Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

MATEMATIKA MATERI PECAHAN SEKOLAH DASAR

ARTIKEL
Diajukan guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh
Yuyun Rahayu
NIM 1652000207

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2020

i
PERSETUJUAN

Judul Artikel : Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita


Matematika Materi Pecahan Sekolah Dasar

Nama : Yuyun Rahayu

NIM : 1652000207

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Telah diperiksa dan disetujui Dosen Pembimbing untuk dipertahankan dihadapan Dewan
Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo.

Pada hari : Selasa

Tanggal : 21 Juli 2020

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Pranowo N. S, M.H Paradika Angganing, M.Pd.

NIP. 19550712 198303 1 002 NIP. 19871215 201402 2 199

ii
PERNYATAAN KEASLIAN ARTIKEL

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Yuyun Rahayu

NIM : 1652000207

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Artikel : Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita


Matematika Materi Pecahan Sekolah Dasar

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa artikel tersebut merupakan hasil karya tulis ilmiah
saya dan bukan merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik
oleh pihak lain. Adapun pendapat atau karya tulis pihak lain yang dikutip dalam artikel ini
ditulis dengan penuh tanggung jawab dan saya siap menerima konsekuen siapapun sesuai
dengan aturan yang berlaku apabila dikemudian hari diketahui bahwa pernyataan ini tidak
benar.

Dibuat di :

Pada Tanggal :

Yang Menyatakan,

Yuyun Rahayu

NIM 1652000207

iii
PENGESAHAN

Judul : Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita


Matematika Materi Pecahan Sekolah Dasar

Nama : Yuyun Rahayu

NIM : 1652000207

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo dan diterima untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Dewan Penguji Artikel :

1. Nuratri Kurnia Sari, M.Pd. (……………………..)


Ketua/Sekretaris
2. Drs. Pranowo N. S, M.H. (……………………..)
Penguji I
3. Paradika Angganing, M.Pd. (……………………..)
Penguji II

Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan,

Drs. Toni Harsan, M.H.


NIP. 19600623 198703 1 002

iv
MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari
suatu urusan), tetap bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah
engkau berharap” (QS. Al Insyirah ayat 6-8).

v
PERSEMBAHAN

Artikel ini penulis persembahkan kepada:


1. Orang tua tercinta, Bapak Warji dan Ibu
Sumiatun yang telah memberikan kasih
sayang, materi, semangat, bantuan, dukungan
dan limpahan doa.
2. Adik Kandung Rosyid Alamsyah yang selalu
memberi kasih sayang dan semangat.
3. Almamater Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo.

KATA PENGANTAR
vi
Segala puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan artikel ini dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan artikel ini dibutuhkan perjuangan keras dan

tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta motivasi dari pihak lain. Oleh karena itu

penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga

penulisan artikel ini dapat selesai. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Toni Harsan, M.H., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, yang telah memberi izin dan kesempatan

melakukan pelaksanaan penulisan artikel ini.

2. Tri Sutrisno, S.Pd.,M.Or., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yang

telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyusun artikel ini.

3. Drs. Pranowo N. S, M.H., Pembimbing I, yang penuh keikhlasan dan kesabaran

membimbing penulis menyelesaikan penulisan artikel ini.

4. Paradika Angganing, M.Pd., Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan

mengarahkan dengan sabar hingga terselesaikannya artikel ini.

Semoga kebaikan dan segala amal semua pihak dibalas oleh Allah SWT. Mudah-

mudahan hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan para pembaca pada

umumnya.

Sukoharjo, Juli 2020

Penulis

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

vii
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran
Bangun Nusantara Sukoharjo, saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Yuyun Rahayu

NIM : 1652000207

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jenis Karya : Artikel

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Hak Bebas Royalty Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah yang
berjudul: Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
Materi Pecahan Sekolah Dasar.
Dengan hak Bebas Royalty Noneksklusif ini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di :
Pada tanggal :
Yang Menyatakan,

Yuyun Rahayu
NIM 1652000207

DAFTAR ISI

viii
HALAMAN
JUDUL.......................................................................................................................i
PERSETUJUAN........................................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN ARTIKEL..................................................................iii
PENGESAHAN.........................................................................................................iv
MOTTO......................................................................................................................v
PERSEMBAHAN......................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...............................................................................................vii
PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................................................................viii
DAFTAR ISI..............................................................................................................ix
ABSTRAK.................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................3
METODE PENELITIAN...........................................................................................11
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................13
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20

ix
ABSTRAK

Yuyun Rahayu. NIM 1652000207. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Matematika Materi Pecahan Sekolah Dasar. Pembimbing I Drs. Pranowo N S, M.H
dan Pembimbing II Paradika Angganing, M.Pd. Artikel. Sukoharjo: Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Veteran Bangun Nusantara, Sukoharjo. Juli 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (a) Kesalahan-kesalahan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan yang dialami siswa Sekolah
Dasar, (b) Faktor penyebab kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika materi pecahan yang dialami siswa Sekolah Dasar, (c) Solusi untuk
meminimalisir kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan
yang dialami siswa Sekolah Dasar. Penelitian ini adalah hasil penelitian studi pustaka
(library research). Data penelitian ini diperoleh dari beberapa buku atau hasil penelitian yang
mengungkapkan tentang kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika materi pecahan di SD. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik
deskriptif analitis.
Berdasarkan kajian teori dan pembahasan menunjukkan bahwa: (1) Kesalahan-
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan yang dialami
siswa SD yaitu kesalahan membaca, kesalahan memahami masalah, kesalahan transformasi,
kesalahan proses perhitungan, dan kesalahan penulisan jawaban. (2) Faktor penyebab
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan yang dialami
siswa SD yaitu kesulitan memahami masalah, tidak memahami konsep dan operasi pecahan,
lupa serta tidak diteliti. (3) Solusi untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan yang dialami siswa SD antara lain
memperbanyak latihan mengerjakan soal cerita, membuat soal cerita dengan bahasa yang
komunikatif, menerapkan pembelajaran kooperatif, dan memberi penjelasan menggunakan
alat peraga konkret.
Kata Kunci : Kesalahan siswa, soal cerita matematika, pecahan.

