Anda di halaman 1dari 21

Teknologi Informasi dan Berita Hoax di

Masyarakat
Penulis : Ardiansyah, Muhammad Ullil Fahri,
Frieska Angelia, dan Ruslan

Dosen Pembimbing: Gede Putra Kusuma, PhD


                                                       

Abstrak

Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah semakin canggih dan merambah berbagai
bidang. Hal ini berdampak pada hubungan sosial dalam masyarakat. Dalam penerapan teknologi
informasi, muncul isu – isu etika baru. Salah satunya adalah berita hoax. Hal ini dapat
menimbulkan perselisihan dan kerugian baik secara material maupun retaknya hubungan sosial
dalam masyarakat. Di Indonesia, sudah ada UU ITE dan gerakan literasi digital untuk
membangun karakter bangsa, sehingga masyarakat diharapkan dapat menghadapi informasi yang
diterima dengan lebih cerdas dan bijaksana.

Kata Kunci : Teknologi Informasi, Etika, Isu Sosial, Hoax

 
1.      Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah semakin canggih dan merambah ke berbagai
bidang. Perkembangan ini membawa banyak dampak positif dalam kehidupan manusia.
Perkembangan teknologi informasi juga mempengaruhi hubungan sosial dalam masyarakat, baik
dalam cara berkomunikasi maupun dalam kehidupan sehari – hari. Namun perkembangan
teknologi informasi ini tidak terlepas dari berbagai isu baru terkait etika, salah satunya adalah
berita hoax. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap persepsi masyarakat dan budaya yang ada
di dalam kehidupan sosial. Selain itu adanya budaya berbagi informasi dalam masyarakat yang
membuat persebaran informasi semakin luas dan sulit terbendung.

2.      Studi Literatur


Dalam tahap ini dilakukan studi literatur untuk mendapatkan referensi lebih jauh mengenai
teknologi informasi dan berita hoax di masyarakat.

 Teknologi Informasi
Teknologi informasi merupakan gabungan antara teknologi perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) yang digunakan untuk mengelola data, meliputi memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, dan memanipulasi data (Nuryanto, 2012). Teknologi
informasi adalah ilmu yang mempelajari penggunaan teknologi sebagai media pengelola
informasi. Dalam perkembangannya, teknologi informasi terbagi menjadi 3 masa, yakni sebagai
berikut (Sobri, 2017):

 Masa Prasejarah

Teknologi pada masa ini berfungsi untuk pengenalan bentuk – bentuk seperti informasi yang
terdapat pada dinding gua. Pada masa ini juga belum dikenal tulisan.

 Masa Sejarah

Pada tahun 3000 SM, tulisan pertama digunakan oleh Bangsa Sumeria dengan menggunakan
simbol yang dibentuk dari piktograf. Simbol ini memiliki bunyi yang berbeda sehingga dapat
menjadi suatu kata. Teknologi pada masa ini masih digunakan oleh kalangan terbatas karena
harganya mahal.

 Masa Modern

Pada masa ini, perkembangan teknologi sudah berkembang pesat, dimana ukuran perangkat
semakin kecil sedangkan fitur yang dimiliki semakin canggih. Salah satu contonya adalah
komputer.

 Media Sosial

Pada tahun 2016, dari 256,2 juta jiwa penduduk Indonesia, terdapat 132,7 juta jiwa yang sudah
terhubung ke internet. Konten yang paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia adalah
media sosial (nextdigitalmarketer.com, 2017).
Sumber :
http://nextdigitalmarketer.com/data-statistik-pengguna-internet-indonesia/

Berikut adalah beberapa media sosial yang paling sering diakses.

Sumber : http://kaltim.tribunnews.com/2017/06/29/facebook-masih-jadi-medsos-terbesar-
jumlah-pengguna-tembus-2-juta-termasuk-anda

 Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yakni “ethos”, yang artinya watak kesusilaan atau adat
kebiasaan. Etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai – nilai yang berlaku. Etika adalah ilmu
yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia (Suryana, 2013). Menurut
BusinessDictionary, etika adalah konsep dasar dari perilaku manusia yang baik. Ada 3 teori etika
klasik, yakni Utilitarian, Kantian dan Aristotelian. Ketiga teori ini termasuk kedalam etika
normatif (Hourdequin, 2015).

 Utilitarian

Etika yang dibangun berdasarkan intuisi moral dan digunakan secara luas. Utilitarian adalah teori
moral konsekuentialis, dimana konsekuensi yang baik adalah satu-satunya kebaikan moral.

 Kantian

Kunci utama dari etika Kantian adalah rasionalitas, autonomi, respect, dan timbal balik.

 Aristotelian

Etika berdasarkan autoritas dan akibat dari tindakan. Etika ini juga dikenal sebagai etika
karakter, dimana orang yang baik cenderung melakukan hal baik pula.

 Berita Hoax

Menurut (Apandi, 2017), hoax adalah sebuah berita palsu atau bohong. Hoax digunakan untuk
menipu atau mengakali pembaca atau pendengar untuk mempercayai sesuatu. Berita hoax dapat
menyebabkan munculnya fitnah, pembunuhan karakter, perang pernyataan di media sosial,
putusnya silahturahmi dan rusaknya kerukunan hidup masyarakat. Dalam artikel di website
hai.grid.id, terdapat 10 jenis berita bohong yang sering diterima oleh masyarakat, yaitu: sosial
politik, sara, kesehatan, makanan dan minuman, penipuan keuangan, IPTEK, berita duka,
candaan, bencana alam, dan lalu lintas.

