Anda di halaman 1dari 13

Model Layanan bagi Tunaganda dengan hambatan Komunikasi (Tunarungu)

Mata kuliah Ortopedagogik Anak Tunarungu

Dosen pengampu :Drs. Wagino, M.Pd

Oleh : Kelompok 07

Ariska Malinda 18010044023/2018A

Fardhan Mahardhika 18010044067/2018B

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya, sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah mengenai “Model Layanan bagi Tuna Ganda Dengan Hambatan
Komunikasi (Tunarungu).”

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari
beberapa pihak sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Untuk itu kami
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
proses pembuatan makalah ini.

Dan harapan kami bahwa makalah ini dapat meberikan manfaat bagi pembacanya,
terlepas dari itu semua kami mohon maaf apabila masih terdapat kesalahan dalam penyusunan
kata-katanya. Untuk itu kami memohon kritik dan saran dari pembaca untuk membantu kami
memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi
para pembaca dan khususnya kami sendiri sebagai penulis.

Surabaya,11 Oktober 2020

Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Tunarungu, Tunaganda.........................................................................................3
2.2 Karakteristik Tunaganda dengan hambatan Komunikasi (Tunarungu)..............................3
2.3 Metode Pengajaran Bahasa bagi Anak Tunarungu................................................................4
2.4 Strategi Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa bagi Tunaganda dengan hambatan
Tunarungu.............................................................................................................................................5
2.5 Pendidikan dasar Tunaganda dengan hambatan Tunarungu................................................6
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................9
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................................9
3.2 SARAN.......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Siswa tunarungu dengan beberapa disabilitas menerima layanan tergantung pada
kebutuhan masing-masing dan pengaruh gangguan pendengaran mereka terhadap ucapan dan
bahasa mereka. Bergantung pada penempatan siswa, layanan ini terlihat sangat berbeda.
Program pendidikan tuna rungu swasta telah melatih para profesional seperti ahli patologi
bicara dan audiolog di tempat untuk melayani siswa, seperti The Moog Center for Deaf
Education, Central Institute for the Deaf, Smith, dan Mama Lere School di Vanderbilt.
Namun, untuk siswa yang tuli dengan beberapa disabilitas, penyedia layanan lain mungkin
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan siswa secara keseluruhan, seperti pekerja sosial,
terapis okupasi, terapis fisik, dan terapis perilaku. Jika sekolah / program tidak memiliki
penyedia layanan ini di tempat, mereka memiliki pilihan untuk membawa mereka ke sekolah
untuk memberikan layanan bagi siswa (meskipun sekolah swasta tidak diwajibkan untuk
menyediakan layanan ini), yang berarti penyedia ini mungkin hanya tersedia untuk waktu
yang singkat mereka bekerja di lokasi. dengan siswa (Betsy Moog Brooks, komunikasi
pribadi, 17 Februari 2012). Di sisi lain, siswa tunarungu dengan beberapa disabilitas dalam
pengaturan pendidikan khusus mungkin memiliki pekerja sosial, terapis okupasi, terapis
fisik, terapis perilaku, dan ahli patologi bicara di tempat dan tersedia setiap saat. yang berarti
penyedia ini mungkin hanya tersedia untuk waktu yang singkat mereka berada di tempat
bekerja dengan siswa (Betsy Moog Brooks, komunikasi pribadi, 17 Februari 2012). Di sisi
lain, siswa tunarungu dengan beberapa disabilitas dalam pengaturan pendidikan khusus
mungkin memiliki pekerja sosial, terapis okupasi, terapis fisik, terapis perilaku, dan ahli
patologi bicara di tempat dan tersedia setiap saat. yang berarti penyedia ini mungkin hanya
tersedia untuk waktu yang singkat mereka berada di tempat bekerja dengan siswa (Betsy
Moog Brooks, komunikasi pribadi, 17 Februari 2012). Di sisi lain, siswa tunarungu dengan
beberapa disabilitas dalam pengaturan pendidikan khusus mungkin memiliki pekerja sosial,
terapis okupasi, terapis fisik, terapis perilaku, dan ahli patologi bicara di tempat dan tersedia
setiap saat, tetapi mungkin tidak memiliki akses di tempat ke audiolog. Jika masalah terjadi
dengan perangkat siswa, tidak ada yang tersedia untuk menyervis perangkat siswa (Elizabeth

1
Gruendler, komunikasi pribadi, 17 Februari 2012). Oleh karena itu, kedua pengaturan
menghasilkan batasan layanan dan tidak menyediakan individu dengan layanan di tempat
yang tersedia pada waktu tertentu, jika perlu. Ini berarti tingkat kolaborasi tertentu di antara
penyedia layanan sangat penting bagi individu penyandang tuna rungu dengan berbagai
disabilitas agar berhasil di semua bidang fungsi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian Tunarungu dan Tunaganda?
1.2.2 Bagaimana karakteristik Tunaganda dengan hambatan Tunarungu?
1.2.3 Bagaimana metode pembelajaran bagi Tunaganda dengan hambatan Tunarungu?
1.2.4 Bagaimana strategi pendekatan bagi Tunaganda dengan hambatan Tunarungu?
1.2.5 Bagaimana pendidikan dasar bagi Tunaganda dengan hambatan Tunarungu?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian Tunarungu dan Tunaganda.
1.3.2 Mengetahui karakteristik Tunaganda dengan hambatan Tunarungu.
1.3.3 Mengetahui metode pembelajaran bagi Tunaganda dengan hambatan Tunarungu.
1.3.4 Mengetahui strategi pendekatan bagi Tunaganda dengan hambatan Tunarungu.
1.3.5 Mengetahui pendidikan dasar bagi Tunaganda dengan hambatan Tunarungu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tunarungu, Tunaganda

Tunarungu adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam fungsi


pendengarannya. Kondisi ini bisa berlangsung hanya sementara atau permanen. Bagi Anda yang
hidup bersama penderita tunarungu, tentu saja akan memerlukan bentuk komunikasi khusus agar
maksud pembicaraan bisa tersampaikan dengan baik.Terdapat dua jenis gangguan pendengaran
yang membuat seseorang menjadi tunarungu, yaitu yang bersifat bawaan (sudah ada sejak lahir)
dan yang terjadi setelah dilahirkan. Tunarungu bawaan bisa disebabkan oleh mutasi genetik,
keturunan dari orang tua, atau terpapar penyakit ketika masih di dalam kandungan. Sedangkan
tunarungu yang terjadi setelah lahir biasanya disebabkan oleh paparan suara keras dalam jangka
panjang, usia, cedera, dan penyakit tertentu, misalnya infeksi. Sedangkan Tunaganda (doble
handicap atau multiple handicap) adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis
kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga dia
tidak hanya dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja,
melainkan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki.

2.2 Karakteristik Tunaganda dengan hambatan Komunikasi (Tunarungu)

Adapun karakteristik sebagai berikut:

1. Karakteristik berdasarkan bicara dan bahasa


Anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami hambatan bicara sehingga
membutuhkan latihan atau pembelajaran secara khusus. Bagi orang awam bicara dengan
anak tunarungu seringkali merupakan hal yang sulit. Semakin lama berinteraksi dengan
anak tunarungu maka kita akan terbiasa dan semakin mudah untuk memahami bahasa
mereka.
2. Karakteristik berdasarkan kondisi fisik/kesehatannya
Karakteristik yang menonjol dari aspek fisik pada anak tunarungu adalah gerakan
tangannya yang cepat. Hal ini disebabkan karena tangan digunakan sebagai alat bantu
komunikasi. Ciri yang kedua adalah pada bentuk badannya yang membungkuk. Anak

3
tunarungu seringkali juga mengalami gangguan pada keseimbangan tubuhnya.
Membungkuk adalah salah satu yang digunakan untuk menjaga keseimbangannya.
3. Karakteristik berdasarkan akademis
Karakteristik berdasarkan akademik sama dengan anak lain pada umumnya. Intelegensi
pada anak tunarungu juga terbagi menjadi 3 bagian tinggi, sedang dan rendah. Anak
tunarungu sering mengalami hambatan pada mapel verbal karena keterbatasannya dalam
berbahasa.
4. Karakteristik dalam aspek sosial dan emosinya
Anak tunarungu dalam banyak hal juga sering dijauhi oleh teman-temannya bahkan juga
oleh sesama penyandang disabilitas yang lain. Hal ini disebabkan oleh sulitnya
komunikasi dengan mereka. Hal ini mengakibatkan besarnya ketergantungan pada orang
lain dan adanya kekuatan untuk memasuki lingkungan yang lebih luas.
2.3 Metode Pengajaran Bahasa bagi Anak Tunarungu

Terdapat tiga metode utama individu tunaganda dengan hambatan tunarungu belajar bahasa,
yaitu dengan membaca ujaran, melalui pendengaran, dan dengan komunikasi manual, atau
dengan kombinasi ketiga cara tersebut.

1. Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading)


Orang tunarungu yang bahasanya normal biasanya merupakan pembaca ujaran yang lebih
baik daripada tunarungu prabahasa, dan bahkan terdapat bukti bahwa orang non-
tunarungu tanpa latihan dapat membaca bibir lebih baik daripada orang tunarungu yang
terpaksa harus bergantung pada cara ini (Ashman & Elkins),
2. Belajar Bahasa Melalui Pendengaran
Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa individu tunarungu dari semua tingkat
ketunarunguan dapat memperoleh manfaat dari alat bantu dengar tertentu. Alat bantu
dengar yang telah terbukti efektif bagi jenis ketunarunguan sensorineural dengan tingkat
yang berat sekali adalah cochlear implant.
3. Belajar Bahasa secara Manual
Secara alami, individu tunarungu cenderung mengembangkan cara komunikasi manual
atau bahasa isyarat. Untuk tujuan universalitas, berbagai negara telah mengembangkan
bahasa isyarat yang dibakukan secara nasional. Ashman & Elkins (1994) mengemukakan

4
bahwa komunikasi manual dengan bahasa isyarat yang baku memberikan gambaran
lengkap tentang bahasa kepada tunarungu, sehingga mereka perlu mempelajarinya
dengan baik. Kerugian penggunaan bahasa isyarat ini adalah bahwa para penggunanya
cenderung membentuk masyarakat yang eksklusif.
2.4 Strategi Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa bagi Tunaganda dengan hambatan
Tunarungu
1. Pendekatan Auditori Verbal
Opsi auditori verbal merupakan strategi intervensi dini, bukan prinsip-prinsip yang harus
dijalankan dalam pengajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk mengajarkan prinsip-
prinsip auditori verbal kepada orang tua yang mempunyai bayi tunarungu (Goldberg,
1997).
Prinsip-prinsip praktek auditori verbal itu adalah sebagai berikut:

- Berusaha sedini mungkin mengidentifikasi ketunarunguan pada anak, idealnya di


klinik perawatan bayi.
- Memberikan perlakuan medis terbaik dan teknologi amplifikasi bunyi kepada anak
tunarungu sedini mungkin.
- Membantu anak memahami makna setiap bunyi yang didengarnya, dan mengajari
orang tuanya cara membuat agar setiap bunyi bermakna bagi anaknya sepanjang hari.
- Membantu anak belajar merespon dan menggunakan bunyi sebagaimana yang
dilakukan oleh anak yang berpendengaran normal.
- Menggunakan orang tua anak sebagai model utama untuk belajar ujaran dan
komunikasi lisan.
- Berusaha membantu anak mengembangkan sistem auditori dalam (inner auditory
system) sehingga dia menyadari suaranya sendiri dan akan berusaha mencocokkan
apa yang diucapkannnya dengan apa yang didengarnya.
- Memahami bagaimana anak yang berpendengaran normal mengembangkan
kesadaran bunyi, pendengaran, bahasa, dan pemahaman, dan menggunakan
pengetahuan ini untuk membantu anak tunarungu mempelajari keterampilan baru.
- Mengamati dan mengevaluasi perkembangan anak dalam semua bidang.
- Mengubah program latihan bagi anak bila muncul kebutuhan baru.

