Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PBL

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

EFUSI PLEURA

DOSEN PENDAMPING

Ns. Gusti Pandi Liputo, M.Kep

OLEH

KELAS B
KELOMPOK 3

ADHAN REGITTO THALIB 841419065


RISNA FUZI ASTUTI SUO 841419054
MILDAWATI R. AMU 841419071
FITRIANINGSI PORODJIA 841419072
RAHMA DWI ASTUTI YUSUF 841419074
SRI AIN CLARADIKA MOHAMAD 841419077
SITTI NURHASANAH DJAILANI 841419081
SRI WAHYU NINGSI MAHAJANI 841419087
NUR,AZMI AIRMAS 841419090

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, serta kepada keluarga, sahabat, kerabat
beliau sekalian.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I yang berjudul “Asuhan Keperawatan Sistem Respirasi ” dapat selesai sesuai
waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak
yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Gusti Pandi Liputo, M.Kep selaku dosenpen damping Universiatas Negeri Gorontalo
2. Kedua orang tua.
3. Teman-teman sekalian
Yang mana telah memberikan dukungan, bantuan, beserta dorongan semangat agar makalah
ini dapat diselesaikan.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya bertujuan untuk
menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan pengetahuan yang kami
peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain. Semoga semuanya memberikan
manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan ataukata-kata di dalam makalah ini, penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Gorontalo, 17 oktober 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

ii
BAB 1
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan melebihi normal
didalam cavum pleura diantara pleura parietalis dan viseralis dapat berupa transudat dan
cairan eksudat. Efusi pleura merupakan panyakit sekunder terhadap penyakit lain, jarang
merupakan penyakit primer, secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan
(5-15ml) berfungsi sebaai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa
adanya friksi (Puspita ,2015).
B. Etiologi
Kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya disebabkan oleh satu dari 4 mekanisme
dasar:
1) Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
2) Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
3) Penurunan tekanan osmotik koloid darah
4) Peningkatan tekanan negativ intrapleural
Penyebab effusi pleura:
1. Virus dan mikoplasma
Insidennya agak jarang bila terjadi jumlahnya tidak banyak.Contoh : Echo virus, riketsia,
mikoplasma, Chlamydia.
2. Bakteri piogenik
Bakteri berasala dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen. Contoh
aerob : strepkokus pneumonia, S.mileri,S.aureus, hemopillus,klabssiella. Anaerob:
bakteroides seperti peptostreptococcus, fusobacterium.
3. TB
Terjadi karena komplikasi TB paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui
aliran limfe, atau karena robeknya perkijuan kearah saluran limfe yang menuju pleura.
4. Fungi
Sangat jarang terjadi, biasanya karena perjalanan infeksi fungi dari jaringan paru.
Contoh: aktinomiksis, koksidiomikosis. Asergilus, Kriptokokus, Histoplasma.

1
5. Parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke pleura hanya amoeba.Amoeba masuk dalam bentuk
tropozoid setelah melewati perenkim hati menembus diafragma terus ke rongga pleura.
Effusi terjadi karena amoeba menimbulkan peradangan .
6. Kelainan intra abdominal
Contoh : pancreatitis, pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut, pancreatitis kronis,
abses ginjal.
7. Penyakit kalogen
Contoh : lupus eritematosus sistemik (SLE), arthritis rematoid(RA), sclerpderma.
8. Gangguan Sirkulasi
Contoh : gangguan CV (payah jantung), emboli pulmonal, hypoalbuminemia.
9. Neoplasma
Gejala paling khas adalah jumlah cairan effusi sangat banyak dan selalu berakumulasi
kembali dengan cepat.
10. Sebab-sebab lain.
Seperti: trauma (trauma tumpul, laserasi, luka tusuk), uremia, miksedoma, limfedema,
reaksi dipersensitif terhadap obat, effusi pleura (Andra, 2013).
C. Manisfestasi Klinis
Menurut Saferi & Mariza (2013) gambarakn klinis effusi pleura
tergantung pada penyakit dasarnya :
1. Sesak napas
2. Rasa berat pada dada
3. Bising jantung (pada payah jantung)
4. Batuk yang kadang-kadang berdarah pada perokok (ca bronkus)
5. Lemas yang progresif
6. Bb menurun (pada neoplasma)
7. Demam subfebril (pada tb)
8. Demam menggigil (pada empiema)
9. Asitesis (pada sirosi hati)
10. Asites dengan tumor pelvis (pada sindrom meig)
D. Patofisiologi