ABSTRACT
Yuyun Rahayu. NIM 1652000207. The Analysis of fraction mathematic problem of Student
eror in Elementary School. Supervisor I Drs. Pranowo N S, M.H and Advisor II Paradika
Angganing, M.Pd. Article. Sukoharjo: Elementary School Teacher Education Study
Program, Faculty of Teacher Training and Education, Veterans University Bangun
Nusantara, Sukoharjo. July 2020.
This aims: (a) Students' eror in completing mathematics story problem questions, (b)
The Factors of students' eror in solving fractional mathematical story, (c) The Solutions for
minimize the eror. This research is a literature study (library research). The data is
collecting from several books or research results which revealed the students' eror in
fraction mathematical problems. This research was analyzed using descriptive analytical
techniques.
Based on a review and discussion, they shows that: (1) The students’ eror are reading
errors, problem solving errors, transformation errors, calculation process errors, and error
answering answers. (2) The Factors of students ‘eror are problem solving, not understanding
the concepts and operations of fractions, forgetting also does not work. (3) The solutions to
minimize student mistakes in solving mathematical story problems in fractional material
experienced by elementary students include multiplying exercises to work on story problems,

1
in communicatige language, implementing cooperative learning and giving explanations
using concrete teaching aids.
Keywords: Students mistakes, mathematical stories questions, fractions

2
PENDAHULUAN

Peran pendidikan sangat penting bagi bangsa Indonesia, terutama dalam era
globalisasi yang serba modern seperti ini. Pendidikan berperan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan memberikan pengetahuan dan wawasan luas bagi bangsa Indonesia dalam
menghasilkan penerus yang berkualitas dalam aspek akademik. Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Penyelenggaraan pendidikan salah satunya untuk meningkatkan mutu pendidikan
melalui proses pembelajaran meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditujukan untuk menghasilkan siswa yang
mempunyai kualitas akademik serta budi pekerti yang baik untuk dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan, siswa dapat mengembangkan potensi pada dirinya
sehingga dapat bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil di masa mendatang.Salah
satu bentuk dari pendidikan dasar adalah sekolah dasar. Pengetahuan dasar yang diperoleh
siswa di sekolah dasar menjadi landasan pengetahuan yang akan dikembangkan di jenjang
selanjutnya. Salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang tercantum dalam KTSP adalah
mata pelajaran matematika. Dalam BSNP (2006: 147) dijelaskan bahwa mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali
siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Namun, dengan tujuan yang
sangat baik tersebut, sampai saat ini matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang
sulit dan tidak menyenangkan oleh banyak siswa, bahkan sejumlah siswa menganggap
matematika sebagai hal yang menakutkan. Pandangan tersebut kemudian menyebabkan siswa
mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Kesulitan belajar matematika yang dihadapi
siswa ditandai dalam beberapa kekeliruan umum dalam mengerjakan soal matematika, yaitu
kekeliruan dalam memahami simbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan proses yang
keliru, dan tulisan yang tidak dapat dibaca (Abdurrahman, 2012: 213). Oleh karena itu, untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika, perlu diwujudkan pembelajaran

3
matematika yang menyenangkan dalam berbagai materi. Pendapat BSNP (2006: 147) dan
(Abdurrahman, 2012: 213) sejalan dengan penelitian oleh Zakiyah (2017: 5-10) bahwa
kesalahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan
meliputi kesulitan dalam menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan, menuliskan
rancangan penyelesaian masalah, memecahkan masalah, dan menuliskan kesimpulan dari
pertanyaan.
Pendidikan matematika memiliki peranan penting karena matematika merupakan ilmu
luas yang terdapat dalam segala aspek kehidupan. Melalui pendidikan matematika siswa
diharapkan dapat menjadi manusia yang dapat berpikir secara logis, teliti, cermat, kritis,
kreatif, inovatif, imajinatif, serta pekerja keras, dengan beberapa harapan tersebut pendidikan
matematika menjadi aspek pendidikan yang amat penting demi ketercapaian kemajuan
pendidikan di Indonesia. Dalam dunia pendidikan saat ini, khususnya untuk tingkatan sekolah
dasar, hampir semua sekolah menggunakan kurikulum 2013, dimana soal cerita pada mata
pelajaran matematika tak asing lagi untuk siswa sekolah dasar tersebut. Soal cerita menuntut
siswa untuk dapat berpikir kritis karena siswa diminta untuk dapat menganalisis soal dengan
baik, bagaimana cara pemecahan masalahnya atau solusi maupun jawabannya. Sehingga itu,
tak jarang siswa melakukan kesalahan-kesalahan dalam menjawab soal atau masalah yang
diberikan. Hal ini sejalan dengan temuan pada penelitian Juliyanti (2016: 121) yang
menyatakan bahwa siswa paling banyak melakukan kesalahan dalam memahami masalah saat
mengerjakan soal cerita. Oleh karena itu, banyak siswa yang memiliki nilai yang rendah.
Sesuai dengan pendapat Lusiana (2017: 25) bahwa dengan adanya kesalahan yang dilakukan
siswa dapat menimbulkan penurunan nilai pada mata pelajaran matematika.
Pendapat Uno (2014: 129) matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat
pikir berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis yang unsur-unsurnya
logika dan intuisi, analisis, dan kontruksi, generalitas dan individualitas, serta mempunyai
cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Berdasarkan BSNP
(2006: 148) mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
pemecahan masalah, 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika, 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh, 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