Hoax membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, seperti ujaran kebencian, fitnah, isu
provokatif, sentiment SARA dan pemutarbalikan fakta. Hoax juga melanggar prinsip jurnalisme
online yang isinya sebagai berikut (Given, 2017):

 Tidak boleh plagiat


 Terbuka atau transparan
 Tidak menerima suap
 Menyelidiki kebenaran dan memberitakannya
 Jujur

Di Indonesia, undang – undang yang mengatur mengenai informasi dan transaksi elektronik,
adalah Undang – Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) atau Undang – Undang
nomor 11 tahun 2008 yang berbunyi:
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”

Dalam pasal 28 ayat 1, kata “bohong” artinya informasi yang tidak benar adanya. Sedangkan
kata “menyesatkan” artinya dampak yang ditimbulkan akibat berita bohong tersebut (Sembiring,
2017).

3.      Pembahasan
Perkembangan teknologi saat ini sudah merambah berbagai bidang kehidupan manusia. Salah
satu bentuk dari perkembangan teknologi yang memiliki pengaruh besar adalah media sosial.
Media sosial digunakan sebagai sarana menjalin pertemanan dan menyebarkan opini, berita atau
informasi.

Namun dalam perkembangannya, media sosial sering disalahgunakan untuk menyebarkan opini,
berita, atau informasi yang mengandung kebohongan (hoax), pencemaran nama baik, ujaran
kebencian, hingga ancaman (Pratama, 2016).  Dampak yang diakibatkan pada individu yang
diberitakan adalah turunnya kredibilitas dan kehilangan kepercayaan secara sosial. Sedangkan
dampak pada masyarakat dapat memicu perselisihan, keributan serta ketidaktenangan sosial dan
menyangkut politik dan SARA dapat memecah-belah bangsa (Monohevita, 2017).

Dalam menghadapi banyaknya opini, berita, atau informasi yang diterima, masyarakat
diharapkan dapat lebih siap, cerdas dan bijak. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan
sebelum mempublikasikan sesuatu di media sosial (Pratama, 2016):

 Pastikan kebenaran informasi


 Menghindari hal yang dilarang UU ITE
 Menghadirkan nilai yang sesuai
 Post dalam kondisi tenang

Di Indonesia, perlawanan terhadap berita hoax sendiri dilakukan melalui gerakan literasi digital
yang digunakan untuk membangun karakter bangsa. Literasi digital adalah ketertarikan, sikap
dan kemampuan seseorang yang menggunakan teknologi informasi untuk mengakses,
mengelola, mengintegrasikan, menganalisa, mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan,
dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berperan efektif dalam masyarakat (Iin
Hermiyanto, 2013). Terdapat dua metode yang digunakan, yakni dengan memasukkan
pengetahuan literasi digital ke kurikulum sekolah dan bekerja sama dengan publik figure
(Agung, 2017). Hoax dapat diindentifikasi juga dengan beberapa hal berikut (Monohevita,
2017):

 Beritanya berasal dari sumber yang belum jelas/tidak dapat dipercaya.


 Gambar, foto atau video yang dipakai merupakan rekayasa.
 Menggunakan kalimat yang provokatif\
 Mengandung unsur politis dan SARA
4.      Kesimpulan dan Saran
Masyarakat perlu mengetahui apa itu berita hoax untuk mencegah atau mengurangi dampak
negatif dari berita hoax tersebut, serta bersikap lebih bijaksana dalam menanggapi perkembangan
teknologi informasi dan menelaah kebenaran dari informasi sebelum dibagikan ke orang lain.
Cepatnya penyebaran informasi tetap perlu disikapi dengan tenang dan jernih. Masyarakat harus
lambat dalam mempercayai informasi yang diperoleh dengan memastikan kembali ke beberapa
sumber yang terpercaya.

