Anda di halaman 1dari 5

Panduan Lengkap Cara Budidaya Rumput Laut Yang Bernilai Ekonomi Tinggi

Rumput laut atau Seaweed merupakan salah satu jenis ganggang, ganggang
sendiri dibagi menjadi beberapa kelas yakni ganggang hijau biru atau
cyanophyceae, ganggang hijau atau chloropheceae, ganggang merah atau
rhodophyceae dan ganggang coklat atau pheaceophyceae. Ganggang hijau biru
dan ganggang hijau banyak hidup di perairan tawar sedangkan ganggang merah
dan ganggang coklat banyak tumbuh di perairan laut dan ganggang ini dikenal
dengan rumput laut. Ganggang merah sering dimanfaatkan untuk bahan baku
dalam industri agar-agar, fulcellaran, carragenan serta berbagai produk lainnya
sedangkan Ganggang coklat (rockweed atau rumput karang) dimanfaatkan dalam
industri alginat. Rumput laut meupakan rumput yang tumbuh melekat pada
substrat yang terdapat dalam laut seperti karang, bebatuan dan juga bangkai kulit
karang.
Kini banyak orang yang tinggal disekitar pantai banyak melakukan budidaya
rumput laut, Di indonesia setidaknya ada sekitar 555 spesies rumput laut, dan ada
sekitar 55 spesies rumput laut yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti
Gracilaria sp, Eucheuma sp, dan Gelidium. Berikut adalah cara budidaya rumput
laut :
Dalam melakukan budidaya rumput laut jenis Eucheuma sp. perlu diperhatikan
beberapa faktor baik itu teknis atau nonteknis, seperti :

Faktor Teknis
Kelayakan Lokasi Buddidaya
Lokasi budidaya rumput laut yang baik adalah lokasi yang memiliki pergerakan air
yang cukup yaitu 20cm-30cm/detik, tidak memiliki gelombang yang kuat, bebas
dari pengaruh angin topan, bagian dasar perairan terdiri dari pasir dan bebatuan
serta bebas dari lumpur, saat surut air masih memiliki kedalaman sekitar 30cm-
60cm, memiliki kejernihan air sekitar 5 cm, air memiliki suhu sekitar 20°C-28°C
dengan fluktuasi harian maksimal 4°C, memiliki slinitas sekitar 28 hingga 34. air
memiliki pH sekitar 7 hingga 9, air terbebas dari bahan kimia, lokasi budidaya
bebas dari ikan ataupun hewan air herbivora lainnya, lokasi mudah dijangkau,
terdapat sumber tenaga yang cukup, serta bahan pendukung seperti benih,
bambu dan lainnya mudah diperoleh.

Temperatur dan Sanitasi


Sebaiknya air laut memiliki temperatur sekitar 27°C – 30°C. Apabila terjadi
kenaikan temperatur maka akan terjadi adanya uliment dan meliputi epiphyt,
sehingga tanaman akan rontok. Sedangkan sanitasi air sangat bergantung pada
faktor penguapan, serta ada tidaknya sumber air tawar. Untuk menghindari
sanitasi yang buruk sebaiknya lokasi budidaya rumput laut jauh dari muara sungai
untuk menghindari endapan lumpur. Dari semua faktor yang disebutkan, perlu
pula memperhitungkan ada tidaknya pencemaran air laut seperti : limbah pabrik,
genangan minyak, dan bahan peledak atau bahan kimia untuk penangkapan ikan.

Gerakan Air
Gerakan air merupakan sarana untuk mengangkut zat makanan yangdiperlukan
oleh rumput laut selin itu gerakan air juga merupakan alat untuk membersihkan
sedimen dan juga epiphyt pada tanaman rumput laut. Gerakan air atau kecepatan
arus yang baik untuk budidaya rumput laut adalah sekitar 20-40 cm/detik.

Faktor Non Teknis


Faktor nonteknis dalam budidaya rumput laut diantaranya : sarana dan prasarana
komunikasi dan transportasi, serta sosial ekonomi masyarakat sekitar.

Budidaya Rumput Laut


a. Penyediaan dan Pemilihan Bibit Rumput Laut
Penyediaan rumpt laut dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif. Bibit
yang digunakan untuk budidaya merupakan bibit yang berasal dari stek tanaman
rumput laut yang sudah dibudidayakan berkualitas unggul (memiliki banyak
cabang) yang masih muda, bersih dan segar dan memiliki angka pertumbuhan
harian yang baik.

b. Penanaman
Terdapat beberapa metode tanam rumput laut, diantaranya metode lepas dasar,
rakit apung dan metode lepas dasar atau tali gantung.

