Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN PRE

EKLAMSIA BERAT PADA Ny.H di RSU Bunda Jakarta

NAMA : EKA LATUCONSINA

NIM : 21219058

STIKES PERTAMEDIKA
PROGRAM S1 NERS KEPERAWATAN NON REGULER
TAHUN 2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tahun diperkirakan 529.000 wanita di dunia meninggal sebagai
akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan, sehingga
diperkirakan terdapat angka kematian maternal sebesar 400 per 100.000
kelahiran hidup (estimasi kematian maternal dari WHO/ UNICEF/ UNFPA
tahun 2011). Hal ini memiliki arti bahwa satu orang wanita di belahan dunia
akan meninggal setiap menitnya.
Di indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah
besar. Pada tahun 2006, angka kematian ibu (AKI) masih menduduki urutan
tertinggi di negara ASEAN yaitu 307/100.000 kelahiran hidup, sedangkan
angka kematian bayi (AKB) sebesar 37/1000 kelahiran hidup (Depkes, 2007).
Setiap wanita hamil mempunyai potensi resiko komplikasi persalinan
dengan dampak ketidaknyamanan, ketidakpuasan, bahkan kematian.
Preeklampsia merupakan suatu penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan yang hingga kini penyebabnya masih belum diketahui dengan
pasti, yang ditandai dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi, edema dan
proteinuria yang masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab
kematian perinatal yang tinggi , untuk mendeteksi preeklamsia sedini
mungkin dengan melalui pemeriksaan kehamilan secara teratur mulai
trimester I sampai trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia menjadi
lebih berat. ( Wiknjosastro, 2008)
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung
disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai
proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu
atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu
bila terjadi.Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
nullipara.Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem

2
yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35
tahun.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya
pre-eklampsia pada saat kehamilan
2. Tujuan Khusus
1) Mengukur besar risiko faktor umur ibu hamil terhadap terjadinya
preeklampsia berat
2) Mengukur besar risiko paritas terhadap terjadinya preeklampsia berat.
3) Mengukur besar risiko jarak kehamilan terhadap terjadinya
preeklampsia berat
4) Mengukur besar risiko kehamilan ganda terhadap terjadinya
preeklampsia berat.
C. Manfaat
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan
pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan manajemen asuhan
keperawatan, khususnya pada kasus preeklampsia.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan bagaiman
hypertensi terjadi setelah kehamilan ke-20 minggu pada wanita sebelum
memiliki tekanan darah normal ( Prawira hardjo,2018). Preeklamsia
merupakan suatu penyakit vasospatik, yang melibatkan banyak system dan
ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. Diagnosis
preeklamsia secara tradisional didasarkan pada adanya hipertensi disertai
proteinuria dan edema ( Willis,Blanco,2000).
Hipertensi didefinisikan sebagai pningkatan tekanan sistolik dan diastolic
melebihi 140/90 mmhg. Jika tekanan darah itu pada trismester 1 diketahui,
maka angka tersebut dipakai sebagai patokan dasar tekanan darah ibu.
Dengan informasi tersebut definisi hipertensi ialah kenaikan nilai tekanan
sistolik sebesar 30mmhg atau lebih, tekanan diastolic sebesra 15mmhg diatas
nilai tekanan darah dasar ibu. Peningkatan tekanan darahharus terjadi
sekurang kurangnya dalam 2x pemeriksaan dengan jarak 4-6 jam
( Fairlie,Sibai,2014 ).
Proteinuria ditandai dengan ditemukannya protein dalam urin 24jam
kadarnya melebihi 0,3gr/L, atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan lebih
dari 2 atau 1g/L atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter yang
diambil minimal 2x dengan jarak waktu 6 jam. Umunya protein uria timbul
lebih lambat, sehingga harus dianggap tanda yang serius.
Udema tidak lagi perlu menjadi dasar diagnosis preeklamsia ( Sibai,
Rodriguez,1992 ). Jika ada edema merupakan suatu akumulasi cairan
interstisial umumnya setelah 12 jam tirah baring atau peningkatan BB 2kg per
minggu. Pada keadaan tersebut ada hipertensi atau protein uria, edema harus
dievalusi sebagai refleksi edema organ akhir dan kemungkinan hipoksia
organ.
Preeklampsia atau toksemia umumnya terjadi pada trimester ketiga.
Persentasenya adalah 5-10% kehamilan. Kecenderungannya meningkat pada

4
faktor genetis. Berbeda dengan tekanan darah tinggi menahun, preeklampsia
ialah kondisi peningkatan tekanan darah yang terjadi ketika hamil.
Preeklampsia lebih sering terjadi pada ibu yang mengalami kehamilan yang
pertama kali (7%). Wanita yang hamil berusia 35 tahun, hamil kembar,
menderita diabetes, tekanan darah tinggi dan gangguan ginjal juga
mempunyai risiko menderita preeklampsia. Sejauh ini, penyebab
gangguan ini belum diketahui secara pasti. Diduga penyebab preeklampsia
adalah penyempitan pembuluh darah yang unik (Indiarti, 2012).

