PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Klimakterium adalah masa transisi yang berawal dari akhir tahap
reproduksi dan berakhir pada awal senium, terjadi pada wanita usia 35
– 65 tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan
endokrinologis dan vegetatif. Keluhan tersebut terutama disebabkan
oleh menurunnya fungsi ovarium. Gejala menurunnya fungsi ovarium
adalah berhentinya menstruasi pada seorang wanita yang dikenal
sebagai menopause. Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis
yang disebabkan oleh menuanya ovarium yang mengarah pada
penurunan produksi hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan
dari ovarium. Kekurangan hormon ini menimbulkan berbagai gejala
somatik, vasomotor, urogenital, dan psikologis yang mengganggu
kualitas hidup wanita secara keseluruhan (Chuni dkk, 2011). Pada
akhir abad ini Indonesia telah ditemukan sebanyak 8-10% lansia
dimana jumlah wanita lebih banyak di bandingkan dengan jumlah laki-
laki. Sekitar separuh dari semua wanita berhenti menstruasi antara usia
45-50 tahun seperempat lagi akan terus menstruasi sampai melewati
sebelum usia 45 tahun (kuswita, 2012). Keluhan-keluhan klimakterik
yang dapat timbul pada masa klimakterium adalah panas pada kulit
(hot flushes), keringat pada malam hari, kelelahan, sakit kepala,
vertigo, jantung berdebar-debar, berat badan bertambah, sakit dan
nyeri pada persendian, osteoporosis, kekeringan kulit dan 2 rambut,
kulit genitalia dan uretra menipis dan kering (Hillegas, 2005). Selain
itu juga terdapat gejala psikis yang muncul pada masa klimakterium,
yaitu mudah tersinggung, depresi, gelisah, mudah marah, dan
sebagainya (Baziad, 2003). Aktivitas fisik yang cukup dapat
mengurangi keluhan-keluhan yang terjadi pada wanita menopause
(WHO, 2007). Yoga dapat menyeimbangkan perubahan hormonal,
mengurangi keluhan fisik dan psikis, memperkuat tulang dan
mencegah kerapuhan tulang, mencegah penyakit jantung, serta
1
meningkatkan daya tahan tubuh (Francina, 2003). Menurut Nina
(2007), secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan kapasitas
aerobik, kekuatan, flexibilitas, dan keseimbangan. Secara psikologis,
olahraga dapat meningkatkan mood, mengurangi risiko pikun, dan
mencegah depresi. Secara sosial, olahraga dapat mengurangi
ketergantungan pada orang lain, mendapat banyak teman dan
meningkatkan produktivitas. Dari latar belakang di atas maka peneliti
tertarik untuk mengetahui Hubungan antara Aktifitas Fisik tingkat
keluhan Klimakterium pada wanita usia 45-65 tahun Di Desa
Tlingsing, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten.
2. Tujuan
Mengetahui Problematika kesehatan wanita tentang Hubungan
Aktifitas Fisik dengan tingkat keluhan Klimakterium pada wanita
3. Manfaat
2. Manfaat Praktik
2
B. TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
2. Etiologi
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi
berbagai perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti
sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan
menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen,
gangguan umpan balik pada hipofise.
3. Klasifikasi
1. Pra menopause adalah kurun waktu 4-5 tahun sebelum menopause.
2. Menopause adalah henti haid seorang wanita.
3. Pasca menopause adalah kurun waktu 3-5 tahun setelah
menopause.
4. Tanda dan gejala
1. Pramenopause : perdarahan tidak teratur, seperti oligomenore,
polimenore, dan hipermenore.
3
2. Gangguan nerovegetatif : gejolak panas ( hotflushes), keringat
banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan
darah yang goyah, jari-jari atrofi, gangguan usus ( meteorismus ).
3. Gangguan psikis : mudah tersinggung, lekas lelah, semangat
berkurang, susah tidur.
4. Gangguan organik : infark miokard aterosklerosis, osteosklerosis,
osteoporosi, afipositas, kolpitis, disuria, dispareumia artritis, gejala
endokrinium berupa hipertirosis defeminisasi, virilasi dan gangguan
libido.