4
untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Selain
tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran matematika di sekolah dasar juga harus memiliki
ruang lingkup yang jelas, mengingat matematika memiliki ruang lingkup yang sangat luas.
Berdasarkan BSNP (2006: 148) mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI
meliputi meliputi tiga aspek, yaitu bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data.
Selanjutnya, dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika di
sekolah dasar, dijabarkan lagi masing-masing dari ruang lingkup tersebut, yakni sebagai
berikut: (1) Aspek bilangan, yang mencakup menggunakan bilangan dalam pemecahan
masalah, menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah, menggunakan
konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan masalah, menentukan sifat-sifat
operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah, melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah; (2) Aspek geometri dan pengukuran, yang
mencakup mengenal bangun datar dan bangun ruang serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah sehari-hari, melakukan pengukuran, menentukan unsur bangun datar dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah, melakukan pengukuran keliling dan luas
bangun datar dan menggunakannya dalam pemecahan masalah, melakukan pengukuran,
menentukan sifat dan unsur bangun ruang, menentukan kesimetrian bangun datar serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah dan mengenal sistem koordinat bangun datar;
dan (3) Aspek pengolahan data yang mencakup mengumpulkan, menyajikan, dan
menafsirkan data. Pendapat Uno (2014: 129) dan BSNP (2006: 148) sejalan dengan
penelitian dari Juliyanti (2016: 121) bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika siswa membutuhkan waktu yang sangat lama dalam menyelesaikan soal bentuk
cerita.
Sedangkan, James (dalam Titikusumawati, 2014: 14) menjelaskan bahwa matematika
adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan lainnya. Lebih lanjut, Ismail (dalam Hamzah dan Muhlisarini,
2014: 48) menjelaskan bahwa matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan
perhitungannya, membahas masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari
hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan angka-angka, perhitungan, bentuk, dan pola yang

5
diperoleh dengan menggunakan logika atau bernalar dan digunakan untuk memecahkan
masalah. Pendapat James (dalam Titikusumawati, 2014: 14) dan Ismail (dalam Hamzah dan
Muhlisarini, 2014: 48) sejalan dengan penelitian dari Zakiyah (2017: 5-10) bahwa kesalahan
yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan meliputi
kesulitan dalam menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan,menuliskan rancangan
penyelesaian masalah, memecahkan masalah, dan menuliskan kesimpulan dari pertanyaan.
Selama ini pandangan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sangat
menakutkan masih belum berubah. Hal ini karena siswa banyak mengalami kesulitan untuk
mempelajari yang objek kajiannya abstrak. Pendapat dari Jan & Rodrigues (2012: 152-160),
A student’s Difficulties In Comprehending Mathematical Word Problem In English
Language Learning Contexts hasilnya kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam proses
pemecahan masalah sumber utamanya adalah mengubah kata-kata tertulis dalam operasi
matematika dan simbolisasinya. Kesulitan pemecahan masalah aljabar menjadi lebih sulit
bagi siswa dalam memahami dan menyelesaikan masalahnya apabila dikaitkan dengan soal
cerita. Kesulitan belajar matematika yakni suatu kondisi dalam pembelajaran matematika
yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar
matematika sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Reid (dalam Jamaris, 2015: 186-187) mengemukakan bahwa karakteristik anak yang
mengalami kesulitan belajar matematika ditandai oleh ketidakmampuannya dalam
memecahkan masalah pada aspek-aspek berikut: (1) Menempatkan satuan, puluhan, ratusan
atau ribuan dalam operasi hitung penjumlahan dan pengurangan; (2) Kesulitan dalam
persepsi visual dan persepsi auditori; dan (3) Kesulitan dalam pemahaman terhadap
pengelompokkan. Pendapat Jan & Rodrigues (2012: 152-160) dan Reid (dalam Jamaris,
2015: 186-187) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marselina, Tiurlina, Neneng
Sri Wulan (2019: 631) bahwa kesalahan siswa dalam menghadapi materi soal cerita
matematika dapat dilihat dari waktu penyelesaiannya, siswa lebih lama dalam mengerjakan
soal cerita.
Pembelajaran matematika tidak pernah terlepas dengan materi operasi hitung, baik
operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun pembagian, semua itu salah satunya
terkait dengan materi operasi pecahan. Pendapat Jamal (2014: 20) Kesulitan atau kendala
belajar yang dialami siswa dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, faktor internal
adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya, kesehatan, bakat minat, motivasi,
intelgensi, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari
luar diri siswa misalnya dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan

6
masyarakat. Kesulitan siswa dalam belajar matematika adalah kesulitan konsep. Hal ini
sesuai dengan pendapat Tall & Razali (1993: 202-209) menyatakan bahwa kesalahan siswa
dalam mengerjakan soal matematika siswa banyak mengalami kesalahan konsep dan
pemahaman dalam belajar. Ada tiga hal yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam
belajar matematika diantaranya adalah persepsi (perhitungan matematika), intervensi dan
ekstrafolasi pelaksanaan proses belajar akan sangat menentukan sejauh mana keberhasilan
yang harus dicapai oleh suatu mata pelajaran matematika. Pendapat Jamal (2014: 20) dan Tall
& Razali (1993: 202-209) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afifah (2018: 50)
bahwa kesalahan siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika adalah sering melakukan
kesalahan dalam memahami kalimat dan saat menyamakan penyebut. Biasanya siswa
membutuhkan waktu yang sangat lama dalam memahami dan menyelesaikan yang berbentuk
cerita soal dan dalam menyelesaikan menghitung angka.
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang telah diberikan mulai dari tingkat
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pembelajaran matematika terdapat materi yang
mempelajari tentang operasi hitung. Pecahan tidak pernah lepas dari operasi hitung baik
penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian. Materi pecahan telah diterapkan
siswa dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu dalam hal bagi-membagi suatu
barang. Pecahan juga merupakan salah satu materi pelajaran yang sangat berperan sebagai
dasar hitung matematika. Oleh karena itu, siswa harus dapat memahami dan menguasai
materi pecahan. Penguasaan siswa dalam materi pecahan dapat menjadi bekal untuk
mempelajari materi matematika selanjutnya. Tapi jika siswa tidak memahami materi pecahan,
maka kemungkinan besar siswa akan mengalami kesulitan dalam mempelajari materi
matematika selanjutnya. Pembelajaran pecahan di sekolah dasar, yaitu mencakup materi
menyederhanakan berbagai bentuk pecahan, operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan,
dan soal cerita. Ketidakpahaman siswa terhadap suatu materi pembelajaran berpengaruh pada
hasil belajar siswa, oleh karena itu masih banyak siswa yang salah dalam mengerjakan dan
memecahkan masalah soal-soal pada materi pecahan. Materi operasi hitung pecahan
merupakan salah satu materi yang cukup rumit, sehingga peluang terjadinya kesalahan pada
siswa sangat besar terjadi. Baik itu kesalahan konsep, kesalahan prosedural, maupun
kesalahan komputasi, sesuai dengan pendapat Nasution (Fitriyani, 2009: 21-23) yang
membagi tiga jenis kesalahan yaitu: (1) Kesalahan konsep yang meliputi, kesalahan dalam
menentukan teorema/rumus, tidak menuliskan teorema/rumus dan tidak merumuskan suatu
konsep matematika dengan benar, (2) Kesalahan prosedural yang meliputi, keterkaitan
langkah-langkah, ketidakmampuan memanipulasi langkah-langkah dan tidak menggunakan

7
penalaran kesimpulan dengan benar, (3) Kesalahan komputasi yang meliputi, kesalahan
dalam komputasi, kesalahan dalam memanipulasi operasi, dan tidak memeriksa hasil
hitungannya kembali. Menurut Singh (2010: 265-267), dan Jha (2012: 18), terdapat 6 tipe
kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika berdasarkan teori
Newman, yakni:
1) Kesalahan membaca (Reading Errors)
Kesalahan membaca yakni kesalahan yang biasa dilakukan siswa saat membaca soal.
Kesalahan membaca soal (reading errors) adalah suatu kesalahan yang disebabkan karena
siswa tidak dapat membaca kata-kata atau simbol-simbol yang ada pada soal, mengerti
makna dari simbol pada soal tersebut, atau memaknai kata kunci yang terdapat pada soal
tersebut. Kesalahan membaca soal dapat diketahui melalui proses wawancara.
2) Kesalahan memahami soal (Comprehension Errors)
Kesalahan memahami masalah (comprehension errors) adalah suatu kesalahan yang
disebabkan karena siswa tidak bisa memahami arti keseluruhan dari suatu soal. Kesalahan
memahami soal dapat diidentifikasi ketika siswa salah menuliskan dan menjelaskan apa yang
diketahui dari soal tersebut, serta menuliskan dan menjelaskan apa yang ditanya dari soal
tersebut. Atau dengan kata lain kesalahan memahami masalah terjadi ketika siswa mampu
membaca permasalahan yang ada dalam soal namun tidak mengetahui permasalahan apa
yang harus ia selesaikan.
3) Kesalahan transformasi (Transformation Errors)
Kesalahan transformasi adalah suatu kesalahan yang disebabkan karena siswa tidak dapat
mengidentifikasi operasi hitung atau rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal.
4) Kesalahan proses perhitungan (Process Skill Errors)
Kesalahan perhitungan (process skill errors) adalah suatu kesalahan yang disebabkan
karena siswa tidak bisa mengetahui proses/algoritma untuk menyelesaikan soal meskipun
sudah bisa menentukan rumus dengan tepat, dan siswa juga tidak bisa menjalankan prosedur
dengan benar meskipun sudah mampu menentukan operasi matematika yang digunakan
dengan tepat. Dalam kesalahan ini, biasanya siswa mampu memilih operasi matematika apa
yang harus digunakan, tapi ia tidak mampu menghitungnya dengan tepat.
5) Kesalahan penulisan jawaban (Encoding Errors)
Kesalahan penulisan jawaban adalah kesalahan yang terjadi ketika siswa salah dalam
menuliskan apa yang ia maksudkan. Kesalahan penulisan jawaban (encodingerrors) adalah
suatu kesalahan yang disebabkan karena siswa tidak bisa menuliskan jawaban yang ia
maksudkan dengan tepat sehingga menyebabkan berubahnya makna jawaban yang ia tulis,