B. Etiologi

Etiologi preeklampsia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.


Banyak teori dikemukakan, tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban
yang memuaskan. Oleh karena itu, preeklampsia sering disebut sebagai “the
disease of theory”. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-
hal berikut7:

1. peningkatan angka kejadian preeklampsia pada primigravida, kehamilan


ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa
2. peningkatan angka kejadian preeklampsia seiring bertambahnya usia
kehamilan
3. perbaikan keadaan pasien dengan kematian janin dalam uterus
4. penurunan angka kejadian preeklampsia pada kehamilan-kehamilan
berikutnya
5. mekanisme terjadinya tanda-tanda preeklampsia, seperti hipertensi, edema,
proteinuria, kejang dan koma
Sedikitnya terdapat empat hipotesis mengenai etiologi preeklampsia hingga
saat ini, yaitu:14,15
1. Iskemia plasenta, yaitu invasi trofoblas yang tidak normal terhadap arteri
spiralis sehingga menyebabkan berkurangnya sirkulasi uteroplasenta yang
dapat berkembang menjadi iskemia plasenta.
2. Peningkatan toksisitas very low density lipoprotein (VLDL).

5
3. Maladaptasi imunologi, yang menyebabkan gangguan invasi arteri spiralis
oleh sel-sel sinsitiotrofoblas dan disfungsi sel endotel yang diperantarai
oleh peningkatan pelepasan sitokin, enzim proteolitik dan radikal bebas.
4. Genetik.Teori yang paling diterima saat ini adalah teori iskemia plasenta.
Namun, banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan di antara
faktor-faktor yang ditemukan tersebut seringkali sukar ditentukan apakah
faktor penyebab atau merupakan akibat.
C. Patofisiologi

Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke
organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar
dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan
resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat
diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors.
Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang
lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth
Retardation.

D. Klasifikasi

Dibagai dalam 2 golongan :


1. Preeklamsi ringan :
a. Tekanan darah 140/90 mmhg atau lebih diukur dengan posisi rebah
terlentang atau posisi baring, kenaikan diastolic 15mmhg dan diastolic
30mmhg atau lebih. Cara pengukuran sekurang kurangnya pada 2x
pemeriksaan dengan jarak periksa satu jam ( sebaiknya 6 jam )
b. Edema umumnya pada kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan BB 1
kg lebih perminggu
c. Protein uria kwantitatif 0,3gr atau lebih perliter, kwalitatif 1 atau 2+
pada urin kateter atau midstream

6
2. Preeklamsi berat
a. Tekanan darah 160/110 mmhg atau lebih
b. Proteinuria 5gr atau lebih/L
c. Oliguria jumlah urin< dari 500cc per 24 jam
d. Keluhan subjektif :
1. Nyeri di epigastrium
2. Gangguan penglihatan ( skotoma )
3. Nyeri kepala
4. Edema paru dan sianosis
e. Pemeriksaan :
1. kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
2. perdarahan pada retina
3. trombosit kurang dari 100.000/mm ( Ida Bagus.1998)
E. Maninfestasi Klinis
1. penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali.
2. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka.
3. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
a. TD > 140/90 mmHg atau Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
Diastolik>15 mmHg
b. tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai
sebagai preeklamsi
4. Proteinuria
a. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif  +1 /  +2.
b. Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter
atau urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
F. Faktor Pengaruh Preeklamsi
Karakteristik ibu hamil memengaruhi terjadinya preeklampsia antara lain
sebagai berikut :

7
1. Umur
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada
wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5
kali lebih tinggi dari pada kematin maternal yang terjadi pada usia
20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia
30-35 tahun (Wiknjosastro, 2007). Usia juga memengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang karena semakin bertambahnya usia maka lebih
banyak mendapatkan informasi dan pengalaman sehingga secara tidak
langsung tingkat pengetahuan terutama tentang kehamilan lebih tinggi
daripada usia muda (Notoatmodjo, 2005).
2. Pekerjaan
Menurut Newburn (2003) ibu yang bekerja ketika hamil
meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia. Wanita hamil yang bekerja
perlu menggurangi stress akibat kerja yang mereka alami. Kondisi di
tempat kerja sangat rawan memicu stress yang dapat mengakibatkan
tekanan darah tinggi. Preeklampsia terjadi jika tekanan darah wanita
hamil naik sangat tinggi. Akibatnya dapat terjadi komplikasi seperti
terhambatnya aliran darah serta memicu terjadinya eklampsia. Jika itu
terjadi, ibu hamil dapat mengalami kekejangan yang sangat berbahaya.
3. Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami ibu.
Banyaknya anak yang pernah dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi
kesehatan ibu. Paritas dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu :
1. Golongan nullipara adalah golongan ibu yang belum pernah
melahirkan anak hidup.
2. Golongan primipara adalah golongan ibu dengan paritas 1
3. Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-5
4. Golongan grande adalah golongan ibu dengan paritas diatas 5
Preeklampsia sering terjadi dalam kehamilan anak yang pertama,
apalagi berusia lebih dari 35 tahun dan jarang terjadi pada kehamilan

