Anda di halaman 1dari 3

A.

JUDUL
” Efektivitas Tanaman Apu-Apu (Pustia stratiotes L.) Sebagai Fitoremediator Pada
Limbah Budidaya Ikan Lele (Clarias gariepinus) Dalam Wadah Terkontrol”

B. LATAR BELAKANG
Ikan lele merupakan salah satu hasil perikanan budidaya yang menempati urutan
teratas dalam jumlah produksi yang dihasilkan. Selama ini ikan lele menyumbang lebih
dari 10 persen produksi perikanan budidaya nasional dengan tingkat pertumbuhan
mencapai 17 hingga 18 persen. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), menetapkan
ikan lele sebagai salah satu komuditas budidaya ikan air tawar unggulan Indonesia
(Wijaya et al., 2014).
Ikan Lele merupakan komuditas perikanan budidaya air tawar yang mempunyai
tingkat serapan pasar cukup tinggi, baik dipasar dalam negeri maupun ekspor.
Perkembangan produksi ikan lele selama lima tahun menunjukkan hasil yang sangat
signifikan yaitu sebesar 21,82% per tahun. Kenaikan rata-rata produksi ikan lele setiap
tahun sebesar 39,66%. Pada Tahun 2010, produksi ikan lele meningkat sangat signifikan
yaitu sebesar 144.755 ton pada tahun 2009 menjadi 242.811 ton pada tahun 2010 atau
naik sebesar 67,74% (Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, 2010). Produksi Ikan lele
nasional selama 2010-2014 rata-rata meningkat sebesar 35% per tahun yakni pada tahun
2010 sebesar 270.600 ton dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 900.000 ton (Setio et
al., 2017).
Ikan Lele memiliki berbagai kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhan cepat dan
memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkngan yang tinggi. Budidaya ikan lele
tidak memerlukan lahan khusus, modal yang tidak terlalu besar, tidak memerlukan air
dalam jumlah yag banyak, mudah dipelihara. Rasa daging yang lezat dan gurih membuat
bisnis budidaya lele dumbo menjadi peluang usaha budidaya yang cukup menjanjikan
(su’udi et al., 2018).
Tumbuhan air adalah tumbuhan yang sebagaian besar siklus hidupnya di airdan
merupakan salah satu bagian penting dari ekosistem perairan. Adanya tumbuhan air
dalam jumlah tertentu dan perkembangan populasinya terkendali akan memebentuk
microhabitat yang dibutuhkan oleh ikan sebgaai tempat berlindung, mencari makan
(feeding ground), memijah (spawning ground) dan mengasuh anaknya (nursery ground).
Selain berfungsi menciptakan mikrohabitat bagi ikan, tumbuhan air juga dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas perairan. manfaat tumbuhan air sebagai agen
pelindungan sudah tidak diragukan lagi. Tumbuhan air mempunyai kemampuan sebgai
agent fitoremediasi, akumulator logam berat dan bio filter. Fitoremediasi atau pencucian
polutan serta limbah diperairan dapat membantu memperbaiki kualitas perairan.
Tumbuhan air juga bermanfaat sebagai perangkap bahan organik pada perairan eutrofik
serta mempunyai sifat luxury uptake yaitu mampu menyerap zat atau nutrisi tertentu
melebihi kebutuhannya. Tumbuhan air juga dapat berfungsi untuk membersihkan dan
mengontrolan pencemaran oleh logam berat, pestisida, dan minyak (Astuti et al., 2018).
Tanaman apu-apu (Pistia stratiotes L.) memiliki kemampuan untuk mengolah limbah,
baik itu berupa logam berat, zat organik maupun anorganik sehingga tanaman ini
digolongkan salah satu tumbuhan fitoremediator. Kayu apu berlimpah di alam, Pistia
stratiotes L. juga memiliki kelebihan yaitu berkecambah yang tinggi, pertumbuhan yang
cepat, tingkat absorpsi atau penyerapan unsure hara dan air yang besar daya adaptasi
yang tinggi terhadap iklim. Kayu apu terbukti dapat menurunkan logam berat merkuri
(Hg) dalam air. penelitian lain yang telah dilakukan menggunakan kayu apu mampu
menurunkan konsentrasi limbah cair pada limbah laundry yaitu BOD sebesar 98%, COD
sebesar 96% dan fosfat 99%. Kayu apu juga dapat menurunkan kandunga Pb lebih tinggi
dibandingkan tanaman Echinodorus radicans sebesar 92,53% dan 89,59% ( Billah et al.,
2020).

C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengukur kinerja tanama apu-apu (Pistia stratiotes L.) sebagai fitoremediator
di media budidaya ikan Lele (Clarias gariepinus).
2. Respon pertumbuhan ikan terhadap dinamika kualitas air berupa pengukuran
biomassa dan sintasan (survival rate).
D. METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : wadah pemeliharaan
ikan lele akuarium ukuran 80 x 40 x 40 cm sebanyak 12 buah dengan volume 64 liter,
wadah pemeliharaan tanaman apu-apu berukuran 100 x 50 x 30 cm sebanyak 3 buah
dengan volume air 100 liter yang dilengkapi dengan pipa PVC dan pompa air, aerasi,
DO meter, pH meter, Spektrofotometer, Turbidimeter, Titrasi
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : Ikan lele, tanaman
apu-apu, pakan ikan

2. Rancangan percobaan
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas
tiga perlakuan dan 1 kontrol dengan masing-masing tiga kali ulangan . perlakuan yang
digunakan yaitu perbedaan kerapatan tanaman pustia stratiotes L.
Perlakuan terdiri atas :
Kontrol : Tanpa menggunakan Pustia stratiotes L. 0 g
Perlakuan A : Pustia stratiotes L. dengan 100 g
Perlakuan B : Pustia stratiotes L. dengan 200 g
Perlakuan C : pustia stratiotes L. dengan 300 g

3. Analisis Data
Data yang dianalisis pada penelitian ini meliputi :
Analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95% untuk
menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati
seperti (DO, Suhu, pH, Kekeruhan, Nitrat, Nitrit Fosfat, Amonia) tingkat kelangsungan
hidup (SR), laju pertumbuhan spesifik (SGR), pertumbuhan panjang mutlak,
pertumbuhan berat mutlak, dan konversi pakan (FCR), apabila berpengaruh nyata, maka
dilakukan uji lanjut Duncan untuk menentukan perbedaan antar perlakuan.

Anda mungkin juga menyukai