Referensi

 Minano, R., Aller, C. F., Anguera, A., & Portillo, E. (2015). Introducing ethical, social,
and environtmental issues in ICT engineering degrees. Journal of Technology and
Science Education, 5(4), 272-285.
 Data Statistik Pengguna Internet Indonesia Tahun 2016. (2017, June 14). Retrieved from
http://nextdigitalmarketer.com/data-statistik-pengguna-internet-indonesia/
 Bahar, A. Ini Dia 10 Jenis Berita Hoax yang Laku di Masyarakat, Hati-hati ya!. (2017,
May 16). Hai. Retrieved from http://hai.grid.id/Feature/Event/Ini-Dia-10-Jenis-Berita-
Hoax-Yang-Laku-Di-Masyarakat-Hati-Hati-Ya
 Lawan Hoaks dengan Literasi Digital. (2017, October 22). Kompas. Retrieved from
http://regional.kompas.com/read/2017/10/22/23213851/lawan-hoaks-dengan-literasi-
digital
 Setiawan, I W. A. Anti Hoax Sang Pendidik: Etika Jurnalisme dan Tantangan Berita
Hoax. (2017, November 07). Retrieved from
https://www.kompasiana.com/iwayanagussetiawan/5a01b503ade2e163503eeaf2/anti-
hoax-sang-pendidik-etika-jurnalisme-dan-tantangan-berita-hoax
 5 Prinsip Etika Jurnalisme Online. (2017, May 28). Kompas. Retrieved from
https://www.kompasiana.com/givenmeilany/5-prinsip-etika-jurnalisme-
online_592781add5937382048b4567
 Tashandra, N. Media Sosial, Penyebaran “Hoax”, dan Budaya Berbagi. (2017, February
14). Kompas. Retrieved from
http://nasional.kompas.com/read/2017/02/14/09055481/media.sosial.penyebaran.hoax.da
n.budaya.berbagi.
 Agung, B. Program Literasi Digital Sasar Millenial Demi Tekan Hoax. (2017, October
03). CNN Indonesia. Retrieved from
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20171002171758-192-245609/program-literasi-
digital-sasar-millenial-demi-tekan-hoax
 Sembiring, T. Hoaks Menurut Hukum. (2017, September 12). Kompas. Retrieved from
https://www.kompasiana.com/theosem
KENDARI – Akhir-akhir ini dunia maya banyak dimunculkan informasi dan berita palsu atau
lebih dikenal dengan istilah “hoax” oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggungjawab.

Jika tidak ada kehati-hatian, netizen pun dengan mudah termakan tipuan hoax tersebut bahkan
ikut menyebarkan informasi palsu itu, tentunya akan sangat merugikan bagi pihak korban fitnah.
Lalu bagaimana caranya agar tak terhasut?

Seperti yang terlansir pada halaman kompas.com, Minggu (8/1/2016), Ketua Masyarakat
Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan lima langkah sederhana yang bisa
membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli. Berikut penjelasannya:

1. Hati-hati dengan judul provokatif

Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan
langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi,
hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.

Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari
referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama
atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh
kesimpulan yang lebih berimbang.

2. Cermati alamat situs

Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL
situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi
-misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.

 
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang
mengklaim sebagai portal berita.

Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya
terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang
mesti diwaspadai.

3. Periksa fakta

Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti
KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas,
tokoh politik, atau pengamat.

Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa
mendapatkan gambaran yang utuh.

Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan
opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah
pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat
subyektif.

4. Cek keaslian foto

Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi,
melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga
mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.

Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni
dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan
menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

 
5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax

Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah,
Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian
Hoaxes, dan Grup Sekoci.

Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau
bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa
ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga
banyak orang.

Ini Cara melaporkan berita atau informasi hoax

Apabila menjumpai informasi hoax, lalu bagaimana cara untuk mencegah agar tidak tersebar.
Pengguna internet bisa melaporkan hoax tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-masing
media.

Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoax
sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak
aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut.

Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian
apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan
twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram.

Kemudian, bagi pengguna internet Anda dapat mengadukan konten negatif ke Kementerian
Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat
aduankonten@mail.kominfo.go.id.

 
Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman data.turnbackhoax.id untuk
menampung aduan hoax dari netizen. TurnBackHoax sekaligus berfungsi sebagai database berisi
referensi berita hoax. *

Seiring berjalannya waktu, dan semakin berkembangnya media online di media sosial,
memudahkan kita dalam membaca sebuah berita atau mencari informasi. Tentu saja ini
merupakan dampak yang positif.

Facebook Twitter WhatsApp Line Telegram Email


google_plus

 
Tapi, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini tidak hanya menghasilkan dampak
positif, melainkan juga dampak negatif. Kita sering menemui penyalahgunaan media online,
termasuk dalam penyampain sebuah infomasi.

Tak jarang media sosial digunakan untuk menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya,
bahkan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Biasanya, kita sebut berita itu sebagai hoax.

Berita hoax ini secara umum dipahami sebagai berita yang salah atau tidak akurat. Berita hoax
juga sangat beragam. Ada beberapa berita hoax yang disebarkan karena kesalahan pemberitaan
atau informasi. Namun, banyak juga informasi yang memang sengaja dibuat tidak sesuai dengan
fakta, untuk kepentingan satu dan lain hal.

Berita hoax dalam beberapa hal bisa berbahaya, karena bisa sangat merugikan pihak yang
menjadi korban atau pihak yang disudutkan. Mulai dari kehilangan reputasi, materi, bahkan juga
bisa mengancam nyawa, karena adanya tekanan batin.

Tapi, mungkin di balik itu semua, ada maksud lain yang ingin didapatkan oleh sang penyebar
hoax itu sendiri. Misalnya, ia ingin mendapatkan perhatian dari masyarakat banyak. Atau,
seseorang merasa dirinya hebat dan bangga kalau bisa men-share berita pertama kali. Tanpa
memikirkan benar atau tidaknya berita tersebut.

Di era teknologi informasi dan komunikasi yang kian maju ini, seharusnya masyarakat lebih
selektif dalam membaca berita. Kita harus dapat membedakan, mana berita yang baik untuk kita
baca, dan mana yang tidak harus kita baca.

