Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 21219058
STIKES PERTAMEDIKA
PROGRAM S1 NERS KEPERAWATAN NON REGULER
TAHUN 2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tahun diperkirakan 529.000 wanita di dunia meninggal sebagai
akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan, sehingga
diperkirakan terdapat angka kematian maternal sebesar 400 per 100.000
kelahiran hidup (estimasi kematian maternal dari WHO/ UNICEF/ UNFPA
tahun 2011). Hal ini memiliki arti bahwa satu orang wanita di belahan dunia
akan meninggal setiap menitnya.
Di indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah
besar. Pada tahun 2006, angka kematian ibu (AKI) masih menduduki urutan
tertinggi di negara ASEAN yaitu 307/100.000 kelahiran hidup, sedangkan
angka kematian bayi (AKB) sebesar 37/1000 kelahiran hidup (Depkes, 2007).
Setiap wanita hamil mempunyai potensi resiko komplikasi persalinan
dengan dampak ketidaknyamanan, ketidakpuasan, bahkan kematian.
Preeklampsia merupakan suatu penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan yang hingga kini penyebabnya masih belum diketahui dengan
pasti, yang ditandai dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi, edema dan
proteinuria yang masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab
kematian perinatal yang tinggi , untuk mendeteksi preeklamsia sedini
mungkin dengan melalui pemeriksaan kehamilan secara teratur mulai
trimester I sampai trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia menjadi
lebih berat. ( Wiknjosastro, 2008)
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung
disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai
proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu
atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu
bila terjadi.Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
nullipara.Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem
2
yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35
tahun.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya
pre-eklampsia pada saat kehamilan
2. Tujuan Khusus
1) Mengukur besar risiko faktor umur ibu hamil terhadap terjadinya
preeklampsia berat
2) Mengukur besar risiko paritas terhadap terjadinya preeklampsia berat.
3) Mengukur besar risiko jarak kehamilan terhadap terjadinya
preeklampsia berat
4) Mengukur besar risiko kehamilan ganda terhadap terjadinya
preeklampsia berat.
C. Manfaat
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan
pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan manajemen asuhan
keperawatan, khususnya pada kasus preeklampsia.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan bagaiman
hypertensi terjadi setelah kehamilan ke-20 minggu pada wanita sebelum
memiliki tekanan darah normal ( Prawira hardjo,2018). Preeklamsia
merupakan suatu penyakit vasospatik, yang melibatkan banyak system dan
ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. Diagnosis
preeklamsia secara tradisional didasarkan pada adanya hipertensi disertai
proteinuria dan edema ( Willis,Blanco,2000).
Hipertensi didefinisikan sebagai pningkatan tekanan sistolik dan diastolic
melebihi 140/90 mmhg. Jika tekanan darah itu pada trismester 1 diketahui,
maka angka tersebut dipakai sebagai patokan dasar tekanan darah ibu.
Dengan informasi tersebut definisi hipertensi ialah kenaikan nilai tekanan
sistolik sebesar 30mmhg atau lebih, tekanan diastolic sebesra 15mmhg diatas
nilai tekanan darah dasar ibu. Peningkatan tekanan darahharus terjadi
sekurang kurangnya dalam 2x pemeriksaan dengan jarak 4-6 jam
( Fairlie,Sibai,2014 ).
Proteinuria ditandai dengan ditemukannya protein dalam urin 24jam
kadarnya melebihi 0,3gr/L, atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan lebih
dari 2 atau 1g/L atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter yang
diambil minimal 2x dengan jarak waktu 6 jam. Umunya protein uria timbul
lebih lambat, sehingga harus dianggap tanda yang serius.
Udema tidak lagi perlu menjadi dasar diagnosis preeklamsia ( Sibai,
Rodriguez,1992 ). Jika ada edema merupakan suatu akumulasi cairan
interstisial umumnya setelah 12 jam tirah baring atau peningkatan BB 2kg per
minggu. Pada keadaan tersebut ada hipertensi atau protein uria, edema harus
dievalusi sebagai refleksi edema organ akhir dan kemungkinan hipoksia
organ.
Preeklampsia atau toksemia umumnya terjadi pada trimester ketiga.
Persentasenya adalah 5-10% kehamilan. Kecenderungannya meningkat pada
4
faktor genetis. Berbeda dengan tekanan darah tinggi menahun, preeklampsia
ialah kondisi peningkatan tekanan darah yang terjadi ketika hamil.