5. Patofisiologi
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan
ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, sehingga
terganggunya interaksi antara hipotalamus – hipofise. Pertama-tama
terjadi kegagalan fungsi luteum . Kemudian turunnya fungsi steroid
ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif
terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan
LH. Dari kedua gonadoropin itu, ternyata yang paling mencolok
peningkatannya adalah FSH.
6. Factor resiko
4
6. Pengangkatan kedua ovarium
7. Pathway
5
8. Penatalaksanaan
· Menghindari merokok.
2. Olahraga
a. Menguatkan tulang
b. Meningkatkan kebugaran
6
3. Terapi penggantian hormon (HRT)
9. Pencegahan
1. Pengaturan makanan ( rendah lemak / kolesterol, cukup vitamin
A, C, D, E dan cukup serat ).
2. Mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen : a.
Isiflavon, terdapat pada kacang-kacangan, b. Lignan; terdapat
pada padi, sereal dan sayur-sayuran, c. Caumestran ; terdapat
pada daun semanggi. Mengkonsumsi makanan dengan kadar gula
rendah dan tidak berlebihan.
3. Tambahan Asupan Kalsium 1000-15000 mg / hari dan vitamin D.
4. Kontrol rutin 1 tahun sekali ( Pap Smear ).
10. Komplikasi
7
Keluhan yang mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah
meliputi : kulit terasa kering, keriput dan longgar dari ototnya oleh
karena turunnya sirkulasi menuju kulit, badan terasa panas termasuk
wajah, terjadi perubahan sirkulasi pada wajah yang dapat melebar ke
tengkuk (hot flushes), mudah berdebar – debar terjadi tekanan darah
tinggi yang berlanjut ke penyakit jantung koroner. (Manuaba, 1999)
2. Masalah urogenital
3. Osteoporosis
4. Dimensia
8
C. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
1. Identitas
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi identitasnya yang
meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,
dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh haid tidak teratur sejak 3 bulan, jantung tersa bedebar-
debar, sakit kepala dan nyeri saat buang air kecil.
3. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh haid tidak teratur sejak 3 bulan, disertai dengan
perasaan tidak enak, seperti rasa hangat yang menyebar dari badan ke
wajah (hot flushes), merasa nyeri di sekitar vagina bila berhubungan
sehingga ia sering menolak bila diajak berhubungan oleh suaminya.
B. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Klien tidak pernah mengalami kelainan haid (seperti dysmenarhoe,
menoraghi, metrorhagia, dll.), penyakit kelamin, tumor, dll.
2) Klien pertama kali haid (menarche) pada umur 14 tahun.
3) Klien tidak pernah abortus/keguguran
4) Riwayat Obstetrik
G :5
P :5
A :-
H :3
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit kelamin, tumor pada
organ genetalia.
D. Riwayat Psikospritual
1) Klien merasa cemas dan selalu menanyakan keadaannya apa
mungkin ia hamil lagi atau apa ia sudah menopause.
9
2) Harapan klien: klien berharap dapat mengetahui penyebab haid
tidak teratur.
3) Konsep diri: klien merasa malu bila ia hamil lagi, tapi bila ia hanya
menopause, ia dapat menerima keadaannya karena ia memang
sudah tua.
4) Hubungan dengan keluarga: baik, klien tinggal bersama suami,
anak-anaknya telah menikah semuanya, keluarga sering
menjenguknya terutama pada hari raya.
5) Hubungan dengan masyarakat: baik, klien sering ikut dalam
kegiatan masyarakat di sekitar rumahnya.
6) Kegiatan keagamaan: klien rajin shalat 5 waktu, sering ikut
pengajian di mesjid dekat rumahnya.
E. Kebutuhan dasar
1) Pola makan
Klien makan 3 x sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk, buah,
nafsu makan baik, makanan yang disukai nasi goreng
2) Pola minum
Klien minum ± 6 – 8 gelas/hari (1500 – 2000 cc) dengan minuman
kesukaan teh.
3) Pola eliminasi
a. Eliminasi miksi
Klien miksi lancar dengan frekuensi ± 4 – 5 x/hari (± 1000 –
1500 cc).Tidak ada kelainan saat klien miksi.
b. Eliminasi defekasi
Klien defekasi 1x/hari, konsistensi lunak, tidak ada keluhan
sakit saat defekasi.
