ABSTRAK
Karakter wirausaha merupakan salah satu cerminan dari revolusi karakter yang terdapat
dalam nawa cita pemerintahan Jokowi-JK yaitu ditunjukan oleh beberapa ciri yang
mengarah pada jiwa-jiwa kemandirian. Saat ini kita ketahui bersama bahwa beberapa
perguruan tinggi sudah menjadikan kewirausahaan sebagai mata kuliah yang wajib diikuti
oleh mahasiswanya. Tapi dalam praktiknya kondisi karakter wirausaha yang dimiliki oleh
mahasiswa secara umum masih rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya minat dan aplikasi
mahasiswa untuk berwirausaha. Sebagian besar dari mereka yang masih memiliki
ketergantungan ekonomi kepada orang tua, dan orientasi yang dituju setelah lulus hanya
menjadi seorang pegawai. Sehingga kami tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara kualitas pendidikan kewirausahaan terhadap
pembangunan karakter wirausaha mahasiswa. Penelitian dilakukan menggunakan metode
survei korelasional dengan sampel sebanyak 60 orang mahasiswa yang dipilih dengan acak.
Data diperoleh dari angket untuk melihat karakter wirausaha mahasiswa dan kualitas
pendidikan kewirausahaan. Hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi = 0,9856,
nilai koefisien determinasi = 97,14%. Hasil uji signifikansi uji t diperoleh nilai thitung= 44,38
dan ttabel = 2,002, karena thitung > ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pendidikan
kewirausahaan dengan pembangunan karakter wirausaha mahasiswa.
348
Jurnal Ekonomi, Volume 19 Nomor 3, Oktober 2017
Copyright @ 2017, oleh Program Pascasarjana, Universitas Borobudur
___________________________________________________________________________
resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, jujur dan Dalam kamus besar bahasa Indonesia
tekun, memiliki kreatifitas tinggi dan mandiri pengertian wirausaha sama dengan wiraswasta
tidak ketergantungan pada orang lain. Dalam yaitu orang yang pandai atau berbakat
praktiknya kondisi karakter wirausaha yang mengenali produk baru, menentukan cara
dimiliki oleh mahasiswa masih rendah. Hal ini produksi baru, menyusun operasi untuk
terlihat dari rendahnya minat dan aplikasi pengadaan produk baru, memasarkannya serta
mahasiswa tentang semangat berwirausaha. mengatur permodalan operasinya. Pengertian
Sebagian besar dari mereka yang masih kewirausahaan secara umum adalah suatu
memiliki ketergantungan ekonomi kepada proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
orang tua, dan orientasi yang dituju setelah atau kreatif dan berbeda (inovatif) yang
lulus hanya menjadi seorang pegawai. bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
Berdasarkan masalah tersebut peneliti Menurut Drs. Djoko Untoro bahwa
memiliki ketertarikan untuk melakukan sebuah kewirausahaan adalah suatu keberanian untuk
penelitian tentang hubungan kualitas melakukan upaya – upaya memenuhi
pendidikan kewirausahaan dengan kebutuhan hidup yang dilakukan oleh
pembangunan karakter wirausaha mahasiswa. seseorang, atas dasar kemampuan dengan cara
Hal ini terbilang penting karena akan menjadi memanfaatkan segala potensi yang dimiliki
sebuah bahan evaluasi bagi mata kuliah untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
kewirausahaan itu sendiri apakah mata kuliah bagi dirinya dan orang lain.
yang diajarkan selama ini dapat dipahami dan Dari beberapa pengertian tentang
diaplikasikan dalam kehidupan nyata. wirausaha dapat disimpulkan beberapa ciri
tentang wirausaha. Beberapa ciri tersebut
BAHAN DAN METODE antara lain :
Hakikat Kewirausahaan 1. Memiliki keberanian dan daya kreasi
Kewirausahaan berasal dari kata wira Seorang wirausaha harus memiliki
dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan, keberanian dalam daya kreasi atau tidak
manusia yang unggul, teladan, berbudi luhur, takut untuk bermimpi dan merencanakan.
gagah berani dan berwatak agung. Sedangkan 2. Berani mengambil resiko
usaha adalah perbuatan amal, bekerja dan Seorang wirausaha harus berani dalam
berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang mengambil suatu resiko. Hal ini tentunya
atau pahlawan yang berbuat sesuatu. harus sejalan dengan perencanaan yang
Wirausaha secara historis sudah diperkenalkan matang melalui pengamatan yang jelas.
oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Di 3. Memiliki semangat dan kemauan keras
luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal Semangat merupakan modal dasar yang
sejak abad ke 16 sedangkan di Indonesia baru harus dimiliki oleh seorang wirausaha agar
dikenal pada abad ke 20. mampu mengembangkan rencana dan
Pendidikan kewirausahaan mulai mimpi yang ingin diwujudkan. Semangat
dirintis sejak 1950an di beberapa Negara ini juga harus didukung oleh kemauan yang
Eropa, Amerika dan Kanada. Bahkan sejak keras agar tercipta jiwa pantang menyerah
tahun 1970-an banyak universitas yang ketika terjadi kegagalan dalam perjalanan
mengajarkan kewirausahaan atau manajemen suatu usaha.
usaha kecil. Pada tahun 1980-an hampir 500 4. Memiliki analisis yang tepat
sekolah di Amerika Serikat memberikan Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang
pendidikan kewirausahaan. Kondisi tersebut wirausaha apabila pengetahuan yang tepat
sedikit berbeda dengan Indonesia. untuk membuat analisis yang tepat
Kewirausahaan dipelajari dengan cara yang mendekati 100% benar.
terbatas di beberapa sekolah atau perguruan 5. Tidak konsumtif
tinggi tertentu saja. Sejalan dengan Bagi seorang wirausaha perilaku konsumtif
perkembangan dan tantangan seperti adanya harus diminimalisir. Hal ini karena perilaku
krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan konsumtif bertentangan dengan daya
baik melalui pendidikan formal maupun kreatifitas yang harusnya dimiliki oleh
pelatihan-pelatihan di segala lapisan seorang wirausaha.
masyarakat kewirausahaan menjadi 6. Memiliki jiwa pemimpin
berkembang.
349
Jurnal Ekonomi, Volume 19 Nomor 3, Oktober 2017
Copyright @ 2017, oleh Program Pascasarjana, Universitas Borobudur
___________________________________________________________________________
350
Jurnal Ekonomi, Volume 19 Nomor 3, Oktober 2017
Copyright @ 2017, oleh Program Pascasarjana, Universitas Borobudur
___________________________________________________________________________
Pencetus pendidikan karakter yang maksimal tercapai. Hal itu disebabkan karena
menekankan dimensi etis-spiritual dalam pendidikan di Indoinesia terlalu
proses pembentukan pribadi ialah pedagog mengedepankan penilaian pencapaian individu
Jerman FW Foerster (1869-1966). Pendidikan dengan tolak ukur tertentu terutama logik-
karakter merupakan sebuah usaha untuk matematik sebagai ukuran utama dalam
menghidupkan kembali pedagogi ideal- menentukan prestasi siswa. Dalam prosesnya
spiritual yang sempat hilang diterjang pendidikan karakter yang berorientasi pada
gelombang positivisme august comte. Tujuan moral masih di kesampingkan sehingga
pendidikan adalah untuk pembentukan berakibat pada banyaknya kegagalan nyata
karakter yang terwujud dalam kesatuan dimensi pembentukan karakter individu.