Penyebaran dan penyampain berita yang mudah dan cepat memang merupakan hal yang positif.
Tapi, tak ada salahnya jika kita mengecek terlebih dahulu benar atau tidaknya sebuah berita.
Agar kita tidak menjadi target, korban, dan sasaran pemberitaan HOAX.
Orcans Blogger
Minggu, 01 Oktober 2017
MAKALAH HOAX

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hoax adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai
sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu. Salah
satu contoh pemberitaan palsu yang paling umum adalah mengklaim sesuatu barang atau kejadian
dengan suatu sebutan yang berbeda dengan barang/kejadian sejatinya. Suatu pemberitaan palsu
berbeda dengan misalnya pertunjukan sulap; dalam pemberitaan palsu, pendengar/penonton tidak
sadar sedang dibohongi, sedangkan pada suatu pertunjukan sulap, penonton justru mengharapkan
supaya ditipu. Hoax bertujuan membuat opini publik, membentuk presepsi dan juga untuk having fun
yang menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna internet dan media sosial.

Menurut pandangan psikologis, ada dua faktor yang dapat menyebabkan seseorang cenderung
mudah percaya pada hoax. Orang lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini
atau sikap yang dimiliki (Respati, 2017). Contohnya jika seseorang penganut paham bumi datar
memperoleh artikel yang membahas tentang berbagai teori konspirasi mengenai foto satelit maka
secara naluri orang tersebut akan mudah percaya karena mendukung teori bumi datar yang diyakininya.
Secara alami perasaan positif akan timbul dalam diri seseorang jika opini atau keyakinannya mendapat
afirmasi sehingga cenderung tidak akan mempedulikan apakah informasi yang diterimanya benar dan
bahkan mudah saja bagi mereka untuk menyebarkan kembali informasi tersebut. Hal ini dapat
diperparah jika si penyebar hoax memiliki pengetahuan yang kurang dalam memanfaatkan internet
guna mencari informasi lebih dalam atau sekadar untuk cek dan ricek fakta.

Untuk mempelajari dan mengetahui lebih dalam tentang HOAX tersebut di dalam perkembangan
teknologi dan penyebarannya di lingkungan masyarakat dan integrasi bangsa oleh karena itu, kami akan
membuat makalah yang berjudul “INDUSTRI HOAX” yang bermaksud juga untuk menambah wawasan
para pembaca.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk memudahkan penyusunan makalah ini maka
diperlukan rumusan masalah seperti yang diuraikan dalam bentuk pertanyaan dibawah ini :
1.2.1              Apakah penyebaran hoax dapat memengaruhi kehidupan manusia dalam bermasyarakat ?
1.2.2              Bagaimana perkembangan bisnis hoax di masyarakat indonesia?
1.2.3              Apa tujuan pembuat hoax menyebarkan hoax dimasyarakat?

1.3 Tujuan
Mengetahui tentang apa itu hoax dan hate speech atau ujaran kebencian, bagaimana cara
penyebaran kedua nya, apakah kedua nya /mempengaruhi kehiduapan bermasyarakat masyarakat
Indonesia, dan bagaimana bisnis hoax yang terjadi di Indonesia.

BAB II

ISI

2.1 Konsep Hoax


Hoaks atau yang lebih dikenal dengan hoax, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sebuah berita bohong (KBBI,2017). Sedangkan menurut Oxford English Dictionary Hoax diartikan sebagai
“Malicious Deception” (Oxford English Dictionary, 2017) atau sebuah kebohongan yang dibuat dengan
tujuan jahat, baik itu demi keuntungan seseorang atau disini adalah sang si penyebar hoax atau dapat
juga untuk menyebarkan kebencian.
Hoax sendiri sudah beredar sejak tahun 1943, tepat nya sejak Johannes Gutenberg menciptakan
mesin cetak. Hoax sendiri pun terdiri dari beberapa jenis, antara lain :

1. Hoax proper

Sesuai dengan definisi KBBI diatas, hoax berarti adalah sebuah berita bohong yang sengaja dibuat oleh
seseorang dengan sengaja untuk tujuan tertentu

2. Judul berlebihan dan tidak sesuai dengan isi berita

Jenis hoax ini adalah yang paling sering digunakan, yaitu penulis sengaja membuat judul headline atau
suatu berita secara berlebihan sehingga orang akan penasaran untuk melihatnya. Namun sebenarnya isi
dari headline tersebut tidak sesuai dengan judul yang ditulis oleh sang penulis.