8
ketidakmampuan siswa mengungkapkan solusi dari soal yang ia kerjakan dalam bentuk
tertulis yang dapat diterima atau ketidakmampuan siswa dalam menuliskan kesimpulan hasil
pekerjaannya dengan tepat.
6) Kecerobohan
Kesalahan jenis ini dapat diidentifikasi jika dalam proses wawancara siswa dapat
menentukan jawaban dengan benar, meskipun dalam menjawab soal yang sama pada tes
siswa menjawab dengan salah. Pendapat Nasution (Fitriyani, 2009: 21-23) dan Jha (2012) &
Singh (2010) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningrum dan Fariz
Setyawan (2018: 318) bahwa kesalahan siswa dalam mengerjakan soal sehari-hari yang
berkaitan dengan operasi hitung pecahan adalah siswa masih kacau memahami konsep
operasi hitung dasar sehingga rumusnya menjadi tidak hafal, tidak dapat menentukan KPK,
tidak bisa menentukan nama lain dari suatu pecahan, tidak dapat menentukan kalimat
matematika dari suatu soal cerita.
Manulang (dalam Ayal, 2002: 23) mengatakan bahwa kesalahan yang dibuat siswa
ada kalanya timbul secara internal dan juga eksternal. Kondisi kognitif berkaitan dengan
kemampuan intelektual guna mencerna (memproses) materi pelajaran yang dihadapi
sedangkan hal-hal yang timbul secara eksternal ada kalanya akibat sifat, bobot, media, dan
lain-lain dalam mentransfer pengajaran kepada siswa. Faktor penyebab kesalahan adalah
sesuatu yang menyebabkan terjadinya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal ditinjau
dari pemahaman siswa terhadap konsep, prinsip, algoritma dan operasi hitung. Sebagaimana
dinyatakan oleh Brown dan Skow (dalam Lestiana, 2016: 131-139) kesalahan siswa dalam
matematika dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu; (1) Kesalahan faktual adalah kesalahan
yang dibuat oleh siswa karena mereka kurang informasi faktual, seperti identifikasi digit, (2)
Kesalahan prosedural adalah kesalahan yang disebabkan oleh ketidaktepatan dalam
menerapkan matematika prosedur, seperti penempatan desimal, (3) Kesalahan konseptual
terjadi ketika siswa memiliki kesalahpahaman tentang konsep yang terkait dengan masalah,
seperti konsep cara menambahkan dua pecahan. Pendapat Manulang (dalam Ayal, 2002: 23)
dan Brown dan Skow (dalam Lestiana, 2016: 131-139) sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suciati dan Dewi Sri Wahyuni (2018: 130) bahwa kesalahan yang dialami
siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan adalah seperti operasi
penjumlahan pecahan berikut “1/2 + 1/2 = 1/4” yang seharusnya “1/2 + 1/2 = 2/2 = 1”.
Begitupun dengan operasi perkalian pecahan, yaitu “1/2 x 1/2 = 1/2” yang seharusnya adalah
“1/2 x 1/2 = 1/4”. Siswa juga kesulitan dalam memahami kalimat soal cerita sehingga siswa
salah dalam menjawab soal tersebut.

9
Untuk mengukur kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika diberikan soal
matematika. Soal matematika ada dua jenis, yakni soal cerita dan non cerita (Rahardjo, 2011:
8). Soal cerita matematika yakni soal terapan dari pokok bahasan matematika yang
dihubungkan dengan masalah sehari-hari, hal tersebut sesuai dengan pendapat Sumarwati
(2013: 16) bahwa soal cerita yakni soal matematika yang disajikan dengan media bahasa
dengan banyak simbol dan notasi untuk menyampaikan masalah dan pemecahannya
menggunakan pola pikir atau konsep matematika. Selain itu, Rahardjo (2011: 8) juga
menyatakan pendapat yang hampir sama mengenai soal cerita, yakni soal soal matematika
yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dicari penyelesaiannya menggunakan
kalimat matematika yang memuat bilangan, operasi hitung (+, –, × , :), dan relasi (=, <, >, ≤,
≥ ). Sedangkan, soal non cerita yakni soal terapan dari pokok bahasan matematika yang tidak
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, atau dengan kata lain soal non cerita adalah soal
yang penyampainanya langsung dalam bentuk notasi simbol dan angka (Sumarwati: 2013:
26). Pendapat Christou (dalam Syafri Ahmad, 2000: 15) jenis soal cerita matematika
berdasarkan operasi hitung yang digunakan ada 3 jenis, yakni: 1) Soal cerita satu langkah
(One-step word problems) adalah soal cerita yang didalamnya mengandung kalimat
matematika dengan satu jenis operasi hitung (Penjumlahan atau pengurangan atau perkalian
atau pembagian saja), 2) Soal cerita dua langkah (Two-step word problems) adalah soal cerita
yang didalamnya mengandung kalimat matematika dengan dua jenis operasi hitung, 3) Soal
cerita lebih dari dua langkah (Multi-step word problems) adalah soal cerita yang didalamnya
mengandung kalimat matematika lebih dari dua jenis operasi hitung. Pendapat Raharjo (2011:
8), Sumarwati (2013: 26) dan Christou (dalam Syafri Ahmad, 2000: 15) sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningrum dan Fariz Setyawan (2018: 318) bahwa
kesalahan siswa dalam mengerjakan soal sehari-hari yang berkaitan dengan operasi hitung
pecahan adalah siswa masih kacau memahami konsep operasi hitung dasar sehingga
rumusnya menjadi tidak hafal, tidak dapat menentukan KPK, tidak bisa menentukan nama
lain dari suatu pecahan, tidak dapat menentukan kalimat matematika dari suatu soal cerita.
Dengan berbagai jenis kesalahan yang dapat terjadi dalam menyelesaikan soal cerita
matematika yang berkaitan dengan operasi hitung pecahan, maka kesalahan-kesalahan
tersebut perlu dianalisis untuk mengetahui kesalahan apa saja yang sering dilakukan
khususnya pada siswa Sekolah Dasar. Analisis kesalahan adalah suatu upaya untuk
mengamati, menemukan, dan mengklasifikasi kesalahan dengan aturan tertentu.
Pengklasifikasian kesalahan dalam aturan tertentu yang dimaksud adalah mengklasifikasikan
kesalahan berdasarkan jenis kesalahan yaitu kesalahan konsep, kesalahan prinsip, kesalahan