Preeklampsia lebih sering terjadi pada ibu yang mengalami kehamilan yang
pertama kali (7%). Wanita yang hamil berusia 35 tahun, hamil kembar,
menderita diabetes, tekanan darah tinggi dan gangguan ginjal juga
mempunyai risiko menderita preeklampsia. Sejauh ini, penyebab
gangguan ini belum diketahui secara pasti. Diduga penyebab preeklampsia
adalah penyempitan pembuluh darah yang unik (Indiarti, 2012).
B. Etiologi
5
3. Maladaptasi imunologi, yang menyebabkan gangguan invasi arteri spiralis
oleh sel-sel sinsitiotrofoblas dan disfungsi sel endotel yang diperantarai
oleh peningkatan pelepasan sitokin, enzim proteolitik dan radikal bebas.
4. Genetik.Teori yang paling diterima saat ini adalah teori iskemia plasenta.
Namun, banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan di antara
faktor-faktor yang ditemukan tersebut seringkali sukar ditentukan apakah
faktor penyebab atau merupakan akibat.
C. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke
organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar
dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan
resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat
diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors.
Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang
lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth
Retardation.
D. Klasifikasi
6
2. Preeklamsi berat
a. Tekanan darah 160/110 mmhg atau lebih
b. Proteinuria 5gr atau lebih/L
c. Oliguria jumlah urin< dari 500cc per 24 jam
d. Keluhan subjektif :
1. Nyeri di epigastrium
2. Gangguan penglihatan ( skotoma )
3. Nyeri kepala
4. Edema paru dan sianosis
e. Pemeriksaan :
1. kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
2. perdarahan pada retina
3. trombosit kurang dari 100.000/mm ( Ida Bagus.1998)
E. Maninfestasi Klinis
1. penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali.
2. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka.
3. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
a. TD > 140/90 mmHg atau Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
Diastolik>15 mmHg
b. tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai
sebagai preeklamsi
4. Proteinuria
a. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
b. Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter
atau urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
F. Faktor Pengaruh Preeklamsi
Karakteristik ibu hamil memengaruhi terjadinya preeklampsia antara lain
sebagai berikut :
7
1. Umur
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada
wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5
kali lebih tinggi dari pada kematin maternal yang terjadi pada usia
20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia
30-35 tahun (Wiknjosastro, 2007). Usia juga memengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang karena semakin bertambahnya usia maka lebih
banyak mendapatkan informasi dan pengalaman sehingga secara tidak
langsung tingkat pengetahuan terutama tentang kehamilan lebih tinggi
daripada usia muda (Notoatmodjo, 2005).
2. Pekerjaan
Menurut Newburn (2003) ibu yang bekerja ketika hamil
meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia. Wanita hamil yang bekerja
perlu menggurangi stress akibat kerja yang mereka alami. Kondisi di
tempat kerja sangat rawan memicu stress yang dapat mengakibatkan
tekanan darah tinggi. Preeklampsia terjadi jika tekanan darah wanita
hamil naik sangat tinggi. Akibatnya dapat terjadi komplikasi seperti
terhambatnya aliran darah serta memicu terjadinya eklampsia. Jika itu
terjadi, ibu hamil dapat mengalami kekejangan yang sangat berbahaya.
3. Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami ibu.
Banyaknya anak yang pernah dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi
kesehatan ibu. Paritas dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu :
1. Golongan nullipara adalah golongan ibu yang belum pernah
melahirkan anak hidup.
2. Golongan primipara adalah golongan ibu dengan paritas 1
3. Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-5
4. Golongan grande adalah golongan ibu dengan paritas diatas 5
Preeklampsia sering terjadi dalam kehamilan anak yang pertama,
apalagi berusia lebih dari 35 tahun dan jarang terjadi pada kehamilan
8
berikutnya, kecuali pada ibu yang mempunyai kelebihan berat badan,
diabetes mellitus dan hipertensi esensial atau kehamilan kembar. Kasus
preeklampsia yang paling banyak terjadi pada ibu yang melahirkan anak
pertama, dimana persalinan yang pertama biasanya mempunyai risiko
relatif tinggi dan akan menurun pada paritas 2 dan 3 (Geoffrey, 1994).
4. Usia Kehamilan
Kasus preeklampsia dapat timbul pada usia kehamilan 20 minggu.