3. Berita benar namun memiliki konteks untuk menyesatkan


Yang dimaksud adalah, berita yang dibuat memang benar benar terjadi. Namun waktu kejadian nya
sudah sangat lama dan tiba-tiba diedarkan kembali sehingga menyesatkan orang yang membaca berita
tersebut tanpa mengecek tanggal kejadian nya kembali
Hoax umumnya bertujuan untuk “having fun” atau humor. Namun, hoax juga bisa dijadikan alat
propaganda dengan tujuan politis, misalnya melakukan pencitraan atau sebaliknya, memburukan citra
seseorang atau kelompok.
Unsur hoax sama dengan unsur "penipuan", akan tetapi tidak ada yang perpindahan fisik yang
terjadi. Penyebar hoax tidak harus memiliki tujuan yang pasti. Oleh karenanya, hoax menjadi perbuatan
yang dapat dimasukkan kedalam ruang lingkup hukum pidana. Perbuatannya menyebarkan isu
kebohongan yang mempengaruhi pikiran individu yang terkumpul menjadi pikiran masif. Ini sebenarnya
ada "rantaian" kebohongan yang bersambung dari individu ke individu lainnya. Adapun hoax dapat
berkembang karena kesalahan individu yang tidak meneliti informasi yang beredar. Oleh karenanya
dalam UU ITE, individu yang meneruskan hoax kepada individu lainnya juga dianggap melakukan
penyebaran informasi palsu.
Informasi hoax merupakan suatu industri kapital yang terdapat kepentingan ekonomi politik
dibaliknya. Sebagai berikut :
1. Pabrik Hoax
a. Produksi
Tahap produksi ini, tim hoax dengan gencarnya akan membentuk konsep informasi hoax yang
dimaksudkan untuk menjatuhkan tokoh, institusi, etnis dan lainnya. Disalurkan dalam bentuk informasi
atau foto dengan konten kebencian, Deligitimasi kebenaran, menciptakan kebenaran palsu. Konten
informasi yang dirangkai biasanya bombastis, seakan menjadi informasi ter-update dan memiliki
pengaruh kuat di opini masyarakat media sosial.
Tentunya harapan yang hendak dicapai dari produksi konten informasi hoax ini ialah dapat
mempengaruhi opini masyarakat untuk memunculkan masalah atau menambah dan memperluas
masalah yang sudah ada. Sehingga rentan timbulnya konflik dan permusuhan antar sesama pengguna
sosial media berupa cacian, hinaan dan lainnya.
b. Marketing
Membuat hoax bukan bearti para produsennya tidak di bayar lohh… Tidak mungkin dengan kreatif
mereka membuat hoax hanya berdiri sendiri tanpa ada yang menyokong mereka dengan bantuan
ekonomi. Para produsen hoax akan menikmati keuntungan atau kasaranya “upah kerja” saat membuat
informasi hoax. Hal ini melatarbelakangi keberadaan informasi hoax kian gencar di media sosial karena
adanya peluang memperoleh keuntugan ekonomi.
Cara kerja para Buzzer hoax ini seperti: melakukan provokasi secara konten isi, menggunakan
hastag agar lebih meluas penyebaran infonya, main akun boat dan sindikasi akun buzzer. Jika diamati,
kerja para buzzer hoax pun memiliki strategi dalam pencapaian kerjanya, seperti seberapa efektif info
hoax mereka dalam memengaruhi opini masyarakat di media sosial yang dapat ditinjau dari like,
komentar dan share oleh pengguna media sosial.
c. Follower
Target audiens buzzer hoax ini tentunya para follower atau pengguna media sosial. Para Buzzer
dapat dikatakan sangat cerdik dalam melihat peluang media sosial untuk melakukan provokasi dalam
bentuk informasi hoax. Para follower sebagai pengguna media sosial merupakan sukarelawan yang yang
tidak dibayar, sedangkan mereka yang sejalan dengan informasi hoax memiliki kepentingan dan
kebencian yang sama. Disaat keselarasan tersebut bertemu antara hoax dan audiens, maka
kemungkinan besar pengguna akan melakukan like, comment dan share. Sehingga membantu kinerja
buzzer hoax dalam memperluas penyebarannya di media sosial.
Seperti itulah gambaran singkat Industri Kapital Hoax yang ada di media sosial, percaya tidak
percaya, tentunya kehadiran informasi hoax di-support faktor ekonomi sebagai imbalan kerja untuk
mencapai kepentingan politik. Padahal hal tersebut melanggar hukum dan sudah ada ketentuan hukum
yang memikatnya. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang ITE Pasal
28 ayat 2. Secara hukum tindakan penyebaran informasi hoax melanggar ketentuan hukum yang
berlaku.
Namun, keberadaan informasi hoax akan selalu hadir di kehidupan bermedia sosial, sedangkan
penegakan aparat hukum akan selalu minindak lanjut tindakan informasi hoax yang mencemarkan nama
baik, menyinggung, sara. Dan seebagaainya. Namun, hal tersebut belum lah cukup, yang lebih efektif
ialah bagaimana cara membangun masyarakat yang terkoneksi dengan internet untuk sadar dan selektif
dalam menerima informasi di interenet atau di media sosial, untuk tercegahnya pengaruh informasi
hoax yang marak di dunia maya.

2.2 Sejarah Hoax


Menurut lynda walsh dari buku yang berjudul sins Against Science, hoax atau kabar palsu,
merupakan istilah dalam bahasa inggris yang masuk sejak era industri, diperkitrakan pertama kali pada
tahun 1808.

Alexander Boese dalam bukunya Museum of xoaxes mencatat , hoax yang pertama kali
dipublikasikan adalah almanak atau penanggalan palsu yang dibuat Isaac Bickerstaff (jonathan swift)
pada tahun 1709

Pada saat itu, dia meamalkan kematian astrolog yang bernama John Partridge. Agar meyakinkan
publik, dan bahkan membuat berita palsu tentang Partridge pada hari yang diramal sebagai hari
kematiannya.

Swift mengarang informasi tersebut untuk mempermalukan Patridge di mata publik, dan patridge
pun berhenti membuat almanak astrologi hingga 6 tahun setelah Hoax beredar.