2
Didalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ML cairan yang cukup untuk membasahi
seluruh permukaan pleura viseralis dan parietalis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura
parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian
cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-
20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga posisi cairan disini mencapai 1 L sehari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura di sebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan
antar produksi dan abrsorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan
tekanan osmotik, peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Berdasarkan kejadiannya efusi
di bedakan menjadi transudat dan eksudat pleura. Transudat biasanya terjadi pada gagal
jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik dan sirosis hepatik
karena tekanan osmotik koloid yang menurun. Eksudat dapat di sebabkan oleh keganasan
atau infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat
jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat
kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah(Khairani, d. 2012)
E. Klasifikasi
Effusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Effusi pleura transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membrane pleura tidak terkena
penyakit. Akumulasi cairan disebabkanoleh faktor sistematik yang mempengaruhi
produksi dan absorb cairan pleura seperti (gagal jantung kongesif, atelektasis, sirosis,
sindrom nefrotik, dan dialysis peritoneum)
2. Effusi pleura eksudat
Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan masuk ke
dalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut
atau ke dalam paru terdekat. Kriteria effusi pleura eksudat :
a) Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
b) Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase (LDH) lebih dari 0,6
c) LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum
Penyebab effusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema, penyakit metastasis (mis,
kanker paru, payudara, lambung, atau ovarium) haemotorak, infark paru, keganasan, repture
aneurismaaorta (Nurarif, 2015).

3
F. Prognosis
Prognosis pasien dengan efusi pleura sangat erat terkait dengan penyakit yang mendasarinya,
namun secara umum makin parahnya efusi pleura juga telah diketahui berhubungan dengan
prognosis yang buruk. Hal ini ditunjukkan mortalitas efusi pleura bilateral sebesar 26% yang
lebih tinggi 4 kali lipat dibandingkan tingkat mortalitas efusi pleura unilateral sebesar 5.9%.
Pada efusi pleura tidak terkait keganasan, prognosis bervariasi tergantung penyakit yang
mendasarinya. Contoh pada efusi pleura akibat gagal jantung kongestif, mortalitas 30 hari
22% dan 1 tahun 53% sedangkan pada efusi pleura akibat gagal ginjal, mortalitas 30 hari
14% dan 1 tahun 57%.
Di sisi lain, pasien dengan efusi pleura terkait keganasan umumnya memiliki prognosis
buruk : Mortalitas 30 hari 37%, dan 1 tahun 77%, median survival 4 bulan dan mean
survival <1 tahun, kematian dalam 12-24 bulan, terlepas dari etiologi spesifik dari efusi
pleura akibat keganasan tersebut efusi akibat keganasan yang responsif terhadap kemoterapi,
seperti limfoma,  umumnya memiliki survival lebih baik dibandingkan kanker paru atau
mesothelioma, semakin rendah pH cairan pleura, maka semakin parah dan prognosis semakin
buruk.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen
Evaluasi effusi pleura dimulai dari pemeriksaan imejing untuk menilai jumlah cairan,
distribusi dan aksesibilitasnya serta kemungkinan adanya abnormalitas intratorakal yang
berkaitan dengan effusi pleura tersebut. Pemeriksaan foto toraks posteroanterior (PA)
dan lateral sampai saat ini masih merupakan yang paling diperlukan untuk mengetahui
adanya effusi pleura pada awal diagnose. Pada posisi tegak, akan terlihat akumulasi
cairan yang menyebabkan hematoraks tampak lebih tinggi, kubah diafragma tampak
lebih ke lateral, serta sudut kostofrenikus yang menjadi tumpul.
Foto toraks PA setidaknya butuh 175-250 ml cairan yang terkumpul sebelumnya agar
dapat terlihat di foto toraks PA. Sementara foto toraks lateral dekubitus dapat
mendeteksi effusi pleura dalam jumlah yanag lebih kecil yakni 5ml. jika pada foto lateral
dekubitus ditemukan ketebalan effusi 1 cm maka jumlah cairan telah melebihi 200 cc, ini
merupakan kondisi yang memungkinkan untuk dilakukan torakosintesis. Namun oada
effusi leculated temuan diatas mungkin tidak dijumpai.Pada posisi supine, effusi pleura