10
algoritma, kesalahan operasi hitung, dan kesalahan acak. Berdasarkan latar belakang tersebut,
perlu dilakukan analisis pustaka judul “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Matematika Materi Pecahan Sekolah Dasar”. Beranjak dari latar belakang tersebut,
dapat dirumuskan masalah (1) Apa saja kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita matematika materi pecahan siswa sekolah dasar? (2) Apa saja faktor penyebab
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan siswa sekolah
dasar? (3) Bagaimana solusi untuk meminimalisir kesalahan siswa dalam menyelesaikan
masalah soal cerita matematika materi pecahan yang dialami siswa sekolah dasar?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian studi pustaka (library research) yang menggunakan
buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai objek yang utama (Hadi, 1995: 03).
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan buku-
buku dan literatur-literatur tentang kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika materi pecahan di Sekolah Dasar. Kemudian dipilih, disajikan dan dianalisis serta
diolah supaya ringkas dan sistematis.

Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dengan mengumpulkan sejumlah buku-
buku, makalah, jurnal, lefleat, majalah yang berkaitan dengan analisis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan di Sekolah Dasar. Data yang diperoleh
berasal dari dokumen pribadi yang berupa bahan-bahan orang yang diucapkan dengan kata-
kata mereka sendiri (Furqon, 1992: 23). Sehingga pengumpulan datanya dengan cara
mengidentifikasi wacana dari buku-buku, artikel, majalah, jurnal, koran, internet (World
Wide Web), ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan analisis kesulitan belajar
matematika siswa di SD.
Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif, analisis isi, dan analsisis kritis. Analisis deskriptif yaitu analisis dengan cara
mengumpulkan serta menyusun data kemudian dianalisis. Analisis isi yaitu analisis dengan
cara memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan dari sebuah dokumen
yang telah diperoleh. Sedangkan analisis kritis sendiri yaitu analisis dengan cara menafsirkan
teks dan menyikapi makna dibalik suatu peristiwa secara ilmiah (Suswandari, 2019: 18).

11
Penelitian ini merupakan penelitian studi kepustakaan maka tidak lain memiliki
berbagai macam sumber informasi untuk mendapatkan penelitian-penelitian yang relevan dan
teori yang dapat digunakan dalam penelitian ini.
Ada beberapa macam sumber informasi digunakan peneliti sebagai bahan studi
kepustakaan diantaranya sebagai berikut:
1. Buku Cetak dan E-book
Buku cetak maupun buku elektronik (e-book) merupakan sumber informasi yang penting
karena sebagian bidang ilmu yang erat kaitannya dengan penelitian diwujudkan dalam
bentuk buku yang ditulis oleh seorang penulis yang berkompeten di bidang ilmunya.
2. Jurnal Penelitian
Dalam jurnal penelitian ini terdapat beberapa hasil penelitian sehingga dapat digunakan
sebagai acuan untuk perkembangan ilmu pengetahuan yang baru.
3. Internet
Kemajuan teknologi membawa dampak yang sangat signifikan di bidang informasi,
maka peneliti dapat langsung mengakses internet dan mendapatkan informasi yang
diinginkan dari berbagai negara dengan sangat cepat untuk mendapatkan sumber
informasi yang dapat digunakan untuk kelengkapan penelitiannya.
4. Surat Kabar dan Majalah
Media cetak ini merupakan sumber pustaka yang cukup baik dan mudah diperoleh di
mana-mana dan dapat diakses melalui internet.

Untuk memperoleh hasil yang benar dan tepat dalam menganalisis data, penulis
menggunakan teknik analisis isi. Analisis isi (Content Analysis) adalah penelitian yang
bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis dalam buku, jurnal
penelitian, maupun internet, atau tercetak di media massa.
Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, baik dari
buku, surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan dokumentasi yang lainnya
seperti jurnal penelitian dan hasil penelitian yang relevan. Sedangkan kaitannya dengan
pembahasan yaitu sebagai salah satu upaya penulis dalam memudahkan pemahaman dengan
cara menganalisis kebenarannya melalui penelitian yang relevan yang sudah ada.