Penyair aliran romantik Amerika serikat (Edgar Allan Poe) juga diduga pernah membuat 6 Hoax
sepanjang masa hidupnya, seperti informasi dari hoaxes.org yang dikelola Boese.

2.3 Hoax dan Hate Speech


Jakarta (ANTARA News) - Hoax menjadi perbincangan hangat di media massa maupun media
sosial belakangan ini karena dianggap meresahkan publik dengan informasi yang tidak bisa dipastikan
kebenarannya.
Istilah hoax, kabar bohong, menurut Lynda Walsh dalam buku "Sins Against Science",
merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang masuk sejak era industri, diperkirakan pertama kali muncul
pada 1808. Asal kata "hoax" diyakini ada sejak ratusan tahun sebelumnya, yakni "hocus" dari mantra
"hocus pocus", frasa yang kerap disebut oleh pesulap, serupa "sim salabim".
Poe, sekitar 1829-1831, menulis di koran lokal Baltimore akan ada orang yang meloncat dari
Phoenix Shot Tower pada pagi hari 1 April. Orang itu ingin mencoba mesin terbang buatannya, dan akan
melayang ke Lazaretto Point Lighthouse yang berjarak 2,5 mil. Saat itu, Phoenix Shot Tower, yang baru
dibangun, merupakan bangunan tertinggi di AS. Berita orang terbang di gedung tertinggi itu menarik
begitu banyak peminat, orang-orang berkumpul di bawah gedung untuk menyaksikannya.
Tapi, yang ditunggu tidak kunjung hadir. Kerumunan orang kesal dan bubar begitu menyadari
hari itu 1 April. Poe lalu meminta maaf di koran sore, menyatakan orang itu tidak bisa hadir karena salah
satu sayapnya basah.
Salah satu hoax yang sering beredar adalah ancaman asteroid menghantam bumi sehingga
menyebabkan kiamat. NASA, pada 2015 lalu, membantah rumor asteroid jatuh dan mengakibatkan
kerusakan besar di bumi.
Menurut mereka, asteroid yang berpotensi berbahaya memiliki 0,01 persen berdampak pada
bumi selama 100 tahun ke depan.
"Kalau ada objek besar yang akan merusak pada September, tentu kami sudah bertindak sekarang," kata
Manajer Objek Dekat Bumi NASA, Paul Chodas, pada Agustus 2015 lalu.
Di Indonesia, saat ini kepolisian sedang melacak penyebar berita bohong mengenai jutaan
pekerja asal China di Indonesia. Presiden Joko Widodo sebelumnya membantah kabar jumlah pekerja
China di Indonesia yang mencapai puluhan juta orang. Ia menyatakan ada 21 ribu pekerja asal China di
Indonesia.
Hoax adalah kabar, informasi, atau berita palsu atau bohong. Hoax merupakan ekses negatif
kebebasan berbicara dan berpendapat di internet, khususnya media sosial dan blog. Hoax bertujuan
membuat opini publik,menggiring opini,membentuk persepsi, juga untung sekedar main main untuk
menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna internet dan media sosial.
Apa itu hate speech?
Menurut surat edaran tesebut, ujaran kebencian adalah tindak pidana yang berbentuk,
penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi,
menghasut, penyebaran berita bohong, dan semua tindakan di atas memiliki tujuan atau bisa
berdampak pada tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan atau konflik sosial.
Aspeknya meliputi suku, agama, aliran keagamaan, keyakinan dan kepercayaan, ras, antar
golongan, warna kulit, etnis, gender, kaum difabel, dan orientasi seksual.
Ujaran kebencian dapat melalui media kegiatan kampanye, spanduk atau banner, jejaring media
sosial, penyampaian pendapat di muka umum atau demonstrasi, ceramah keagamaan, media massa
cetak maupun elektronik, dan pamflet.

2.4 Industri Hoax


Sindikat kejahatan di dunia maya (cyber crime) bernama Saracen akhir akhir ini menjadi viral,
Karena memanfaatkan media social sebagai bisnis untuk meraup untung. Sindikat ini telah diciduk oleh
Bareskrim Mabes Polri. Modus nya yaitu menyebarkan berita bohong (hoax) dan hate speech (ujaran
kebencian) berupa pencemaran nama baik, penghinaan, penistaan agama, memprovokasi dan lainnya.
Tujuannya untuk menciptakan api permusuhan dan kerusuhan berbasis SARA. Mereka memanfaatkan
politik agar didanai oleh sponsor gelap dan meraup ratusan juta rupiah hanya dalam beberapa bulan.
Munculnya bisnis penyebar hoax yang dilakukan oleh Saracen merupakan puncak dari munculnya
beberapa berita hoax di media social beberapa tahun terakhir. Salah satu yang berhasil yaitu dengan
memprovokasi pilihan publik pada Pilpres 2014 dan Pilkada DKI 2017. Berdasarkan data KOMINFO,
terdapat 3,252 konten negatif di Twitter yang dilaporkan, termasuk Google dan Youtube, terdapat 1.204
konten negatif.
Bisnis berita hoax kelompok Saracen sudah tergolong political hackers, yaitu aktivitas politik bisnis
dengan mengkampanyekan yang merugikan lawan politik, kelompok ini memanfaatkan momen politik
untuk menjatuhkan lawan politik. Ini sangat berbahaya apabila dibiarkan, akan terjadi konflik di
masyarakat maupun di pemerintahan.
Contoh Industri Hoax di Indonesia
1.Voa-islam.com
2.Nahimunkar.com
3.Kiblat.net
4.Bisyarah.com
5.Dakwahtangerang.com
6.Islampos.com
7.Suaranews.com
8.Izzamedia.com
9.Gensyiah.com
Selain 9 situs tadi, Pemerintah juga memblokir situs yang terindikasi melakukan phising dan
malware, yaitu muqawarnah.com, antiliberalnews.com, mediaislamia.com, abuzubair.net.