Tetapi sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada usia kehamilan
lebih dari 37 minggu dan makin tua kehamilan, maka makin besar
kemungkinan timbulnya preeklampsia (Mey, 1998).
5. Riwayat Hipertensi
Angka kejadian preeklampsia/eklampsia akan meningkat pada
hipertensi kronis, karena pembuluh darah plasenta sudah mengalami
gangguan. Faktor predisposisi terjadinya preeklampsia adalah hipertensi
kronik dan riwayat keluarga dengan preeklampsia/eklampsia. Bila ibu
sebelumnya sudah menderita hipertensi maka keadaan ini akan
memperberat keadaan ibu. Status kesehatan wanita sebelum dan selama
kehamilan adalah faktor penting yang memengaruhi timbul dan
berkembangnya komplikasi. Riwayat penyakit hipertensi merupakan
salah satu faktor yang dihubungkan dengan pre eklampsia
(Wiknjosastro, 1994). Wanita yang lebih tua, yang memperlihatkan
peningkatan insiden hipertensi kronik seiring dengan pertambahan usia,
berisiko lebih besar mengalami preeklampsia pada hipertensi kronik.
Dengan demikian, wanita di kedua ujung usia reproduksi dianggap lebih
rentan (Cuningham, 2006).
6. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat memengaruhi bagaimana seseorang
untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya.
Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional.
9
Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima
gagasan baru (Notoatmodjo,2003).
10
5) Menimbang berat badan wanita tersebut dua kai seminggu
jika mungkin.
6) Memberikan sedasi (misanya: diazepam- dosis intravena 10
mg diazepam. Kemudian berikan dosis intravena
ulangan 10 mg, setiap 4-6 jam, maksimum 100 mg per
24 jam)
7) Memerikan obat antihipertensi hanya jika tekanan
janin.
3. Diet biasa.
11
2. Penanganan Preeklamsi Berat
Penanganan kejang:
dan tenggorokan
H. Pencegahan
12
mengatur pola makan sehat dan menghindari stress serta istirahat
yang cukup.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya awal sebelum seseorang
menderita penyakit atau upaya untuk mempertahankan orang sehat
agar tetap sehat. Dilakukan
a. Istirahat, diet rendah garam, lemak serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan.
b. Waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsia dan
eklampsia bila ada faktor prediposisi.
c. Pemeriksaan antenatal care secara teratur yaitu minimal 4 kali
kunjungan yaitu masing-masing 1 kali pada trimester I dan II , serta
2 kali pada trimester III.25
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya mencegah orang
yang telah sakit agar tidak menjadi parah, dengan menghambat
progresifitas penyakit dan menghindarkan komplikasi. Dilakukan
dengan cara mendeteksi penyakit secara dini serta mengadakan
pengobatan yang cepat dan tepat. Upaya pencegahan ini dilakukan
dengan :
a. Pemeriksaan antenatal yang teratur, bermutu dan teliti mangenali
tanda-tanda sedini mungkin, lalu diberikan pengobatan yang
sesuai agar penyakit tidak menjadi berat.
b. Terapi preeklampsia ringan di rumah yaitu istirahat ditempat
tidur, berbaring pada sisi kiri dan bergantian ke sisi kanan bila
perlu, dengan istirahat biasanya edema dan hipertensi bisa
berkurang.
c. Memberikan suntikan sulfamagnesium 8 gr intramuskuler untuk
mencegah kejang.
13
d. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya 37 minggu ke atas,
apabila setelah dirawat inap tanda-tanda preeklampsia berat tidak
berkurang.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan upaya mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat atau membatasi kecacatan yang terjadi
serta melakukan tindakan rehabilitasi. Pencegahan dapat dilakukan
dengan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
14
e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat
( N= <31 u/l )
2. Radiologi
J. Penatalaksanaan
Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
c. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera
mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin
atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
1. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
a. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
b. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya,
tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas
aman 140-150/90-100 mmhg).
c. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang
hari dan minimal 8 jam pada malam hari)
d. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
e. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari. Bila tekanan
darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x
15
5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-
3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
f. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
g. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1
minggu
h. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun
setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1
kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-
tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
i. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-
eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
j. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali
ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio
plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38
minggu, janin sudah dinyatakan matur.
k. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau
dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.
