Materi Ke-4 - 010&032&059 - 2018J ATR
Materi Ke-4 - 010&032&059 - 2018J ATR
STRATEGI PEMBELAJARAN
(UNTUK SISWA DENGAN DISABILITAS GANDA)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ortopedagogik Anak Tunarungu
Dosen Pengampu : Drs. Wagino, M.Pd
DisusunOleh :
1. Karunia Dwi M (18010044010)
2. Sulastri Sulasikin S (18010044032)
3. Tiananda Hestiningrum (18010044059)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dalam memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Ortopedagogik Anak Tunarungu
dengan judul makalah “Strategi Pembelajaran (Untuk Siswa Dengan Disabilitas
Ganda)”
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, terlebih kepada Bapak Drs. Wagino,
M.Pd selaku dosen pengampu matakuliah Ortopedagogik Anak Tunarungu.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
Daftar Pustaka 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Salah satu kesepakatan internasional yang mendorong sistem pendidikan
inklusi adalah Convention on the Rights of Person with Disabilities and Optional
Protocol yang disagkan pada Maret tahun 2007. Pada Pasal 24 dalam konvensi
ini disebutkan bahwa setiap negara berkewajiban untuk menyelenggarakan sistem
kelas sudah memiliki data pribasi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni
berkaitan dengan karakteristik spesifik, kekuatan dan kelemahan, kompetensi
yang dimiliki dan tingkat erkembangannya. Karateristik anak berkebtuhan khusus
pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional.
Maka dari itu dengan adanya makalah ini ditunjukan kepada para pembaca
agar mengetahui bagaimana strategi pembelajaran yang cocok untuk anak
berkebutuhan khusus terlebih pada anak dengan disabilitas ganda.
1.3. Tujuan
2
4) Untuk mengetahui strategi pembelajaran untuk siswa disabilitas ganda
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
lebih besar daripada program biasa, dan (3) mereka membutuhkan program
yang memfokuskan pada keterampilan dalam fungsi kemadirian dan
pemenuhan diri.
5
dari kelompok anak berkebutuhan khusus yang menderita lebih dari satu
ketunaan dalam segi jasmani, keindraan, mental, sosial, dan emosi, dimana
mereka membutuhkan pelayanan melebihi pendidikan khusus yang biasa
untuk mencapai perkembangan yang optimal.
6
dan tidak bertujuan seperti menstimulasi ataupun melukai diri. Mereka juga
memiliki keterampilan yang kurang dalam menolong diri sendiri dan
mengurus kebutuhan dasar seperti makan, berpakaian, mengontrol buang air,
dan kebersihan diri.
Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang diartikan sebagai
seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran menurut
Frelberg & Driscoll (1992) dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan
pemberian materi pelajaran pada berbagai tingkatan, untuk siswa yang berbeda,
dalam konteks yang berbeda pula. Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa
strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, yang meliputi sifat,
lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada
siswa. Dick & Carey (1996) berpendapat bahwa strategi pembelajaran tidak hanya
terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi
atau paket pembelajaran. Strategi pembelajaran terdiri atas semua komponen
7
materi pelajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Ada dua strategi pembelajaran utama untuk siswa dengan disabilitas ganda
(tidak termasuk tuli) yang akan disorot dalam makalah ini. Strategi instruksional
pertama adalah pendekatan instruksi sistematis. Pendekatan instruksi sistematis
adalah pendekatan instruksional yang sangat populer untuk mengajar siswa
dengan disabilitas ganda. Pendekatan ini menggunakan analisis tugas, dorongan,
dan umpan balik untuk memberikan instruksi langsung kepada siswa. Untuk
menerapkan pendekatan ini dengan siswa, guru perlu menentukan apakah
masalahnya adalah keterampilan atau masalah kinerja, memilih keterampilan
yang ingin siswa peroleh, memutuskan bagaimana siswa akan memperoleh
keterampilan, mengajarkan keterampilan setiap hari, dan mendokumentasikan
kemajuan siswa dan membuat perubahan sesuai kebutuhan (Browder, 2001).