2.5 Hoax, Masyarakat, Teknologi dan Integrasi Bangsa


Masyarakat modern sekarang, manusia dihadapkan dengan teknologi informasi yang super
canggih. Salah satunya teknologi informasi adalah internet, internet merupakan sebuah jaringan
komputer yang dapat menghubungkan orang – orang yang menggunakan internet diseluruh dunia.
internet memiliki berbagai manfaat seperti sebagai sarana komunikasi, informasi. Internet juga sebagai
media untuk semua penggunanya menyampaikan dan mengekspresikan pendapatnya di media massa.
Peran media massa juga dapat memberikan dampak buruk bagi penggunanya, dikarenakan
penggunanya bebas dalam berpendpat di akun – akun pribadinya.
Sering sekali dalam situasi politik, ekonomi di indonesia, dijadikan sasaran para invidu ataupun
kelompok untuk menjadikan situasi tersebut, dijadikan sasaran untuk mempublikasikan berbagai berita
yang dapat dijadikan issu menarik dan terbaru sehingga dapat menghegemoni kelompok mayoritas,
berita yang dipublikasi banyak sekali yang Hoax. Informasi mengenai fakta sosial, kegemaran masyarakat
serta pendistribusiannya terhadap berita yang sifatnya belum tentu memiliki kebenaran, justru menjadi
opini dan sikap publik untuk di konsumsi, sehingga telah membudaya menjadi gaya hidup di masyarakat
terhadap berita Hoax.
Dari penyebaran informasi berita yang bersifat Hoax tersebut, yang beredar akan menyebabkan
opini dan sikap masyarakat yang responsive, idealis, pragmatis dan bahkan cuek terhadap berita yang
sedang memberikan sebuah gambaran terhadap permasalahan kondisi yang terjadi di dalam negri.
Hoax dulunya infornasi mengenai investasi dan kesehatan, sekarang beralih membahas tentang
agama dan politik. Masyarakat indonesia begitu rentan terpapar oleh berita hoax tanpa adanya sebuah
proses klarifikasi terhadap pihak – pihak yang bersangkutan, sehingga menimbulkan opini dan sikap di
masyarakat.
Hoax semakin berguna bagi pengguna pemilik kepentingan politik, hoax sebagai senjata untuk
memperebutkan sebuah kekuasaan. Setiap kondisi politik dan ekonomi di indonesia selalu dibenturkan
dengan penyebaran berita hoax untuk menjadikan seseorang jatuh pada informasi – informasi yang
belum tentu kebenarannya dan biasanya bersifat menebar kebencian. Salah satunya hoax yang
bermunculan pada Penyebaran berita dan informasi hoax yang kian marak memicu kekhawatiran
sejumlah pihak. Untuk menekan laju penyebaran berita hoax, dalam kapasitas sebagai pemangku
kebijakan, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara memastikan akan melakukan
diskusi dengan layanan over the top (OTT).
Sejauh ini, Menkominfo dipastikan akan melakukan diskusi dengan Facebook dan Twitter untuk
meredam penyebaran informasi palsu.
Namun begitu, Rudiantara menekankan penyebaran konten hoax di media sosial melibatkan
banyak pihak, bukan hanya jadi tugas pemerintah. Menurutnya, filter dan kontrol penyebaran berita
hoax sejatinya menjadi permasalahan bersama, bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Masyarakat
dan komunitas sebenarnya bisa melakukan aktivitas penyaringan setiap kali menerima informasi
apapun.
INILAH.COM, Jakarta - Sosiolog Universitas Padjajaran (Unpad), Yusar Muljadji mengatakan ada
ratusan berita hoax atau palsu selama bulan Maret 2017 hingga saat ini. Menurut dia, hal ini sangat
berbahaya jika melihat sasaran tembak dari berita hoax tersebut.
"Setidaknya dari bulan Maret 2017 hingga sekarang, saya mencatat setidaknya terdapat 653 hoax
dengan kebencian," kata Yusar kepada INILAHCOM, Selasa (30/5/2017).
Ia menjelaskan kebencian yang ditujukan itu adalah kelompok etnis, kelompok agama, tokoh
politik, tokoh agama dan aparat negara. Menurutnya, jika melihat sasaran tembak dari hoax tersebut,
jelas ini mengancam integrasi bangsa.
"Ujaran-ujaran kebencian kepada pihak-pihak yang disebutkan diatas akan membentuk persepsi
permusuhan, ada tiga titik yang berkaitan yaitu sikap, perilaku dan kontradiksi," ujarnya.
Saat ini, kata Yusar, telah terbentuk sikap antipati dari suatu golongan terhadap (setidaknya) 5
pihak tersebut di atas. Ini akan mendorong pada perilaku menuliskan pemberitaan palsu yang
mendiskreditkan ke-5 pihak di atas.
"Dari kedua hal tersebut memunculkan kontradiksi berupa antipati yang ditunjukkan dalam teks-
teks di media sosial," tandasnya.[ris]

                                                           BAB III


PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seiring berkembangnya teknologi pada saat ini, memang penggunaanya sangat berpengaruh pada
kehidupan manusia. Terutama penggunaan internet dan social media. Peran internet dan social media
menjadi sangat sentral dan menjadikan wadah bagi seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu,
seperti berniaga, sarana edukasi dan lainnya. Akan tetapi internet dan social media yang sekarang
semakin tidak terkendali, ada pihak-pihak atau orang-orang yang menggunakan internet dan social
media dengan cara yang tidak benar, diantaranya yaitu Hoax dan Hate speech, dari kata Hoax dan Hate
speech memiliki keterikatan yaitu sama sama memberikan pengaruh negatif kepada masyarakat. Jangan
mau terperdaya oleh berita-berita hoax Karena si-penyebar berita tersebut hanya mengincar
keuntungan semata yaitu uang dari hasil per-klik dari para pembaca berita tersebut.
3.2 Saran

Saran kami dalam menghadapi berita hoax dan hate speech, perlu diketahui bahwa ada
beberapa cara yaitu :

1.      Jangan mudah percaya dahulu, periksa faktanya seperti sumbernya dari institusi pemerintahan, jangan
mudah percaya jika sumbernya berasal dari ormas-ormas, tokoh politik, website-website yang mengatas
namakan agama.

2.      Periksa alamat situsnya, informasinya akan meragukan jika bukan domain website yang berbayar seperti
blogspot.com, wordpress.com weebly.com, dll. Contoh domain website yang terverifikasi/berbayar yaitu
seperti .com, .id, .go.id, .net, dll

3.      Cek keaslian foto/gambar bila berita tersebut disertakan dengan gambar, biasanya para penyebar hoax
mengedit fotonya agar masyarakat lebih percaya.

  

DAFTAR PUSTAKA
1.      Andarningtyas, N. (2017, January 06). Apa Itu Hoax? Dipetik September 26 , 2017, dari Antara News:
http://www.antaranews.com/berita/605171/apa-itu-hoax

2.      Anonim. (2017,January). Definisi Hoax dan Perjalanan Sejarahnya. Dipetik September 20, 2017, dari
Hoaxes: http://www.hoaxes.id/2017/01/definisi-hoax-dan-perjalanan-sejarahnya.html

3.      Anonim. (N.D). Pengertian dan Ciri-Ciri Hoax. Dipetik September 22, 2017, dari Romeltea:
http://romeltea.com/pengertian-hoax-dan-ciri-cirinya/

4.      Anonim. (N.D). Pengertian Hoax. Dipetik September 15, 2017, dari KBBI Kemendikbud:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hoaks

5.      Anggraeni, E. (2017, February 01). Kiat Menkominfo Tangkal Penyebaran Berita Hoax. Dipetik September
26, 2017, dari CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170131142258-185-
190284/kiat-menkominfo-tangkal-penyebaran-berita-hoax/
6.      Anonim. (2017, January 07). Dari Mana Asal Usul Hoax? Dipetik September 21, 2017, dari Liputan 6:
http://news.liputan6.com/read/2820443/darimana-asal-usul-hoax
7.      Anonim. (N.D). Pengertian Hoax : Asal Usul dan Contohnya. Dipetik September 26, 2017, dari
Komunikasi Praktis: http://www.komunikasipraktis.com/2016/12/pengertian-hoax-asal-usul-dan-
contohnya.html
8.      Anonim. (N.D). Sketsatorial : Apa Itu Hoax dan Bagaimana Cara Kita Menghadapinya. Dipetik September
22, 2017, dari Rappler:https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/181912-sketsatorial-apa-itu-
hoax
9.      Firdaus, F. (2015, November 05). Kontroversi 'hate speech': Dari Latar Belakang Hingga Siapa Bisa
Terjerat. Dipetik September 26, 2017, dari Rappler: https://www.rappler.com/indonesia/111180-
kontroversi-hate-speech-polri
10.  Islami, N. (2017, August 28). Membongkar Sindikat Bisnis Berita “Hoax”. Dipetik September 28, 2017,
dari Kominfo: https://kominfo.go.id/content/detail/10461/membongkar-sindikat-bisnis-berita-
hoax/0/sorotan_media

Terimakasih yang telah melirik ke blog ini. Jika ada kata atau hal yang salah tolong diingatkan dan untuk
dibenarkan kembali ke email saya orcansrafdi@gmail.com . 

Sekian dan Terimakasih.

sap.gunadarma.ac.id 

studentsite.gunadarma.ac.id

gunadarma.ac.id

Diposting oleh rafdiorcans di 15.09

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih Baru Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya
rafdiorcans

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

 ►  2019 (3)

 ►  2018 (22)
 ▼  2017 (1)
o ▼  Oktober (1)
 MAKALAH HOAX
Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai