Masyarakat
Penulis : Ardiansyah, Muhammad Ullil Fahri,
Frieska Angelia, dan Ruslan
Abstrak
Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah semakin canggih dan merambah berbagai
bidang. Hal ini berdampak pada hubungan sosial dalam masyarakat. Dalam penerapan teknologi
informasi, muncul isu – isu etika baru. Salah satunya adalah berita hoax. Hal ini dapat
menimbulkan perselisihan dan kerugian baik secara material maupun retaknya hubungan sosial
dalam masyarakat. Di Indonesia, sudah ada UU ITE dan gerakan literasi digital untuk
membangun karakter bangsa, sehingga masyarakat diharapkan dapat menghadapi informasi yang
diterima dengan lebih cerdas dan bijaksana.
1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah semakin canggih dan merambah ke berbagai
bidang. Perkembangan ini membawa banyak dampak positif dalam kehidupan manusia.
Perkembangan teknologi informasi juga mempengaruhi hubungan sosial dalam masyarakat, baik
dalam cara berkomunikasi maupun dalam kehidupan sehari – hari. Namun perkembangan
teknologi informasi ini tidak terlepas dari berbagai isu baru terkait etika, salah satunya adalah
berita hoax. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap persepsi masyarakat dan budaya yang ada
di dalam kehidupan sosial. Selain itu adanya budaya berbagi informasi dalam masyarakat yang
membuat persebaran informasi semakin luas dan sulit terbendung.
Teknologi Informasi
Teknologi informasi merupakan gabungan antara teknologi perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) yang digunakan untuk mengelola data, meliputi memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, dan memanipulasi data (Nuryanto, 2012). Teknologi
informasi adalah ilmu yang mempelajari penggunaan teknologi sebagai media pengelola
informasi. Dalam perkembangannya, teknologi informasi terbagi menjadi 3 masa, yakni sebagai
berikut (Sobri, 2017):
Masa Prasejarah
Teknologi pada masa ini berfungsi untuk pengenalan bentuk – bentuk seperti informasi yang
terdapat pada dinding gua. Pada masa ini juga belum dikenal tulisan.
Masa Sejarah
Pada tahun 3000 SM, tulisan pertama digunakan oleh Bangsa Sumeria dengan menggunakan
simbol yang dibentuk dari piktograf. Simbol ini memiliki bunyi yang berbeda sehingga dapat
menjadi suatu kata. Teknologi pada masa ini masih digunakan oleh kalangan terbatas karena
harganya mahal.
Masa Modern
Pada masa ini, perkembangan teknologi sudah berkembang pesat, dimana ukuran perangkat
semakin kecil sedangkan fitur yang dimiliki semakin canggih. Salah satu contonya adalah
komputer.
Media Sosial
Pada tahun 2016, dari 256,2 juta jiwa penduduk Indonesia, terdapat 132,7 juta jiwa yang sudah
terhubung ke internet. Konten yang paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia adalah
media sosial (nextdigitalmarketer.com, 2017).
Sumber :
http://nextdigitalmarketer.com/data-statistik-pengguna-internet-indonesia/
Sumber : http://kaltim.tribunnews.com/2017/06/29/facebook-masih-jadi-medsos-terbesar-
jumlah-pengguna-tembus-2-juta-termasuk-anda
Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yakni “ethos”, yang artinya watak kesusilaan atau adat
kebiasaan. Etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai – nilai yang berlaku. Etika adalah ilmu
yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia (Suryana, 2013). Menurut
BusinessDictionary, etika adalah konsep dasar dari perilaku manusia yang baik. Ada 3 teori etika
klasik, yakni Utilitarian, Kantian dan Aristotelian. Ketiga teori ini termasuk kedalam etika
normatif (Hourdequin, 2015).
Utilitarian
Etika yang dibangun berdasarkan intuisi moral dan digunakan secara luas. Utilitarian adalah teori
moral konsekuentialis, dimana konsekuensi yang baik adalah satu-satunya kebaikan moral.
Kantian
Kunci utama dari etika Kantian adalah rasionalitas, autonomi, respect, dan timbal balik.
Aristotelian
Etika berdasarkan autoritas dan akibat dari tindakan. Etika ini juga dikenal sebagai etika
karakter, dimana orang yang baik cenderung melakukan hal baik pula.