12
HASIL DAN PEMBAHASAN

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang sekolah
dasar. Bukan hanya pada jenjang sekolah dasar, tetapi juga pada jenjang sekolah menengah,
baik menengah pertama maupun menengah atas. Bahkan saat ini siswa taman kanak-kanak
sudah diajarkan berhitung, yang hakikatnya berhitung merupakan bagian dari pelajaran
matematika. Matematika perlu diajarkan sejak jenjang sekolah dasar. Hal tersebut
dikarenakan matematika memiliki kegunaan dan peranan yang penting di dalam kehidupan
sehari-hari. Meskipun matematika memiliki kegunaan dan peranan yang penting dalam
kehidupan sehari-hari,banyak siswa yang menganggap bahwa matematika merupakan salah
satu mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari dan dipahami. Pemikiran siswa yang
mengganggap matematika sulit itulah yang kemudian membuat siswa mengalami kesulitan
dalam mempelajari matematika. Pecahan merupakan salah satu materi pada mata pelajaran
matematika yang diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Materi ini diajarkan sejak jenjang SD
karena memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu dalam hal
pembagian suatu barang atau makanan. Oleh karena itu pecahan memiliki kegunaan dalam
kehidupan sehari-hari, maka seyogyanya siswa dapat memahami dan menguasai materi
pecahan. Penguasaan siswa dalam materi pecahan juga akan berguna sebagai bekal untuk
mempelajari materi matematika selanjutnya. Hal demikian memiliki arti bahwa jika siswa
tidak memahami materi pecahan, maka kemungkinan besar siswa akan mengalami kesulitan
dalam mempelajari materi selanjutnya. Materi pecahan yang diajarkan dan perlu dikuasai
siswa pada jenjang SD meliputi operasi hitung pecahan, serta pemecahan masalah. Materi
pemecahan masalah pada pecahan ini biasanya diwujudkan dalam bentuk soal cerita, yang
merupakan salah satu materi yang dianggap sulit oleh banyak siswa.
Dari hasil penelitian dapat diketahui kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita matematika materi pecahan yang dialami siswa sekolah dasar yaitu kesalahan
membaca 8 kali, kesalahan memahami masalah 133 kali, kesalahan transformasi 16 kali,
kesalahan proses perhitungan 50 kali, dan kesalahan penulisan jawaban 3 kali. (Juliyanti,
2016: 69-109).
Sedangkan hasil penelitian dari Marselina, Tiurlina, Neneng Sri Wulan (2019: 635-
640) kesalahan yang dilakukan siswa kelas IV dalam mengerjakan soal cerita matematika
materi pecahan adalah 1) Kesalahan membaca sebanyak 18,1% disebabkan karena siswa
mengalami kesulitan dalam membaca. Jika siswa tidak membaca soal, berarti siswa tidak
memahami permasalahan dalam soal dan tidak bisa menyelesaikan soal cerita dengan baik

13
dan benar, 2) Kesalahan memahami masalah sebanyak 44,8% kesalahan tersebut
dikelompokkan menjadi 5 tipe kesalahan yaitu kurang lengkap dalam menuliskan hal yang
ditanyakan, keliru dalam menentukan hal yang diketahui dan ditanyakan, tidak menuliskan
keterangan diketahui dan ditanyakan, kurang lengkap dalam menuliskan hal yang diketahui,
dan kesalahan dalam menuliskan hal yang ditanyakan, 3) Kesalahan transformasi sebanyak
54,3% kesalahan transformasi dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe kesalahan, yaitu
kesalahan dalam menentukan operasi hitung, tidak mentrasformasi bilangan pecahan, tidak
menentukan operasi hitung, dan salah dalam mentransformasi bilangan, 4) Kesalahan
kemampuan proses sebanyak 75,2% disebabkan karena telah banyak siswa yang melakukan
kesalahan pada tahap sebelumnya sehingga kesalahan tersebut berpengaruh terhadap tahap
proses perhitungannya. Ketika siswa telah melakukan kesalahan pada tahap transformasi
maka otomatis siswa tidak dapat menyelesaikan proses hitung dengan benar, 5) Kesalahan
penulisan kesimpulan sebanyak 80,9% hal ini terjadi karena penulisan jawaban merupakan
tahap akhir dalam menyelesaikan soal. Pada tahap sebelumnya telah banyak siswa yang
melakukan kesalahan, sehingga menyebabkan siswa tidak dapat menemukan hasil akhirnya
dan tidak dapat menuliskan kesimpulannya.
Hal tersebut serupa dengan hasil penelitian dari Afifah (2018: 34-37) kesalahan yang
dilakukan siswa kelas V dalam mengerjakan soal cerita matematika materi pecahan yaitu: 1)
Kesalahan dalam menerima informasi yaitu kesalahan dalam memahami apa yang
ditanyakan, penyebab kesalahan tersebut adalah siswa tidak teliti dalam membaca pertanyaan
dan siswa tidak mencermati apa yang ditanyakan, 2) Kesalahan dengan konsep pecahan yaitu
kesalahan dalam menyamakan penyebut, penyebab tersebut terjadi karena siswa yang tidak
tahu cara menyamakan penyebut, 3) Kesalahan dalam menghitung, penyebab kesalahan
tersebut adalah siswa salah dalam menghitung karena siswa tidak teliti dalam menghitung
bilangan, 4) Kesalahan dalam memperhatikan simbol dalam soal, diketahui penyebab
kesalahan tersebut karena siswa tidak teliti dalam memperhatikan dan memahami simbol
dalam soal, 5) Kesalahan tidak mengerjakan soal, diketahui penyebab kesalahan tersebut
karena siswa tidak tahu cara mengerjakan dan waktu sudah hampir habis. Jadi soal tersebut
tidak dikerjakan.
Sementara hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zakiyah (2017: 5-10) kesalahan-
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan adalah (1)
Kesalahan memahami masalah (Comprehension Errors) terjadi karena ketidakmampuan
siswa dalam mengetahui hal-hal yang ditanyakan dan hal-hal yang diketahui. Pada penelitian
ini kesalahan memahami masalah terjadi karena siswa tidak menyebutkan hal-hal yang