4
yang sedang hingga masif dapat memperlihatkan suatu peningkatan densitas yang
homogeny yang menyebar pada bagian bawah paru, selain itu dapat pula terlihat elevasi
hemidiafragma, diposisik kubah diafragma pada daerah lateral.Tomografi computer (CT-
scan) dengan toraks harus dilakukan pada effusi pleura yang tidak terdiagnosa jika
memang sebelumnya belum pernah dilakukan.
2. Blood Gas Analysis (BGA)
Blood Gas Analysis (BGA)merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis
yang bertujuan untuk mengetahui atau mngevaluasi pertukaran Oksigen (O2),
karbondioksida (CO2) dan status asam-basa dalam darah arteri.
Analisis gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk
mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan
pernafasan dan/atau gangguan metabolic. Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2,
PaO2, SO2, HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan basa).
3. Pemeriksaan Cairan Pleura
Analisis Cairan pleura merupakan suatu sarana yang sangat memudahkan untuk
mendiagnosa penyebab dari effusi tersebut.Prosedur torakosintesis sederhana dapat
dilakukan secara bedsidesehingga memungkinkan cairan pleura dapat segera diambil,
dilihat secara makroskopik maupun mikroskopik, serta dianalisa.Indikasi tindakan
torakosintesis diagnostic adalah pada kasus baru effusi pleura atau jika etiologinya tidak
jelas dimana cairan yang terkumpul telah cukup banyak untuk diaspirasi yakni dengan
ketebalan 10 mm pada pemeriksaan ultrasonografi toraks atau foto lateral decubitus.
H. Penatalaksanaan
Menurut Wijaya & Putri (2013) tujuan umum penatalaksanaan adalah
1. Untuk menemukan penyebab dasar
2. Untuk mencegah penumpukan kembali cairan
3. Menghilangkan ketidaknyamanan serta dyspnea
Pengobatan spesifik ditunjukan untuk penyebab dasar, misalnya : gagal jantung
kongestif (CHF), pneumonia, sirosis hepatis.Tindakan yang dilakukan yaitu :
1) Torakosintesis
a) Untuk membuang cairan pleura
b) Mendapatkan specimen untuk analisis

5
c) Menghilangkan dispnea
2) Pemasangan selang dada atau drainage.
Hal ini dilakukan jika torakosintesis menimbulkan nyeri, penipisan protein dan
elektrolit.
3) Obat-obatan
Antibiotik, jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri
4) Penatalaksanaan cairan
5) Pemberian nitrogen mustard atau tetrasiklin melalui selang dada
I. Komplikasi
1. Atelektasis,yaitu kerusakan pada paru-paru akibat alveolus tidak terisi udara
2. Empiema,yaitu kumpulan nanah dirongga pleura
3. Pneumothorax,penumpukan udara pada rongga pleura
4. Penebalan pleura dan munculnya jaringan parut di lapisan paru-paru
J. Pencegahan
Tidak ada pencegahan khusus untuk efusi pleura.Namun,ada beberapa hal yang bias di
lakukan untuk menurunkan risiko terjadinya gangguan pada paru dan menjaga kesehatan
paru, yaitu:
1. Membatasi konsumsi alcohol
2. Menghentikan kebiasaan merokok
3. Menggunakan APD(alat pelindung diri)sesuai standar,bila anda bekerja dengan bahan
atau zat yang berpotensi bahaya,seperti asbes
4. Melakukan pemeriksaan secara berkala ke dokter,bila anda memiiki penyakit,atau
kondisi tertentu,seperti penyakit jantung dan penyakit autoimun.