8
berikutnya, kecuali pada ibu yang mempunyai kelebihan berat badan,
diabetes mellitus dan hipertensi esensial atau kehamilan kembar. Kasus
preeklampsia yang paling banyak terjadi pada ibu yang melahirkan anak
pertama, dimana persalinan yang pertama biasanya mempunyai risiko
relatif tinggi dan akan menurun pada paritas 2 dan 3 (Geoffrey, 1994).
4. Usia Kehamilan
Kasus preeklampsia dapat timbul pada usia kehamilan 20 minggu.
Tetapi sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada usia kehamilan
lebih dari 37 minggu dan makin tua kehamilan, maka makin besar
kemungkinan timbulnya preeklampsia (Mey, 1998).
5. Riwayat Hipertensi
Angka kejadian preeklampsia/eklampsia akan meningkat pada
hipertensi kronis, karena pembuluh darah plasenta sudah mengalami
gangguan. Faktor predisposisi terjadinya preeklampsia adalah hipertensi
kronik dan riwayat keluarga dengan preeklampsia/eklampsia. Bila ibu
sebelumnya sudah menderita hipertensi maka keadaan ini akan
memperberat keadaan ibu. Status kesehatan wanita sebelum dan selama
kehamilan adalah faktor penting yang memengaruhi timbul dan
berkembangnya komplikasi. Riwayat penyakit hipertensi merupakan
salah satu faktor yang dihubungkan dengan pre eklampsia
(Wiknjosastro, 1994). Wanita yang lebih tua, yang memperlihatkan
peningkatan insiden hipertensi kronik seiring dengan pertambahan usia,
berisiko lebih besar mengalami preeklampsia pada hipertensi kronik.
Dengan demikian, wanita di kedua ujung usia reproduksi dianggap lebih
rentan (Cuningham, 2006).

6. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat memengaruhi bagaimana seseorang
untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya.
Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional.

9
Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima
gagasan baru (Notoatmodjo,2003).

G. Penanganan Preeklampsia Ringan dan Berat

1. Penanganan Preeklamsi Ringan (140/90 mmHg)

1) Jika tekanan darah diastolik berkisar 80-90 mmHg atau naik


kurang dari 15 mmHg dan tidak ditemukan proteinuria, wanita
tersebut diizinkan untuk tinggal di rumah dan dianjurkan untuk
beristirahat sebanyak mungkin. Pada setiap kunjungan:
a. Memeriksa tekanan darah.
b. Memeriksa urine untuk menemukan adanya protein.
c. Menimbang berat badan pasien.
d. Memeriksa untuk menemukan adanya edema.
e. Meminimalkan gejala-gejala pre-ekalmpsia berat.
f. Memantau pertumbuhan janin, tanyakan pada ibu tentang
gerakan janin
g. Memeriksa denyut jantung janin.
Perawatan dilakukan di rumah sakit bila :
a. Tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau meningkat
lebih dari 15 mmHg, jika ada gejala preeklampsia berat, atau
jika ditemukan adanya pertumbuhan buruk pada janin, wanita
tersebut harus masuk ke rumah sakit untuk diobservasi dan
diberikan penatalaksanaan.

b. Di rumah sakit, dilakukan penanganan :


1) Wanita beristirahat di ruang yang tenang.
2) Memeriksa tekanan darah setiap 4 jam (setiap 2 jam bila
keadaannya sangat parah).
3) Melakukan pemeriksaan protein urine dua kali sehari
4) Memantau frekuensi jantung janin dua kali sehari.

10
5) Menimbang berat badan wanita tersebut dua kai seminggu
jika mungkin.
6) Memberikan sedasi (misanya: diazepam- dosis intravena 10
mg diazepam. Kemudian berikan dosis intravena
ulangan 10 mg, setiap 4-6 jam, maksimum 100 mg per
24 jam)
7) Memerikan obat antihipertensi hanya jika tekanan

diastoliknya 110 mmHg atau lebih dan harus sesuai

dengan perintah dokter.

Menurut Widyastuti (2002) penanganan preeklampsia, jika

kehamilan < 37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan,

lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:

1. Memantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi

janin.

2. Lebih banyak istirahat

3. Diet biasa.

4. Tidak memerlukan obat-obatan

Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit: diet

biasa, memantau tekanan darah 2x sehari, proteinuria 1 sehari,

tidak memerlukan obat-obatan, tidak memerlukan diuretik,

kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal

ginjal akut. Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien

dapat dipulangkan. Melakukan istirahat dan memperhatikan

tanda-tanda pre-eklampsia berat, kontrol 2 kali seminggu, jika

tekanan diastolik naik lagi maka rawat kembali.

11
2. Penanganan Preeklamsi Berat

Menurut Saifuddin (2007), penanganan preeklampsia berat dan

eklampsia (160/110 mmHg dan preeklampsia disertai kejang).

Penatalaksanaan pre-eklampsia berat sama dengan eklampsia.

Dengan tujuan utama menghentikan berulangnya serangan

konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnnya digunakan cara

yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.

Penanganan kejang:

a. Memberikan obat antikonvulsan.

b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan,

masker oksigen, oksigen).

c. Melindungi pasien dari kemungkinan trauma. d) Aspirasi mulut

dan tenggorokan

d. Membaringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk

mengurangi risiko aspirasi.

e. Memberikan O2 4-6 liter/ menit.

H. Pencegahan

Menurut Wiknjosastro (2005) kepatuhan ibu hamil dalam pencegahan


pre- eklampsia meliputi :
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya
faktor predisposisi pada ibu dan wanita usia produktif terhadap faktor
risiko terjadinya keracunan kehamilan. Pencegahan ini dapat
dilakukan dengan menjaga berat badan ibu hamil agar tetap ideal,

12
mengatur pola makan sehat dan menghindari stress serta istirahat
yang cukup.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya awal sebelum seseorang
menderita penyakit atau upaya untuk mempertahankan orang sehat
agar tetap sehat. Dilakukan
a. Istirahat, diet rendah garam, lemak serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan.
b. Waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsia dan
eklampsia bila ada faktor prediposisi.
c. Pemeriksaan antenatal care secara teratur yaitu minimal 4 kali
kunjungan yaitu masing-masing 1 kali pada trimester I dan II , serta
2 kali pada trimester III.25
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya mencegah orang
yang telah sakit agar tidak menjadi parah, dengan menghambat
progresifitas penyakit dan menghindarkan komplikasi. Dilakukan
dengan cara mendeteksi penyakit secara dini serta mengadakan
pengobatan yang cepat dan tepat. Upaya pencegahan ini dilakukan
dengan :
a. Pemeriksaan antenatal yang teratur, bermutu dan teliti mangenali
tanda-tanda sedini mungkin, lalu diberikan pengobatan yang
sesuai agar penyakit tidak menjadi berat.
b. Terapi preeklampsia ringan di rumah yaitu istirahat ditempat
tidur, berbaring pada sisi kiri dan bergantian ke sisi kanan bila
perlu, dengan istirahat biasanya edema dan hipertensi bisa
berkurang.
c. Memberikan suntikan sulfamagnesium 8 gr intramuskuler untuk
mencegah kejang.

13
d. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya 37 minggu ke atas,
apabila setelah dirawat inap tanda-tanda preeklampsia berat tidak
berkurang.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan upaya mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat atau membatasi kecacatan yang terjadi
serta melakukan tindakan rehabilitasi. Pencegahan dapat dilakukan
dengan :

a. Pemeriksaan tekanan darah setelah melahirkan setiap 4 jam selama


48 jam.
b. Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum.
c. Melakukan pemantauan jumlah urine.
I. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

a) Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal


hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )

b) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

c) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )

b. Urinalisis : Ditemukan protein dalam urine.

c. Pemeriksaan Fungsi hati

a) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

b) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

c) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

d) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N=


15-45 u/ml

14
e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat
( N= <31 u/l )

f) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

d. Tes kimia darah: Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

2. Radiologi

a. Ultrasonografi: Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.


Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume
cairan ketuban sedikit.

b. Kardiotografi: Diketahui denyut jantung janin lemah.

J. Penatalaksanaan
Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
c. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera
mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin
atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
1. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
a. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
b. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya,
tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas
aman 140-150/90-100 mmhg).
c. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang
hari dan minimal 8 jam pada malam hari)
d. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
e. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari. Bila tekanan
darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x

15
5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-
3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
f. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
g. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1
minggu
h. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun
setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1
kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-
tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
i. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-
eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
j. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali
ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio
plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38
minggu, janin sudah dinyatakan matur.
k. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau
dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.
2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.  Aktif berarti : kehamilan
diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif
berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan
medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG,
kardiotokografi.
a. Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di
daerah kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani
aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini.
a) Ada tanda-tanda impending eklampsia
b) Ada hellp syndrome
c) Ada kegagalan penanganan konservatif
d) Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr         

16
e) Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
b. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-
tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan
penanganan konservatif.Medisinal : sama dengan pada penanganan
aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-
eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24
jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai
kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. jangan
lupa : oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik :
pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung
terminasi.
K. Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang
termasuk komplikasi antara lain:
a. Pada Ibu
a) Eklampsia
b) Solusio plasenta
c) Pendarahan subkapsula hepar
d) Kelainan pembekuan darah ( DIC ), Sindrom HELPP ( hemolisis,
elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
e) Ablasio retina
f) Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada Janin
a) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b) Prematur
c) Asfiksia neonatorum
d) Kematian dalam uterus
e) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

17
BAB III
ASKEP IBU HAMIL PADA PREEKLAMSI
A. Pengumpulan Data

Pengkajian:

1. Biodata mencakup identitas klien :

a. Nama yang jelas dan lengkap: Nama klien dan suami untuk

mengetahui identitas klein dan suami sebagai orang yang

bertanggung jawab.

b. Umur dicatat dalam hitungan tahun, karena umur ibu termasuk

sebagai faktor resiko preeklamsi, kemungkinan faktor umur yang

menyebabkan terjadinya preeklamsi.

c. Alamat ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila

diperlukan keadaan mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan

juga dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungannya.

d. Pekerjaan klien ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan

pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan pasien.

