Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MODEL PEMBERIAN LAYANAN UNTUK ANAK DENGAN DISABILITAS GANDA

Disusun Oleh :

Alfi Safa'atul Hidayah 18010044004

Tryska kusuma Wardhany 18010044063

Lalu Gilang Alghifari 18010044090

PENDIDIKAN LUAR BIASA

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang telah memberikan
nikmat dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar.

kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memeberikan tugas
makalah ini sehingga kami dapat memahami bagaimana (MODEL PEMBERIAN LAYANAN
UNTUK ANAK DENGAN DISABILITAS GANDA) dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran khususnya bagi pembaca dan dosen pengampu.
semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca.

Surabaya, 10 Oktober 2020


DAFTAR ISI

Judul………………………………………………………………......................................................... i

Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………...ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………….

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………...

C. Tujuan………………………………………………………………………………………..

D. Manfaat………………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian…………………………………………………………………………………….

B. Model Pemberian Layanan………………………………………………………………….

C. Metode Pemberiam Layanan………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………

B. Saran…………………………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangatlah penting, baik itu pendidikan bagi anak normal maupun pendidikan bagi anak

dengan berkebutuhan khusus. Khususnya dalam pembahasan makalah ini kelompok akan membahas

materi mengenai Model Pemberian Pelayanan Pendidikan Anak Disabilitas Ganda yaitu Model layanan

Disabiltas ganda, Pendekatan Layanan, dan Layanan Pendidikan Anak Berkelainan Fisik. Oleh karena itu

setiap orang wajib mendapatkan layanan pendidikan tanpa terkecuali seperti yang telah diatur dalam

UUPasal 32 tentang pendidikan dan pelayanan khusus Ayat (1) Pendidikan  khusus merupakan

pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran

karenakelainan fisik, emosional, mental,  sosial,  dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat

istimewa.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Model Pemberian pelayanan?

2. Apa Saja Model Pemberian Pelayanan Untuk Anak Disabilitas Ganda?

3. Apa Saja Metode Layanan pada disabilitas ganda Rungu-wicara?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini dalah agar kita sebagai calon pendidik nantinya dapat mengetahui bagaimana

layanan yang harus kita berikan bagi anak berkebutuhan khusus ganda khususnya anak dengan

gangguan ganda rungu-wicara.


D. Manfaat

Manfaat yang bisa diperoleh dari makalah ini adalah :Sebagai bahan peningkatan dalam pembelajaran

bagi kita semua.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Model adalah rencana, representasi, atai deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau

konsep yang sering kali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Jenis dan jumlah layanan yang

diterima siswa bergantung pada tingkat kebutuhan siswa. Untuk siswa penyandang disabilitas

ganda, layanan ini termasuk dalam Rencana Pendidikan Individual (IEP). Layanan ini dapat

mencakup terapi fisik, terapi okupasi, terapi perilaku, terapi wicara, atau terapi dengan pekerjaan

sosial.

Tidak peduli tipe apa dari program tempat siswa ditempatkan, layanan ini harus ditangani jika

ada kebutuhan. Namun, layanan ini mungkin terlihat berbeda diantara program siswa yang ada di

sekolah. Siswa di sekolah swasta atau ruang kelas mandiri dapat menerima layanan

menggunakan model tarik. Model tarik-keluar terdiri dari terapis atau professional yang menarik

siswa keluar dari kelas untuk jangka waktu tertentu untuk intruksi satu-satu. Dalam pengaturan

inklusif, di mana siswa di integrasikan ke dalam kelas pendidikan umum sepanjang hari, siswa

dapat menerima layanan ini menggunakan model tarik-keluar atau model push-in. Model push-in

terdiri dari penyedia layanan yang bekerja dengan siswa ketika di kelas selama instruksi
pendidikan umum. Karena itu, guru duduk di sebelah siswa untuk memberikan dukungan selama

pengajaran atau guru bekerja dengan siswa secara individu atau dalam kelompok kecil di suatu

area kelas sementara guru pendidikan umum mengajar siswa lainnya. Ini dapat terjadi dalam

berbagai bentuk tergantung pada apa yang sesuai untuk guru dan siswa.

B. Model Pemberian Layanan

Jadi, model untuk pembelajaran siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu model tarik-keluar dan model push-in. Dibawah ini merupakan penjelasan

tentang kedua model tersebut;

1. Model Tarik-Keluar, yaitu model yang dilakukan oleh guru dan diterapkan untuk siswa

berkebutuhan khsusu di sekolah inklusi, yaitu menginstruksikan siswa untuk keluar dari

kelas dan masuk ke dalam ruang sumberuntuk lebih diberikan paparan materi yang telah

dijelaskan oleh guru pendidikan umum agar siswa berkebutuhan khusus benar-benar

memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Tarik-keluar ini dilakukan

dengan jangka waktu tertentu.

2. Model Push-In, yaitu model yang dilakukan oleh guru dan diterapkan untuk siswa

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi yaitu dengan cara guru duduk disebelah siswa

ketika di kelas dalam waktu pembelajaran sedang berlangsung. Guru pendidikan umum

mengajar siswa yang lainnya, tetapi guru pendidikan khusus ini memantau keadaan siswa

berkebutuhan khusus selama pembelajaran berlangsung. Tetapi, tidak hanya itu, guru

juga memberikan dukungan misalnya menjelaskan ketika siswa berkebutuhan khusus

tersebut dirasa belum memahami materi pembelajaran yang disampaikan.

C. Metode Pemberian Pelayanan


Ada beberapa layanan yang dapat diberikan kepada siswa yang memiliki hambatan pada

pendengarannya diantaranya Terapi Wicara. Pada terapi ini juga memiliki banyak sekali metode

diantaranya;

1. Metode lips reading atau membaca ujaran

Metode ini penekanannya terdapat pada kemampuan anak yang diharuskan bisa

menangkap suara atau bunyi bahkan ungkapan dari seseorang melalui pengelihatannya.

Dengan kata lain, anak tunarungu harus bisa membaca gerakan bibir dari lawan

bicaranya.

2. Metode oral

Cara atau metode ini adalah untuk melatih anak tunarungu agar bisa berkomunikasi

secara lisan dengan lingkungan atau orang-orang yang bisa mendengar. Caranya yaitu

dengan melibatkan anak tunarungu untuk berbicara secara lisan dihadapan orang atau

masyarakat dalam setiap kesempatan.

3. Metode manual

Terapi wicara dengan metode manual ini adalah cara melatih atau mengajar anak

tunarungu untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat yaitu dengan ejaan

jari.

4. Metode AVT (Auditori Verbal Therapy)

Metode Auditori Verbal Therapy ini adalah perpaduan antara penerapan suara, bahasa

bibir, dan mimik muka. Tujuannya adalah dengan suara yang kita diharapkan bisa

mengoptimalkan sisa pendengaran anak, dan dengan membaca mimik muka serta bahasa

bibir diharapkan anak dapat dengan mudah memahami atau lebih mengerti setiap kata

yang diucapkan secara visual.


Namun, dalam terapi wicara ini juga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain;

a) Alat artikulasi anak untuk mengetahui apakah terdapat kecacatan atau tidak

b) Pembentukan vokal dan konsonan

c) Mengetahui tingkat kekurangan pendengaran anak. Yaitu ringan, sedang, berat, atau

bahkan sangat berat.

d) Tingkat kelainan anak.


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Model adalah rencana, representasi, atai deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau

konsep yang sering kali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Jenis dan jumlah layanan yang

diterima siswa bergantung pada tingkat kebutuhan siswa. Siswa di sekolah swasta atau ruang

kelas mandiri dapat menerima layanan menggunakan model tarik.model untuk pembelajaran

siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu model

tarik-keluar dan model push-in. Model Tarik-Keluar, yaitu model yang dilakukan oleh guru dan

diterapkan untuk siswa berkebutuhan khsusu di sekolah inklusi, yaitu menginstruksikan siswa

untuk keluar dari kelas dan masuk ke dalam ruang sumber untuk mendapatkan materi yang lebih

paham. Model Push-In, yaitu model yang dilakukan oleh guru dan diterapkan untuk siswa

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi yaitu dengan cara guru duduk disebelah siswa ketika di

kelas dalam waktu pembelajaran sedang berlangsung. Dalam pelayanannya bagi anak tuna rungu

dapat diberikan terapi wicara.

B. SARAN
Model pembelajaran/pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus seperti yang penulis sampaikan dapat

diterapkan oleh guru untuk mempermudah pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. Dan dengan

adanya model ini semoga pembelajaran bagi anak berkebutuhan dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bisa Mandiri. 2014. Metode Terapi Wicara Bagi Anak Tunarungu. Online. Dapat diakses pada

https://bisamandiri.com/blog/2014/12/metode-terapi-wicara-bagi-anak-tuna-rungu/ atau bisa juga

mengunjungi website www.bisamandiri.com

Anne, Adrienne Rudelic. 2012. An Analysis Teaching Methods For Children Who Are Deaf With

Multiple Disabilities. Jurnal. Washington University School of Medicine Program in Audiology

and Communication Sciences.

Anda mungkin juga menyukai