Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Jum'at: Suap dan Korupsi dalam

Perspektif Islam

Kasus Gayus dan kasus-kasus serupa yang mencuat akhir-akhir ini menguak dua hal yang masih
kerap terjadi, yakni suap dan korupsi. Karenanya Khutbah Jum'at Terbaru ini berusaha
membahas keduanya dalam pandangan Islam, untuk menguatkan keimanan kita agar dihindarkan
Allah dari perilaku suap dan korupsi. Dengan demikian, tema Khutbah Jum'at edisi 15
Jumadil Awal 1431 H yang bertepatan dengan 30 April 2010 M ini adalah: Suap dan Korupsi
dalam Perspektif Islam.

KHUTBAH PERTAMA

‫ ومن‬،ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِده هللا فَال ُم‬،‫ت أ ْع َمالِنا‬ ِ ‫ ونعو ُذ به ِمن ُشر‬،ُ‫ ونستغف ُره‬،‫ ونستعينُه‬،‫ نَحْ َمدُه‬،‫إن ال َح ْم َد هلل‬
ِ ‫ َو ِم ْن سيئا‬،‫ُور أنفُ ِسنَا‬ َّ
ُ‫ فَال هَا ِدي لَه‬، ْ‫يُضْ لِل‬.
‫أن ُم َح َّمدًا ع ْبدُه و َرسُولُه‬ َّ ‫ وأشه ُد‬،ُ‫أن ال إلَهَ إال هللاُ َوحْ َدهُ ال َش ِريكَ لَه‬ ْ ‫وأَ ْشهَ ُد‬.
ُ َّ ‫هَّللا‬ ُ َّ ‫اًل‬ ْ َّ
َ‫ق ِمنهَا َزوْ َجهَا َوبَث ِمنهُ َما ِر َجا َكثِيرًا َونِ َسا ًء َواتقوا َ ال ِذي تَ َسا َءلون‬ ْ ٍ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتقوا َربَّك ُم ال ِذي خَ لَقَك ْم ِم ْن نَف‬
َ َ‫س َوا ِح َد ٍة َو َخل‬ ْ ُ َّ ُ ُ َّ
‫بِ ِه َواأْل َرْ َحا َم إِ َّن هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬
ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ َس ِديدًا يُصْ لِحْ لك ْم أ ْع َمالك ْم َويَغفِرْ لك ْم ذنوبَك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع َ َو َرسُولهُ فَقَ ْد فَا َز فَوْ زا ع‬
‫َظي ًما‬ ً َ ‫هَّللا‬ ُ ُ ُ ُ َ ْ ُ َ َ ُ َ ‫اًل‬

Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah SWT,


Seluruh satuan waktu yang kita lalui dalam dunia ini tidak pernah lepas dari nikmat Allah SWT.
Sejak kita berada dalam rahim ibu kita, saat kita dilahirkan, masa kanak-kanak, remaja, sampai
dengan hari ini. Semuanya tidak lepas dari nikmat Allah SWT. Karena itulah wajib bagi kita
untuk bersyukur kepada Allah SWT. Dan bentuk syukur itu tidak lain adalah taqwa. Yakni
berupaya menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Saat kita
sendiri maupun dalam kondisi bersama manusia.

Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah SWT,


Berita yang selama bulan-bulan terakhir ini mengemuka diantaranya adalah kasus mafia pajak.
Karenanya dalam khutbah jum'at kali ini, khatib mengajak kita untuk mencermatinya dua hal
penting di dalam kasus ini secara Islam. Khatib tidak hendak membahas pajak dalam perspektif
Islam. Tetapi khatib hendak mengajak kita bersama membahas suap dan korupsi.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,


Suap yang dalam istilah fiqih dikenal dengan nama risywah ( ُ‫)الر ْش َوة‬
ِ adalah pemberian sesuatu
kepada pihak yang berkuasa atas urusan tertentu agar pihak itu memutuskan urusan sesuai
kehendak pemberi suap, menggagalkan kebenaran, maupun mewujudkan suatu kebathilan. Jika
ada seorang hakim, misalnya. Ia hendak mengadili suatu perkara kita. Lalu kita memberinya
sesuatu agar keputusannya memenangkankan kita padahal sebetulnya kita di pihak yang salah,
itu termasuk suap.

Sama halnya jika seorang petugas pajak datang kepada kita untuk memeriksa pajak. Lalu kita
memberinya sesuatu agar ia meringankan tagihan pajak kita, itu juga termasuk suap.

Contoh yang kedua ini tampaknya yang saat ini sedang mencuatkan banyak kasus ke permukaan.
Ada ratusan mafia pajak yang bergentayangan. Mereka menerima suap dari sekian banyak wajib
pajak. Dan kasus Gayus katanya masih kelas teri. Na'udzubillah. Kelas teri saja miliaran rupiah,
lalu berapa angkanya untuk kelas kakap?

Kasus ini persis seperti kasus pada zaman nabi, meskipun yang dipungut berbeda. Saat itu
Rasulullah SAW menugaskan Ibnu Luthbiyah, salah seorang dari suku Azdi untuk menghimpun
zakat. Ketika menghadap Rasulullah ia menyerahkan sebagian harta itu, dan sebagian yang lain
tidak diserahkan. Ia berkata: "(Harta) ini untuk engkau (zakat), dan yang ini dihadiahkan
buatku." Lalu Rasulullah SAW bersabda:

ُ‫ فَيَ ْنظُ َر يُ ْهدَى لَهُ أَ ْم الَ َوالَّ ِذى نَ ْف ِسى بِيَ ِد ِه الَ يَأْ ُخ ُذ أَ َح ٌد ِم ْنهُ َش ْيئًا إِالَّ َجا َء بِ ِه يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة يَحْ ِملُه‬، ‫ت أُ ِّم ِه‬
ِ ‫ت أَبِي ِه أَوْ بَ ْي‬ َ َ‫فَهَالَّ َجل‬
ِ ‫س فِى بَ ْي‬
‫ إِ ْن َكانَ بَ ِعيرًا لَهُ ُرغَا ٌء أَوْ بَقَ َرةً لَهَا ُخ َوا ٌر أَوْ َشاةً تَ ْي َع ُر‬، ‫َعلَى َرقَبَتِ ِه‬

Mengapa kamu tidak duduk di rumah ayahmu atau ibumu saja, lalu menunggu kamu diberi
hadiah atau tidak. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang darimu
mengambil sedikitpun dari (hadiah) itu, kecuali akan dia pikul nanti pada hari kiamat di
lehernya, jika (hadiah) itu unta, maka dia (memikul unta) yang bersuara, jika (hadiah) itu sapi,
maka (dia memikul sapi) yang bersuara, jika (hadiah) itu kambing, maka dia (memikul kambing)
yang mengembik. (HR. Bukhari)

Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah SWT,


ُ ْ
Hukum suap atau risywah ( ‫)الرش َوة‬
ِ adalah haram. Baik bagi orang yang menyuap (‫ )الرَّا ِشى‬maupun
ْ Adapun dalil dari Al-Qur'an adalah firman Allah SWT:
orang yang menerima suap (‫)ال ُمرْ تَ ِشى‬.

َ‫اس بِاإْل ِ ْث ِم َوأَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ ِ ‫َواَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل َوتُ ْدلُوا بِهَا إِلَى ْال ُح َّك ِام لِتَأْ ُكلُوا فَ ِريقًا ِم ْن أَ ْم َو‬
ِ َّ‫ال الن‬

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 188)

Larangan Allah yang bersifat umum dalam ayat ini juga termasuk suap. Karena suap adalah cara
yang bathil, memakan harta suap termasuk dilarang oleh Allah SWT.

Kedua, adalah hadits Rasulullah SAW yang secara tegas beliau melaknat baik orang yang
ْ
menyuap (‫ )الرَّا ِشى‬maupun orang yang menerima suap (‫)ال ُمرْ ت َِشى‬.
‫ الرَّا ِش َى َو ْال ُمرْ تَ ِش َى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫لَ َعنَ َرسُو ُل هَّللا‬

Rasulullah SAW melaknat orang yang menyuap dan penerima suap. (HR. Tirmidzi, Abu Dawud,
dan Ahmad)

Ketiga, adalah ijma' para shahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in, yang tidak ada seorang pun diantara
mereka yang membolehkan suap atau risywah (ُ‫)الر ْش—————————— َوة‬
ِ ini.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,


Seringkali orang-orang ragu-ragu dalam hal suap karena menyangka bahwa itu semacam hadiah
saja. Sementara hadiah itu sendiri justru disunnahkan Rasulullah SAW dan bisa menimbulkan
saling cinta. Beliau SAW bersabda :

‫تَهَادَوْ ا ت ََحابُّوا‬

Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling mencintai. (HR. Baihaqi, Thabrani, dan
Bukhari dalam Adabul Mufrad)

Sesungguhnya suap berbeda dengan hadiah. Untuk membedakannya, kita bisa melihatnya dari
beberapa sisi:

Pertama, suap itu diberikan dengan tujuan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan pemberi
suap. Entah itu agar memberikan keputusan yang menguntungkan maupun memberikan
keputusan yang merugikan pihak lain. Sedangkan hadiah itu ikhlas, tanpa niatan seperti itu.
Sehingga, kalau pun namanya hadiah tapi ada motif seperti itu dibaliknya, ia telah berubah
menjadi suap.

Kedua, suap itu membuat orang yang diberi menjadi tidak adil. Ia lebih condong kepada pemberi
suap dan cenderung menguntungkannya. Pada aspek ini, sangat tipis perbedaan hadiah dan suap.
Jika seorang guru mendapatkan pemberian dari muridnya, misalnya. Lalu dengan pemberian itu
ia mengubah nilai dari semestinya, maka pemberian itu telah menjadi suap baginya.

Ketiga, suap itu akan merugikan salah satu pihak. Sedangkan hadiah tidak berpengaruh pada
pihak manapun. Contoh yang mudah dalam hal ini adalah ketika memutuskan sesuatu atas dua
orang atau lebih. Dengan adanya pemberian dari salah seorang diantaranya kemudian keputusan
menjadi berubah dan merugikan orang lain yang tidak memberikan apa-apa, itu termasuk suap.

Keempat, biasanya suap itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi sementara hadiah diberikan
secara terang-terangan.

Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah SWT,


Suap atau risywah ( ُ‫)الر ْش َوة‬
ِ ini selamanya haram kecuali untuk mengembalikan hak. Inipun bagi
yang memberi suap (‫ )الرَّا ِشى‬karena alasan ini yang pasti dan jelas. Sedangkan bagi pihak yang
ْ tetap menjadi haram baginya. Contohnya, seseorang sudah diterima
menerimanya (‫)ال ُمرْ ت َِش —ى‬
menjadi karyawan. Namun SK-nya tidak diberikan oleh seorang pejabat. Pejabat ini akan tetap
menahan SK selama tidak mendapatkan pemberian tertentu. Di sini boleh bagi karyawan yang
diterima tadi untuk memenuhi permintaan pejabat (karena terpaksa) namun bagi pejabat,
pemberian itu tetap haram baginya.

Beberapa dalil yang menunjukkan ini adalah apa yang dilakukan Ibnu Mas'ud ketika beliau
berada di Habasyah. Beliau tidak diperbolehkan lewat, padahal beliau berhak lewat jalan itu.
Ternyata penjaganya meminta disuap. Maka Ibnu Mas'ud memberikan dua dinar supaya
diperbolehkan lewat. Beliau berkata:

ِ ِ‫إِنَّما َ اإْل ِ ْث ُم عَل َى القَاب‬


‫ض ُدوْ نَ ال ّدافِ ِع‬

Dosanya hanya untuk yang mengambil, bukan yang memberi.

Kedua, Jabir bin Zaid, Sya'bi, Atha' dan Ibrahim An-Nakha'i, mereka berpendapat "Tidak
mengapa seseorang memberikan suap untuk membela diri dan hartanya jika dia takut perbuatan
zhalim menimpanya." Demikian pula banyak atsar para tabi'in yang memperbolehkan hal ini.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,


Adapun korupsi, yakni perilaku pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya,
dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka, merupakan hal
yang juga diharamkan dalam Islam. Bahkan tergolong dosa besar. Karena hakikat korupsi adalah
mencuri, bahkan dalam skala besar.

Allah SWT berfirman:

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang bathil... (QS. An-Nisa : 29)

Sedangkan korupsi adalah memakan harta dengan cara yang paling bathil. Tentu tingkat
keharamannya bahkan lebih besar dari mencuri.

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

ِ ‫َّارقَةُ فَا ْقطَعُوا أَ ْي ِديَهُ َما َج َزا ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِمنَ هَّللا ِ َوهَّللا ُ ع‬
‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬ ُ ‫َّار‬
ِ ‫ق َوالس‬ ِ ‫َوالس‬

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Maidah : 38)

Jika mencuri hukumannya adalah potong tangan, korupsi juga mendapatkan ancaman serupa,
bahkan lebih berat. Ini karena betapa besar dosanya, yang mereka tidak hanya menzalimi jutaan
rupiah tetapi sampai miliaran bahkan triliunan rupiah.
Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah SWT,
Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa suap dan korupsi adalah hal yang haram dalam Islam
dan dosanya amat besar di sisi Allah SWT. Semoga kita mendapat hidayah dari Allah SWT
sehingga bisa menghindar dari suap, baik menyuap maupun menerima suap, serta dari korupsi.

‫وقل رب اغفر وارحم و انت خير الراحمين‬

KHUTBAH KEDUA

ْ ‫ق لِي‬
َ‫ُظ ِه َرهُ َعلَى الدِّي ِن ُكلِّ ِه َولَوْ َك ِرهَ ْال ُم ْش ِر ُكون‬ ِّ ‫ين ْال َح‬ِ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي أَرْ َس َل َرسُولَهُ بِ ْالهُدَى َو ِد‬
ُ‫أن ُم َح َّمدًا ع ْبدُه و َرسُوله‬ َّ ‫ وأشه ُد‬،ُ‫ك لَه‬ َ ‫أن ال إلَهَ إال هللاُ َوحْ َدهُ ال َش ِري‬ ْ ‫أَ ْشهَ ُد‬.
{ َ‫ق تُقَاتِ ِه َوال تَ ُموتُ َّن إِال َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون‬َّ ‫[ } يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬102 :‫]آل عمران‬
{ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ ال َس ِديدًا * يُصْ لِحْ لك ْم أ ْع َمالك ْم َويَغفِرْ لك ْم ذنوبَك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع َ َو َرسُولهُ فق ْد فا َز فوْ زا‬
ً َ َ َ َ َ ‫هَّللا‬ ُ ُ ُ ُ َ ْ ُ َ َ ُ َ
‫[ } َع ِظي ًما‬71 ،70 :‫]األحزاب‬.

Jama'ah jum'at yang dirahmati Allah,


Lalu bagaimana untuk mengatasi dua problem besar tersebut. Suap dan Korupsi. Yang keduanya
seakan telah berakar kuat dan menyebar ke berbagai bidang pekerjaan dan hampir semua daerah.

Pertama, tentu saja membentengi diri kita dan keluarga kita agar tidak terlibat dalam suap dan
korupsi. Sebagaimana firman Allah SWT:

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا‬

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS. At-
Tahrim : 6)

Jika Anda seorang pegawai, pemimpin, atau pejabat hendaklah mengingat sabda Rasulullah
SAW dan berhati-hati karenanya:

‫هَدَايَا ْال ُع َّما ِل ُغلُو ٌل‬

Hadiah-hadiah buat para pegawai/pejabat adalah termasuk ghulul (mencuri). (HR. Ahmad)

Kedua, berupaya memperbaiki sistem. Agar tidak ada kesempatan dan ruang bagi para pejabat
publik untuk menerima suap maupun melakukan korupsi. Inilah pekerjaan penting bagi para dai
politisi Islam yang berupaya melakukan perbaikan pemerintahan (islahuh hukumah).

Ketiga, bagi para dai, para murabbi, hendaklah lebih giat untuk membentuk masyarakat dan
kaum muslimin sehingga mereka menjadi berkepribadian islami (shakhsiyah islamiyah) dan
kemudian terwujud masyarakat islami (mujtama' muslim).

Insya Allah jika demikian yang bisa dilakukan, tidak lama kemudian negeri ini menjadi baldatun
thayyibatun wa Rabbun ghafur. Setelah itu, hanya keberkahan Allah yang akan memenuhi
kehidupan ini.
‫ض َولَ ِك ْن َك َّذبُوا فَأَخ َْذنَاهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْك ِسبُونَ‬
‫ت ِمنَ ال َّس َما ِء َواأْل َرْ ِ‬
‫َولَوْ أَ َّن أَ ْه َل ْالقُ َرى آَ َمنُوا َواتَّقَوْ ا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم بَ َر َكا ٍ‬

‫‪Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan‬‬
‫‪melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat‬‬
‫)‪Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A'raf : 96‬‬

‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬


‫آل‬ ‫صلَّيْتَ و َسلّ ْمتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِب َْرا ِه ْي َم‪َ ،‬وبَ ِ‬ ‫صلِّ و َسلِّ ْم َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد‪َ ،‬ك َما َ‬ ‫اللَّهُ َّم َ‬
‫َّ‬
‫ض اللهُ َّم ع َْن ُخلَفَائِ ِه الرَّا ِش ِد ْينَ ‪َ ،‬وع َْن‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ ،‬وارْ َ‬ ‫اركتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬فِي ال َعالَ ِم ْينَ إِنَّ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُم َح َّم ٍد‪َ ،‬ك َما بَ َ‬
‫ت إِلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن‪َ ،‬و َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِكَ يَا أَرْ َح َم‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫م‬‫ؤ‬‫ْ‬
‫ُ ِِ َ ُ ِ ِ‬‫م‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫نَ‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ؤ‬‫ْ‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫َن‬‫ْ‬ ‫ع‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫‪،‬‬ ‫نَ‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫ع‬‫م‬ ‫جْ‬ ‫َ‬
‫َ َِ َِ‬ ‫أ‬ ‫ة‬ ‫ب‬‫ا‬ ‫َّح‬ ‫ص‬ ‫ال‬ ‫ر‬ ‫ئ‬‫ا‬
‫َ ِ ِ‬‫س‬ ‫َن‬ ‫ْ‬ ‫ع‬ ‫و‬‫َ‬ ‫‪،‬‬ ‫نَ‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫اج ِه أُ َّمهَا ِ ُ ِ ِ‬
‫ن‬‫م‬‫ؤ‬‫ْ‬ ‫م‬‫ال‬ ‫ت‬ ‫أَ ْز َو ِ‬
‫‪.‬الرَّا ِح ِم ْينَ‬

‫‪.‬اللَّهُ َّم اجْ َعلْ َج ْم َعنَا هَ َذا َج ْمعًا َمرْ حُوْ ًما‪َ ،‬واجْ َعلْ تَفَرُّ قَنَا ِم ْن بَ ْع ِد ِه تَفَرُّ قًا َم ْعصُوْ ًما‪َ ،‬وال تَ َد ْع فِ ْينَا َوال َم َعنَا َشقِيًّا َوال َمحْ رُوْ ًما‬
‫ك ْالهُدَى َوالتُّقَى َوال َعفَافَ َو ِ‬
‫الغنَى‬ ‫‪.‬اللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَلُ َ‬

‫اس ًخا‬‫صالِحًا زَ ا ِكيًا‪َ ،‬و ِع ْل ًما نَافِعًا َرافِعًا‪َ ،‬وإِ ْي َمانًا َر ِ‬


‫صا ِدقًا َذا ِكرًا‪َ ،‬وقَ ْلبًا خَا ِشعًا ُمنِ ْيبًا‪َ ،‬و َع َمالً َ‬‫ق ُكالًّ ِمنَّا لِ َسانًا َ‬ ‫ك أَ ْن تَرْ ُز َ‬ ‫اللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَلُ َ‬
‫صا ِدقًا خَالِصًا‪َ ،‬و ِر ْزقًا َحالَالًَ طَيِّبًا َوا ِسعًا‪ ،‬يَا َذا ْال َجالَ ِل َوا ِإل ْك َر ِام‬ ‫‪.‬ثَابِتًا‪َ ،‬ويَقِ ْينًا َ‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫صفوْ فَهُ ْم‪َ ،‬وأجْ ِم ْع َكلِ َمتَهُ ْم َعلَى ال َحقِّ‪َ ،‬وا ْك ِسرْ َشوْ َكةَ الظالِ ِمينَ ‪َ ،‬وا ْكتُ ِ‬
‫ب ال َّسالَ َم َواأل ْمنَ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬
‫اإل ْسالَ َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪َ ،‬و َو ِّح ِد اللهُ َّم ُ‬‫اللَّهُ َّم أَ ِع َّز ِ‬
‫ك أَجْ َم ِعينَ‬
‫‪.‬لِ ِعبا ِد َ‬

‫ق َوأَيِّ ْد بِ ِه ْال َح َّ‬


‫ق يَا َربَّ ال َعالَ ِم ْينَ‬ ‫‪.‬اللَّهُ َّم َربَّنَا احْ فَ ْ‬
‫ظ أَوْ طَانَنَا َوأَ ِع َّز س ُْلطَانَنَا َوأَيِّ ْدهُ بِ ْال َح ِّ‬
‫ار‬
‫ْح ِ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ك بِال َع ِش ِّي َواألس َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ار‪ ،‬ال ُم ْستَغفِ ِر ْينَ ل َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫ك في اللي ِْل َوالنهَ ِ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬
‫ار‪َ ،‬واجْ َعلنَا ِمنَ الذا ِك ِر ْينَ ل َ‬‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ضكَ ال ِم ْد َر ِ‬ ‫‪.‬اللَّهُ َّم َربَّنَا ا ْسقِنَا ِم ْن فَ ْي ِ‬

‫ارنَا َو ُزرُوْ ِعنَا و ُك ِّل أَرزَاقِنَا يَا َذا ْال َجالَ ِل‬‫ار ْك لَنَا في ثِ َم ِ‬ ‫ض‪َ ،‬وبَ ِ‬ ‫ت األَرْ ِ‬ ‫ت ال َّس َماء َوأَ ْخ ِرجْ لَنَا ِم ْن خَ ْي َرا ِ‬ ‫اللَّهُ َّم أَ ْن ِزلْ َعلَ ْينَا ِم ْن بَ َر َكا ِ‬
‫‪َ .‬وا ِإل ْك َر ِام‬
‫ار‬ ‫َّ‬
‫اب الن ِ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫َ‬
‫اآلخ َر ِة َح َسنة َوقِنَا َعذ َ‬ ‫ً‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُّ‬
‫‪.‬ربَّنَا آتِنَا في الدنيَا َح َسنة َوفي ِ‬ ‫َ‬
‫ك أَ ْنتَ َ‬
‫الوهَّابُ‬ ‫ك َرحْ َمةً‪ ،‬إِنَّ َ‬ ‫‪.‬ربَّنَا ال تُ ِز ْغ قُلُوْ بَنَا بَ ْع َد إِ ْذ هَ َد ْيتَنَا‪َ ،‬وهَبْ لَنَا ِم ْن لَ ُد ْن َ‬ ‫َ‬
‫ظلَ ْمنَا أَ ْنفُ َسنَا َوإِ ْن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ الخَا ِس ِر نَْ‬
‫ي‬ ‫‪.‬ربَّنَا َ‬ ‫َ‬
‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال ُّدعَا ِء‬ ‫ت‪ ،‬األَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواألَ ْم َوا ِ‬
‫ت‪ ،‬إِنَّ َ‬ ‫ت‪َ ،‬و ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫‪.‬اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬

‫ِعبَا َد هللاِ ‪:‬إِ َّن هللاَ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َوا ِإلحْ َس ِ‬


‫ان َوإِ ْيتَا ِء ِذي القُرْ بَى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ‬

Anda mungkin juga menyukai