1. Metode Lepas Dasar


Penanaman dengan metode ini, bibit diikatkan dengan batu-batu karang
kemudian batuan karang tersebut disebarkan di dasar perairan. Metode ini cocok
dilakukan pada perairan yang memiliki dasar rata dan tidak ditumbuhi karang dan
juga tidak berpasir. Metode ini mudah dan hanya memerlukan peralatan yang
sederhana, namun metode ini jarang dilakukan karena keberhasilannya belum
diyakini dan mengingat pula persyaratan yang perlu dipenuhi yaitu lahan yang
terbuka serta terdapat potongan-potongan batu karang yang kedudukannya
sebagai substrat yang kokoh dan tidak terbawa arus. Selain sulitnya mendapatkan
lahan budidaya seperti itu, kelemahan lain metode ini adalah nantinya akan ada
banyak bibit yang hilang terbawa ombak, tidak dapat dilakukan di perairan yang
berpasir, banyak mendapat gangguan dari bulubabi, dan memiliki produksi yang
rendah.

2. Metoda Rakit Apung


Penanaman dengan metode ini, rakit apung yang digunakan terbuat dari bambu
berukuran antara sekitar 2,5 x 2,5 meter persegi hingga 7 x 7 meter persegi
bergantung pada ketersediaan bambu. agar rakit apung tidak terbawa arus maka
gunakan jangkar sebagai penahanan atau juga bisa rakit diikatkan pada patok
kayu yang telah ditancapkan di dasar laut .
Dalam memasang tali dan juga patok harus memperhitungkan faktor ombak, arus
dan pasang surut air. Metode rakit apung ini cocok dilakukan pada lokasi
budidaya yang memiliki kedalaman sekitar 60 cm. Bahan-bahan yang diperlukan
untuk budidaya dengan metode ini adalah bibit, potongan bambu yang memiliki
diameter sekitar 10 cm, potongan kayu penyiku yang memiliki diameter sekitar 5
cm, tali rafia, tali ris dengan diameter sekitar 4 mm dan 12 cm, serta jangkar besi,
bongkah batu ataupun adukan semen pasir. Berikut adalah tahapan penanaman
dengan metode ini :

Potongan kayu dan bambu dirangkai, kemudian ikatkan jangkar pemberat dengan
tali 12 mm.
Thallus dengan berat sekitar 100 gram diikatkan pada tali ris dengan
menggunakan tali rafia lalu diberi jarak sekitar 20 cm – 25 cm
Jarak antar tali ris yaitu sekitar 50 cm sedangkan panjang tali ris disesuaikan
dengan panjang rait apung yang digunakan.
Tali ris yang telah berisi tanaman diikatkan pada rakit. Untuk titik tanam juga
disesuaikan dengan ukuran rakit apung. Untuk rakit apung yang memiliki ukuran 7
Meter x 7 meter maka ditanami sekitar 500 titik tanam rumput laut.

3.Metoda lepas dasar atau tali gantung


Penanaman rumput laut dengan metode lepas dasar atau tali gantung, tali ris
yang sudah berisi ikatan tanaman direntangkan pada tali ris utama. Pengikatan
tali ris pada tali ris utama dilakukan dengan benar agar nantinya mudah dibuka
kembali. Tali ris utama yang terbuat dari bahan polyetilendengan diameter sekitar
8 mm dibentangkan pada patok. Jarak tiap tali ris dengan tali ris utama sekitar 20
cm. Patok terbuat dari kayu dengan diameter sekitar 5 cm adan panjang sekitar 2
m. Jarak patok untuk membentangkan tali ris utama adalah sekitar 2,5 m.

c. Pemeliharaan Tanaman Rumput Laut


Apabila terjadi kerusakan pada sarana budidaya maka harus segera diperbaiki, cek
dan bersihkan kotoran yang menempel pada tanaman secara rutin.
Perlu pula dilakukan pemupukan apabila budidaya dilakukan di tambak (biasanya
rumput laut jenis gracilaria sp) dengan menggunkan pupuk urea, TSP dan ZA,
selain itu bila budidaya dilakukan di tambak maka perlu juga dilakukan pergantian
air setiap 15 hari sekali saat bulan baru dan bulan purnama.

d. Pemanenan Rumput Laut


Rumput laut dapat mulai dipanen setelah berumur sekitar 6 minggu- 2 bulan
setelah tanam atau telah memiliki berat per ikatan sekitar 800 gram. Cara
memanen rumput laut pada saat air pasang adalah dengan cara mengangkat
seluruh rumput laut ke darat kemudian tali rafia pengikat dipotong. Sedangkan
pada saat air surut pemanenan dapat dilakukan secara langsung di lokasi
budidaya.

Anda mungkin juga menyukai