esensial si subjek dengan perilaku dan sikap
hidup yang dimilikinya. Hakikat Kualitas Pendidikan
Menurut forester ada empat ciri dasar Di dalam konteks pendidikan,
dalam pendidikan karakter. Pertama, pengertian kualitas atau mutu dalam hal ini
keteraturan interior dimana setiap tindakan mengacu pada proses pendidikan dan hasil
diukur berdasarkan hierarki nilai. Nilai
pendidikan. Dari konteks “proses”
menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
Kedua, koherensi yang memberi keberanian, pendidikan yang berkualitas terlibat
membuat seseorang teguh pada prinsip tidak berbagai input (seperti bahan ajar: kognitif,
mudah terombang – ambing pada situasi baru afektif dan, psikomotorik), metodologi
atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar (yang bervariasi sesuai dengan
yang membangun rasa percaya satu dengan kemampuan guru), sarana sekolah,
yang lain. Tidak adanya koherensi dukungan administrasi dan sarana
meruntuhkan kredibilitras seseorang. prasarana dan sumber daya lainnya serta
Ketiga, otonomi. Otonomi penciptaan suasana yang kondusif. Dengan
diterjemahkan ketika seseorang adanya manajemen sekolah, dukungan
menginternalisasikan aturan dari luar sampai kelas berfungsi mensingkronkan berbagai
menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Hal ini dapat
input tersebut atau mensinergikan semua
dilihat dari penilaian atas keputusan pribadi
tanpa terpengaruh oleh desakan orang lain. komponen dalam interaksi (proses) belajar
Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan mengajar, baik antara guru, siswa dan
merupakan daya tahan seseorang dalam rangka sarana pendukung di kelas atau di luar
memperjuangkan apa yang dipandang baik. kelas, baik dalam konteks kurikuler
Sedangkan kesetiaan merupakan dasar bagi maupun ekstra-kurikuler, baik dalam
penghormatan atas komitmen yang dipillih. lingkungan substansi yang akademis
Kematangan keempat karakter ini menurut maupun yang non akademis dalam suasana
Foerster memungkinkan manusia melewati yang mendukung proses belajar
tahap individualistis menuju personalitas. pembelajaran. Selain itu kualitas
Pendidikan karakter di Indonesia
pendidikan merupakan kemampuan sistem
sejauh ini menyangkut pesan moral pendidikan
pendidikan dasar, baik dari segi
moral dan dalam aplikasinya terlalu
membentuk satu arah pembelajaran khusus pengelolaan maupun dari segi proses
sehingga melupakan mata pelajaran lainnya. pendidikan, yang diarahkan secara efektif
Dalam praktik pembelajaran terlalu untuk meningkatkan nilai tambah dan
membentuk satu sudut kurikulum yang factor-faktor input agar menghasilkan
diringkas ke dalam formula menu siap saji output yang setinggi-tingginya.
tanpa melihat hasil dari proses yang dijalani. Standar kualitas pendidikan menurut
Begitu pula yang dilakukan oleh para pendidik DIKTI yang terdiri dari 10 indikator antara
yang cenderung mengarahkan prinsip moral lain proses pembelajaran, kurikulum
umum secara satu arah, tanpa melibatkan program studi, sumber daya manusia,
partisipasi siswa untuk bertanya dan kemahasiswaan, prasarana dan sarana,
mengajukan pengalaman empiriknya.
suasana akademik, keuangan, penelitian
Sejauh ini penerapan pendidikan
karakter yang terjadi di Indonesia dirasa belum
351
Jurnal Ekonomi, Volume 19 Nomor 3, Oktober 2017
Copyright @ 2017, oleh Program Pascasarjana, Universitas Borobudur
___________________________________________________________________________
353
Jurnal Ekonomi, Volume 19 Nomor 3, Oktober 2017
Copyright @ 2017, oleh Program Pascasarjana, Universitas Borobudur
___________________________________________________________________________
15 60-65
Frekuensi
66-71
10 72-77
78-83
5
84-89
90-95
0
Kelas Interval
354
Jurnal Ekonomi, Volume 19 Nomor 3, Oktober 2017
Copyright @ 2017, oleh Program Pascasarjana, Universitas Borobudur
___________________________________________________________________________
95 dan skor rata-rata adalah 82,8. Hal ini kewirausahaan secara tidak langsung
menunjukan rata-rata mahasiswa memiliki membentuk karakter wirausaha
karakter wirausaha cukup baik. mahasiswa. Dengan demikian penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan ini berhasil menguji kebenaran hipotesis
normalitas maka diperoleh data untuk yaitu terdapatnya hubungan antara kualitas
variabel X yaitu kualitas pendidikan pendidikan kewirausahaan dengan karakter
kewirausahaan, X2hitung = 15,62, sedangkan wirausaha mahasiswa.
X2 tabel = 16,7 karena <
maka Ho diterima, berarti dapat SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
dikatakan bahwa sebaran data berdistribusi
normal. Sedangkan hasil perhitungan Berdasarkan pada hasil penelitian dan
normalitas karakter wirausaha mahasiswa, pengujian persyaratan hipotesis maka
diperoleh data yaitu X2hitung = 10,74, dapat disimpulkan beberapa hal dari
sedangkan X2 tabel = 11,07 karena penelitian ini, yaitu diantaranya 1) kualitas
< maka Ho diterima, berarti dapat pendidikan kewirausahaan tergolong
dikatakan bahwa sebaran data berdistribusi cukup baik, 2) karakter wirausaha
normal. mahasiswa tergolong cukup baik, 3)
Hasil perhitungan linieritas terdapat hubungan positif dan signifikan
diperoleh nilai (regresi) = 1,06, antara kualitas pendidikan kewirausahaan
dengan karakter wirausaha mahasiswa.
sedangkan = 1,83. Hal ini berarti
< harga , ini berarti, hipotes Saran
nol (Ho) diterima, sehingga harga F tuna Perlu adanya upaya-upaya untuk
cocok adalah tidak signifikan. Dengan terus meningkatkan kualitas pendidikan
demikian hubungan antara variabel kewirausahaan baik melalui perbaikan
kualitas pendidikan kewirausahaan dengan kurikulum maupun metode pembelajaran
karakter kewirausahaan mahasiswa adalah kewirausahaan, antara lain melalui
linier. kegiatan-kegiatan praktek wirausaha dan
Berdasarkan hasil analisis data kunjungan lapang, sehingga akan
diperoleh rxy = 0,986 , sedangkan menumbuhkan dan memperkuat karakter
Koefisien Determinasi = 97,14%. wirausaha mahasiswa.
Kemudian dalam pengujian signifikansi
korelasi diperoleh = 44,38. DAFTAR PUSTAKA
Dengan dk = n – 2 = 60-2 = 58 dan α =
0,05 didapat sebesar 2,002. Alma, Buchari. 2009. Kewirausahaan.
Bandung. Alfabeta.
Kesimpulannya, karena > , Alwi, Idrus. 2012. Statistika untuk
maka Ho ditolak atau korelasinya Penelitian Pendidikan. Jakarta :
signifikan. Hal ini menunjukkan terdapat Saraz.
hubungan yang positif antara kualitas Fattah, Nanang. 2004. Landasan
pendidikan kewirausahaan dengan karakter Manajemen Pendidikan, , (Bandung:
wirausaha mahasiswa. PT Remaja Rosda Karya.
Berdasarkan hasil penelitian yang Hendro. 2011. Dasar-dasar
diperoleh, mengindikasikan bahwa positif Kewirausahaan. Jakarta. Penerbit
atau negatifnya kualitas pendidikan Erlangga.
kewirausahaan memiliki hubungan kuat Kasmir. 2013. Kewirausahaan. Jakarta:
terhadap karakter wirausaha. Hal ini Rajawali Pers.
dikarenakan oleh kualitas pendidikan
355
Jurnal Ekonomi, Volume 19 Nomor 3, Oktober 2017
Copyright @ 2017, oleh Program Pascasarjana, Universitas Borobudur
___________________________________________________________________________
356