Nim : 34403519047
Kelas : 2A
a.Pneumonia
Pneumonia adalah kondisi di mana seseorang mengalami infeksi yang terjadi pada kantung-
kantung udara dalam paru-paru orang tersebut. Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa
terjadi pada salah satu sisi paru-paru maupun keduanya. Kantung udara yang terinfeksi
tersebut akan terisi oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Infeksi virus, bakteri, ataupun
jamur adalah penyebab utama pneumonia. Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru
basah di Indonesia.Penyakit ini bukan hanya dapat menimpa orang dewasa, melainkan juga
terjadi pada anak-anak, hingga bayi yang baru lahir.
Gejala Pneumonia
Indikasi dan juga gejala ringan dari pneumonia umumnya menyerupai gejala flu, seperti
demam dan batuk. Gejala tersebut memiliki durasi yng lebih lama bila dibandingkan flu
biasa. Jika dibiarkan dan tidak diberikan penanganan, gejala yang berat dapat muncul,
seperti:
● Batuk berdahak.
● Mudah lelah.
● Gangguan pada kesadaran (terutama pada pengidap yang berusia >65 tahun).
● Pada pengidap yang berusia >65 tahun dan punya gangguan sistem imun, umumnya
mengalami hipotermia.
2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi
selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen kekuning-
kuningan, kehijauhiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali berbau busuk.
Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba
dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi
pernapasan, dan nyeri kepala.
3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit seperti ISPA,
TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru, asma, TB
paru dan lain sebagainya.
5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap beberapa oba,
makanan, udara, debu.
c. Pemeriksaan fisik
3) Tanda-tand vital: - TD: biasanya normal - Nadi: takikardi - RR: takipneu, dipsneu,
napas dangkal - Suhu: hipertermi
4) Kepala: tidak ada kelainan Mata: konjungtiva nisa anemis
- Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada penggunaan otot bantu napas
- Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena.
B.empisema toraksis
Emfisema adalah penyakit kronis akibat kerusakan kantong udara atau alveolus pada paru-
paru. Seiring waktu, kerusakan kantong udara semakin parah sehingga membentuk satu
kantong besar dari beberapa kantong kecil yang pecah. Akibatnya, luas area permukaan
paru-paru menjadi berkurang yang menyebabkan kadar oksigen yang mencapai aliran darah
menurun. Kondisi ini juga membuat paru-paru membesar secara perlahan akibat udara yang
terperangkap di dalam kantong dan sulit dikeluarkan
Gejala Emfisema
Penyakit emfisema bisa tidak menimbulkan gejala. Bila timbul gejala, keluhan yang
dirasakan dapat muncul secara bertahap, antara lain:
Kunci dari settiap teknik pengkajian ini adalah untuk mengembangkan pendekatan yang
sistematik, teknik yang paling tepat yaitu jika pengkajian dimula dari kepala lalu ke tubuh
bagian bawah. Kemudian hal yang perlu disiapakan dan diperhatikan oleh perawat ada pada
saat pengkajian antara lain yatu : peralatan yang diperlukan, cuci tangan sebelum
melakukan prosedur, siapkan pasien, pastikan lingkungan yang kondusif, jaga privasi
pasien, pemeriksaan harus efektif dan efisien bagi perawat dan pasien, dan gunakan
universal precaution. Berikut merupakan cara-cara yang digunakan dalam pemeriksaan
fisik paru menurut George Lawry (2015 : 81) sebagai berikut :
1. Inspeksi
a. Pemeriksaan dada dimulai dari thoraks posterior, klien pada posisi duduk.
b. Dada di observasi dengan membandingkan satu sisi dengan sisi yang lainnya.
d. Inspeksi thoraks posterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa,
gangguan tulang belakang seperti : kiposis, skoliosis, dan lordosis.
f. Observasi tipe pernapasan, seperti : pernapasan hidung atau pernapasan diafragma, dan
penggunaan otot bantu pernapasan.
g. Saat mengobservasi respirasi, catat durasi, dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E).
Ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya
obstruksi jalan napas dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow
Limitation(CAL)/COPD.
h. Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter antero posterior (AP) dengan diameter
lateral/transversal(T). Ratio ini normalnya berkisar 1:2 sampai 5:7, tergantung dari cairan
tubuh klien.
i. Kelainan pada bentuk dada: 1) Barrel Chest Timbul akibat terjadinya overinflation paru.
Terjadi peningkatan diameter AP : T (1 :1), sering terjadi pada klien emfisema.2) Funnel
Chest (FectusExcavatium).
Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung
dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada
ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan kerja.
3) Pigeon Chest (Pectus Carinatum) Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum
dimana terjadi peningkatan diameter AP. Timbul pada klien dengan kiposkoliosis berat.
4) Kiposkoliosis Terlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu
pergerakan paru-paru, dapat timbul pada klien dengan osteoporosis dan kelainan
muskuloskeletal lain yang mempengaruhi thoraks.
2. Palpasi
a. Leher Trakea yang normal dalam garis lurus di antara otot sternokleidomastoideus pada
leher dengan mudah digerakkan serta dengan mudah kembali ke posisi garis tengah setelah
di geser. Massa dada, goiter, atau cidera akut dapat mengubah posisi trakea, selain itu pada
efusi pleura selalu membuat deviasi trakea ke sisi jauh dari yang sakit sementara aelektasis,
trakea sering tertarik ke bagian yang sakit.
b. Dada 1) Vocal fremitus adalah vibrasi yang dirasakan ketika pasien mengatakan “77”
(tujuh pulih tujuh). Vibrasi normal bila terasa di atas batang bronkus utama. Bila teraba
diatas perifer paru, hal ini menunjukkan konsulidasi sekresi atau efusi pleura ringan sampai
sedang.
2) Fremitus ronkhi adalah vibrasi yang teraba di atas sekresi dan sekresi dan kongesti pada
bronkus atau trakea.
a. Suara perkusi normal: Resonan (sonor): bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan
paru normal. Dullness : dihasilkan di atas bagian jantung atau paru. Timphany : musikal,
dihasilkan di atas perut yang berisi udara. 14
1) Bronchial : sering disebut juga dengan “tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh
udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan
yang lembut, fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diatara
dua fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.
3) Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang
dari ekspirasi , ekspirasi terdengar seperti tiupan.
1) Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring,
musikal,suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara dengan melalui jalan
napas yang menyempit.
2) Ronchi : terdngar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengan perlahan,
nyaring, suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan
peningkatan produksi sputum. 15
3) Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara : kasar,
berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali klien
juga mengalami nyeri saat bernapas dalam.
4) Crackles : setap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup,
terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara
seperti rambut yang digesekkan. Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter
suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatrnya cairan atau sekresi pada
jalan napas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
C.BRONKITIS AKUT
Ini merupakan jenis bronkitis yang bisa menyebabkan pengidapnya mengalami gejala
hingga dua atau tiga minggu. Bronkitis jenis ini adalah gangguan infeksi sistem pernapasan
yang cukup umum terjadi. Korban yang paling sering terserang penyakit ini adalah anak-
anak dengan usia di bawah 5 tahun.
● Sakit tenggorokan.
● Sesak napas.
● Kelelahan.
● Demam ringan.
Pengkajian mengenai nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, adanya riwayat
alergi pada keluarga, adanya riwayat asma pada saat anak-anak. Hal ini yang perlu dikaji
dari identitas klien adalah tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor rekam medis, asuransi
kesehatan, dan diagnosa medis perlu dilakukan pada klien dengan Bronkitis.
1) Keluhan utama pada Bronkitis adalah dispnea, klien biasanya mempunyai riwayat
merokok dan riwayat batuk kronik.