5
- Membantu anak tunarungu berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan maupun sosial
bersama-sama dengan anak-anak yang berpendengaran normal dengan memberikan
dukungan kepadanya di kelas reguler.
2. Pendekatan Auditori Oral
Pendekatan auditori oral didasarkan atas premis mendasar bahwa memperoleh
kompetensi dalam bahasa lisan, baik secara reseptif maupun ekspresif, merupakan tujuan
yang realistis bagi anak tunarungu. Kemampuan ini akan berkembang dengan sebaik-
baiknya dalam lingkungan di mana bahasa lisan dipergunakan secara eksklusif.
Lingkungan tersebut mencakup lingkungan rumah dan sekolah (Stone, 1997).

Elemen-elemen pendekatan auditori oral yang sangat penting untuk menjamin


keberhasilannya mencakup:

- Keterlibatan orang tua. Untuk memperoleh bahasa dan ujaran yang efektif menuntut
peran aktif orang tua dalam pendidikan bagi anaknya.
- Upaya intervensi dini yang berfokus pada pendidikan bagi orang tua untuk menjadi
partner komunikasi yang efektif.
- Upaya-upaya di dalam kelas untuk mendukung keterlibatan anak tunarungu dalam
kegiatan kelas.
- Amplifikasi yang tepat. Alat bantu dengar merupakan pilihan utama, tetapi bila tidak
efektif, penggunaan cochlear implant merupakan opsi yang memungkinkan.

2.5 Pendidikan dasar Tunaganda dengan hambatan Tunarungu

Anak tunaganda memiliki kemampuan kurang komunikasi atau sama sekali tidak
dapat berkomunikasi. Hampir semua anak yang tergolong tunaganda memiliki
kemampuan yang sangat terbatas dalam mengekspresikan atau mengerti orang lain.
Banyak diantara mereka yang tidak dapat berbicara atau apabila ada komunikasi mereka
tidak dapat memberikan respon. Ini menyebabkan pelayanan penididikan atau interaksi
sosial menjadi sulit sekali.

6
Jarang berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya secara konstruktif. Anak yang
tergolong tunaganda tampaknya sangat jauh dari dunia kenyataan dan tidak
meperlihatkan emosi manusia yang normal. Sangat sukar menimbulkan perhatian kepada
anak yang tergolong tunaganda atau menimbulkan respon terhadap sesuatu yang dapat
diobservasi (Heward dan Orlansky,1988,p:388). Dibalik keterbatasan diatsa,sebenarnya
anka tunaganda mempunyai ciri-ciri positif yang cukup banyak,seperti kondisi yang
ramah dan hangat,keras hati,ketetapan hati,rasa humor,dan suka bergaul. Oleh karena itu
diperlukannya pelayanan yang utama bagi anak tunaganda yaitu:

a. Terapi wicara
Hal ini dikarenakan berfungsi untuk melatih kemampuan komunikasi anak tunaganda.
Disamping itu melatih kemampuan interaksi dengan orang lainnya.

Adapun aspek yang perlu diperhatikan dalam pendidikan dasar dalam aspek
komunikasi,yaitu:

a. Kemandirian
b. Kejelasan vokal dan konsonan
c. Motivasi
d. Percaya diri

Adapula teknik berbicara dengan Tunaganda hambatan Tunarungu, yaitu :

Berkomunikasi dengan seorang tunarungu sebenarnya tidak sulit, Anda hanya perlu
mempelajari caranya dan sedikit bersabar. Berikut ini adalah cara yang dapat Anda lakukan
untuk berkomunikasi dengan penyandang tunarungu:

1. Cari perhatian
Penting untuk mendapatkan perhatiannya jika Anda berniat untuk berkomunikasi
dengannya. Sentuh atau tepuk pundaknya untuk memberi isyarat.
2. Cari tempat yang tenang
Jika memungkinkan, pindah ke tempat yang sunyi atau kecilkan sumber suara yang ada
di dekat Anda.

7
3. Sejajarkan posisi wajah
Saat akan mulai berkomunikasi, sejajarkan letak mata Anda dengan dirinya. Pastikan
Anda tidak berada terlalu dekat dengannya agar dia dapat melihat semua bahasa tubuh
Anda. Pastikan juga agar lokasi pembicaraan cukup terang.
4. Kontak mata
Selama berbicara dengan penyandang tunarungu, jangan lepaskan kontak mata dan fokus
Anda dari dirinya. Lepaskan media penghalang apa pun yang bisa mengganggu jalinan
komunikasi, seperti masker atau kacamata hitam. Tidak ada salahnya untuk
menggunakan ekspresi wajah agar dia lebih mudah memahami arah pembicaraan.
5. Bicaralah dengan normal dan jelas
Hindari berbicara dengan cara berbisik atau mengeraskan suara karena dapat menyulitkan
penyandang tunarungu dalam membaca gerakan bibir Anda. Sebaliknya, berbicaralah
dengan suara dan kecepatan normal. Hindari pula berbicara sambil mengunyah atau
menutupi mulut Anda.
6. Nyatakan topik pembicaraan
Beri tahu topik pembicaraan yang ingin dibahas dan beri tanda jika ingin mengubah
topik.
7. Tanya apakah sudah mengerti
Mintalah umpan balik untuk memeriksa apakah dia sudah mengerti apa yang Anda
katakan.
8. Ulangi
Ulangi apa yang Anda sampaikan, atau tulis apa yang ingin Anda sampaikan di kertas.

Berkomunikasi dengan penyandang tunaganda dengan hambatan tunarungu


mungkin merupakan tantangan tersendiri. Jika harus berkomunikasi dengan mereka
secara rutin.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Siswa tunarungu dengan beberapa disabilitas menerima layanan tergantung pada


kebutuhan masing-masing dan pengaruh gangguan pendengaran mereka terhadap ucapan dan
bahasa mereka. Bergantung pada penempatan siswa, layanan ini terlihat sangat berbeda. Program
pendidikan tuna rungu swasta telah melatih para profesional seperti ahli patologi bicara dan
audiolog di tempat untuk melayani siswa, seperti The Moog Center for Deaf Education, Central
Institute for the Deaf, Smith, dan Mama Lere School di Vanderbilt. Namun, untuk siswa yang
tuli dengan beberapa disabilitas, penyedia layanan lain mungkin diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan siswa secara keseluruhan, seperti pekerja sosial, terapis okupasi, terapis fisik, dan
terapis perilaku.

3.2 SARAN

Diharapkan penulisan makalh ini mampu memberikan sedikit pengetahuan kepada para
pembaca terkait Tunarungu, Tunaganda dan Tunaganda dengan hambatan Tunarungu.
Disamping itu mampu memberikan inovasi kepada tenaga pendidik agar pembelajaran bagi
Tunaganda dengan hambatan Tunarungu lebih mnyenangkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alodokter. 2019. Teknik Dasar Berbicara Dengan Penyandang Tunarungu. Tersedia di:
https://www.alodokter.com/teknik-dasar-berkomunikasi-dengan-penyandang-
tunarungu#:~:text=Tunarungu%20adalah%20seseorang%20yang%20memiliki
%20hambatan%20dalam%20fungsi%20pendengarannya.&text=Terdapat%20dua
%20jenis%20gangguan%20pendengaran,dan%20yang%20terjadi%20setelah
%20dilahirkan.. Diakses tanggal 11 Oktober 2020

BisaMandiri. 2015. Karakteristik Anak Tunarungu. Dikutip dari


bisamandiri.com/blog/2015/10/karakteristik-anak-tuna-rungu/. Pada tanggal 11
Oktober 2020

PsibKusd. 2011. Metode Pengajaran Bahasa bagi Anak Tunarungu. Dikutip dari
https://psibkusd.wordpress.com/about/b-tunarungu/metode-pengajaran-bahasa-bagi-
anak-tunarung/. Pada tanggal 11 Oktober 2020

Wikipedia. 2019. Pengertian Tunaganda. Tersedia di:


https://id.wikipedia.org/wiki/Tunaganda#:~:text=Tunaganda%20(doble%20handicap
%20atau%20multiple,kelainan%20saja%2C%20melainkan%20harus%20didekati.
Diakses tanggal 11 Oktober 2020

10

Anda mungkin juga menyukai