Berita Hoax
Menurut (Apandi, 2017), hoax adalah sebuah berita palsu atau bohong. Hoax digunakan untuk
menipu atau mengakali pembaca atau pendengar untuk mempercayai sesuatu. Berita hoax dapat
menyebabkan munculnya fitnah, pembunuhan karakter, perang pernyataan di media sosial,
putusnya silahturahmi dan rusaknya kerukunan hidup masyarakat. Dalam artikel di website
hai.grid.id, terdapat 10 jenis berita bohong yang sering diterima oleh masyarakat, yaitu: sosial
politik, sara, kesehatan, makanan dan minuman, penipuan keuangan, IPTEK, berita duka,
candaan, bencana alam, dan lalu lintas.
Hoax membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, seperti ujaran kebencian, fitnah, isu
provokatif, sentiment SARA dan pemutarbalikan fakta. Hoax juga melanggar prinsip jurnalisme
online yang isinya sebagai berikut (Given, 2017):
Di Indonesia, undang – undang yang mengatur mengenai informasi dan transaksi elektronik,
adalah Undang – Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) atau Undang – Undang
nomor 11 tahun 2008 yang berbunyi:
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”
Dalam pasal 28 ayat 1, kata “bohong” artinya informasi yang tidak benar adanya. Sedangkan
kata “menyesatkan” artinya dampak yang ditimbulkan akibat berita bohong tersebut (Sembiring,
2017).
3. Pembahasan
Perkembangan teknologi saat ini sudah merambah berbagai bidang kehidupan manusia. Salah
satu bentuk dari perkembangan teknologi yang memiliki pengaruh besar adalah media sosial.
Media sosial digunakan sebagai sarana menjalin pertemanan dan menyebarkan opini, berita atau
informasi.
Namun dalam perkembangannya, media sosial sering disalahgunakan untuk menyebarkan opini,
berita, atau informasi yang mengandung kebohongan (hoax), pencemaran nama baik, ujaran
kebencian, hingga ancaman (Pratama, 2016). Dampak yang diakibatkan pada individu yang
diberitakan adalah turunnya kredibilitas dan kehilangan kepercayaan secara sosial. Sedangkan
dampak pada masyarakat dapat memicu perselisihan, keributan serta ketidaktenangan sosial dan
menyangkut politik dan SARA dapat memecah-belah bangsa (Monohevita, 2017).
Dalam menghadapi banyaknya opini, berita, atau informasi yang diterima, masyarakat
diharapkan dapat lebih siap, cerdas dan bijak. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan
sebelum mempublikasikan sesuatu di media sosial (Pratama, 2016):
Di Indonesia, perlawanan terhadap berita hoax sendiri dilakukan melalui gerakan literasi digital
yang digunakan untuk membangun karakter bangsa. Literasi digital adalah ketertarikan, sikap
dan kemampuan seseorang yang menggunakan teknologi informasi untuk mengakses,
mengelola, mengintegrasikan, menganalisa, mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan,
dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berperan efektif dalam masyarakat (Iin
Hermiyanto, 2013). Terdapat dua metode yang digunakan, yakni dengan memasukkan
pengetahuan literasi digital ke kurikulum sekolah dan bekerja sama dengan publik figure
(Agung, 2017). Hoax dapat diindentifikasi juga dengan beberapa hal berikut (Monohevita,
2017):
Referensi
Minano, R., Aller, C. F., Anguera, A., & Portillo, E. (2015). Introducing ethical, social,
and environtmental issues in ICT engineering degrees. Journal of Technology and
Science Education, 5(4), 272-285.
