Anda di halaman 1dari 62

BAB V

PELEDAKAN DENGAN SUMBU API

5.1 Latar Belakang


Sumbu api adalah sumbu yang berfungsi merambatkan api guna meledakan suatu
bahan peledak. Komposisi sumbu api terdiri dari bagian inti dan pembungkus. Inti
sumbu api terdiri dari low explosive sedangkan pembungkus untuk melindungi inti
dari gesekan dan masuknya air serta untuk membuat agar nyala api terarah sampai
kebahan peledak, dapat berupa textile atau jute. Pada pemakaian tertentu, dibagian
dalam pembungkus dibuat oleh pabrik dengan menambahkan bahan penguat
supaya lebih tahan terhadap tarikan.

Cara dan Alat Pengapian Sumbu Api antara lain hot wire fuse lighter , pull wire
fuse lighter, lead spitter fuse lighter, korek api, cigarette lighter dan igniter cord
(IC). Untuk memakai IC diperlukan penghubung yang disebut Igniter Cord
Conector.Rangkaian peledakan dengan sumbu api antara lain :
1. Pengisian lubang tembak
2. Peledakan tunggal (Single shot)
3. Peledakan lubang tembak banyak (Multiple
shot), dengan cara :
a. Cara Trimming
b. Dengan menggunakan Igniter Cord
c. Menggunakan IC dan sumbu api tidak sama panjang.

5.2 Dasar Teori


Sumbu api adalah sumbu yang berfungsi merambatkan api untuk dapatmeledak-
kan suatu bahan peledak. Cara kerja sumbu api adalah sumbu api dinyalakan
dengan nyala api biasa, kemudian nyala ini akan merambat dengan kecepatan
konstan. Pada direct firing, nyala sumbu api ini akan sampai pada bahan peledak

Dodi Mulyadi / 112.170.023 1


dan langsung meledakkannya. Untuk indirect firing, sebagai contoh adalah
peledakan dengan bahan black powder. Sedangkan pada indirect firing, yaitu

Dodi Mulyadi / 112.170.023 2


untuk bahan peledak high eksplosives, nyala sumbu api pada akhirnya akan
menyalakan detonator biasa. Detonator biasa akan mengalami detonasi/meledak.
Gelombang detonasi akan diteruskan sampai pada bahan peledaknya, sehingga
bahan peledak tersebut akan meledak pula. Sumbu api umumnya digunakan dalam
peledakan dengan ukuran kecil (peledakan sekunder).
Macam – Macam Sumbu Api :
1. Berdasarkan kecepatan rambatnya:
a. Sumbu api berkecapatan kira – kira 120 detik / yd.
b. Sumbu api berkecepatan kira – kira 90 detik / yd.
2. Berdasarkan pembungkusnya :
a. Textile Type Fuses (berpembungkus textile).Textile type fuses,
berpembungkus textile dan untuk bahan kedap air dipakai aspal atau
sejenisnya, dipakai untuk daerah kering.
b. Plastic Type Fuses (berpembungkus lapisan plastik). Plastic type fuses,
berpembungkus lapisan plastik bahan kedap air, untuk tempat basah

Untuk menjamin keselamatan, warna sumbu api dibedakan menjadi beberapa


macam, dengan maksud untuk membedakannya dari warna batuan yang akan
diledakan (oranye, hitam dan putih).
Dalam prakteknya rangkian peledakan dengan sumbu api dapat dilengkapi
dengan igniter cord dan igniter connector serta dapat pula dengan cara trimming.
Peledakan ada 2 yaitu :
 Peledakan primer adalah peledakan yang pertama kali dilakukan
untuk menghancurkan massa batuan.
 Peledakan sekunder adalah peledakan yang dilakukan pada
boulder-boulder yang besar hasil peledakan primer yang tak bisa diangkut
oleh Wheel Loader dan Dump Truck.
Selain ada peledakan primer, terdapat juga peledakan sekunder ada 3, yaitu :
o Mud capping
o Block holling
o Snake holling

Dodi Mulyadi / 112.170.023 3


Untuk peledakan lubang tembak banyak (multiple shots) dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu :
 Cara Trimming yaitu dengan mengatur panjang sumbu yang akan
digunakan untuk mendapatkan interval waktu yang diinginkan. Jika pengapian
dilakukan dengan tangan, panjang sumbu diatur sedemikian sehingga yang
dinyalakan pertama memiliki sumbu terpanjang. Cara lain dengan mengikat
ujung-ujung sumbu api menjadi satu kemudian dinyalakan.
 Dengan menggunakan igneter cord, cara ini merupakan cara
meledakan dengan sumbu api secara beruntun yang paling aman dan disukai.
Dalam cara ini, semua sumbu yang akan dinyalakan harus benar-benar sama
panjang, karena pengaturan waktu urutan peledakan diperoleh seluruhnya oleh
fungsi kecepatan yang nyata dari igneter cord (IC).
 Dengan menggunakan IC dan sumbu api tidak sama panjang, cara ini
merupakan kombinasi antara penggunaan IC dengan Trimming. Digunakan
pada operasi peledakan dimana diinginkan interval waktu peledakan tertentu.

Gambar 5.1
Penampang Sumbu Api

Keterangan :
1. Inti
2. Isian (Bahan Peledak Low Explosive)
3. Enforcement (Pelindung Plastik untuk kedap air)
4. Pembungkus (textile/jute,aspal/plastik)

5.3 Pelaksanaan Praktikum


Waktu Pelaksanaan Praktikum :
Hari/Tanggal : Senin, 9 September 2019

Dodi Mulyadi / 112.170.023 4


Sesi / Jam : II / 10.00-12.30 WIB
Acara : II (Peralatan dan Perlengkapan Peledakan I)

5.4 Pembahasan
Sumbu api, yaitu sumbu untuk menjalarkan api untuk meledakkan bahan peledak.
Selain itu juga diterangkan bahan pembungkus sumbu api dapat berupa textile
atau plastic.
Sumbu api juga dibedakan menurut kecepatannya, yaitu :
a. Kecepatan 120 s / yd
b. Kecepatan 90 s / yd
Berdasarkan pembungkusnya sumbu api ada 2 yaitu :
a. Dibungkus plastic
b. Dibungkus kain / textile
Dijelaskan pula beberapa cara peledakan yang menggunakan sumbu api, yaitu :
1. Peledakan sumbu api dengan satu lubang ledak
Peledakan sekunder dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a. Mud capping

Gambar 5.2
Mud Capping
b. Block Holing

Dodi Mulyadi / 112.170.023 5


Gambar 5.3
Block Holing
c. Snake Holing

Gambar 5.4
Snake Holing

2. Peledakan sumbu api dengan beberapa lubang ledak

Gambar 5.5
Peledakan dengan cara Trimming

Gambar 5.6
Peledakan dengan Igniter Cord / IC

Dodi Mulyadi / 112.170.023 6


Gambar 5.7
Kombinasi Igniter Cord dan Trimming

Cara dan Alat Pengapian Sumbu Api.


1. Hot wire fuse lighter
Yaitu suatu batang kawat (panjang 7,9 atau 12 inch) yang dilapisi bahan mudah
terbakar secara perlahan dan memberikan panas yang cukup kuat untuk
menyalakan ujung sumbu api.
2. Pull wire fuse lighter
Yaitu suatu tabung tipis yang tertutup pada satu ujungnya dan berisi alat
penyala terdiri dari komponen pengganjal pada suatu kawat, yang menonjol ke
dalam ujung yang tertutup.Sumbu dimasukan ke dalam ujung yang terbuka
sampai menyentuh kawat. Sumbu akan terjepit oleh gigi penangkap di dalam
tabung. Sumbu dinyalakan dengan cara menarik kawat keluar tabung. Alat ini
cocok untuk tempat basah, angin kencang, atau hujan.Untuk satu kali
penyalaan hanya bisa dinyalakan satu sumbu.
3. Lead spitter fuse lighter
Yaitu suatu tube tipis dari timah hitam sepanjang 25 ft yang berisi
blackpowder, digulung pada sebuah reel.Untuk memakainya tube dipotong
menurut kebutuhan sebelum dinyalakan. Kemudian dinyalakan dengan sumbu
api, tubeakan terbakar dengan kecepatan 35 det/ft dan memberikan nyala yang
cukup panas untuk menyalakan sumbu api.
4. Korek api, Cigarette lighter
Yaitu penyalaan jika yang dinyalakan lebih dari satu sumbu, cara ini tidak
praktis.
5. Igneter cord

Dodi Mulyadi / 112.170.023 7


Yaitu berupa sumbu plastik untuk menyalakan sejumlah sumbu api secara
bersama-sama untuk memperoleh interval waktu penyalaan tertentu, sehingga
akan terjadi ledakan secara beruntun. Untuk memakai IC diperlukan
penghubung yang disebut ICC (Igneter Cord Connector), yaitu selongsong
logam berisi komposisi yang mudah terbakar. Jika nyala IC mencapai
connector maka ujung sumbu api akan langsung menyala. Panjang sumbu api
yang digunakan sama, dan panjangnya tidak boleh kurang dari 3 ft. Di Negara
kita, Negara Indonesia, sesuai dengan peraturan panjang sumbu api minimum
ialah 60 cm.
Macam-macam IC yaitu :
a. Fast type, dengan ciri-ciri :
- kecepatan rambat 4 detik/ft
- warna hitam
- digunakan untuk operasi peledakan pada longwall face yang sempit
atau pada tempat yang menyerupai kondisi tersebut.
b. Medium speed type (type A), dengan ciri-ciri :
- kecepatan rambat antara 8-10 detik/ft
- warna hijau
- memungkinkan penyalaan seluruh sumbu sebelum lubang pertama
meledak. Jarak fuse connection sebaiknya memakai pedoman Du Pont
yaitu 2 inch untuk tiap 1 ft panjang sumbu yang ada di dalam lubang. Jenis
ini umumnya digunakan pada stope blasting.
c. Slow speed type (type B), dengan ciri-ciri :
- kecepatan rambat 18 detik/ft (Du Pont membuat dengan kecepatan
antara 16-20 detik/ft
- warna merah
- digunakan untuk heading blasting dimana lubang yang diledakan
secara beruntun pada tempat yang luasnya terbatas, sehingga cukup waktu
bagi menyalanya sumbu sebelum lubang pertama meledak.
Dengan menggunakan IC, maka tidak lagi diperlukan trimming (pengaturan
panjang sumbu untuk mengatur urutan peledakan). Disamping itu IC hanya
memerlukan penyalaan di satu tempat sehingga keamanan lebih terjamin.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 8


Penyalaan Awal
Penyalaan awal adalah rangkaian kerja dan peralatan penyalaan bahan peledak.
Macam initiator dengan sumbu api adalah:
 Sumbu api dengan korek api, dalam hal ini sumbu api digunakan
untuk meledakan low explosives
 Sumbu api dengan detonator biasa, yaitu detonator dipasang pada
ujung sumbu api.
Cara merakit sumbu api pada detonator adalah sebagai berikut :
 Sumbu dipotong secara tegak lurus menurut panjang yang diinginkan
 Detonator diambil dari kemasannya secara hati-hati
 Ujung sumbu api dimasukan kedalam mulut detonator (didorong biasa,
tidak diputar atau ditekan)
 Mulut detonator kemudian dikerat dengan menggunakan cap crimper agar
sumbu tidak mudah lepas.
Priming adalah perakitan unit yang berisi alat penyalaan (firing device) untuk
tujuan peledakan. Untuk lubang tembak berdiameter besar, dan terutama jika
dipakai blasting agent, maka digunakan primer yang telah dibuat oleh pabrik
(yang disebut booster).
Untuk lubang berdiameter lebih kecil, dibuat primer dari bahan peledak dynamite.
Cara merakit primer adalah sebagai berikut :
Cara pertama:
 Dodol dynamite dibuka pada salah satu ujungnya
 Dibuat lubang sedalam lebih-kurang 2 inchdengan menggunakan stick
kayu atau tembaga
 Detonator dimasukan kemudian ujung dodol diikat dengan tali.
Cara kedua :
 Ujung dodol tidak dibuka tetapi dibuat lubang dari samping dodol
 Detonator dimasukan kemudian sumbu diikat dengan tali.
3. Rangkaian Peledakan Sumbu Api.
Operasi pengisian lubang tembak yang dilakukan tergantung pada bahan peledak
yang digunakan, berbentuk dodol atau butiran (prill). Cara pengisian untuk bahan
peledak berbentuk dodol sebagai berikut :

Dodi Mulyadi / 112.170.023 9


 Lubang tembak dibersihkan dengan cara menghembuskan udara dari
kompresor.
 Dodol dimasukan ke lubang tembak satu per satu dengan bantuan tongkat
kayu, kemudian primer dimasukan (untuk collar priming). Sedangkan untuk
bottom priming, primer dimasukan lebih dahulu.
 Lubang tembak ditutup dengan stemming (material lempung pasiran atau
cutting pemboran.
 Kemudian dicek apakah tidak terjadi kerusakan pada sumbu api.
 Penyambungan rangkaian di permukaan (jika lubang lebih dari satu).
Panjang sumbu minimum untuk peledakan biasa adalah 6 ft dan untuk
peledakan sekunder adalah 4 ft.
Sedangkan pengisian bahan peledak berbentuk butiran seperti ANFO dapat
dilakukan dengan cara :
 Langsung dimasukan ke dalam lubang (dicurahkan) yaitu jika lubangnya
tegak dan ke arah bawah.
 Menggunakan pneumatic loading machine, yaitu jika lubangnya mendatar
atau mengarah ke atas.
Pneumatic loading machine pada dasarnya ada dua tipe yaitu : Pressure type dan
Ejector type. Pressure type yaitu udara bertekanan 5-40 psi dimasukan melalui
bagian atas suatu vessel yang telah berisi bahan peledak berbentuk butiran,
sehingga bahan peledak tersebut akan mengalir lewat lubang di bagian bawah
vessel. Alat ini tidak cocok untuk mengisi lubang yang mengarah ke atas, sebab
tekanannya terlalu kecil. Sedangkan Ejector type yaitu pengisian bahan peledak
melalui pipa bertekanan 65-100 psi. alat ini bisanya dipakai untuk pengisian
dengan density besar. Cocok untuk lubang yang mengarah ke atas.
Untuk peledakan tunggal (Single Shots) caranya yaitu jika lubang tembak telah
selesai pengisiannya, maka sumbu api langsung dapat dinyalakan. Penyalaan
dilakukan apabila daerah kerja telah dirasa aman.
Contoh lain dari peledakan tunggal adalah peledakan sekunder (Secondary
Blasting). Peledakan sekunder adalah peledakan yang dilakukan pada boulder-
boulder yang besar hasil peledakan primer yang tak bisa diangkut oleh Wheel
Loader dan Dump Truck. Peledakan sekunder ada 3 jenis yaitu :

Dodi Mulyadi / 112.170.023 10


 Mud capping
 Block holling
 Snake holling
Penyebab kecelakaan dalam peledakan merupakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan penanganan bahan peledak yang tidak benar. Penyebab
umum yang dapat mengakibatkan suatu kecelakaan yang pada hakikatnya adalah
pelanggaran peraturan ataupun tatacara yang telah ditetapkan, yaitu :
 Penyalaan sumbu dengan delay yang terlalu panjang.
 Membor mengenai bahan peledak
 Terjadi penyalaan prematur pada peledakan listrik
 Mendatangi tempat peledakan terlalu dini
 Penjagaan yang tidak mencukupi
 Pelaksanaan yang kurag aman selama pengangkutan, penanganan dan
penyimpanan
 Penanganan missfire yang kurang baik
 Menggunakan sumbu terlalu pendek
 Prosedur tampling yang tidak benar
 Merokok pada saat menangani bahan peledak
Kecelakaan yang disebabkan oleh aliran listrik juga dapat terjadi, misalnya :
 Terkena kilat
 Arus listrik yang sangat kuat
 Listrik statik
 Aliran gelombang radio
 Stray current dan sebagainya

Dodi Mulyadi / 112.170.023 11


5.4 Kesimpulan
Dari praktikum Acara Peledakan Sumbu Api dapat di simpulkan bahwa :
1. Hubungan antara metode peledakan, perlengkapan, dan peralatan adalah :
Tabel 5.1
Metode peledakan, perlengkapan dan peralatan sumbu api
Metode Peledakan Perlengkapan Peralatan
2. S u m b u a p i
Detonator Sumbu Api, Crimper,Penyulut,
Sumbu Api
Igniter Cord Connector korek api

suatu bahan peledak, dimana kompisisi dari sumbu api berupa bagian inti dan
pembungkus. Inti dari sumbu api terdiri dari low explosive, sedangkan
pembungkus berfungsi untuk melindungi inti dari gesekan dan masuknya air
serta untuk membuat agar nyala api terarah sampai ke bahan peledak.
3. Dalam prakteknya rangkian peledakan dengan sumbu api dapat dilengkapi
dengan igniter cord dan igniter connector serta dapat pula dengan cara
trimming.
Peledakan ada 2 yaitu :
 Peledakan primer adalah peledakan yang pertama kali dilakukan
untuk menghancurkan massa batuan.
 Peledakan sekunder adalah peledakan yang dilakukan pada
boulder-boulder yang besar hasil peledakan primer yang tak bisa
diangkut oleh Wheel Loader dan Dump Truck.
Peledakan sekunder ada 3 yaitu :
- Mud capping
- Snake holing
- Block holing

Dodi Mulyadi / 112.170.023 12


BAB VI
SUMBU LEDAK

6.1. Latar Belakang


Sumbu ledak hanya bisa dinyalakan dengan detonator. Sumbu ledak akan
meledakkan setiap dodol dinamit dalam lubang ledak yang berhubungan dengan
sumbu tersebut. Cara penyambungannya dapat dengan cara menempeli atau
memasukan pada dodol.
Peledakan dengan sumbu ledak dapat dilakukan baik secara serentak maupun
beruntun. Dalam hal peledakan secara serentak dapat dilakukan dengan
menggunakan detonator biasa maupun detonator listrik. Jika peledakannya secara
beruntun, ada tiga metode yang dapat digunakan yaitu :
1. Menggunakan “delay connector” pada trunkline.
2. Menggunakan sirkuit listrik pada trunkline dengan delay detonator yang
dihubungkan pada sumbu ledak sebagai ”downline”.
3. Menggunakan primadet / Toe-det delay system.

6.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum Peledakan dengan Sumbu Api ini
adalah:
1. Praktikan dapat memahami dasar teori sumbu ledak.
2. Praktikan dapat mengetahui aplikasi sumbu ledak dalam kegiatan peledakan
di dunia pertambangan.

6.3. Dasar Teori


Sumbu ledak adalah suatu sumbu yang berintikan initiating explosives (biasanya
PETN-Pentaerythritol Tetranitrat) yang dimasukkan di dalam suatu pembungkus
plastik dan berbagai kombinasi tekstil, kawat halus dan plastik. Fungsi sumbu
ledak dalam peledakan ialah untuk merambatkan gelombang detonasi sampai ke
isian.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 13


Sumbu ledak berkomposisi dari bahan peledak kuat, kecepatan reaksi rata-rata
21.000 fps (setara 4 mil/detik). Dalam praktek sumbu ledak harus diperlakukan
sama dengan bahan peledak kuat dan sumbu ledak yang hanya dapat dinyalakan
dengan detonator. Peledakan dengan sumbu ledak dapat dilakukan baik secara
serentak maupun beruntun. Peledakan secara beruntun dapat digunakan dengan
delay connector.
Sumbu ledak dikemas dalam bentuk gulungan pada koil (500 – 1000 ft per koil).
Satu kotak kemasan berisi 2 koil atau 2000 ft. Beratnya antara 11 – 17 lb/100 ft.
Delay Connector adalah perlengkapan penyambung ledakan antara 2 buah ujung
sumbu ledak, sehingga apabila salah satu sumbu meledak maka sumbu yang lain
akan ikut meledak dengan delay time tertentu. Delay connector terdiri dari suatu
kelongsong plastik yang didalamnya terdapat suatu delay element yang terbuat
dari aluminium. Delay connector pada pabrik Du Pont ada 4 macam yaitu ;
1. MS-5, delay interval 5 milidetik, warna biru
2. MS-9, delay interval 9 milidetik, warna hijau
3. MS-17, delay interval 17 milidetik, warna kuning
4. MS-25, delay interval 25 milidetik, warna merah

Dodi Mulyadi / 112.170.023 14


Gambar 6.1
Connector atau Detonating Relay
Variasi peledakan dapat dilakukan dengan :
1. Peledakan secara serentak
Dapat dilakukan dengan menggunakan detonator biasa ataupun detonator
listrik. Jika dengan detonator listrik maka diperlukan exploder.
2. Peledakan secara beruntun
Ada 3 metode untuk peledakan secara beruntun yaitu :
a. Menggunakan delay connector pada trunkline
b. Delay connector disambungkan pada hubungan dua sumbu ledak di
antara dua lubang tembak.
c. Menggunakan sirkuit listrik pada trunkline dengan delay connector
yang disambungkan pada sumbu ledak sebagai downline.
d. Menggunakan Primadet/Toe-det delay sistem
Primadet delay dikembangkan oleh pabrik Ensign-Bioford. Delay cap pada sistem
ini telah dibuat oleh pabriknya menjadi satu dengan primer di dalam isian lubang
tembak.
6.4. Pelaksanaan Praktikum
Praktikum peledakan acara III yaitu Peralatan dan Perlengkapan Peledakan II
yang dilakukan pada :
Hari/ Tanggal :Senin, 16 September 2019
Sesi : II (10.00-12.30) WIB
Tempat :Laboratorium Pengeboran dan Peledakan.
Dalam praktikum kali ini, praktikan dikenalkan dengan berbagai macam jenis
sumbu ledak dan dikenalkan bagaimana cara pengunaannya.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 15


Gambar 6.2
Penampang Sumbu Ledak
Keterangan :
1. Tape
2. PETN (Pentaerythitetetranitrate)
3. Center yarn
4. Special Selected
5. Artificial fibre yarn
6. Tough plastic

Dodi Mulyadi / 112.170.023 16


Gambar 6.3
Innitiator Sumbu Ledak
6.5. Pembahasan
Sumbu ledak (detonating fuse, detonating cord) adalah suatu sumbu yang
berintikan initiating explosives (biasanya PETN-PentaErythriltol Tetranitrat)
yang berfungsi untuk merambatkan gelombang detonasi sampai ke isian. Selain
itu juga dijelaskan beberapa cara peledakan yang menngunakan sumbu ledak,
yaitu :
1. Peledakan secara berurutan ( menempatkan detonator secara berurutan )

Gambar 6.4
Rangkaian Peledakan Berurutan
Keterangan :

Dodi Mulyadi / 112.170.023 17


1. Blasting machine 7. Isian (ANFO)
2. Lead Wire / Sumbu Api 8. Primer / Primadet
3. Detonator listrik 9. Trunkline
4. Sumbu ledak 10. Downline
5. Delay Connector 11. Detonator
6. Stemming 12. Connecting wire
2. Peledakan secara serentak (menempatkan detonator disetiap sambungan)
agar peledakan dapat berlangsung secara serentak

Gambar 6.5
Rangkaian Peledakan Serentak
Keterangan :
1. Blasting machine / lighter 6. Stemming
2. Lead Wire / Sumbu Api 7. Isian (ANFO)
3. Detonator listrik/Detonator Biasa 8. Primer / Primadet
4. Sumbu ledak 9. Trunkline
5. Double “U” joint 10. Downline

Penggunaan sumbu ledak pada proses peledakan dapat juga dirangkai untuk
peledakan baik secara serentak maupun secara beruntun. Untuk peledakan secara

Dodi Mulyadi / 112.170.023 18


serentak dapat dilakukan dengan detonator biasa maupun detonator listrik.
Detonator biasa pada sumbu ledak dapat disambungkan setelah detonator tersebut
terlebih dahulu disambungkan dengan sumbu api, minimal panjangnya 60 cm,
karena pada sistem ini dasar kerjanya menggunakan nyala dari sumbu api.
Sedangkan untuk detonator listrik dan sumbu ledak pertama-tama
menghubungkan detonator dengan detonating cord tail, kemudian baru
dihubungkan dengan sumbu utama dan diikat, seitem ini menggunakan dasar
kerja blasting machine, bukan memakai nyala dari sumbu api tapi menggunakan
arus listrik.
Pemasangannya pada pola pemboran sejajar dan staggered untuk detonator biasa,
setelah lubang bor siap dipakai, kemudian menghubungkan downline dengan
primernya yang telah ada di dalam lubang bor, kemudian dimasukan isian dan
ditutup dengan stemming. Downline dihubungkan dengan sumbu ledak yang
merupakan trunklinenya, kemudian disambungkan dengan detonator biasa yang
terlebih dahulu telah disambungkan dengan sumbu api.
Sedangkan untuk detonator listrik setelah downline dihubungkan dengan trunkline
maka selanjutnya dihubungkan ke leg wire lalu ke leading wire dan terakhir ke
exploder. Delay connector dipasang sesuai dengan kebutuhan dalam operasinya.
Keuntungan yang bisa diambil dari pemakaian sumbu ledak yaitu mudah
penanganannya dan lebih aman karena tidak terpengaruh cuaca. Akan tetapi
memerlukan biaya yang lebih besar. Bila menggunakan detonator listrik tidak
boleh pada saat cuaca mendung, hal ini berkaitan dengan sifat detonator listrik
yang peka terhadap aliran listrik yang diakibatkan petir, sehingga dikhawatirkan
dapat meledakan rangkaian yang ada sebelum dilakuakan peledakan.
Peledakan secara serentak dilakukan karena biayanya lebih murah dan bisa
menggunakan detonator biasa ataupun detonator listrik. Waktu peledakan relatif
lebih singkat karena semua lubang tembak meledak secara bersama-sama. Namun
peledakan ini mempunyai kekurangan yaitu kurang aman karena bisa terjadi fly
rock, kebisingan tinggi dan fragmentasi kurang baik.
Peledakan secara beruntun dilakukan walaupun biayanya relaif mahal karena
memberikan hasil yang lebih baik, lebih aman, dan kemungkinan terjadinya fly
rock sedikit dan dapat mengurangi kebisingan.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 19


6.6. Kesimpulan
Dari praktikum acara III bab Peledakan Sumbu Api di dapat kesimpulan bahwa :
1. Hubungan metode peledakan, perlengkapan, dan peralatan
Tabel 6.1.
Metode Peledakan, Perlengkapan dan Peralatan Sumbu Ledak
Metode Peledakan Perlengkapan Peralatan
Sumbu Ledak Sumbu Ledak, Delay, Tergantung detonator
Connector, Detonator yang digunakan

2. Peledakan sumbu ledak termasuk dalam high explosives yang penyalaan


awalnya dengan adanya ledakan awal.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 20


BAB VII
PELEDAKAN DENGAN ELEKTRIK

7.1. Latar Belakang


Metode peledakan dengan arus listrik adalah peledakan yang paling luas
penerapannya, baik pada kuari, open pit maupun tambang bawah tanah. Arus
listrik yang digunakan dapat berasal dari AC maupun DC. Berdasarkan
pengalaman, arus minimum untuk berhubungan seri adalah 1,5 A ( DC ) dan3,0 A
( AC ) sedangkan hubungan paralel adalah 1,0 A ( DC/AC ). Semua “exploder
“menghasilkan arus DC. Sebelum digunakan “exploder” harus di tes terlebih
dahulu kemampuan sebenarnya dan sebelum penyalaan dilakukan, semua
rangkaian juga harus ditest untuk mengetahui dan melokalisir penyebabnya bila
terjadi, seperti putus sambungan dengan galvanometer, “current leakage“ dengan
blasting galvanometer, dll.
Pada peledakan beruntun masalahnya terletak pada pengatur “delay time” untuk
setiap lubang tembak.Hal ini sangat berkaitan dengan kondisi lapangan dan
maksud dari peledakan beruntun tersebut. Perhitungan pada rangkaian peledakan
yang perlu diketahui:
1. Tahanan ( R ) ohm
2. Arus yang diperlukan ( I ) ampere
3. Tegangan yang diperlukan ( V ) volt
 V= I.R ………………….. Volt
Tahanan detonator :
 Seri : R = r1+r2+r3+………….rn
 Paralel : 1/R = 1/r1 + 1/r2 + 1/r3 +……1/rn
Keterangan:
n = jumlah detonator
R total = R seluruh detonator + R connecting wire + R leading wire

Dodi Mulyadi / 112.170.023 21


7.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari pelaksanaanpraktikum Peledakan dengan Elektrik ini adalah:
1. Praktikan dapat memahami penggunaan elektrik dalam rangkaian peledakan.
2. Praktikan dapat memahami penyambungan dan rangkaian dengan elektrik
3. Praktikan dapat memahami peralatan dan perlengkapan rangkaian dengan
elektrik

7.3. Dasar Teori


Peledakan dengan elektrik adalah metode peledakan dengan menggunakan tenaga
listrik untuk menyalakan bahan peledak, arus yang digunakan dapat berupa arus
searah (DC) atau arus bolak-balik (AC). Prinsipnya adalah arus listrik akan
menyalakan initiator, kemudian initiator akan meledakan primer dimana terdapat
isian. Pada peledakan ini menggunakan perlengkapan detonator listrik. Adapun
fungsi dari detonator listrik ini adalah :
1. Menyalakan isian bahan peledak
2. Menyalurkan atau memindahkan tenaga untuk memulai peledakan
3. Membawa gelombang detonasi dari satu titik ke titik yang lain, atau dari
satu isian bahan peledak ke bahan peledak yang lain.
Pada dasarnya sebuah detonator listrik terdiri dari sebuah metal shell, yang
didalamnya terdapat sebuah powder charge dan sebuah electrical ignition element
yang dihubungkan insulated wire yang disebut leg wire.
Detonator listrik dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Instaneous Detonator
2. Delay Detonator
Perbedaan antara kedua jenis detonator tersebut adalah bahwa delay detonator
memiliki bagian yang disebut delay element. Fungsi dari delay element adalah
memberikan delay interval antara pemberian aliran listrik dan detonasi dari
detonator. Instaneous tidak memiliki delay detonator. Panjang leg wire berkisar
antara 4 sampai 60 ft.Peralatan untuk operasi peledakan dengan elektrik:
1. Detonator
Detonator dibagi menjadi dua jenis, yaitu instantaneous detonator dan delay
detonator.Detonator dapat dibagi menjadi tiga kelas, yaitu :
a. Instantaneous Detonator

Dodi Mulyadi / 112.170.023 22


Instantaneous Detonator dipakai untuk peledakan yang tidak memerlukan
delayatau penundaan antara beberapa muatan.
b. Milli-Second Detonator
Milli-Second Delay Detonator didalamnya terdapat Milli-Second Delay element,
yang fungsinya menunda detonasi sesuai dengan waktu yang ditentukan. Waktu
tunda (delay interval) antara setian interval dalam seri tidak boleh melebihi 100
ms (0.1 detik).
c. Half-Second Detonator
Half-Second Detonator mempunyai waktu penundaan 500 ms (0.5 detik) setiap
interval. Detonator listrik yang umum dipasarkan adalah detonator listrik No. 6
dan No. 8.

Gambar 7.1
Detonator Listrik

2. Exploder (Blasting machine)


Ada dua tipe exploder yang diperdagangkan yaitu :
a. Generator type, bekerja dengan sebuah rackbar atau twist spindle yang
memutar jangkar magnet sebuah DC generator. Pada saat generator berputar

Dodi Mulyadi / 112.170.023 23


full sped maka sebuah firring switch akan merapat, sehingga aliran listrik
yang dihasilkan generator akan mengalir dan menyalakan detonator.
b. Condenser Discharge (CD) type, bekerja dengan menggunakan suatu sumber
tenaga dari battery untuk memberikan tenaga pada satu atau lebih condenser
sehingga diperoleh arus listrik bervoltase tinggi untuk diteruskan ke firring
circuit.
Kedua tipe alat tersebut dibuat untuk menghasilkan arus searah bertegangan
tinggi. Kapasitas alat ini biasanya dinyatakan dalam jumlah detonator listrik
dengan panjang “leg wire” 30 ft bila sambungan seri. Type yang pertama tidak
pernah dipakai untuk sambungan paralel karena ada kemungkinan “missfire”.
Type yang kedua digunakanterutama untuk peledakan yang lebih besar.
3. Blasting machines tester
Adalah sangat penting bahwa exploder hendaknya selalu dipelihara dan ditest
secara teratur terhadap kapasitas penyalaannya. Biasanya ditest dengan
menggunakan Rheostat, dihubungkan dengan detonator sampai 4 buah yang
dihubungkan secara seri paralel, dan dihubungkan secara seri dengan exploder
yang akan ditest, lalu dihubungkan dengan “binding post” tertentu dari rheostat,
sesuai dengan kapasitas dari exploder tersebut. Jika detonator meledak seluruhnya
maka exploder dalam keadaan baik, jika terjadi sebaliknya maka exploder perlu
diperbaiki. Untuk condenser discharge blasting machine, pengujian dilakukan
dengan Blasting VOM meter untuk mengetahui condenser dalam keadaan baik.
4. Circuit tester
Sebelum peledakan dilakukan, setelah semua sirkuit dipasang maka harus ditest
terlebih dahulu. Keadaan yang perlu dites adalah:
a. Putus sambungan, baik pada cap circuit maupun pada blasting
circuit seluruhnya atau sebagian. Untuk keperluan ini dipakai Galvanometer.
b. Curent leakage, dapat terjadi bila ada kerusakan pada insulasi leg
wire atau connecting wire sehingga kabel terkelupas dan bersentuhan dengan
tanah. Untuk keperluan ini digunakan BlastingGalvanometer atau Blasting
meter.
c. Stay electricity, sebelum lubang tembak diisi, dapat dilakukan test
adanya stay electricity dengan menggunakan probe wire dari blasting meter.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 24


Hal-hal yang perlu diperlukan dalam perhitungan peledakan dengan arus listrik
a. Tahanan ( R ) ohm
b. Arus yang diperlukan (I) ampere
c. Tegangan yang diperlukan (V) volt
Ada 4 macam rangkaian listrik yang biasa digunakan dalam rangkaian peledakan
yaitu:
1. Rangkaian Seri (1 baris)
Dalam rangkaian ini, lubang ledak dibagi menjadi satu baris dan dihubungkan
menjadi satu rangkaian. Sehingga luas daerah yang diledakkan menjadi lebih
kecil. Tahanan detonator yang dipakai dalam rangkaian ini dapat dihitung dengan
rumus:
RDetonator  R1  R2  .....  Rn
Keterangan:
R1 = tahanan detonator 1
R2 =tahanan detonator 2
n = jumlah detonator dalam baris
Dan tahanan kawat dapat dihitung dengan rumus:

RPenghantar  RConnecting wire  RLeading wire

Dengan tahanan connecting wire:

RConnecting wire   .L

Keterangan:
µ = Tahanan jenis kawat
L = panjang kawat
Dan tahanan leading wire:
RLeading wire   .L

Keterangan:
µ = Tahanan jenis kawat

Dodi Mulyadi / 112.170.023 25


L = panjang kawat

Gambar 7.2
Rangkaian Seri

2. Rangkaian Paralel (satu kolom)


Dalam rangkaian ini, lubang ledak disusun menjadi satu kolom dan dirangkai
menjadi rangkaian paralel. Sehingga luas daerah yang diledakkan menjadi lebih
kecil. Tahanan detonator yang digunakan dalam rangkaian ini dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:

1 1 1
RDetonator    ..... 
R1 R2 Rn
Keterangan:
R1 = tahanan detonator 1
R2 =tahanan detonator 2
n = jumlah detonator dalam baris
Dan tahanan kawat dapat dihitung dengan rumus:
RPenghantar  RConnecting wire  RLeading wire

Dengan tahanan connecting wire:


RConnecting wire   .L
Keterangan:
µ = Tahanan jenis kawat

Dodi Mulyadi / 112.170.023 26


L = panjang kawat
Dan tahanan leading wire:

RLeading wire  .L


Keterangan:
µ = Tahanan jenis kawat
L = panjang kawat

Gambar 7.3
Rangkaian Paralel

3. Rangkaian Seri-Paralel (Paralel in Seri)


Pada rangkaian ini, lubang ledak dibagi dalam beberapa kolom dan baris. Tiap
baris lubang ledak dirangkai menjadi satu rangkaian seri dan selanjutnya baris-
baris yang telah ada dirangkai menjadi satu rangkaian paralel. Luas daerah yang
diledakkan menggunakan rangkaian ini menjadi lebih luas. Rumus yang
digunakan untuk mencari tahanan total rangkaian ini merupakan penggabungan
dari rumus untuk rangkaian seri dan paralel diatas. Tahanan detonator tiap baris
lubang ledak dihitung menggunakan rumus:
RDetonator  R1  R2  .....  Rn

Keterangan:
R1 = tahanan detonator 1
R2 =tahanan detonator 2

Dodi Mulyadi / 112.170.023 27


n = jumlah detonator dalam baris
Dan total tahanan detonator dalam rangkaian:
1 1 1
RDetonator    ..... 
R1 R2 Rn
Keterangan:
R1 = tahanan detonator 1
R2 =tahanan detonator 2
n = jumlah detonator dalam baris
Dengan tahanan connecting wire:
RConnecting wire   .L
Keterangan:
µ = Tahanan jenis kawat
L = panjang kawat
Dan tahanan leading wire:

RLeading wire  .L


Keterangan:
µ = Tahanan jenis kawat
L = panjang kawat
Untuk mencari besarnya tegangan yang diperlukan dapat menggunakan rumus:

V = I x R … (Volt)

Untuk hubungan seri-paralel besar tahanan seluruh sama dengan tahanan pada
hubungan seri dibagi jumlah hubungan seri tersebut.

R total = R seluruh detonator + R connecting wire + R leading wire

Kemungkinan terjadinya misfire perlu diperhatikan.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 28


Gambar 7.4
Rangkaian Seri – Paralel
4. Rangkaian Paralel - Seri (Seri in Paralel)
Pada rangkaian ini, lubang ledak dibagi dalam beberapa kolom dan baris. Tiap
baris lubang ledak dirangkai menjadi satu rangkaian paralel dan selanjutnya baris-
baris yang telah ada dirangkai menjadi satu rangkaian seri. Luas daerah yang
diledakkan menggunakan rangkaian ini menjadi lebih luas. Rumus yang
digunakan untuk mencari tahanan total rangkaian ini merupakan penggabungan
dari rumus untuk rangkaian paralel dan seri.

Gambar 7.5
Rangkaian Paralel – Seri
7.4. Pelaksanaan Praktikum
1. Pelaksanaan
Hari, tanggal : Senin , 16 September 2019
Sesi / jam : II / (10.00 – 12.30) WIB
Acara : III (Peralatan dan Perlengkapan Peledakan II)
2. Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
a. BM
b. Circuit Tester
Perlengkapan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

Dodi Mulyadi / 112.170.023 29


a. Dinamit/dodol
b. Detonator Listrik
c. Lead Wire
d. Leg Wire
e. Connecting Wire

3. Gambar peralatan

Gambar 7.6 Gambar 7.7


Exploder Blasting Machine

Gambar 7.8 Gambar 7.9


Circuit Tester Lead Wire

4. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum dalam peledakan dengan listrik yaitu
a. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan dalam peledakan
dengan listrik.
b. Menyiapkan lubang ledakan (3 x 4 lubang)

Dodi Mulyadi / 112.170.023 30


c. Masukkan dinamit yang telah dihubungkan dengan detonator
d. Susun rangkaian peledakan (rangkaian seri, paralel, seri in paralel, dan
paralel in seri).
e. Hubungkan wire bermuata positif dan negative dengan connecting wire.
f. Lalu hubungkan lagi dengan lead wire dan di uji dengan circuit tester
g. Circuit tester menunjukkan adanya arus kemudian hubungkan masing –
masing lead wire kepada blasting machine. Dan jika tidak berarti ada
rangkaian wire yang tidak terhubung.

7.5. Pembahasan
Diketahui:
 Detonator 24 buah  Panjang lead wire (21 AWG) =
 R detonator = 1,8 Ω / detonator 500 m
 Panjang conneting wire (24  I seri = 2 A
AWG) = 54 m  I parallel = 2 A
Hitung:
a. Tahanan total
b. Voltase yang dibutuhkan
c. Daya yang dibutuhkan
Jawab:
1. Rangkaian Seri

a. Tahanan Total
R detonator = 24 x 1.8 Ω = 43,2 Ω
R conneting wire = 0,0842 Ω/m x 54 = 4,5468 Ω
R leading wire = 0,04198 Ω/m x 500 = 20,99 Ω
+

Dodi Mulyadi / 112.170.023 31


R total = 68,7368 Ω
b. Voltase yang dibutuhkan c. Daya yang dibutuhkan
V = I x R total P =VxI
= 2 A x 68,7368 Ω = 137,4736 V x 2 A
= 137,4736 Volt = 274,9472 Watt

2. Rangkaian Paralel

a. Tahanan Total
1 / R detonator = 1/1,8 Ω x 24
R detonator = 1,8 Ω / 24 = 0.075 Ω
R conneting wire = 0.0842 Ω/m x 200 = 13,36 Ω
R leading wire = 0.04198 Ω/m x450 = 24,75Ω
+
R total =38,128Ω
b. Voltase yang dibutuhkan c. Daya yang dibutuhkan
V = I x R total P =VxI
= 0,5 A x 38,128Ω = 19,064V x 0,5 A
= 19,064 Volt = 9,532 Watt
3. Rangkaian Seri in Paralel

Dodi Mulyadi / 112.170.023 32


a. Tahanan Total
R detonator =1,8Ω x 10= 18 Ω
C diparalelkan = 1/ R detonator = 1/18 Ω x 10
R detonator =18/10 = 1.8 Ω
R conneting wire = 0.0668Ω/m x 200 = 13,36 Ω
R leading wire = 0.055Ω/m x450 = 24,75Ω
+
R total = 39,91Ω
b. Voltase yang dibutuhkan c. Daya yang dibutuhkan
V = I x R total P =VxI
= 0.5 A x 39,91Ω = 19,955V x 0.5 A
= 19,955 Volt = 9,9775 Watt
4. Rangkaian Paralel in Seri

a. Tahanan Total
1 / R detonator = 1/1,8Ω x 10
R detonator = 1.8 Ω /10 = 0.18 Ω
Di serikan = 0.18 Ω x 10 = 1,8Ω

Dodi Mulyadi / 112.170.023 33


R conneting wire = 0.0668Ω/m x 200 = 13,36 Ω
R leading wire = 0.055Ω/m x450 = 24,75Ω
+
R total = 39,91Ω
b. Voltase yang dibutuhkan c. Daya yang dibutuhkan
V = I x R total P =VxI
= 1.5 A x 39,91Ω = 59,865 V x 1.5 A
= 59,865 Volt = 89,7975 Watt

7.6. Kesimpulan
Dari praktikum Acara Peledakan dengan Elektrik dapat di simpulkan bahwa:
1. Hubungan paralel dapat memperkecil hambatan dibanding dengan
hubungan seri tetapi kuat arus yang digunakan semakin besar.
2. Dari jenis perlengkapan yang sama, besar daya yang digunakan
pada hubungan seri lebih sedikit dibanding hubungan paralel.
3. Untuk mencegah terjadinya missfire maka perlu diperiksa
kebocoran listrik, kerusakan kabel, kesalahan sambungan, maupun pengisian
terhadap Exploder.
4. Urutan rangkaian berdasarkan daya yang dibutuhkan:
Rangkaian Seri =247,7475 Watt
Rangkaian Paralel in Seri = 89,7975 Watt
Rangkaian Seri in Paralel = 9,9775 Watt
Rangkaian Paralel =9,532 Watt

Dodi Mulyadi / 112.170.023 34


BAB VIII
PELEDAKAN NON ELEKTRIK

8.1. Latar Belakang


Nonel merupakan bentuktube plastic yang mempunyai diameter 3 mm, di
dalamnya berisi suatu bahan reaktif yang dapat menjalankan gelombang kejut
dengan kecepatan kira-kira 2.000 m/det. Gelombang kejut tersebut mempunyai
energy yang cukup untuk meledakan ( primary explosive) atau ( delay element )
dalam detonator. Dikarenakan reaksi yang terjadi di dalam tube plastic tidak
terpengaruh oleh gelombang kejut dan sebagai akibatnya adalah tidak akan
meledakan setiap kolom bahan peledak yang dilaluinya.
Nonel yang umum digunakan dalam peledakan adalah nonel standar ini sangat
sesuai pada suhu sapai 50o C, sedangkan pada kondisi suhu sampai sekitar 650 C
digunakan jenis heavy duty.

8.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum Peledakan dengan Non-Elektrik ini
adalah:
1. Praktikan dapat memahami penggunaan detonator non elektrik (nonel) dalam
rangkaian peledakan
2. Praktikan dapat memahami prnsip peledakan dengan nonel
3. Praktikan dapat mengetahui peralatan dan perlengkapan yang digunakan
dalam peledakan non-elektrik.

8.3 Dasar Teori


Nonel adadalah tube plastik, mempunnya diameter 3 mm, di dalamnya berisi
suatu bahan reaktif yang dapat menjalankan gelombang kejut (shock wave)
dengan kecepatan kira-kira 2000 meter per detikGelombang kejut tersebut
mempunyai energi yang cukup kuat untuk meledakkan “primary explosives” atau
“delay element” dalam detonator.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 35


Hal ini dikarenakan reaksi terjadi di dalam tubeplastik tidak terpengaruh oleh
gelombang kejut dan sebagai akibatnya tidak akan meledakkan setiap kolom
bahan peledak yang dilaluinya.Nonel yang umum digunakan dalam peledakan
adalah nonel standar, ini sangat sesuai pada suhu 50o C, sedangkan pada kondisi
suhu sampai sekitar 65o C digunakan jenis heavy duty.
Nonel yang tersedia ada 2 macam, yaitu :
a. Nonel GT mempunyai interval waktu : short delay, deci-second dan half-
second delay. Nonel GT/MS (short delay period) dipakai untuk peledakan
tambang terbuka dan nonel GT/T (deci-second dan half-second period)
dipakai untuk peledakan dalam terowongan.
Nonel UNIDET adalah system nonel yang terakhir. Detonator mempunyai
waktu tunda yang sama. Dalam peledakan urutan waktu peledakan dipasang di
permukaan, hal tersebut akan memudahkan pemakaian dan penyimpanannya
1. Peledakan non-listrik dengan menggunakan bahan peledak kuat
(NONEL).
Merupakan metode peledakan yang penyalaan awalnya dengan menggunakan
gelombang kejut yang dihasilkan oleh Blasting Machine (Exploder) khusus.
Metode ini biasanya digunakan pada tambang bawah tanah.
Perlengkapan yang digunakan untuk metode nonel, yaitu:
a. Pipa plastik nonel (nonel shock tube)
Merupakan suatu pipa plastik lentur berkekuatan tinggi, berdiameter 0.12
inc (3.2 mm) yang pada permukaan bagian dalam dilekatkan badak dalam
bentuk lapisan sangat tipis. Kecepatan detonasinya 6000 fps (2000 m/dt).
Fungsi pipa plastik adalah meghantarkan gelombang detonasi dari trunkline
menuju detonator. Diameter pipa plastrik 0.08”, banyaknya isian dalam pipa
adalah 0.1 grain/ft.
b. Detonator nonel (high strength delay blasting cap)
Detonator yang digunakan non elektrik delay blasting cap berkekuatan
tinggi. Diameter sampai 3” tanpa primer.
c. Connector

Dodi Mulyadi / 112.170.023 36


Konektor digunakan untuk menyambung antar sambungan pada
rangkaianpeledakan. Peralatan yang digunakan adalah Shotgun untuk
memberi gelombangkejut.
Keuntungan menggunakan non elektrik:
1. Penggunaan mudah
2. Pengisian dan penyambungan dapat dilakukan dengan cepat
3. Tidak menggunakan rangkaian yang rumit
4. Karena tidak menggunakan arus listrik, maka lebih aman sebab:
i. Tidak ada bahaya akibat listrik tidak dapat menyala oleh api

ii. Tidak akan terjadi misfire karena tidak ada current leakage dalam
bagunan.
Sistem nonel cocok untuk pekerjaan tambang bawah tanah, misalnya pembuat
drift, short dan pekerjaan dalam stope.

2. Peledakan dengan menggunakan metode hercudet


Perlengkapan utama dari metode ini adalah detonator (Hercudeet Non
Electric Delay Blasting Cap) dan pipa plastik.
Periode perlambatan (Delay Periode) pada Hercudet Cap ada dua jenis:
a. Periode pendek (50 – 850 Ms interval rata-rata 50 Ms)
b. Periode panjang (0,05 – 12,8 detik interval rata-rata 200 Ms – 1200 Ms)

Peralatan untuk penyalaan detonator menggunakan campuran gas (oksigen


dan gas bahan bakar) yag dimasukkan pada pipa plastik. Kecepatan reaksi gas
mencapai 8000 FPS dan tak menimbulkan “noise” di permukaan.Peralatan lain:
a. Bottle Box untuk mengisi gas
ke dalam rangkaian
b. Pressure Tes Module sebagai
Galvanometer
c. Hercudeeet Tester untuk
menguji rangkaian terbatas

Keuntungan metode Heercudet:

Dodi Mulyadi / 112.170.023 37


a. Tidak bisa diledakkan
oleh frekuensi radio, arus liar ataupun elektrostatis, jadi lebih aman.
b. Rangkaian dapaat diuji
sebelum diledakkan.
c. Tidak ada “noise” di
permukaan.

Dalam penerapan di lapangan menggukan metode Hercudet harus tidak ada


cacat pada pipa plastik dan penyambungan harus betul-betul kuat dan rapat
sehingga tidak akan terjadi kebocoran gas, kebocoran akibat misfire.

8.4 Pelaksanaan Praktikum


1. Pelaksanaan
Hari, tanggal : Senin, 16 September 2019
Sesi / jam : II / (10.00 – 12.30) WIB
Acara : III (Peralatan dan Perlengkapan Peledakan II)
2. Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
a. Shotgun
Perlengkapan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
a. IP e. Echelon (65 ms)
b. Lead in Line f. Jhook
c. In hole (500 ms) g. Bunchblock
d. Surface (42 ms) h. Dinamit
3. Gambar Peralatan

Dodi Mulyadi / 112.170.023 38


Gambar 8.1
Shotgun
Gambar 8.2
tabung elemen transisi penyumbat anti-
alumunium statis
pelapis baja sumbu nonel

isian utama elemen tunda plug


isian dasar
penutup
tidak tembus air

Detonator Nonel

Gambar 8.3 Gambar 8.4


Sumbu Nonel Bunch Block

Dodi Mulyadi / 112.170.023 39


Gambar 8.5
Lead in Line
4. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum dalam peledakan dengan listrik yaitu
a. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan dalam peledakan
non listrik
b. Menyiapkan lubang ledakan (4x3 lubang)
c. Masukkan dinamit yang telah dihubungkan dengan detonator
d. Susun rangkaian peledakan nonel (Fish Bone Reverse)
e. Sambung detonator dengan sumbu nonel dan antar sumbu dihubungkan
dengan bunch block.

8.5 Pembahasan

Dodi Mulyadi / 112.170.023 40


Gambar 8.6
Rangkaian Fish Bone Reverse

Peledakan dengan non lisrik ada 2 yaitu :


a. Peledakan dengan menggunakan nonel
b. Peledakan dengan menggunakan metode hercudet
Keuntungan yang didapatkan adalah :
a. Lebih aman
b. Rangkaian mudah
c. Pengecekannya mudah
d. Jarang terjadi missfire.
Metode Nonel adalah suatu metode peledakan generasi baru yang telah
dikembangkan oleh Netro Nobel AB Swedia. Metode ini pada prinsipnya adalah
suatu sistem peledakan beruntun tanpa menggunakan listrik (nonelectric delay
system). Sedangkan tujuan metode ini antara lain ialah menghilangkan bahaya
akibat pemakaian listrik dalam peledakan, dan menggurangi efek “noise”
dipermukaan.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 41


Gambar 8.7
Basic Delay

Gambar 8.8
Final Delay

Gambar rangkaian menggunakan metode non listrik :

Keterangan:
2 1. Shotgun
2. Trunkline
3. Lubang Ledak
4. Ground 1

Gambar 8.9
Rangkaian Metode Non Elektrik

Peledakan non-listrik dengan menggunakan bahan peledak kuat (NONEL)


merupakan metode peledakan yang penyalaan awalnya dengan
menggunakangelombang kejut yang dihasilkan oleh Blasting Machine (Exploder)
khusus. Metode ini biasanya digunakan pada tambang bawah tanah.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 42


Perlengkapan yang digunakan dalam metode ini adalah pipa plastik Nonel,
detonator non-listrik, dan connector. Sedangkan peralatan utama yang digunakan
adalah Blasting Machine (Exploder) khusus.Beberapa keuntungan dari
penggunaan metode Nonel antara lain :
1. Penggunaannya mudah.
2. Pengisian dan penyambungan dapat dilakukan dengan cepat.
3. Tidak mengunakan rangkaian listrik yang rumit.
4. Karena tidak memakai arus listrik, maka lebih aman sebab :
a) Tidak ada bahaya akibat listrik.
b) Tidak dapat menyala oleh api biasa.
c) Tidak akan terjadi “missfire”
d) Peledakan non-listrik dengan menggunakan gas (Hercudet).
Peledakan cara ini menggunakan gas, dimana gas dihasilkan dari campuran
oksigen dan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam pipa plastik. Sistem nonel ini
sangat sesuai untuk pekerjaan tambang bawah tanah, misalnya pembuatan drift,
shaft, dan pekerjaan dalam stope. Cara yang paling efisien apabila menggunakan
sistem nonel pada pekerjaan tambang bawah tanah dengan cara “bunch blasting”.
Yaitu dengagn cara mengikat sejumlah ujung nonel (bisa sampai 30 buah untuk
setiap ikatan) sesuai dengan panjangnya. Kemudian untuk menyalakan sumbu
ledak (trunkline), dapat digunakan detonator listrik atau dengan detonator biasa
dan sumbu api.
Cara penyambungan nonel dengan sumbu ledak pada prinsipnya sama dengan
penyambungan “Ignitor Cord” dengan sumbu api, yaitu dengan menggunakan IC
Connector.

Suatu rangkaian peledakan, setiap lubang tembak diisi detonator tunda 500 ms.
Setelah pengisian selesai diatur urutan tunda yang dikendaki yaitu pertama yang
harus dipasang adalah starter atau UB 0. Tahap selanjutnya adalah
menghubungkan tube dari UB 25 dengan starter atau UB 0 dan menghubungkan
UB 25 dengan detonator dan connector berikutnya, demikian selanjutnya
sehingga akhirnya didapat peledakan beruntun dengan interval tunda 25 ms.
8.6 Kesimpulan

1. Peralatan dan perlengkapan NONEL

Dodi Mulyadi / 112.170.023 43


a. Pipa plastik nonel.
b. Detonator non listrik.
c. Connector.
2. Cara penyambungan nonel dengan sumbu ledak pada
prinsipnya sama dengan penyambungan IC dengan sumbu api, yaitu dengan
menggunakan IC Connector.
3. Beberapa keuntungan dari penggunaan sistem nonel ini
adalah:
a. kemasan yang kedap udara sehingga tetap terjaga sampai pada saat
akan digunakan.
b. Pengisian dan penyambungan dapat dilakukan dengan cepat.
c. Penggunaannya mudah karena rangkaian listrik yang tidak rumit.
d. Karena tidak memakai arus listrik, maka lebih aman.
e. Tidak akan terjadi missfire karena tidak akan ada current leakage.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 44


Dodi Mulyadi / 112.170.023 45
BAB IX
PELEDAKAN ELEKTRONIK

9.1. Latar Belakang


Tidak semua bahan galian dalam pertambangan memiliki kekerasan yang sama,
sehingga memiliki perlakuan yang berbeda dalam proses pembongkarannya. Ada
yang hanya memerlukan alat mekanis biasa dan ada juga yang harus memerlukan
tahap peledakan. Peledakan pada material akan dilakukan apabila material terlalu
sulit digali secara mekanis. Sehingga perlu diberaikan terlebih dahulu untuk
memudahkan pekerjaan penggalian dan pemuatan. Sedangkan pada material lunak
tidak efektif dilakukan dengan peledakan.
Operasi peledakanmerupakan salah satu kegiatan pada penambangan bijih untuk
melepaskan batuan dari massa batuan induknya atau membongkar overburden.
Peledakan merupakan aktivitas penambangan yang bertujuan untuk memberaikan
batuan atau material, dimana bahannya terdiri dari bahan kimia yang mampu
menciptakan ledakan.
Dalam proses peledakan dibutuhkan bahan peledak dan pemicu awal atau yang
biasa disebut dengan detonator. Pada bahan peledak terdiri dari campuran
ammonium nitrat danfuel oil, sedangkan pemicu awal ledakan berupa detonator
dan power gel.
Detonator merupakan sebuah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam
bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut
terhadap bahan peledak peka detonator atau primer. Detonator disebut dengan
blasting capsuleatau blasting cap.

Seiring dengan berkembangnyateknologi, pabrikan pembuat detonator berlomba-


lomba membuat detonator yang mudah di gunakan dan memiliki sedikit
kekurangan. Dari teknologi saat ini menghasilkan detonator elektronik. Detonator
ini menutupi semua kukurangan dari detonator sebelumnya.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 46


9.2. Tujuan Praktikum
Dalam praktikum Teknik Peledakan yang membahas hal mengenai peledakan
elektronik ini, praktikan diajak untuk membahas hal-hal apa saja yang berkaitan
dengan peledakan elektronik. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam acara ini :
1. Agar praktikan dapat memahami rangkaian peledakan elektronik.
2. Agar praktikan memahami peledakan elektronik dan rangkaian peledakan
elektronik.
3. Agar praktikan mengerti prinsip peledakan elektronik.

9.3. Dasar Teori


Perlengkapan dalam melakukan kegatan peledakan adalah detonator dan sumbu
peledak. Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam
bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut
terhadap bahan peledak peka detonator atau premier.
Terdapat dua jenis muatan bahan peledak dalam detonator yang masing-masing
fungsinya berbeda yaitu:
a. Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka
(sensitive) fungsi untuk menerima efek panas dengan sangat cepat dan
meledak sehingga menimbulkan gelombang kejut.
b. Isian dasar (base charge) disebut juga isisan sekunder dalam bahan peledak
kuat dengan vod tinggi, fungsinya adalah menerima gelombang kejut dan
meledak dengan kekuatan besarnya bergantung pada berat isian dasar tersebut
Kekuatan ledak (strenght) detonantor ditentukan oleh jumlah isian dasarya,jenis-
jenis detonator:
a. Detonator biasa (plain detonator)
b. Detonator listrik (electric detonator)
c. Detonator nonel (nonel detonator)
d. Detonator elektronik (electronic detonator)
Yang dimaksud dengan sumbu peledakan disini adalah sumbu api dan sumbu
ledak. sumbu api adalah sumbu yang dipasang ke detonator biasa pada peledakan
dengan menggunakan detonator biasa. dapat diakatakan bahwa sumbu api
merupakan pasangan detonator biasa, karena detonator biasa tidak dapat
digunakan tanpa sumbu. fungsi sumbu adalah untuk merambatkan api dengan

Dodi Mulyadi / 112.170.023 47


kecepatan tetap pada detonator biasa, sedangkan sumbu ledak adalah sumbu pada
bagian intinya yg terdapat pada peledak PETN, fungsi sumbu ledak untuk
merangkaikan suatu sistem peledak tanpa meggunakan detonator didalam lubang
ledak. Sumbu ledak memiliki sifat tidak sensitif terhadap gesekan, benturan,aliran
arus dan listrik statis.
Peralatan yang berhubungan langsung dengan peledakan :
Alat pemicu ledak:
a. Blasting machine pada peledakan listrik
b. Shot gun/short fire pada peledakan nonel
Alat bantu ledak listrik:
a. Blasting ohmmeter (BOM)
b. Pengukur kebocoran listrik
c. Multimeter peledakan
d. Pengukur kekuatan blasting machine
e. Pelacak kilat (lighting detector)
Alat bantu peledakan lain:
a) Kabel listrik utama (lead wire) atau sumbu nonel utama (lead in line)
b) Cramper (penjepit sambungan sumbu api dengan detonator biasa)
c) Meteran dan tongkat yang diberi skala.
A. Pengertian Detonator
Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk
letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut
terhadap bahan peledak peka detonator atau primer. Detonator disebut dengan
blasting capsule atau blasting cap. Dalam bidang teknik peledakan ada
beberapa jenis detonator sesuai dengan cara penyalaan dan kegunaannya.
B. Detonator Biasa (Plain Detonator)
Adalah jenis detonator yang penyalaannya dengan api/panas yang
dihantarkan melalui sumbu bakar jadi boleh dikatakan detonator biasa selalu
digunakan bersama-sama dengan sumbu bakar.
a. Ramuan pembakar berfungsi untuk meneruskan nyala api dari sumbu
bakar.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 48


b. Isian utama bagitu tertentu oleh nyala atau panas akan menghasilkan
gelombang sentakan.

c. Isian dasar karena pengaruh dari gelombang sentakan dari isian utama
sehingga isian dasar meledak, dan kemudian menghentak dinamik atau
primer.

Isian dasar biasanya dibuat dari jenis bahan peledak yang peka dan kuat
seperti:

1. PETN ( Penta Erythritoll Tetra Nitrat)

2. TNT (Tri Nitrat Toluena)

Demikian pekanya isian dari detonator ini sehingga jangan sekali-kali


memadatkan isiannya atau memperlakukan secara kasar bagi mereka yang bekerja
di TBT agar selalu menghindar dari detonator terkena jatuhan benda keras seperti
batu dll. Paduan detonator biasanya dengan sumbu bakar biasanya dipakai apabila
daerah-daerah dimana detonator listrik dipertimbangkan tidak dapat digunakan.

Sistem paduan sumbu bakar dan detonator biasa ini sangat cocok dan umum
dipakai di stope tambang bawah tanah karena pada peledakan seperti ini jumlah
lubang relative sedikit (1-10 lubang) serta pola sambungan sumbu dapat dibuat
melingkal atau radikal.

Detonator biasa yang diproduksi yang ada dipasaran terdiri dari dari 2 jenis
kekuatan (strength) no.6 dan no.8 kekuatannya dua kali no.6.
C. Detonator listrik
Adalah jenis detonator yang penyalaannya dengan arus listrik yang
dihantarkan melalui kabel khusus untuk itu pada kedua ujung kabel kedalam
tabung detonator listrik dilengkapi dengan jenis kawat halus yang telanjang
yang apabila dilewati arus listrik akan berpijar. Pada prinsipnya susunan dan
jenis kandungan ini, detonator ini sama dengan detonator biasa, pijar dari
kawat halus akan membakar ramuan pembakar dan kemudian menyentuh
isian utama sehingga menghasilkan gelombang sentak yang akan meledakkan
isian dasar, jadi terlihat disini bahwa prinsipnya detonator listrik sama dengan
detonator biasa bedanya hanya pada penyalaannya.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 49


Keuntungan dan kerugian detonator listrik dibanding dengan detonator biasa :
Keuntungan:

1. Jumlah lubang ledak yang dapat diledakkan sekaligus relatif lebih banyak.
2. Pola peledakan lebih leluasa
3. Hasil peledakan lebih leluasa
4. Penanganan lebih mudah dan praktis

Kerugian:

1 . Untuk daerah peledakan yang banyak kilat pemakaian detonator listrik kurang
aman

2 . Pengaruh gelombang radio. Tv dan jumber arus listrik dan sebagainnya.

3 . Membutuhkan perlengkapan tambahan seperti sumber arus listrik dan alat


pengetes dll.

Setiap detonator listrik dilengkapi kabel listrik ang berhubungan langsung dengan
tabung detonator, panjang kabel ini bermacam-macam sehingga dapat disesuaikan
dengan kedalaman lubang ledak. Hindari sambungan-sambugan kabel sepanjang
kolam ledak untuk itu pilih detonator yang panjang kabel listriknya (leg wire)
sesuai dengan kedalaman lubang ledak, leg wire yang baik harus lebih lentur dan
tahan gesekan.

Tahanan listrik dari suatu detonator listrik bervariasi sesuai dengan panjang leg
wirwnya tetapi biasanya berkisar 1-5 ohm untuk leg wire 1,8 m-2.0 ohm untuk leg
wire 3,6 m. kekuatan arus listrik minimum yang diizinkan untuk dapat
meledakkan detonator listrik adalah 1-1,5 ampere sehingga apabila ada arus listrik
liar yang tidak diinginkan masuk kedalam detonator melalui kabel lebih kecil dari
1-1,5 A maka diharapkan detonator belum meledak. Seperti detonator biasa maka
detonator listrikpun diproduksi dalam 2 jenis kegiatan yaitu strain no.6 dan no.8
dan biasanya bahan dasar tabung dibedakan antara baja dan aluminium.

Detonator listrik terdiri dari beberapa jenis didasarkan pada tenggang waktu
penyalaan antara saat penyalaan dan timbulnya ledakan dan juga kegunaan khusus
dari pemakaian detonator tersebut.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 50


1. Instantaneous detonator, pada intantaneous detonator begitu arus listrik
dilepas dan mengalir dari sumber arus listrik blasting machine maka serentak
pada saat itu juga detonator langsung meledak. Tepatnya kejadian tersebut
dapat diteangkan sbb, begitu arus listrik dilepaskan dari blasting
machinedengan kecepatan rambat arus yang tinggi maka hamper seketika
juga itu kawat halus dalam detonator berpijar dan membakar ramuan
pembakar yang telah membakar seketika itu langsung membakar isian utama
dan menghasilkan sentakan yang berfungsi untuk menghentak isian dasar dan
rangkaian kegiatan ini berlangsung cepat.Intatuneus detonator umumnya
dipakai untuk pola peledakan yang hanya satu baris (single room) dan jumlah
primer didalam kolom ledaknya hanya ada satu single primer.

2. Delay detonator. Pada delay detonator begitu arus listrik dilepaskan dan
mengalir dari sumber arus, maka kawat halus dari detonator berfijar dan
membakar delay elemen dan api atau panas tersebut menjalar sepanjang delay
elemen kalau dibandingkan dengan Intatuneus detonator.

D. Detonator Nonel
Alat pemicu nonel (starter non-electric) dinamakan shotgun atau shot fire
atau shot shell primer. Seperti diketahui bahwa sumbu nonel mengandung
bahan reaktif (HMX) yang akan aktif atau terinisiasi oleh gelombang kejut
akibat impact. Alat pemicu nonel dilengkapi dengan peluru yang disebut shot
shell primer dengan ukuran tertentu (untuk buatan ICI Explosives berukuran
No. 209). Shot shell primer diaktifkan oleh pemicu, yaitu pegas bertekanan
tinggi yang yang terdapat di dalam alat pemicu nonel.
Nonel adalah sejenis detonator non listrik yang penyalaanya menggunakan
sistem ledakan awal atau shock( kejutan ), baik dengan detonator listrik/biasa,
shotgun, atau blasting mechine. Detonator nonel (non-electric) dirancang
untuk mengatasi kelemahan yang ada pada detonator listrik, yaitu dipengaruhi
oleh arus listrik liar, statis, dan kilat serta air.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 51


Gambar 9.1.
Detonator nonel
Detonator ini menggunakan proses transmisi sinyal energi rendah gelombang
kejut menuju detonator tanpa mempengaruhi bahan peledak yang digunakan.
Transmisi signal terjadi di dalam suatu sumbu (tube) berdiameter 2 – 3 mm
terbuat dari semacam lapisan plastik yang pada bagian dalamnya dilapisi dengan
material reaktif yang sangat tipis.Struktur nonel terdiri dari :

1. Tube/Tabung plastik, yang isian di dalamnya adalah berupa bahan kimia


reaktif terdiri dari jinis HMX.
2. Detonator non lislrik ( High Strenght Delay Detonator )
3. Connector
4. Label delay ( delay tag )

Komponen utama satu set detonator nonel


1. Sumbu nonel, berfungsi sebagai saluran sinyal energi menuju detonator tunda.
2. Sumbu nonel terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan
lapisan dalam yang masing-masing berfungsi sebagai berikut :
• Lapisan luar: untuk ketahanan terhadap goresan dan perlindungan terhadap
ultra violet
• Lapisan tengah: untuk daya regang dan ketahanan terhadap zat kimia
• Lapisan dalam: menahan bahan kimia reaktif, yaitu jenis HMX atau
octahydrotetranitrotetrazine dan aluminium, pada tempatnya. HMX ber-
suhu stabil dan memiliki densitas serta kecepatan detonasi yang tinggi.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 52


Gambar 9.2.
Lapisan Detonator Nonel

Gambar 9.3.
Bagian-bagian detonator Nonel

Prosedur penggunaan alat pemicu ledak nonel untuk seluruh tipe adalah sebagai
berikut:

 Informasi dahulu tentang pelaksanaan peledakan ke sekitar lokasi peledakan


melalui corong mikrofon atau handy- talky (HT) dan yakinkan bahwa situasi
benar-benar aman.Sisipkan lead-in line atau extendaline atau “sumbu nonel
utama” ke dalam lubang yang tersedia pada alat pemicu ledak nonel.
 Masukkan shot shell primer ke dalam lubang yang tersedia, kemudian tutup
oleh striker dan siap diledakkan.
E. Detonator Elektronik

Dodi Mulyadi / 112.170.023 53


Komponen elektronik diperkenalkan di dunia inisiasi listrik di akhir 1960-an .
Meningkatkan ukuran masing-masing ditembak berubah menjadi strategis untuk
pasar penggagas , untuk detonator listrik untuk dapat bersaing dengan yang baru
diperkenalkan detonator non – listrik.
Perkembangan elektronik membuat penciptaan mesin peledakan berurutan
mungkin. Mesin peledakan sekuensial memberikan semburan waktunya
elektronik adjustable energi untuk sejumlah kawat timah , secara dramatis
meningkatkan jumlah maksimum detonator listrik Decepticons dapat terhubung
dan karenanya meningkatkan jumlah kombinasi potensial.Pada tahun 1990 ,
miniaturisasi peningkatan komponen elektronik melahirkan ide baru :
menggunakan jamelektronik memulai untuk menggantikan pyrotechnical (
powder ) delay elemen yang menciptakan ketidaktelitian untuk detonator listrik.
Dari tahun 1990 hingga tahun 2000, gerakan penelitian dan pengembangan besar-
besaran dilakukan oleh sejumlah besar pelaku untuk mengembangkan detonator
elektronik pra – diprogram atau diprogram .Detonator elektronik Programmable
merupakan langkah maju dalam logika , menawarkan fleksibilitas yang luar biasa
dalam pilihan waktu inisiasi . Fleksibilitas ini bersama-sama dengan akurasi
dikontrol secara elektronik membuka pintu untuk penundaan singkat urutan
inisiasi kompleks yang telah sejak menunjukkan manfaat yang signifikan
( pengurangan gangguan , meningkatkan produktivitas ) kepada para pemangku
kepentingan pertambangan Perangkat lunak simulasi numerik telah dikembangkan
untuk membantu insinyur pertambangan untuk berurusan dengan sejumlah besar
kemungkinan dalam desain tembakan mereka.
Meskipun harga pasar yang lebih tinggi , detonator elektronik terus menyebar di
pasar selama 2000-an . Sebuah merger dan akuisisi tahap yang kuat telah
menghasilkan hilangnya sebagian besar produsen . Saat ini, hanya 5 atau 6
produsen tetap aktif di pasar ini.
Setiap merek dapat diprogram hanya dengan dirancang khusus mesin peledakan
sendiri . Terutama karena protokol komunikasi yang berbeda , tak satu pun dari
mesin ini dapat digunakan untuk memulai beberapa merek detonator . Akibatnya ,
tak satu pun dari merek ini dapat dicampur dalam satu tembakan.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 54


Pertama mesin peledakan nirkabel muncul di pasar pada tahun 2000 , yang
memungkinkan inisiasi tembakan lebih besar dari jarak aman . Inisiasi Wireless
telah menjadi standar sejak di pasar.
Detonator elektronik masih didasarkan pada kabel listrik untuk melakukan sumber
energi sinyal inisiasi . ORICA Mining Services , penemu detonator elektronik
nirkabel diresmikan pada awal tahun 2011 , berpura-pura sekarang untuk
mengakhiri dengan kelemahan operasional ini ( potensi kebocoran , celana
pendek, cut- off , sensitivitas elektromagnetik ) dan akibatnya meningkatkan
keselamatan dan profitabilitas tambang. Perusahaan ORICA membuat detonator
dengan merk I-kon TM Digital Energy system.

9.4. Pelaksanaan Praktikum


Pelaksanaan Praktikum dilakukan pada:
Hari, tanggal : Senin, 16 September 2019
Sesi / jam : II / (10.00 – 12.30) WIB
Acara : III (Peralatan dan Perlengkapan Peledakan II)

9.5 . Pembahasan
I-kon TM Digital Energy system atau yang lebih dikenal dengan sebuan elektronik
detonator merupakan detonator generasi terbaru yang dibuat dan dirancang
sedemikian khusus sebagai penyempurna dari detonator generasi sebelumya untuk
lebih memaksimalkan proses kinerja peledakan. Elektronik detonator ini memiliki
kelebihan diantaranya :
 Waktu delay detonator : 0-15000 ms dengan beda 1 ms
 Akurasi : +/- 0.1% dari waktu delay terprogram
 Memiliki detonator ID khusus
 Dapat membuat komunikasi dua arah
 Dapat mencegah terjadinya overlap waktu delay
 Aman terhadap over voltage, arus liar dan arus statis
 Kemampuan peledakan dari jarak jauh: CEBS (Central Blasting System)
untuk aplikasi Underground dan SURBS (Surface Remote Blasting System)
untuk aplikasi Open Cut
 Memiliki konektor

Dodi Mulyadi / 112.170.023 55


 Software SHOTPlus-I & SHOTPlus-I UG terpadu untuk desain peledakan dan
memprogram detonator secara otomatis
 Kemampuan pemrograman yang penuh, yang memudahkan pengurangan
inventarisasi dan pemenuhan terhadap peraturan yang disederhanakan.
 Pilihan premium wire untuk aplikasi yang tinggi permintaannya (i-kon™ RX)
Dengan menggunakan EDB factor keamanan lebih besar, karena EDB
memungkinkan penembakan detonator dengan peningkatan fragmentasi batuan
dari 10 % sampai 15 %, dan juga memastikan bahwa lubang ledakan diledakkan
dalam akurasi 0,5 milidetik. Dengan penyesuaian terus menerus dari model
prediksi dari waktu ke waktu, kualitas prediksi, misalnya, fragmentasi, heave dan
bentuk dinding, menjadi lebih realistis. Hasil dari model prediksi kemudian dapat
digunakan untuk meningkatkan desain ledakan dari sistem peledakan elektronik .
Beberapa perusahaan pertambangan menyewa komputer dan perangkat lunak
sistem khusus yang digunakan untuk perencanaan dan menganalisis ledakan
sampai waktu sedemikian rupa sehingga pengembangan program selesai.
Sistem i-kon™ adalah Sistem Peledakan Elektronik yang paling maju di pasaran
yang di desain untuk digunakan pada peledakan yang bernilai tinggi dan yang
kompleks untuk operasi tambang terbuka dan bawah tanah yang luas. i-kon™
Digital Energy System atau yang lebih dikenal dengan sebutan elektronik
detonator merupakan detonator generasi terbaru dan termodern yang dibuat dan
dirancang sedemikian rupa sebagai penyempurna dari detonator generasi
sebelumnya untuk lebih memaksimalkan peroses kinerja peledakan. Sehingga
peledakan yang dihasilkan akan memiliki kesempurnaan tinggi dalam proses
peledakannya, dan juga memaksimalkan bahan peledak yang ada dan dapat
menekan harga bahan peledak yang mahal sehingga membuat peledakan ini
menjadi lebih murah dan lebih efisien dari metode peledakan generasi
sebelumnya.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 56


Gambar 9.4.
Electronic Detonator

Karena detonator ini bersifat khusus tentunya ada beberapa alat yang digunakan
untuk menunjang kinerja dan pemakaian detonator ini, diantaranya ada perangkat
lunak dan perangkat kerasnya, seperti:
1. Logger
Logger merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menentukan delay antar
detonator pada detonator elektronik, membaca dan menyimpan detonator ID di
dalam memori, mengecek, dan memberikan informasi kemungkinan adanya
errordetonator maupun adanya kebocoran arus, dan juga berfungsi sebagai sistem
pengamanan.

Gambar 9.5.
Logger

2. Blaster
Blaster merupakan alat yang berfungsi untuk melakukan komunikasi dua arah
pada detonator, pemrograman firing detonator, serta mengecek laporan apakah

Dodi Mulyadi / 112.170.023 57


detonator sudah siap untuk firing ataukah ada yang error. Blaster inipun
mempunyai kunci pengamanan khusus yang dapat mencegah adanya prematur
firing.

Gambar 9.6.
Blaster
3. Shotplus-I
Perangkat lunak yang digunakan untuk mendesain pola peledakan pada detonator
ini adalah shotplus-i yang dimana software ini. Desai peledakan untuk logging /
pemrograman waktu delay. Melakukan simulasi peledakan dan analisa waktu
peledakan download data rencana logging dan upload aktual logging dari logger
ke komputer.

Gambar 9.7.
Perangkat Lunak
Peledakan Elektronik merupakan metode peledakan generasi terbaru yang dibuat
dan dirancang sedemikian khusus sebagai penyempurna dari detonator generasi
sebelumnya untuk lebih memaksimalkan proses kinerja peledakan.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 58


Di bidang pertambangan, detonator elektronik (Daveytronic, uni tronic 600, i-kon,
Digishot Plus, Smartshot) memiliki ketelitian yang lebih baik untuk delay.
Detonator elektronik didesain untuk memberikan kontrol yang tepat untuk
menghasilkan hasil peledakan yang akurat dan konsisten dalam berbagai aplikasi
peledakan di pertambangan, industri kuari, dan konstruksi. Detonator elektronik
dapat diprogram secara bertahap (milidetik) dari 1 milidetik hingga 10.000
milidetik menggunakan perangkat pemrograman khusus yang disebut logger.
Keuntungan :
Elektronik detonator ini memiliki kelebihan diantaranya ( Dyno Nobel
Presentation, Juju Juanda, 2014) :
a. Waktu delay detonator : 0 – 20000 ms dengan beda 1 ms.
b. Akurasi +/- 0,1% dari waktu delay terprogram.
c. Memiliki Detonator ID khusus.
d. Dapat membuat komunikasi 2 arah.
e. Mencegah terjadi Overlap waktu delay.
f. Detonator berkekuatan tinggi.
g. Aman terhadap Over Voltage, arus liar dan arus statis.
h. Memiliki konektor.
i. Peledakan jarak jauh/remote firing.

Gambar 9.8.
Komponen Elektronik Detonator

9.5 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat pada makalah ini adalah detonator merupakan alat
pemicu awal dalam proses peledakan. Pemicu awal ini berupa letupan kecil yang

Dodi Mulyadi / 112.170.023 59


akan memberikan rangsangan kepada bahan peledak untuk terjadi peledakan.
Detonator pertama yang di buat adalah detonator biasa, tetapi pada detonator biasa
masih banyak kekuaranagn sehingga diciptakan lah detonator listrik. Pada
detonator listrik terdapat kelemahan sering terjadi miss fire bila terkena air dan
akan meledak bila terkena arus liar sehingga diciptakan lah detonator nonel yang
dapat menutupi kekurangan pada detonator lisrik.

Seiring dengan berkembangnya teknilogi pada saat ini. Para produsen detonator
membuat detonator yang paling canggih. Untuk menutupi kekurangan pada
detonator nonel.

Pada tahun 2011 pabrik ORICA Mining Services telah meluncurkan detonator
elecronik atau I-kon TM Digital Energy system. Penggunaan detonator ini
digunakan untuk meledakan dengan peledakan skala besar. Karena dengan
menggunakan detonator elektronik system delay dapat di atur sedemikian rupa
dengan alat logger dan blaster. Dan setelah semua delay terpasang dapat
menentukan pola peledakan dengan menggunakan software shotplus – I
.sehinggatidak membutuhkan waktu lama untuk memulai proses peledakan. Dan
pada detonator elektronik ini dapat meminimalisir terjadinya miss fire kareana
dalam software yang digunakan detonator yang rusak akan terdeteksi.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 60


DAFTAR PUSTAKA

[1] Barlian Dwinagara (2013), Buku Petunjuk Praktikum Teknik Peledakan,


Laboratorium Pemboran & Peledakan Program Studi Teknik
Pertambangan, FTM, UPN ‘Veteran’ Yogyakarta.

[2] Koesnaryo S, (2001), Pemboran Untuk Penyediaan Lubang Ledak, Program


Studi Teknik Pertambangan, FTM, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Yogyakarta.

Dodi Mulyadi / 112.170.023 61


Dodi Mulyadi / 112.170.023 62

Anda mungkin juga menyukai