4) Pola tidur
Klien tidur malam pukul 21.00 – 05.00
Klien tidur siang pukul 13.00 – 15.30
10
Klien mengalami kesulitan tidur, yaitu klien sering terbangun dan
tidak dapat tidur nyenyak karena hot flash ( perasaan panas dan
berkeringat )
1. Tanda-tanda vital
TD, Pernfasan, Nadi, Suhu
2. Kepala
a. Bentuk dan kebersihan kulit
b. Karak teristik rambut
c. Keluhan yang dirasakan pada kepala apakah ada edema di
kepala
3. Mata
a. Konjungtiva: anemis kiri dan kanan
b. Reaksi terhadap cahaya: apakah reaksi positif/negative
c. Fungsi penglihatan: apakah normal
d. Rasa sakit: apakah terasa sakit saat penglihatan
e. Sklera: apakah ikterik kiri dan kanan
4. Hidung
a. Reaksi alergi : apakah terdapat reaksi alergi
b. Kesulitan dalam penciuman: apakah ada kesulitan dalam
penciuman
c. Polip : apakah terdapat polip
5. Mulut, tenggorokan dan leher
a. Gigi: kebersihan gigi
b. Bentuk dan keadaan lidah: bagaimana bentuk dan
kebersihan lidah
c. Kesulitan menelan: apakah ada kesulitan untuk menelan
d. Mukosa bibir: apakah bibir klien tampak kering.
11
6. Paru
a. Inspeksi: melihat pergerakan dada simetris atau tidak,
frekuensi pernafasan, bentuk dada dan apakah
menggunakan otot bantu atau tidak.
b. Palpasi: apakah fremitus taktil simetris kiri dan kanan
c. Perkusi: apakah sonor atau hipersonor
d. Auskultasi: bagaimana bunyi nafas dan apakah ada
wheezing.
7. Jantung
a. Inspeksi: melihat denyut ictus kordis
b. Palpasi: untuk merasakan denyut iktus kordis dan apakah
ada nyeri tekan atau tidak
c. Perkusi: untuk menentukan batas jantung baik kiri, kanan,
atas dan bawah
d. Auskultasi: mendegarkan bunyi jantung, apakah teratur atau
tidak, apakah ada bunyi tambahan atau mur-mur.
8. Abdomen
a. Inspeksi: apakah permukaan perut pada keadaan datar
b. Auskultasi: berapa frekuensi bising usus
c. Palpasi: apakah ada nyeri tekan dan edema
d. Perkusi: apakah ada kembung atau disteri abdomen
9. Nutrisi
a. BB: bagaimana berat badan sebelum dan saat sakit
b. Jenis diet: ML TKTP
c. Nafsu makan: bagaimana nafsu makan klien
d. Intake cairan: bagaimana pemenuhan cairan
10. Eliminasi
a. BAB
a. Frekuensi: berapa kali frekuensi BAB
b. Warna: bagaimana warna BAB
c. Keluhan saat BAB: apakah ada keluhan saat BAB
12
b. BAK
a. Frekuensi: berapa kali klien BAK/hari
b. Warna: bagaimana warna BAK klien
c. Kesulitan BAK: apakah ada kesulitan saat BAK
d. Alat bantu BAK: apakah menggunakan alat bantu seperti
kateter
e. Keringat: apakah klien mengeluarkan keringat berlebihan
11. Genetalia dan anus
a. Palpasi: apakah terdapat benjolan (hemoroid)
b. Inspeksi: apakah terlihat membesar
12. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas atas
a. Inspeksi: bagaimana pergerakan lengan dan kekuatan otot
b. Palpasi: apakah ada nyeri tekan atau benjolan
c. Motorik: mengamati besar dan bentuk otot
d. Reflek: memulai reflek fisiologi
e. Sensori: apakah dapat membedakan nyeri dan sentuhan
Ekstremitas bawah
a. Inspeksi: bagaimana pergerakan kaki
b. Palpasi: apakah ada nyeri dan benjolan
c. Motorik: mengamati besar dan bentuk otot
d. Reflek: memulai reflek fisiologi
e. Sensori: apakah dapat membedakan nyeri dan sentuhan
13. Integumen
a. Inspeksi: Bagaimana warna kulit dan apakah terdapat bintik
merah.
b. Palpasi: Apakah turgor kulit lembab atau kering
13
2. Diagmosa keperawatan
1. Difungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur fungsi
seksual
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hot flash
3. Defisit pengatahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
14
e. Intervemsi keperawatan
15
seksual tidak perubahan struktur 1x24 jam Fungsi seksual - Identifikasi kesiapan dan
memuaskan fungsi seksual membaik kemampuan menerima informasi
2. Mengeluhkan hasrat dibuktikan dengan Dengan Kriteria Hasil : Terapeutik :
seksual menurun merasa hubungan 1. Kepuasan hubungan - Sediakan materi dan media
3. Mengungkapkan seksual tidak seksual meningkat pendidikan kesehatan
fungsi seksual memuaskan, 2. Verbalisasi peran - Jadwalkan pendidikan kesehatan
berubah mengeluhkan hasrat seksual berubah sesuai kesepakatan
4. Mengeluh nyeri saat seksual menurun, membaik - Berikan kesempatan untuk
berubungan seksual mengungkapkan fungsi 3. Verbalisasi fungsi bertanya
seksual berubah, seksual berubah Edukasi :
mengeluh nyeri saat membaik - Jelaskan anatomi dan fisiologi
berubungan seksual 4. Keluhan nyeri saat sistem reproduksi laki-laki dan
berhubungan seksual perempuan
menurun - Jelaskan perkembangan seksualitas
5. Keluhan hubungan sepanjang siklus kehidupan
seksual terbatas
menurun
3 1. Klien menanyakan Defisit pengatahuan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
masalah yang D.0111 berhubungan dengan L.12111 tindakan keperawatan I.12383 Observasi :
dihadapinya kurang terpapar 1x24 jam Tingkat - Identifikasi kesiapan dan
2. Klien menunjukkan informasi dibuktikan pengetahuan meningkat kemampuan menerima informasi
perilaku tidak sesuai Dengan Kriteria Hasil : Terapeutik :
dengan klien
anjuran 1. Perilaku sesuai - Sediakan materi dan media
menanyakan masalah
3. Menunjukkan anjuran meningkat pendidikan
yang dihadapinya. klien
persepsi yang keliru 2. Kemampuan - Berikan kesempatan untuk
menunjukkan perilaku
terhadap masalah menjelaskan bertanya
tidak sesuai anjuran,
pengetahuan tentang - Jadwalkan pendidikan sesuai
menunjukkan persepsi
suatu topik membaik kesepakatan
yang keliru terhadap
3. Perilaku sesuai Edukasi :
masalah
dengan pengetahuan - Jelaskan faktor risiko yang dapat
membaik memepengaruhi kesehatan
16
4. Pertanyaan tentang - Ajarkan strateri yang dapat
masalah yang digunakan untuk meningkatkan
dihadapi membaik pengetahuan
5. Presepsi yang keliru
terhadap masalah
membaik
17
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Tingkat kecemasan menopause pada wania yang menghadapi
masa menopause ( pra menopause ) lebih tinggi dibandingkan
dengan kecemasan pada wanita pasca menopause
2. Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi kecemasan pada
masa menopause , yaitu factor fisi, model koqnitif, pengetahuan
tentang menopause, dukungan social keluarga, kebudayaan dan
factor religious.
2. Saran
1. Institusi Pendidikan
2. Profesi Keperawatan
Profesi keperawatan dapat memberikan penyuluhan yang lebih
intensif tentang berbagai hal yang berkaitan dengan sindrom
klimakterium kepada masyarakat sehingga masyarakat lebih tahu
dan memahami mengenai sindrom klimakterium ini. Penyuluhan
oleh tenaga kesehatan ini dapat 47 dilakukan dengan ikut
bergabung dalam perkumpulan masyarakat yang telah ada seperti
kelompok PKK, Dawis dan pengajian ibu-ibu.
3. Masyarakat
18
pengetahuan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
sindrom klimakterium terutama gejala-gejala yang timbul pada
masa ini. Sehingga dengan pengetahuan yang baik akan
meningkatkan penerimaan diri dan mengurangi tingkat kecemasan
ibu mengenai sindrom klimakterium ini. Masyarakat diharapkan
dapat memberikan dukungan kepada anggotanya yang memasuki
masa klimakterium dengan menciptakan suasana yang harmonis
sehingga ibu klimakterium merasa mendapatkan dukungan
sehingga mampu memasuki fase ini dengan baik yang tidak
berkembang pada gangguan kejiwaan.
19