2) Riwayat Penyakit Saat Ini Klien dengan Bronkitis datang mancari pertolongan dengan
keluhan sesak nafas, susah untuk bernafas, batuk. Suara nafas ngkrok-ngkrok diikuti
adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, tidak nafsu makan, berat badan
menurun serta kelemahan 17
3) Riwayat penyakit Dahulu Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti
adanya infeksi saluran pernafasan atas, bronkitis kronik, asma bronkhial, emfisema, batuk
kronis, dan alergi
4) Riwayat Penyakit Keluarga Pada klien dengan Bronkitis perlu dikaji adanya keluarga
yang mempunyai riwayat alergi 2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Perawat perlu
mengkaji kesadaran klien, adanya dispnea, riwayat merokok, riwayat batuk kronis, adanya
faktor pencetus eksaserbasi yang meliputi alergen, stres emosional, peningkatan aktivitas
fisik yang berlebihan, riwayat asma saat anak-anak, terpapar dengan polusi udara, infeksi
saluran pernafasan, tidak adanya nafsu makan, penurunan berat badan, serta kelemhan.
Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang biasa diminum klien.
1) B1 (Breathing) Pada pemeriksaan fisik B1 dapat kita lihat klien dengan Bronkitis,
terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, serta penggunaan otot bantu
nafas (sternokloidomastoid). Pada saat inspeksi, biasanya dapat terlihat klien mempunyai
bentuk dada barrel chest akibat udara yang terperangkap, penipisan massa otot, bernafas
dengan bibir yang dirapatkan, dan pernafasan abnormal yang tidak efektif. Pada tahap
lanjut, dispnea terjadi pada saat beraktivitas bahkan pada saat aktivitas kehidupan sehari-
hari seperti makan 18 dan mandi. Pengkajian batuk produktif dengan sputum purulen
disertai dengan demam mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi pernafasan,
kemudian pada palpasi dengan klien bronkitis terdapat vocal fremitus biasanya normal
Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
mendatar/menurun, sedangkan pada Auskultasi Sering didapatkan adanya bunyi nafas
ronchi dan wheezing sesuai tingkat keparahan obstruksi pada bronkhiolus
2) B2 (Blood) Pada pasien dengan Bronkitis terjadi penurunan tekanan darah (hipotensi),
takikardia, disritmia, pulsus paradoksus, didapatkan kadar oksigen yang rendah
(hipoksemia), distensi vena jugularis, vlubbing finger, edema perifer, sianosis sentral
3) B3 (Brain) Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Disamping itu diperlukan
pemeriksaan GCS untuk menentukan tingkat kesadaran pasien apakah compos mentis,
somnolen, stupor, atau koma
4) B4 (Bledder) Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan
intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor ada tidaknya oliguria, karena hal
tersebut merupakan tanda awal syok
5) B5 (Bowel) Pasien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan. 19
6) B6 (Bone) Dikaji adanya edema pada ekstremitas, adanya infeksi, keletihan fisik. Pada
integumen perlu dikaji adanya permukaan yang kasar, turgor kulit, keelastisan kulit,
kelembaban, mengelupas, bersisik atau pruritus, perdarahan, adanya bekas atau tanda
urtikaria atau dermatitis. Pada rambut dikaji warna rambut, kelembaban, penyebaran
rambut, dan kusam. Perlu dikaji bagaimana istirahat serta aktivitas pasien, berapa lama
pasien istirahat tidur dan berapa lama pasien beraktivitas.
7) B7 (Penginderaan)
(a) Mata: Konjungtiva tampak anemis, pupil isokor, sklera berwarna putih
(c) Hidung: Tidak terdapat sekret pada hidung klien kecuali klien dalam keadaan flu atau
bersin
(d) Mulut: Biasanya klien mengalami perasa lidah yang pahit sehingga klien tidak nafsu
makan yang mengakibatkan nafsu makan klien menurun
8) B8 (Endokrin) Pada endokrin tidak ditemukan pembesaran pada area kelenjar tiroid dan
kelenjar parotis