Data Statistik Pengguna Internet Indonesia Tahun 2016. (2017, June 14). Retrieved from
http://nextdigitalmarketer.com/data-statistik-pengguna-internet-indonesia/
Bahar, A. Ini Dia 10 Jenis Berita Hoax yang Laku di Masyarakat, Hati-hati ya!. (2017,
May 16). Hai. Retrieved from http://hai.grid.id/Feature/Event/Ini-Dia-10-Jenis-Berita-
Hoax-Yang-Laku-Di-Masyarakat-Hati-Hati-Ya
Lawan Hoaks dengan Literasi Digital. (2017, October 22). Kompas. Retrieved from
http://regional.kompas.com/read/2017/10/22/23213851/lawan-hoaks-dengan-literasi-
digital
Setiawan, I W. A. Anti Hoax Sang Pendidik: Etika Jurnalisme dan Tantangan Berita
Hoax. (2017, November 07). Retrieved from
https://www.kompasiana.com/iwayanagussetiawan/5a01b503ade2e163503eeaf2/anti-
hoax-sang-pendidik-etika-jurnalisme-dan-tantangan-berita-hoax
5 Prinsip Etika Jurnalisme Online. (2017, May 28). Kompas. Retrieved from
https://www.kompasiana.com/givenmeilany/5-prinsip-etika-jurnalisme-
online_592781add5937382048b4567
Tashandra, N. Media Sosial, Penyebaran “Hoax”, dan Budaya Berbagi. (2017, February
14). Kompas. Retrieved from
http://nasional.kompas.com/read/2017/02/14/09055481/media.sosial.penyebaran.hoax.da
n.budaya.berbagi.
Agung, B. Program Literasi Digital Sasar Millenial Demi Tekan Hoax. (2017, October
03). CNN Indonesia. Retrieved from
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20171002171758-192-245609/program-literasi-
digital-sasar-millenial-demi-tekan-hoax
Sembiring, T. Hoaks Menurut Hukum. (2017, September 12). Kompas. Retrieved from
https://www.kompasiana.com/theosem
KENDARI – Akhir-akhir ini dunia maya banyak dimunculkan informasi dan berita palsu atau
lebih dikenal dengan istilah “hoax” oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggungjawab.
Jika tidak ada kehati-hatian, netizen pun dengan mudah termakan tipuan hoax tersebut bahkan
ikut menyebarkan informasi palsu itu, tentunya akan sangat merugikan bagi pihak korban fitnah.
Lalu bagaimana caranya agar tak terhasut?
Seperti yang terlansir pada halaman kompas.com, Minggu (8/1/2016), Ketua Masyarakat
Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan lima langkah sederhana yang bisa
membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli. Berikut penjelasannya:
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan
langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi,
hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.
Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari
referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama
atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh
kesimpulan yang lebih berimbang.
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL
situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi
-misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang
mengklaim sebagai portal berita.
Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya
terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang
mesti diwaspadai.
3. Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti
KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas,
tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa
mendapatkan gambaran yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan
opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah
pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat
subyektif.
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi,
melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga
mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni
dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan
menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah,
Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian
Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau
bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa
ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga
banyak orang.
Apabila menjumpai informasi hoax, lalu bagaimana cara untuk mencegah agar tidak tersebar.
Pengguna internet bisa melaporkan hoax tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-masing
media.
Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoax
sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak
aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut.
Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian
apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan
twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram.
Kemudian, bagi pengguna internet Anda dapat mengadukan konten negatif ke Kementerian
Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat
aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman data.turnbackhoax.id untuk
menampung aduan hoax dari netizen. TurnBackHoax sekaligus berfungsi sebagai database berisi
referensi berita hoax. *
Seiring berjalannya waktu, dan semakin berkembangnya media online di media sosial,
memudahkan kita dalam membaca sebuah berita atau mencari informasi. Tentu saja ini
merupakan dampak yang positif.
Tapi, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini tidak hanya menghasilkan dampak
positif, melainkan juga dampak negatif. Kita sering menemui penyalahgunaan media online,
termasuk dalam penyampain sebuah infomasi.
Tak jarang media sosial digunakan untuk menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya,
bahkan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Biasanya, kita sebut berita itu sebagai hoax.
Berita hoax ini secara umum dipahami sebagai berita yang salah atau tidak akurat. Berita hoax
juga sangat beragam. Ada beberapa berita hoax yang disebarkan karena kesalahan pemberitaan
atau informasi. Namun, banyak juga informasi yang memang sengaja dibuat tidak sesuai dengan
fakta, untuk kepentingan satu dan lain hal.
Berita hoax dalam beberapa hal bisa berbahaya, karena bisa sangat merugikan pihak yang
menjadi korban atau pihak yang disudutkan. Mulai dari kehilangan reputasi, materi, bahkan juga
bisa mengancam nyawa, karena adanya tekanan batin.
Tapi, mungkin di balik itu semua, ada maksud lain yang ingin didapatkan oleh sang penyebar
hoax itu sendiri. Misalnya, ia ingin mendapatkan perhatian dari masyarakat banyak. Atau,
seseorang merasa dirinya hebat dan bangga kalau bisa men-share berita pertama kali. Tanpa
memikirkan benar atau tidaknya berita tersebut.
Di era teknologi informasi dan komunikasi yang kian maju ini, seharusnya masyarakat lebih
selektif dalam membaca berita. Kita harus dapat membedakan, mana berita yang baik untuk kita
baca, dan mana yang tidak harus kita baca.
Penyebaran dan penyampain berita yang mudah dan cepat memang merupakan hal yang positif.
Tapi, tak ada salahnya jika kita mengecek terlebih dahulu benar atau tidaknya sebuah berita.
Agar kita tidak menjadi target, korban, dan sasaran pemberitaan HOAX.
Orcans Blogger
Minggu, 01 Oktober 2017
MAKALAH HOAX
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut pandangan psikologis, ada dua faktor yang dapat menyebabkan seseorang cenderung
mudah percaya pada hoax. Orang lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini
atau sikap yang dimiliki (Respati, 2017). Contohnya jika seseorang penganut paham bumi datar
memperoleh artikel yang membahas tentang berbagai teori konspirasi mengenai foto satelit maka
secara naluri orang tersebut akan mudah percaya karena mendukung teori bumi datar yang diyakininya.
Secara alami perasaan positif akan timbul dalam diri seseorang jika opini atau keyakinannya mendapat
afirmasi sehingga cenderung tidak akan mempedulikan apakah informasi yang diterimanya benar dan
bahkan mudah saja bagi mereka untuk menyebarkan kembali informasi tersebut. Hal ini dapat
diperparah jika si penyebar hoax memiliki pengetahuan yang kurang dalam memanfaatkan internet
guna mencari informasi lebih dalam atau sekadar untuk cek dan ricek fakta.
Untuk mempelajari dan mengetahui lebih dalam tentang HOAX tersebut di dalam perkembangan
teknologi dan penyebarannya di lingkungan masyarakat dan integrasi bangsa oleh karena itu, kami akan
membuat makalah yang berjudul “INDUSTRI HOAX” yang bermaksud juga untuk menambah wawasan
para pembaca.
1.3 Tujuan
Mengetahui tentang apa itu hoax dan hate speech atau ujaran kebencian, bagaimana cara
penyebaran kedua nya, apakah kedua nya /mempengaruhi kehiduapan bermasyarakat masyarakat
Indonesia, dan bagaimana bisnis hoax yang terjadi di Indonesia.
BAB II
ISI
1. Hoax proper
Sesuai dengan definisi KBBI diatas, hoax berarti adalah sebuah berita bohong yang sengaja dibuat oleh
seseorang dengan sengaja untuk tujuan tertentu
Jenis hoax ini adalah yang paling sering digunakan, yaitu penulis sengaja membuat judul headline atau
suatu berita secara berlebihan sehingga orang akan penasaran untuk melihatnya. Namun sebenarnya isi
dari headline tersebut tidak sesuai dengan judul yang ditulis oleh sang penulis.
Alexander Boese dalam bukunya Museum of xoaxes mencatat , hoax yang pertama kali
dipublikasikan adalah almanak atau penanggalan palsu yang dibuat Isaac Bickerstaff (jonathan swift)
pada tahun 1709
Pada saat itu, dia meamalkan kematian astrolog yang bernama John Partridge. Agar meyakinkan
publik, dan bahkan membuat berita palsu tentang Partridge pada hari yang diramal sebagai hari
kematiannya.
Swift mengarang informasi tersebut untuk mempermalukan Patridge di mata publik, dan patridge
pun berhenti membuat almanak astrologi hingga 6 tahun setelah Hoax beredar.
Penyair aliran romantik Amerika serikat (Edgar Allan Poe) juga diduga pernah membuat 6 Hoax
sepanjang masa hidupnya, seperti informasi dari hoaxes.org yang dikelola Boese.
