Anda di halaman 1dari 3

MANAJEMEN BENCANA LANJUT III

“Penanganan korban bencana di Hospital lapangan”

Dosen pembimbing: Vice Elese

Disusun oleh:

Lesmy sasmita
P05120218072
Kelas: 3B DIII Keperawatan

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
Penanganan korban bencana di Hospital lapangan

A. Definisi
Rumah sakit lapangan (RS lapangan) merupakan unit pelayanan yang diciptakan untuk
membantu fungsi pelayanan kesehatan rujukan (rawat jalan, rawat inap, UGD, kamar
operasi, laboratorium, dll) yang dilaksanakan dalam kondisi darurat. Dalam
pengorganisasian, unit pelayanan tersebut terdiri dari bagian-bagian yang saling bekerja sama
di dalam memberikan pelayanan medik dasar dan spesialistik baik untuk perorangan maupun
kelompok korban bencana.

B. Uraian tugas
Kepala rumah sakit lapangan membawahi tiga orang koordinator yang memimpin
masing-masing bagian berikut:
1. Bagian pelayanan medic dan perawatan
2. Bagian pelayanan penunjang medik
3. Bagian pelayanan umum
Penanggung jawab Kepala RS Lapangan ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota setempat.
Tugas kepala RS lapangan dan koordinator serta penanggung jawab unit yang terdapat
dalam RS lapangan dapat dilihat dalam penjelasan berikut.

C. Bentuk rumah sakit lapangan


Dalam standar WHO tidak secara spesifik disebutkan bentuk rumah sakit lapangan, tapi berdasar
standar minimum kapasitas layanan. Ada empat tipe layanan Emergency Medical Team (EMT).
1. Tipe 1 adalah layanan pasien rawat jalan yang mampu melakukan layanan kesehatan non-operatif
kepada minimal 100 pasien per hari, bekerja pada jam kerja, bisa dalam bentuk mobile atau
stationary.
2. Tipe 2 adalah layanan bedah dan 7 tempat tidur rawat inap yang bekerja 24 jam sehari, mampu
melakukan 7 bedah mayor atau 15 bedah minor per harinya.
3. Tipe 3 adalah layanan rujukan yang memiliki fasilitas lengkap seperti bedah kompleks, dan 4-6
tempat tidur ICU dengan 24 jam kerja. Selain 3 tipe layanan tersebut, ada layanan khusus yang
disebut Specialist Cell yang merupakan supplementary terhadap EMT Tipe 2, Tipe 3, atau rumah
sakit lokal misalnya layanan luka bakar, hemodialisis dan crush syndrome, bedah wajah, bedah
orthoplastic, dan lainnya. (WHO, 2013)

D. Penanganan korban
1. Triage: Dengan menempatkan pasien sesuai dengan kondisinya, seperti
merah, kuning, hijau dan hitam.
2. Ruang tindakan:
 Ruang tindakan merah jika tidak mampu di terima di ruang gawat darurat
maka penting dicarikan dan disiapkan tempat lain yang berdekatan
dengan ruang gawat darurat, serta alur ke kamar operasi juga disiapkan
agar lebih gampang dan tidak berjauhan.
 Ruang tindakan kuning diharapkan juga bisa berdekatan dengan
ruang tindakan merah
 Ruang tindakan hijau jika tidak ada ruangan maka dapat dialokasikan di
lapangan parkir
 Sedangkan untuk yang hitam sedapat mungkin alurnya tidak melalui
ruangan dalam rumah sakit , jadi melalui luar yang langsung menuju kamar
jenazah
3. Kamar operasi: Peralatan kamar operasi diharapkan selalu dalam keadaan
baik dan siap pakai
 Ruang isolasi
 Ruang perawatan (intensive care, intermediate, bangsal)
 kamar jenazah

referensi:

Widyastuti, Palupi. 2008. Pedoman Pengelolaan Rumah Sakit Lapangan untuk


Bencana. Jakarta: Menteri Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai