlengkapan yang sama, besar daya yang digunakan
pada hubungan seri lebih sedikit dibanding hubungan paralel.
3. Untuk mencegah terjadinya missfire maka perlu diperiksa
kebocoran listrik, kerusakan kabel, kesalahan sambungan, maupun pengisian
terhadap Exploder.
4. Urutan rangkaian berdasarkan daya yang dibutuhkan:
Rangkaian Seri =247,7475 Watt
Rangkaian Paralel in Seri = 89,7975 Watt
Rangkaian Seri in Paralel = 9,9775 Watt
Rangkaian Paralel =9,532 Watt
ii. Tidak akan terjadi misfire karena tidak ada current leakage dalam
bagunan.
Sistem nonel cocok untuk pekerjaan tambang bawah tanah, misalnya pembuat
drift, short dan pekerjaan dalam stope.
Detonator Nonel
8.5 Pembahasan
Gambar 8.8
Final Delay
Keterangan:
2 1. Shotgun
2. Trunkline
3. Lubang Ledak
4. Ground 1
Gambar 8.9
Rangkaian Metode Non Elektrik
Suatu rangkaian peledakan, setiap lubang tembak diisi detonator tunda 500 ms.
Setelah pengisian selesai diatur urutan tunda yang dikendaki yaitu pertama yang
harus dipasang adalah starter atau UB 0. Tahap selanjutnya adalah
menghubungkan tube dari UB 25 dengan starter atau UB 0 dan menghubungkan
UB 25 dengan detonator dan connector berikutnya, demikian selanjutnya
sehingga akhirnya didapat peledakan beruntun dengan interval tunda 25 ms.
8.6 Kesimpulan
c. Isian dasar karena pengaruh dari gelombang sentakan dari isian utama
sehingga isian dasar meledak, dan kemudian menghentak dinamik atau
primer.
Isian dasar biasanya dibuat dari jenis bahan peledak yang peka dan kuat
seperti:
Sistem paduan sumbu bakar dan detonator biasa ini sangat cocok dan umum
dipakai di stope tambang bawah tanah karena pada peledakan seperti ini jumlah
lubang relative sedikit (1-10 lubang) serta pola sambungan sumbu dapat dibuat
melingkal atau radikal.
Detonator biasa yang diproduksi yang ada dipasaran terdiri dari dari 2 jenis
kekuatan (strength) no.6 dan no.8 kekuatannya dua kali no.6.
C. Detonator listrik
Adalah jenis detonator yang penyalaannya dengan arus listrik yang
dihantarkan melalui kabel khusus untuk itu pada kedua ujung kabel kedalam
tabung detonator listrik dilengkapi dengan jenis kawat halus yang telanjang
yang apabila dilewati arus listrik akan berpijar. Pada prinsipnya susunan dan
jenis kandungan ini, detonator ini sama dengan detonator biasa, pijar dari
kawat halus akan membakar ramuan pembakar dan kemudian menyentuh
isian utama sehingga menghasilkan gelombang sentak yang akan meledakkan
isian dasar, jadi terlihat disini bahwa prinsipnya detonator listrik sama dengan
detonator biasa bedanya hanya pada penyalaannya.
1. Jumlah lubang ledak yang dapat diledakkan sekaligus relatif lebih banyak.
2. Pola peledakan lebih leluasa
3. Hasil peledakan lebih leluasa
4. Penanganan lebih mudah dan praktis
Kerugian:
1 . Untuk daerah peledakan yang banyak kilat pemakaian detonator listrik kurang
aman
Setiap detonator listrik dilengkapi kabel listrik ang berhubungan langsung dengan
tabung detonator, panjang kabel ini bermacam-macam sehingga dapat disesuaikan
dengan kedalaman lubang ledak. Hindari sambungan-sambugan kabel sepanjang
kolam ledak untuk itu pilih detonator yang panjang kabel listriknya (leg wire)
sesuai dengan kedalaman lubang ledak, leg wire yang baik harus lebih lentur dan
tahan gesekan.
Tahanan listrik dari suatu detonator listrik bervariasi sesuai dengan panjang leg
wirwnya tetapi biasanya berkisar 1-5 ohm untuk leg wire 1,8 m-2.0 ohm untuk leg
wire 3,6 m. kekuatan arus listrik minimum yang diizinkan untuk dapat
meledakkan detonator listrik adalah 1-1,5 ampere sehingga apabila ada arus listrik
liar yang tidak diinginkan masuk kedalam detonator melalui kabel lebih kecil dari
1-1,5 A maka diharapkan detonator belum meledak. Seperti detonator biasa maka
detonator listrikpun diproduksi dalam 2 jenis kegiatan yaitu strain no.6 dan no.8
dan biasanya bahan dasar tabung dibedakan antara baja dan aluminium.
Detonator listrik terdiri dari beberapa jenis didasarkan pada tenggang waktu
penyalaan antara saat penyalaan dan timbulnya ledakan dan juga kegunaan khusus
dari pemakaian detonator tersebut.