Pekerjaan orang tua bila pasien anak balita.

e. Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien Dengan

diketahui agama klien akan memudahkan bidan melakukan

pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

18
f. Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat

intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku

kesehatan seseorang.

2. Alasan datang ke klinik

Merupakan alasan utama klien datang ke BPS atau RS untuk bersalin

apa periksa.

3. Keluhan Utama
Untuk mengetahui alasan atau keluhan utama yang membuat
pasien datang berhubungan dengan kehamilannya. Apabila Ibu
mengatakan bengkak pada tangan dan kaki, sakit kepala dan juga nyeri
pada ulu hati, kemungkinan ibu mengalami preeklamsi.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Menanyakan kepada ibu apakah sekarang menderita penyakit jantung,
asma, tuberculosis, ginjal, diabetes militus, malaria, HIV / AIDS,
hipertensi, hepatitis, gondok. Apabila ibu mengatakan mempunyai
hipertensi maka patut dicurigai ibu akan mengalami preeklamsi
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Menanyakan kepada ibu apakah dahulu pernah menderita
penyakit jantung, asma, tuberculosis, ginjal, diabetes militus,
malaria, HIV / AIDS, hipertensi, hepatitis, gondok. Apabila ibu
mengatakan ibu dahulu pernah mempunyai riwayat hipertensi maka
dicurigai kemungkinan ibu dengan kehamilannya sekarang akan
mengalami hipertensi juga.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menanyakan kepada keluarga apakah dahulu pernah menderita
penyakit jantung, asma, tuberculosis, ginjal, diabetes militus,
malaria, HIV / AIDS, hipertensi, hepatitis, gondok, kelainan
kembar, kelainan bawaan. Apabila ibu mengatakan dalam

19
keluarga ada yang mempunyai riwayat hipertensi kemungkinan
ibu akan mengalami hipertensi juga.

5. Riwayat Pernikahan: Untuk mengetahui status perkawinan klien


dan lama pernikahan.

6. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan : menarche, siklus menstruasi, teratur
atau tidak, lama menstruasi, jumlah banyaknya darah yang
keluar, bau, saat mentruasi adakah dismenorhe, dan flour
albus ( keputihan).
b. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Riwayat Kehamilan yang lalu : apakah klien pernah mengalami
kehamilan dengan hipertensi atau preeklamsi pada saat hamil
sebelumnya.
Riwayat Persalinan yang lalu:berapa jarak antara persalinan yang
lalu dan sekarang, usia kehamilan ibu saat persalinan yang lalu
aterm atau tidak, bagaimana persalinan yang lalu (normal atau
seksio sesaria),adakah penyulit atau tidak saat persalinan yang lalu,
siapa penolong persalinan, dimana tempat bersalin, jenis kelamin laki
– laki atau perempuan.
Riwayat nifas yang lalu : bagaimana nifas yang lalu normal atau
tidak.
7. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Hamil yang ke berapa G (Gravida)…P (Paritas)…A (Abortus)

b. HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)……..
c. HPL (Hari Perkiraan Lahir)……….
d. Berat badan sebelum hamil, Berat badan sekarang

20
e. Periksa ANC (Ante Natal Care) sebelumnya dimana? berapa
kali periksa pada TM (Trimester) I, TM (Trimester) II, dan
TM (Trimester) III?
f. Keluhan pada TM (Trimester) I, TM (Trimester) II, TM
(Trimester) III
g. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) berapa kali? kapan? tanggal
imunisasi TT (Tetanus Toxoid) 1 …, iminisasi TT (Tetanus Toxoid)
2.., imunisasi TT (Tetanus Toxoid) 3…
h. Apakah obat - obat yang pernah dikonsumsi….
i. Gerakan janin pertama…..bulan, gerakan janin sekarang…(
kuat/lemah).
j. Kebiasaan ibu / keluarga yang berpengaruh negative
…..terhadap kehamilanya ( merokok, narkoba, alkohol, minum
jamu).
8. Riwayat Keluarga Berencana
a. Kontrasepsi yang pernah dipakai………
b. Lamanya memakai kontrasepsi………...
c. Alasan berhenti…………
d. Rencana yang akan datang setelah melahirkan…..
9. Pola Kebutuhan sehari – hari
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan pasien sehari-hari dalam
menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makanan sehari-hari
apakah terpenuhi gizinya atau tidak.
a. Pola Nutrisi
Makan : berapa kali, porsi, jenis dan keluhan
Minum : berapa kali, jenis dan keluhan
Karena preeklamsi bisa terjadi karena pola nutrisi ibu yang kurang
baik, maka ibu harus diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak
dan garam.
b. Pola Eliminasi

21
BAB berapa kali, konsistensi, warna dan keluhan. BAK berapa kali,
warna dan keluhan.
Ibu hamil dengan preeklmasi urin minimal 30ml/jam dalam 4
jam terakhir atau 0,5ml/kgBB/jam karena sebagai salah satu syarat
pemberian MgSO4
c. Pola istirahat
Tidur siang : lamanya dan keluhan
Tidur malam : lamanya dan keluhan
d. Pola Aktivitas
Aktivitas ibu sehari-hari selama hamil
1) Aktivitas
Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan,
penambahan berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis
+/+, reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
2) Sirkulasi: Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.
3) Abdomen: Gejala :
Inspeksi :biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm,
apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak  ( - ) Palpasi :
a. Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc.
Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler
b. Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian –
bagian kecil janin di sebelah kanan.
c. Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir
d. Leopold IV : biasanya pada  bagian terbawah janin telah
masuk pintu atas panggul
Auskultasi : biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
4) Eliminasi
Gejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes
celup, oliguria
5) Makanan / cairan

22
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan ,
muntah-muntah . Tanda :biasanya nyeri epigastrium,
6) Integritas ego
Gejala : perasaan takut.. Tanda : cemas.
7) Neurosensori
Gejala :biasanya terjadi hipertensi. Tanda :biasanya terjadi kejang
atau koma
8) Nyeri / kenyamanan
Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala,
ikterus, gangguan penglihatan. Tanda :biasanya klien gelisah,
9) Pernafasan
Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki,
Whezing, sonor. Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak,
apakah ada bising atau tidak.
10) Keamanan
Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
11) Seksualitas . Gejala : Status Obstetrikus
10 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
2. Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
3. Pemeriksaan Fisik (Persistem)
a. Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang,
kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis
melakukan aktifitas,  krekes mungkin ada, adanya edema paru
hiper refleksia klonus pada kaki.
b. Sistem cardiovaskuler
a) Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva
anemis.

23
b) Palpasi  : Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi
peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu
kehamilan,
Nadi       : biasanyanadi meningkat atau menurun
Leher      :apakah ada bendungan atau
tidak  padaPemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan
menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan.
Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24
jam Suhu dingin
c) Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk
mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang
tidak teratur gerakan janin melemah.
c. System reproduksi
a) Dada. Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri
tekan pada payudara.
b) Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir
bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini /
tidak.
c) Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin,
lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat
kontraksi uterus
d. Sistem integument perkemihan
a) Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada
ekstermitas akibat gangguan filtrasi glomelurus yang
meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
b) Oliguria
c) Proteinuria
e. Sistem persarafan: Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
f. Sistem Pencernaan

24
a) Palpasi:Abdomen adanya nyeri tekan daerah
epigastrium(kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.
B. Pengelompokan Data

Data Subyektif

a. Biasanya ibu mengeluh Panas


b. Biasanya  ibu mengeluh sakit kepala
c. biasanya ibu mengeluh nyeri kepala
d. biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
e. biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
f. Biasanya mengeluh nyeri, skala nyeri (2-4)
g. klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan
h. klien biasanya  sering mual muntah
i. klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan
Data Obyektif

a. Biasanya teraba panas


b. Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
c. Biasanya ibu tampak kejang, tampak lemah, penglihatan ibu kabur
d. biasanya klien tampak cemas, gelisah
e. Biasanya klien tampak kurus,
f. biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis.
g. Tonus otot perut tampa tegang
h. Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
i. Biasanya DJJ bayi cepat >160
j. aktivitas janin menurun
C. Analisa Data
No Syptom Etiologi Problem
1 DS : -proses cardiac output Resiko tinggi
-Biasanya ibu mengeluh menurun terjadinya kejang
pada ibu
Panas -Merangsang medulla
-Biasanya  ibu mengeluh sakit oblongata & system syaraf

25
kepala -penurunan fungsi organ
DO : -Vaso spasme dan
-Biasanya teraba panas peningkatan tekanan darah
-Biasanya tampak wajah ibu perfusi jaringan
meringis kesakitan
- Biasanya ibu tampak kejang
-Biasanya ibu tampak lemah
-Biasanya penglihatan ibu
kabur

2 DS : -Kontraksi uterus dan Gangguan rasa


-biasanya ibu mengeluh nyeri pembekuan jalan lahir nyaman nyeri
kepala -Vaso spasma
-biasanya ibu mengeluh nyeri pembuluh darah
perut akibat fotal distress pada
-Proses cardiaoutput
janin
menurun
DO :
-Bisanya ibu tampak meringis
kesakitan
- biasanya ibu tampak cemas
-Bianyasa skala nyeri  4 =
nyeri berat (skala nyeri 1-5)
-   aktivitas janin menurun
3 DS : proses perpindahan cairan Resiko tinggi
         -biasanya ibu mengeluh karena perbedaan tekanan, terjadinya foetal 
tegang pada perutnya perubahan pada plasenta.
- Biasanya mengeluh nyeri
          skala nyeri (2-4)
DO :
-Tonus otot perut tampa
tegang
- Biasanya ibu tampak
meringis kesakitan
- Biasanya tamapa cemas

26
-  Biasanya DJJ bayi cepat
>160
4 DS: HCL meningkat peristaltic Gangguan
- klien biasanya mengatakan turunKetidakmampuan pemenuhan
kurang nafsu makan dalam nutrisi kurang
- klien biasanya  sering mual memasukkan/mencerna dari kebutuhan
muntah makanan karena faktor tubuh 
DO : biologi
-Biasanya klien tampak kurus,
- biasanya klien tampak lemah,
konjungtiva anemis.
- BB menurun

D. Rumusan Diagnosa
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan proses
cardiac output menurun, merangsang medulla oblongata dan system
syaraf, penurunan fungsi organ, vaso spasme dan peningkatan tekanan
darah, perubahan perfusi jaringan.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan Vaso Spasme pada
pembuluh darah, proses cardiac output menurun, merangsang medulla
oblongata dan system syaraf, Kompresi saraf simpatis gangguan irama
jantung, aliran tumbulensi emboli kontraksi uterus dan pembukaan jalan
lahir, kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir di tandai dengan
biasanya ibu mengeluh nyeri kepala, biasanya ibu mengeluh nyeri perut
akibat fotal distress pada janin, Bisanya ibu tampak meringis kesakitan,
biasanya ibu tampak cemas, Bianyasa skala nyeri  4 = nyeri berat (skala
nyeri 1-5), aktivitas janin menurun, DJJ meningkat >160
3. Resiko tinggi terjadinya foetal proses perpindahan cairan karena
perbedaan tekanan, perubahan pada plasenta.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan HCL meningkat peristaltic turunKetidakmampuan dalam
memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi di tandai dengan
klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan, klien biasanya  sering

27
mual muntah, Biasanya klien tampak kurus, biasanya klien tampak
lemah, konjungtiva anemis, BB menurun.
E. Intervensi?Perencanaan

1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan


penurunan fungsi organ ( vasospasme  dan peningkatan tekanan darah

Tujuan: Tidak terjadi kejang pada ibu

Kriteria Hasil:

a. Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )

b. tanda vital : Tekanan Darah         : 100-120/70-80 mmHg,          Suhu: 36-


37 C, Nadi : 60-80 x/mnt, RR : 16-20 x/mnt.

Intervensi Rasional
1.      Monitor tekanan darah tiap 4 1.   Tekanan diastole > 110 mmHg dan
jam sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
2.   Penurunan kesadaran sebagai
indikasi penurunan aliran darah otak
2.      Catat tingkat kesadaran pasien
3.   Gejala tersebut merupakan
manifestasi dari perubahan pada  otak,
ginjal, jantung dan paru yang
mendahului status kejang
3.      Kaji adanya tanda-tanda
4.   Kejang akan meningkatkan
eklampsia ( hiperaktif, reflek
kepekaan uterus yang akan
patella dalam, penurunan nadi,dan
memungkinkan terjadinya persalinan.
respirasi, nyeri epigastrium dan
oliguria ) 5.   Anti hipertensi untuk menurunkan
tekanan darah dan SM untuk
4.      Monitor adanya tanda-tanda
mencegah terjadinya kejang
dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
5.      Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian anti hipertensi
dan SM

28
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
Tujuan: Tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil

Intervensi Rasional
1.      Monitor DJJ sesuai indikasi 1.   Peningkatan DJJ sebagai indikasi
terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta
2.   Penurunan fungsi plasenta
2.      Kaji tentang pertumbuhan mungkin diakibatkan karena hipertensi
janin sehingga timbul IUGR
3.   Ibu dapat mengetahui tanda dan
gejala solutio plasenta dan tahu akibat
hipoxia bagi janin
3.      Jelaskan adanya tanda-tanda 4.   Reaksi terapi dapat menurunkan
solutio plasenta ( nyeri pernafasan janin dan fungsi jantung
perut, perdarahan, rahim tegang, serta aktifitas janin
aktifitas janin turun )
6.   Anti hipertensi untuk menurunkan
tekanan darah dan SM untuk
4.      Kaji respon janin pada ibu mencegah terjadinya kejang
yang diberi SM 7.   USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin

5.      Kolaborasi dengan medis


dalam pemeriksaan USG dan NST
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
Tujuan: Tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya
Kriteria Hasil:
a. Ibu mengerti penyebab nyerinya
b. Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi Rasional
1.      Kaji tingkat intensitas nyeri 1.      Ambang nyeri setiap orang