8
Anjuran digunakan dalam instruksi sistematis untuk membantu
memperoleh tanggapan yang benar dari siswa. Anjuran termasuk gerakan fisik,
isyarat verbal, pemodelan, dan dukungan tangan-over-hand (Browder, 2001).
Selain itu, petunjuk ini dapat digunakan dalam beberapa cara berbeda tergantung
pada kebutuhan siswa. Penundaan waktu, peningkatan bantuan, penurunan
bantuan, dorongan simultan, dan bimbingan lulus adalah semua jenis prosedur
untuk mendorong siswa (Wolery & Schuster, 1997). Ketika siswa mulai
menunjukkan pemahaman tentang keterampilan tersebut, tugas guru adalah
mengurangi atau memudarkan dorongan untuk meningkatkan kemandirian siswa
dan mengurangi ketergantungan pada guru. Sebagai contoh, Jika seorang guru
sedang mengerjakan menyikat gigi dengan siswanya, pertama-tama ia akan
membagi tugas menjadi beberapa langkah, mengerjakan langkah-langkah tersebut
secara individu dan kemudian bersama-sama (perlahan-lahan mengurangi
petunjuk dari serah terima menjadi tidak ada), kemudian mintalah siswa
mengerjakan menyikat gigi di lingkungan alaminya. Aspek lain dari instruksi
sistematis adalah umpan balik dari guru.
Penting bagi siswa untuk memahami apakah tanggapan mereka benar dan
salah. Kemudian guru perlu memberikan umpan balik kepada siswa tentang
pemahaman siswa terhadap tanggapan mereka. Jika siswa memberikan tanggapan
yang salah, guru perlu memberikan tanggapan yang benar kepada siswa (dan tidak
menarik perhatian pada tanggapan yang salah). Namun, jika siswa memberikan
tanggapan yang benar, Guru perlu memuji siswa atau memberinya penguat yang
disukai sehingga siswa tahu bahwa tanggapannya tepat atau benar. Pujian harus
spesifik untuk pelajaran atau keterampilan sehingga siswa membuat hubungannya
(Browder, 2001). Akhirnya, perlu dalam pengajaran sistematis bahwa guru juga
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggeneralisasi keterampilan
(gunakan dalam berbagai pengaturan atau dengan berbagai orang). Guru perlu
mempraktikkan keterampilan tersebut di luar kelas sehingga siswa memahami
cara lain keterampilan tersebut dalam pengajaran yang sistematis perlu bahwa
guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggeneralisasi
keterampilan (gunakan dalam berbagai pengaturan atau dengan berbagai orang).
9
Guru perlu mempraktikkan keterampilan tersebut di luar kelas sehingga siswa
memahami cara lain keterampilan tersebut dalam pengajaran yang sistematis
perlu bahwa guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggeneralisasi keterampilan (gunakan dalam berbagai pengaturan atau dengan
berbagai orang).
Selain itu, terkait keterampilan sosial, guru perlu secara eksplisit guru
inisiasi sosial, respon sosial, durasi interaksi, dan pengambilan giliran (Browder
& Ware, 2001). Misalnya, seorang guru mungkin perlu bekerja keras salam /
10
obrolan ringan dengan siswa yang mencakup mendekati orang tersebut dengan
tepat, menyapa, menunggu jawaban, memberikan dan komentar tambahan seperti
"Apa kabar?", menunggu lagi tanggapan, dan kemudian mengetahui kapan harus
mengakhiri interaksi dan pergi. Siswa penyandang disabilitas ganda sering
mengalami kesulitan dalam bidang ini sehingga guru harus secara eksplisit
mengajarkan keterampilan ini agar siswa berhasil di sekolah dan bekerja. Seperti
yang telah dibahas sebelumnya, banyak siswa penyandang disabilitas ganda
dimasukkan dalam tatanan inklusif. Manfaat dari penempatan ini adalah
memungkinkan siswa penyandang disabilitas ganda memiliki akses ke
komunikasi dan pemodelan sebaya. Agar hal ini bermanfaat bagi siswa, mereka
perlu mempelajari komunikasi dan keterampilan sosial yang penting (Wolery &
Schuster,1997).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14