6
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. 1. Pengkajian
I. Identitas klien
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
Tanggal masuk :
Tanggal Keluar :
No. Registrasi :
Diagnosa Medis : Efusi pleura
II. Identitas Penganggung Jawab
Nama :
Umur :
Hubungan dengan Pasien :
Pekerjaan :
Alamat :
III. Keluhan Utama
IV. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat kesehatan sekarang :
2) Riwayat kesehatan terdahulu :
3) Riwayat kesehatan keluarga :
V. Pola Kebutuhan Dasar
1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan :
2) Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum sakit :
Sesudah sakit :
3) Pola Eliminasi
BAB
Sebelum sakit :
Sesudah sakit :

BAK
Sebelum sakit :

7
Sesudah sakit :
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit :
Sesudah sakit :
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda Tanda Vital
Suhu badan :
Nadi :
RR :
TD :
d. Keadaan Fisik
1) Kepala :
2) Leher :
3) Dada
 Pemeriksaan Paru :
Inspeksi :

Palpasi :

Perkusi :

Auskultasi :

 Pemeriksaan Jantung :

Inspeksi :

Palpasi :

Perkusi :

Auskultasi :

4) Abdomen
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
5) Integument :
6) Genetalia :
7) Ekstremitas :
a) Pola Persepsi dan Konsep Diri :

8
b) Pola Tidur dan istirahat
Sebelum Sakit :
Sesudah sakit :

PROBLEM: DS/DO ETIOLOGI SYMTHOM


Gejala danTanda Mayor Pola napas tidak efektif
Subjektif:
1. Dispnea
Objektif:
1. Penggunaan otot bantu
pernapasan
2. Fase ekspirasi
memanjang
3. Pola napas abnormal
(mis. Takipnea,
bradipnea,
hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-
stokes)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
1. ortopnea
Objektif:
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit
menurun
5. Kapasitas vital

9
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada
menurun
Gejala danTanda Mayor Nyeri akut
Subjektif:
1. Mengeluh nyeri
Objektif:
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
(mis. Waspada, posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola napas berubah
3. Napsu makan berubah
4. Proses berpikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri

10
sendiri
7. Diaforesis
Gejala danTanda Mayor Gangguan pertukaran
Subjektif: gas

1. Dispnea
Objektif:
1. PCO2
meningkat/menurun
2. PO2 menurun
3. Takikardia
4. pH arteri
meningkat/menurun
5. Bunyi napas tambahan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
1. Pusing
2. Penglihatan kabur
Objektif:
1. Sianosis
2. Diaforensis
3. Gelisah
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal
(cepat/lambat,
regular/ireguler,
dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal
(mis. Pucat, kebiruan)
7. Kesadaran menurun

11
B. Pathway

GAGAL JANTUNG PNEUMONIA BAKTERI EMBOLI PARU KEGANASAN INFEKSI PARU (TBC)
KONGESTIF

EFUSI PLEURA

PENUMPUKAN CAIRAN
PADA RONGGA PLEURA

12
C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Nyeri akut
3. Gangguan pertukaran gas

13
D. Intervensi dan Rasional

N DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI RASIONAL


o.

1. Penurunan curah jantung (D.0008) 1. Curah Jantung 1. Perawatan Jantung 1.


(L.02008) (I.0205) 1. Perawatan Jantung
Kategori : Fisiologis
Observasi
Subkategori : Sirkulasi Observasi
Setelah dilakukan Terapi
Definisi :
tindakan Terapi
Penyebab :
keperawatan
Gejala danTanda Mayor
selama 3x24 jam
Subjektif:
maka curah
Objektif:
jantung pada
Gejala dan Tanda Minor
pasien dapat
Subjektif:
meningkat,
Objektif:
dengan :

Kriteria hasil
a.

2. Penurunan curah jantung (D.0008) 1. Curah 1. Perawatan Jantung 1. Perawatan Jantung


Jantung (I.0205)
Kategori : Fisiologis (L.02008) Observasi

14
Subkategori : Sirkulasi Observasi
Setelah dilakukan Terapi
Definisi :
Terapi
tindakan
Penyebab :
keperawatan
Gejala danTanda Mayor
selama 3x24 jam
Subjektif:
maka curah
Objektif:
jantung pada
Gejala dan Tanda Minor
pasien dapat
Subjektif:
meningkat,
Objektif:
dengan :

Kriteria hasil

3. Penurunan curah jantung (D.0008) 1. Curah 1. Perawatan Jantung 1. Perawatan Jantung


Jantung (I.0205)
Kategori : Fisiologis (L.02008) Observasi
Observasi
Subkategori : Sirkulasi
Setelah dilakukan Terapi Terapi
Definisi :
tindakan
Penyebab :
keperawatan
Gejala danTanda Mayor
selama 3x24 jam
Subjektif:
maka curah