3.1 Kesimpulan
Seiring berkembangnya teknologi pada saat ini, memang penggunaanya sangat berpengaruh pada
kehidupan manusia. Terutama penggunaan internet dan social media. Peran internet dan social media
menjadi sangat sentral dan menjadikan wadah bagi seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu,
seperti berniaga, sarana edukasi dan lainnya. Akan tetapi internet dan social media yang sekarang
semakin tidak terkendali, ada pihak-pihak atau orang-orang yang menggunakan internet dan social
media dengan cara yang tidak benar, diantaranya yaitu Hoax dan Hate speech, dari kata Hoax dan Hate
speech memiliki keterikatan yaitu sama sama memberikan pengaruh negatif kepada masyarakat. Jangan
mau terperdaya oleh berita-berita hoax Karena si-penyebar berita tersebut hanya mengincar
keuntungan semata yaitu uang dari hasil per-klik dari para pembaca berita tersebut.
3.2 Saran
Saran kami dalam menghadapi berita hoax dan hate speech, perlu diketahui bahwa ada
beberapa cara yaitu :
1. Jangan mudah percaya dahulu, periksa faktanya seperti sumbernya dari institusi pemerintahan, jangan
mudah percaya jika sumbernya berasal dari ormas-ormas, tokoh politik, website-website yang mengatas
namakan agama.
2. Periksa alamat situsnya, informasinya akan meragukan jika bukan domain website yang berbayar seperti
blogspot.com, wordpress.com weebly.com, dll. Contoh domain website yang terverifikasi/berbayar yaitu
seperti .com, .id, .go.id, .net, dll
3. Cek keaslian foto/gambar bila berita tersebut disertakan dengan gambar, biasanya para penyebar hoax
mengedit fotonya agar masyarakat lebih percaya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andarningtyas, N. (2017, January 06). Apa Itu Hoax? Dipetik September 26 , 2017, dari Antara News:
http://www.antaranews.com/berita/605171/apa-itu-hoax
2. Anonim. (2017,January). Definisi Hoax dan Perjalanan Sejarahnya. Dipetik September 20, 2017, dari
Hoaxes: http://www.hoaxes.id/2017/01/definisi-hoax-dan-perjalanan-sejarahnya.html
3. Anonim. (N.D). Pengertian dan Ciri-Ciri Hoax. Dipetik September 22, 2017, dari Romeltea:
http://romeltea.com/pengertian-hoax-dan-ciri-cirinya/
4. Anonim. (N.D). Pengertian Hoax. Dipetik September 15, 2017, dari KBBI Kemendikbud:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hoaks
5. Anggraeni, E. (2017, February 01). Kiat Menkominfo Tangkal Penyebaran Berita Hoax. Dipetik September
26, 2017, dari CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170131142258-185-
190284/kiat-menkominfo-tangkal-penyebaran-berita-hoax/
6. Anonim. (2017, January 07). Dari Mana Asal Usul Hoax? Dipetik September 21, 2017, dari Liputan 6:
http://news.liputan6.com/read/2820443/darimana-asal-usul-hoax
7. Anonim. (N.D). Pengertian Hoax : Asal Usul dan Contohnya. Dipetik September 26, 2017, dari
Komunikasi Praktis: http://www.komunikasipraktis.com/2016/12/pengertian-hoax-asal-usul-dan-
contohnya.html
8. Anonim. (N.D). Sketsatorial : Apa Itu Hoax dan Bagaimana Cara Kita Menghadapinya. Dipetik September
22, 2017, dari Rappler:https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/181912-sketsatorial-apa-itu-
hoax
9. Firdaus, F. (2015, November 05). Kontroversi 'hate speech': Dari Latar Belakang Hingga Siapa Bisa
Terjerat. Dipetik September 26, 2017, dari Rappler: https://www.rappler.com/indonesia/111180-
kontroversi-hate-speech-polri
10. Islami, N. (2017, August 28). Membongkar Sindikat Bisnis Berita “Hoax”. Dipetik September 28, 2017,
dari Kominfo: https://kominfo.go.id/content/detail/10461/membongkar-sindikat-bisnis-berita-
hoax/0/sorotan_media
Terimakasih yang telah melirik ke blog ini. Jika ada kata atau hal yang salah tolong diingatkan dan untuk
dibenarkan kembali ke email saya orcansrafdi@gmail.com .
sap.gunadarma.ac.id
studentsite.gunadarma.ac.id
gunadarma.ac.id
Mengenai Saya
rafdiorcans
Arsip Blog
► 2019 (3)
► 2018 (22)
▼ 2017 (1)
o ▼ Oktober (1)
MAKALAH HOAX
Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.