2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan
diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif
berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan
medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG,
kardiotokografi.
a. Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di
daerah kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani
aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini.
a) Ada tanda-tanda impending eklampsia
b) Ada hellp syndrome
c) Ada kegagalan penanganan konservatif
d) Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
16
e) Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
b. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-
tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan
penanganan konservatif.Medisinal : sama dengan pada penanganan
aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-
eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24
jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai
kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. jangan
lupa : oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik :
pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung
terminasi.
K. Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang
termasuk komplikasi antara lain:
a. Pada Ibu
a) Eklampsia
b) Solusio plasenta
c) Pendarahan subkapsula hepar
d) Kelainan pembekuan darah ( DIC ), Sindrom HELPP ( hemolisis,
elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
e) Ablasio retina
f) Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada Janin
a) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b) Prematur
c) Asfiksia neonatorum
d) Kematian dalam uterus
e) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
17
BAB III
ASKEP IBU HAMIL PADA PREEKLAMSI
A. Pengumpulan Data
Pengkajian:
a. Nama yang jelas dan lengkap: Nama klien dan suami untuk
bertanggung jawab.
18
f. Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat
kesehatan seseorang.
apa periksa.
3. Keluhan Utama
Untuk mengetahui alasan atau keluhan utama yang membuat
pasien datang berhubungan dengan kehamilannya. Apabila Ibu
mengatakan bengkak pada tangan dan kaki, sakit kepala dan juga nyeri
pada ulu hati, kemungkinan ibu mengalami preeklamsi.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Menanyakan kepada ibu apakah sekarang menderita penyakit jantung,
asma, tuberculosis, ginjal, diabetes militus, malaria, HIV / AIDS,
hipertensi, hepatitis, gondok. Apabila ibu mengatakan mempunyai
hipertensi maka patut dicurigai ibu akan mengalami preeklamsi
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Menanyakan kepada ibu apakah dahulu pernah menderita
penyakit jantung, asma, tuberculosis, ginjal, diabetes militus,
malaria, HIV / AIDS, hipertensi, hepatitis, gondok. Apabila ibu
mengatakan ibu dahulu pernah mempunyai riwayat hipertensi maka
dicurigai kemungkinan ibu dengan kehamilannya sekarang akan
mengalami hipertensi juga.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menanyakan kepada keluarga apakah dahulu pernah menderita
penyakit jantung, asma, tuberculosis, ginjal, diabetes militus,
malaria, HIV / AIDS, hipertensi, hepatitis, gondok, kelainan
kembar, kelainan bawaan. Apabila ibu mengatakan dalam
19
keluarga ada yang mempunyai riwayat hipertensi kemungkinan
ibu akan mengalami hipertensi juga.
6. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan : menarche, siklus menstruasi, teratur
atau tidak, lama menstruasi, jumlah banyaknya darah yang
keluar, bau, saat mentruasi adakah dismenorhe, dan flour
albus ( keputihan).
b. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Riwayat Kehamilan yang lalu : apakah klien pernah mengalami
kehamilan dengan hipertensi atau preeklamsi pada saat hamil
sebelumnya.
Riwayat Persalinan yang lalu:berapa jarak antara persalinan yang
lalu dan sekarang, usia kehamilan ibu saat persalinan yang lalu
aterm atau tidak, bagaimana persalinan yang lalu (normal atau
seksio sesaria),adakah penyulit atau tidak saat persalinan yang lalu,
siapa penolong persalinan, dimana tempat bersalin, jenis kelamin laki
– laki atau perempuan.
Riwayat nifas yang lalu : bagaimana nifas yang lalu normal atau
tidak.
7. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Hamil yang ke berapa G (Gravida)…P (Paritas)…A (Abortus)
…
b. HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)……..
c. HPL (Hari Perkiraan Lahir)……….
d. Berat badan sebelum hamil, Berat badan sekarang
20
e. Periksa ANC (Ante Natal Care) sebelumnya dimana? berapa
kali periksa pada TM (Trimester) I, TM (Trimester) II, dan
TM (Trimester) III?
f. Keluhan pada TM (Trimester) I, TM (Trimester) II, TM
(Trimester) III
g. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) berapa kali? kapan? tanggal
imunisasi TT (Tetanus Toxoid) 1 …, iminisasi TT (Tetanus Toxoid)
2.., imunisasi TT (Tetanus Toxoid) 3…
h. Apakah obat - obat yang pernah dikonsumsi….
i. Gerakan janin pertama…..bulan, gerakan janin sekarang…(
kuat/lemah).
j. Kebiasaan ibu / keluarga yang berpengaruh negative
…..terhadap kehamilanya ( merokok, narkoba, alkohol, minum
jamu).
8. Riwayat Keluarga Berencana
a. Kontrasepsi yang pernah dipakai………
b. Lamanya memakai kontrasepsi………...
c. Alasan berhenti…………
d. Rencana yang akan datang setelah melahirkan…..
9. Pola Kebutuhan sehari – hari
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan pasien sehari-hari dalam
menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makanan sehari-hari
apakah terpenuhi gizinya atau tidak.
a. Pola Nutrisi
Makan : berapa kali, porsi, jenis dan keluhan
Minum : berapa kali, jenis dan keluhan
Karena preeklamsi bisa terjadi karena pola nutrisi ibu yang kurang
baik, maka ibu harus diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak
dan garam.
b. Pola Eliminasi
21
BAB berapa kali, konsistensi, warna dan keluhan. BAK berapa kali,
warna dan keluhan.
Ibu hamil dengan preeklmasi urin minimal 30ml/jam dalam 4
jam terakhir atau 0,5ml/kgBB/jam karena sebagai salah satu syarat
pemberian MgSO4
c. Pola istirahat
Tidur siang : lamanya dan keluhan
Tidur malam : lamanya dan keluhan
d. Pola Aktivitas
Aktivitas ibu sehari-hari selama hamil
1) Aktivitas
Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan,
penambahan berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis
+/+, reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
2) Sirkulasi: Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.
3) Abdomen: Gejala :
Inspeksi :biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm,
apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - ) Palpasi :
a. Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc.
Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler
b. Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian –
bagian kecil janin di sebelah kanan.
c. Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir
d. Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah
masuk pintu atas panggul
Auskultasi : biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
4) Eliminasi
Gejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes
celup, oliguria
5) Makanan / cairan
22
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan ,
muntah-muntah . Tanda :biasanya nyeri epigastrium,
6) Integritas ego
Gejala : perasaan takut.. Tanda : cemas.
7) Neurosensori
Gejala :biasanya terjadi hipertensi. Tanda :biasanya terjadi kejang
atau koma
8) Nyeri / kenyamanan
Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala,
ikterus, gangguan penglihatan. Tanda :biasanya klien gelisah,
9) Pernafasan
Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki,
Whezing, sonor. Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak,
apakah ada bising atau tidak.
10) Keamanan
Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
11) Seksualitas . Gejala : Status Obstetrikus
10 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
2. Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
3. Pemeriksaan Fisik (Persistem)
a. Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang,
kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis
melakukan aktifitas, krekes mungkin ada, adanya edema paru
hiper refleksia klonus pada kaki.
b. Sistem cardiovaskuler
a) Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva
anemis.
23
b) Palpasi : Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi
peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu
kehamilan,
Nadi : biasanyanadi meningkat atau menurun
Leher :apakah ada bendungan atau
tidak padaPemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan
menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan.
Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24
jam Suhu dingin
c) Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk
mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang
tidak teratur gerakan janin melemah.
c. System reproduksi
a) Dada. Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri
tekan pada payudara.
b) Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir
bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini /
tidak.
c) Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin,
lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat
kontraksi uterus
d. Sistem integument perkemihan
a) Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada
ekstermitas akibat gangguan filtrasi glomelurus yang
meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
b) Oliguria
c) Proteinuria
e. Sistem persarafan: Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
f. Sistem Pencernaan
24
a) Palpasi:Abdomen adanya nyeri tekan daerah
epigastrium(kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.
B. Pengelompokan Data
Data Subyektif
25
kepala -penurunan fungsi organ
DO : -Vaso spasme dan
-Biasanya teraba panas peningkatan tekanan darah
-Biasanya tampak wajah ibu perfusi jaringan
meringis kesakitan
- Biasanya ibu tampak kejang
-Biasanya ibu tampak lemah
-Biasanya penglihatan ibu
kabur
26
- Biasanya DJJ bayi cepat
>160
4 DS: HCL meningkat peristaltic Gangguan
- klien biasanya mengatakan turunKetidakmampuan pemenuhan
kurang nafsu makan dalam nutrisi kurang
- klien biasanya sering mual memasukkan/mencerna dari kebutuhan
muntah makanan karena faktor tubuh
DO : biologi
-Biasanya klien tampak kurus,
- biasanya klien tampak lemah,
konjungtiva anemis.
- BB menurun
D. Rumusan Diagnosa
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan proses
cardiac output menurun, merangsang medulla oblongata dan system
syaraf, penurunan fungsi organ, vaso spasme dan peningkatan tekanan
darah, perubahan perfusi jaringan.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan Vaso Spasme pada
pembuluh darah, proses cardiac output menurun, merangsang medulla
oblongata dan system syaraf, Kompresi saraf simpatis gangguan irama
jantung, aliran tumbulensi emboli kontraksi uterus dan pembukaan jalan
lahir, kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir di tandai dengan
biasanya ibu mengeluh nyeri kepala, biasanya ibu mengeluh nyeri perut
akibat fotal distress pada janin, Bisanya ibu tampak meringis kesakitan,
biasanya ibu tampak cemas, Bianyasa skala nyeri 4 = nyeri berat (skala
nyeri 1-5), aktivitas janin menurun, DJJ meningkat >160
3. Resiko tinggi terjadinya foetal proses perpindahan cairan karena
perbedaan tekanan, perubahan pada plasenta.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan HCL meningkat peristaltic turunKetidakmampuan dalam
memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi di tandai dengan
klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan, klien biasanya sering
27
mual muntah, Biasanya klien tampak kurus, biasanya klien tampak
lemah, konjungtiva anemis, BB menurun.
E. Intervensi?Perencanaan
Kriteria Hasil:
Intervensi Rasional
1. Monitor tekanan darah tiap 4 1. Tekanan diastole > 110 mmHg dan
jam sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
2. Penurunan kesadaran sebagai
indikasi penurunan aliran darah otak
2. Catat tingkat kesadaran pasien
3. Gejala tersebut merupakan
manifestasi dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru yang
mendahului status kejang
3. Kaji adanya tanda-tanda
4. Kejang akan meningkatkan
eklampsia ( hiperaktif, reflek
kepekaan uterus yang akan
patella dalam, penurunan nadi,dan
memungkinkan terjadinya persalinan.
respirasi, nyeri epigastrium dan
oliguria ) 5. Anti hipertensi untuk menurunkan
tekanan darah dan SM untuk
4. Monitor adanya tanda-tanda
mencegah terjadinya kejang
dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
5. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian anti hipertensi
dan SM
28
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
Tujuan: Tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Monitor DJJ sesuai indikasi 1. Peningkatan DJJ sebagai indikasi
terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta
2. Penurunan fungsi plasenta
2. Kaji tentang pertumbuhan mungkin diakibatkan karena hipertensi
janin sehingga timbul IUGR
3. Ibu dapat mengetahui tanda dan
gejala solutio plasenta dan tahu akibat
hipoxia bagi janin
3. Jelaskan adanya tanda-tanda 4. Reaksi terapi dapat menurunkan
solutio plasenta ( nyeri pernafasan janin dan fungsi jantung
perut, perdarahan, rahim tegang, serta aktifitas janin
aktifitas janin turun )
6. Anti hipertensi untuk menurunkan
tekanan darah dan SM untuk
4. Kaji respon janin pada ibu mencegah terjadinya kejang
yang diberi SM 7. USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin
29
pasien berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang
sesuai dengan respon pasien terhadap
nyerinya.
2. Ibu dapat memahami penyebab
nyerinya sehingga bisa kooperatif
2. Jelaskan penyebab nyerinya
3. Dengan nafas dalam otot-otot
dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi
3. Ajarkan ibu mengantisipasi pembuluh darah, expansi paru optimal
nyeri dengan nafas dalam bila HIS sehingga kebutuhan 02 pada jaringan
timbul terpenuhi
4. untuk mengalihkan perhatian
pasien
30
3. Berikan substansi gula 4. Untuk memenuhi status gizi
pasien
F. Implementasi
31
c. Fase Terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi
dilakukan.
G. Evaluasi
32
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang pre eklamsia oleh tim medis
dan para medis kepada masyarakat banyak, khusus nya yang ada di daerah
terpencil agar masyarakat lebih cepat mengetahui tanda-tanda dan gejala dari
pre eklamsi terutama pada ibu-ibu,agar dapat di atasi dengan cepat
33
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta :EGC hal 629-648
https://galeriabiee.wordpress.com/kumpulan-askep/askep-maternitas/asuhan-
keperawatan-pada-pasien-dengan-preeklampsia/ diakses 24 Maret 2017
http://hartokambaton.blogspot.co.id/2012/04/keperawatan-maternitas-askep-pada-
bumil.html diakses 24 Maret 2017
34