2. Delay detonator. Pada delay detonator begitu arus listrik dilepaskan dan
mengalir dari sumber arus, maka kawat halus dari detonator berfijar dan
membakar delay elemen dan api atau panas tersebut menjalar sepanjang delay
elemen kalau dibandingkan dengan Intatuneus detonator.
D. Detonator Nonel
Alat pemicu nonel (starter non-electric) dinamakan shotgun atau shot fire
atau shot shell primer. Seperti diketahui bahwa sumbu nonel mengandung
bahan reaktif (HMX) yang akan aktif atau terinisiasi oleh gelombang kejut
akibat impact. Alat pemicu nonel dilengkapi dengan peluru yang disebut shot
shell primer dengan ukuran tertentu (untuk buatan ICI Explosives berukuran
No. 209). Shot shell primer diaktifkan oleh pemicu, yaitu pegas bertekanan
tinggi yang yang terdapat di dalam alat pemicu nonel.
Nonel adalah sejenis detonator non listrik yang penyalaanya menggunakan
sistem ledakan awal atau shock( kejutan ), baik dengan detonator listrik/biasa,
shotgun, atau blasting mechine. Detonator nonel (non-electric) dirancang
untuk mengatasi kelemahan yang ada pada detonator listrik, yaitu dipengaruhi
oleh arus listrik liar, statis, dan kilat serta air.
Gambar 9.3.
Bagian-bagian detonator Nonel
Prosedur penggunaan alat pemicu ledak nonel untuk seluruh tipe adalah sebagai
berikut:
9.5 . Pembahasan
I-kon TM Digital Energy system atau yang lebih dikenal dengan sebuan elektronik
detonator merupakan detonator generasi terbaru yang dibuat dan dirancang
sedemikian khusus sebagai penyempurna dari detonator generasi sebelumya untuk
lebih memaksimalkan proses kinerja peledakan. Elektronik detonator ini memiliki
kelebihan diantaranya :
Waktu delay detonator : 0-15000 ms dengan beda 1 ms
Akurasi : +/- 0.1% dari waktu delay terprogram
Memiliki detonator ID khusus
Dapat membuat komunikasi dua arah
Dapat mencegah terjadinya overlap waktu delay
Aman terhadap over voltage, arus liar dan arus statis
Kemampuan peledakan dari jarak jauh: CEBS (Central Blasting System)
untuk aplikasi Underground dan SURBS (Surface Remote Blasting System)
untuk aplikasi Open Cut
Memiliki konektor
Karena detonator ini bersifat khusus tentunya ada beberapa alat yang digunakan
untuk menunjang kinerja dan pemakaian detonator ini, diantaranya ada perangkat
lunak dan perangkat kerasnya, seperti:
1. Logger
Logger merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menentukan delay antar
detonator pada detonator elektronik, membaca dan menyimpan detonator ID di
dalam memori, mengecek, dan memberikan informasi kemungkinan adanya
errordetonator maupun adanya kebocoran arus, dan juga berfungsi sebagai sistem
pengamanan.
Gambar 9.5.
Logger
2. Blaster
Blaster merupakan alat yang berfungsi untuk melakukan komunikasi dua arah
pada detonator, pemrograman firing detonator, serta mengecek laporan apakah
Gambar 9.6.
Blaster
3. Shotplus-I
Perangkat lunak yang digunakan untuk mendesain pola peledakan pada detonator
ini adalah shotplus-i yang dimana software ini. Desai peledakan untuk logging /
pemrograman waktu delay. Melakukan simulasi peledakan dan analisa waktu
peledakan download data rencana logging dan upload aktual logging dari logger
ke komputer.
Gambar 9.7.
Perangkat Lunak
Peledakan Elektronik merupakan metode peledakan generasi terbaru yang dibuat
dan dirancang sedemikian khusus sebagai penyempurna dari detonator generasi
sebelumnya untuk lebih memaksimalkan proses kinerja peledakan.
Gambar 9.8.
Komponen Elektronik Detonator
9.5 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat pada makalah ini adalah detonator merupakan alat
pemicu awal dalam proses peledakan. Pemicu awal ini berupa letupan kecil yang
Seiring dengan berkembangnya teknilogi pada saat ini. Para produsen detonator
membuat detonator yang paling canggih. Untuk menutupi kekurangan pada
detonator nonel.
Pada tahun 2011 pabrik ORICA Mining Services telah meluncurkan detonator
elecronik atau I-kon TM Digital Energy system. Penggunaan detonator ini
digunakan untuk meledakan dengan peledakan skala besar. Karena dengan
menggunakan detonator elektronik system delay dapat di atur sedemikian rupa
dengan alat logger dan blaster. Dan setelah semua delay terpasang dapat
menentukan pola peledakan dengan menggunakan software shotplus – I
.sehinggatidak membutuhkan waktu lama untuk memulai proses peledakan. Dan
pada detonator elektronik ini dapat meminimalisir terjadinya miss fire kareana
dalam software yang digunakan detonator yang rusak akan terdeteksi.