29
pasien berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang
sesuai dengan respon pasien terhadap
nyerinya.
2.      Ibu dapat memahami penyebab
nyerinya sehingga bisa kooperatif
2.      Jelaskan penyebab nyerinya
3.      Dengan nafas dalam otot-otot
dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi
3.      Ajarkan ibu mengantisipasi pembuluh darah, expansi paru optimal
nyeri dengan nafas dalam bila HIS sehingga kebutuhan 02 pada jaringan
timbul terpenuhi
4.      untuk mengalihkan perhatian
pasien

4.      Bantu ibu dengan


mengusap/massage pada bagian
yang nyeri

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan
karena faktor biologi.
Tujuan: nafsu makan meningkat atu normal
Kriteria hasil
a. BB meningkat atau normal
b. tidal ada tanda-tanda mal nutrisi
c. kekuatan menggenggan
Intervensi Rasional
1.      Kaji adanya alergi makanan 1.      Untuk mengetahui apakah pasien
ada alergi makanan
2.      intake fe dapat meningkatkan
2.      Anjurkan pasien untuk
kekuatan tulang
meningkatkan intake Fe
3.      substansi gula dapat meningkatkan
energi pasien

30
3.       Berikan substansi gula 4.      Untuk memenuhi status gizi
pasien

4.       Berikan makanan yang terpilih


(sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
5.      Catatan harian makanan dapat
5.      Ajarkan pasien bagaimana mengetahui asupan nutrisi pasien
membuat catatan makanan harian

F. Implementasi

Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya diterapkan


dalam bentuk tindakan nyata.Implementasi merupakan pelaksanaan
perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien.hal-hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi yang
dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi., penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal. Intervensi harus
dilakukan dengan cermat dan efisien pada waktu dan situasi yang
tepat.Keamanan fisik dan psikologis harus dilindungi dan didokumentasikan
dalam dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (La Ode
Jumadi Gaffar, 1995: 64)

Ada 3 fase dalam melaksanakan implementasi keperawatan, yaitu:


a. Fase persiapan
Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi, rencana, pengetahuan
dan keterampilan. Mengimplementasikan rencana, persiapan dan
lingkungan.
b. Fase operasional
Merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. pada
fase ini, implementasi dapat dilakukan secara independen, dependent dan
interdependent. Selanjutnya perawat akan melakukan pengumpulan data
yang berhubungan dengan reaksi klien terhadap fisik, psikologis, sosial
dan spritual.

31
c. Fase Terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi
dilakukan.

G. Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan


physical abuse antara lain :

1. Anak mengenali perlunya atau mencari perlindungan untuk mencegah dan


mengatasi physical abuse.

2. Keluarga berpartisipasi sebagai fungsi modal peran sebagai orang tua


yang positif dan efektif.

3. Keluarga mampu menjaga situasi yang dapat menimbulkan stress.

4. Keluarga dan anak mampu mengembangkan strategi pemecahan masalah.

32
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan


proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia adalah merupakan
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Preeklampsia adalah penyakit yang
disebabkan oleh tekanan darah  toksemia  tinggiyang terkait dengan kondisi
diawal kehamilan.

Preeklampsia adalah penyakit multisistem, yang bisa melibatkan otak,


hati, ginjal, dan plasenta.Komplikasi-komplikasi maternal mencakup
eklampsia, stroke, gagal hati dan gagal ginjal, dan koagulopati.

B. Saran

Lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang pre eklamsia oleh tim medis
dan para medis kepada masyarakat banyak, khusus nya yang ada di daerah
terpencil agar masyarakat lebih cepat mengetahui tanda-tanda dan gejala dari
pre eklamsi terutama pada ibu-ibu,agar dapat di atasi dengan cepat

33
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta :EGC hal 629-648

Wahyu Purwaningsih, Siti Fatimah. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.


Yogyakarta: Nuha Medika

Hamilton,Persis Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6.


Jakarta:EGC

Mariam Siti. 2013. Makalah preeklamsi. Diakses 24 Maret 2017. Dari


http://sitimaryamhsb.makalah-pre-eklamsi-html

Sri Widari.2013.Askep Preeklamsi. pdf. Diakses 24 maret 2017. Dari


http://Widari.askep-preeklamsi.html

Atiyah.2012.preeklamsi ringan. Diakses 24 maret 2017. Dari


http://atiyah27.blogspot.co.id/2012/09/pre-eklamsi-ringan.html

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Preeklampsia _ galeriabiee.pdf

https://galeriabiee.wordpress.com/kumpulan-askep/askep-maternitas/asuhan-
keperawatan-pada-pasien-dengan-preeklampsia/ diakses 24 Maret 2017

http://hartokambaton.blogspot.co.id/2012/04/keperawatan-maternitas-askep-pada-
bumil.html diakses 24 Maret 2017

34

Anda mungkin juga menyukai