15
Objektif: jantung pada
Gejala dan Tanda Minor pasien dapat
Subjektif: meningkat,
Objektif: dengan :

Kriteria hasil

16
E. Implementasi

Hari/tgl No. NDx. Jam Implementasi Evaluasi

Penurunan Curah - Mengidentifikasi tanda/gejala S : - klien mengatakan jantung


Jantung (D.0008) primer penurunan curah jantung bergerak tidak teratur
- Mengidentifikasi tanda/gejala
O: - tekanan darah pasien 90/80
sekunder penurunan curah
jantung A: - masalah keperawatan masalah
- Memonitor aritmia kesehatan pada penurunan curah
- Memeriksa tekanan darah dan jantung belum teratari
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas P: Lanjutkan intervensi

.
- Posisikan semi-fowler atau
fowler
- Berikan diet jantung yang
sesuai

Nyeri Akut (D.0077) - Mengidentifikasi skala nyeri, S : - pasien masih merasa nyeri di
dengan hasil sebelumnya bagian dada
pasien mengalami nyeri dada
O: - pasien masih terlihat meringis

17
- Memberikan teknik non A: - masalah keperawatan nyeri
farmakologis untuk akut belum teratasi
mengurangi rasa nyeri,
P: lanjutkan intervensi:
dengan hasil sebelumnya
pasien memiliki alergi - Berikan teknik non
terhadap obat-obatan. farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Menjelaskan penyebab, - Ajarkan teknik non
periode dan pemicu nyeri, farmakologis untuk
dengan hasil sebelumnya mengurangi rasa nyeri.
pasien tidak mengetahui
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.

- Mengajarkan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri,
dengan hasil sebelumnya
pasien tidak mengetahui
teknik-teknik untuk
mengurangi rasa nyeri.

18
Intoleransi Aktivitas - Memonitor kelelahan fisik S : - klien masih merasa cepat lelah
(D.0056) dan emosional, dengan hasil saat beraktivitas
sebelumnya klien merasa
O: - klien tampak lelah
tidak nyaman setelah
beraktivitas. A: - masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
- Memonitor pola dan jam
P: Lanjutkan intervensi:
tidur, dengan hasil
sebelumnya klien tidur tidak - Monitor kelelahan fisik dan
tepat pada waktunya. emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Memberikan aktivitas
- Berikan aktivitas distraksi
distraksi yang
yang menenangkan
menyenangkan, dengan hasil
- Berikan makanan yang
sebelumnya klien mengeluh
tinggi kalori dan tinggi
lelah saat beraktivitas.
protein
- Memberikan makanan yang
tinggi kalori dan tinggi
protein, dengan hasil
sebelumnya pasien tidak

19
pernah mengkonsumsi
makanan yang tinggi kalori
dan tinggi protein.

20
DAFTAR PUSTAKA

Imelda puspita dkk,2015,Penyebab Efusi Pleura di Kota Metro


Gunawan, Aprilia Rina (2019). “Asuhan keperawatan pada penderita effuse
pleura dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas”
Khairani, d. (2012). keperawatan medikal bedah . Jakarta : EGC
Karkhanis VS, Joshi JM. Pleural effusion: diagnosis, treatment, and management.
Open Access Emerg Med. 2012
Davis, C.P. Medicinenet (2020),Pleural Effusion(Fluid in the Pleural Space)
Cleveland Clinic(2018),Pleural Effusion Causes,Signs&Treatment.

21

Anda mungkin juga menyukai

  • RISNA
    RISNA
    Dokumen171 halaman
    RISNA
    Zubedi Mahajani
    Belum ada peringkat
  • Kel 34
    Kel 34
    Dokumen467 halaman
    Kel 34
    Zubedi Mahajani
    Belum ada peringkat
  • Kel 34
    Kel 34
    Dokumen467 halaman
    Kel 34
    Zubedi Mahajani
    Belum ada peringkat
  • Adil
    Adil
    Dokumen2 halaman
    Adil
    Zubedi Mahajani
    Belum ada peringkat