14
diketahui dalam soal dengan benar, (2) Kesalahan mentransformasikan masalah
(Transformation errors) terjadi karena ketidakmampuan siswa dalam menentukan rumus atau
operasi yang digunakan, dalam penelitian ini siswa tidak menggunakan operasi hitung yang
tepat, (3) Kesalahan keterampilan proses (Process skill Errors) terjadi karena kesalahan
dalam melakukan operasi perhitungan, dalam penelitian ini siswa tidak dapat menentukan
penyebut dengan benar, (4) Kesalahan penulisan jawaban (Encoding Errors) terjadi karena
ketidakmampuan siswa dalam menuliskan kesimpulan yang benar berdasarkan proses
perhitungan yang telah dilakukan.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian oleh Rahayuningrum dan Fariz Setyawan
(2018: 319-323) kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika
materi pecahan adalah 1) Kesalahan dalam memahami konsep yaitu kesalahan siswa dalam
menjumlahkan tiga bilangan pecahan dan siswa salah dalam mengubah pecahan campuran
menjadi pecahan biasa, kesalahan yang dilakukan siswa dalam memahami konsep sebesar
46,4%. Persentase kesalahan tersebut tergolong rendah sehingga kemampuan yang dimiliki
siswa sedang, 2) Kesalahan dalam menerima informasi adalah kesalahan dalam menentukan
apa yang diketahui dan ditanyakan yaitu siswa kurang lengkap menulis apa yang diketahui
dan salah menulis apa yang ditanyakan dan siswa salah dalam memahami apa yang
ditanyakan dalam soal yaitu siswa melakukan kesalahan dalam menerima informasi karena
siswa tidak mampu mengerjakan soal pecahan yang sudah diaplikasikan, tidak teliti membaca
soal, tergesa-gesa dalam mengerjakan soal, tidak paham dengan perintah, kesalahan siswa
yang dilakukan dalam menerima informasi sebesar 29,6%. Persentase kesalahan tersebut
tergolong rendah sehingga kemampuan yang dimiliki siswa sedang, 3) Kesalahan dalam
menghitung, siswa melakukan kesalahan dalam memahami, menghitung dan
menyederhanakan operasi bilangan pecahan tersebut. Kesalahan siswa dalam menghitung
sebesar 70,4%. Persentase kesalahan tersebut tergolong tinggi sehingga kemampuan yang
dimiliki siswa rendah.
Selain itu hasil penelitian dari Suciati dan Dewi Sri Wahyuni (2018: 132-141)
kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan maka
diperoleh bahwa kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa adalah kesalahan konsep
sebesar 53,86%, kemudian diikuti oleh kesalahan prinsip sebesar 41,22%, dan yang terakhir
adalah kesalahan perhitungan sebesar 4,92%. Untuk operasi penjumlahan, kesalahan konsep
dilakukan sebesar 80,70%, kesalahan prinsip dilakukan sebesar 13,16%, dan kesalahan
perhitungan dilakukan sebesar 6,15%. Untuk operasi pengurangan pecahan, kesalahan konsep
dilakukan sebesar 44,53%, kesalahan prinsip dilakukan sebesar 49,92%, dan kesalahan

15
perhitungan dilakukan sebesar 6,25%. Untuk perkalian pecahan, kesalahan konsep dilakukan
sebesar 50,00%, kesalahan prinsip dilakukan sebesar 45,59%, dan kesalahan perhitungan
dilakukan sebesar 4,42%. Sedangkan untuk operasi pembagian, kesalahan konsep dilakukan
sebesar 40,17%, kesalahan prinsip dilakukan sebesar 57,26%, dan kesalahan perhitungan
sebesar 2,57%.
Dari beberapa penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kesalahan belajar
matematika dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai simbol, pemahaman mengenai
nilai tempat, penggunaan proses mengerjakan yang keliru, kesalahan dalam perhitungan, dan
kesalahan dalam mengoperasikan bilangan dan tulisan yang tidak dapat dibaca sehingga
terjadi kekeliruan. Berdasarkan analisis kesalahan Newman, terdapat 5 jenis kesalahan yang
mungkin terjadi ketika siswa mengerjakan soal cerita matematika, yaitu kesalahan membaca,
kesalahan dalam memahami, kesalahan transformasi, kesalahan proses menghitung dan
kesalahan dalam penulisan jawaban.

Dari penelitian yang telah dilakukan terdapat faktor penyebab kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan siswa sekolah dasar. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Juliyanti (2016: 109-113) terdapat 3 faktor penyebab siswa melakukan
kesalahan, yakni: 1) Kesulitan memahami masalah. Hal tersebut diketahui ketika siswa tidak
dapat menentukan “pembilang” dan “penyebut”, serta tidak dapat melakukan proses
perhitungan dengan benar; 2) Tidak memahami konsep dan operasi pecahan ialah faktor yang
menyebabkan siswa tidak dapat melakukan proses perhitungan pecahan dengan baik; 3)
karena lupa serta tidak teliti disebabkan karena materi yang diujikan adalah materi yang
sudah cukup lama terlewati. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Marselina,
Tiurlina, Neneng Sri Wulan (2019: 640) faktor penyebab terjadinya kesalahan siswa kelas IV
dalam mengerjakan soal cerita matematika materi pecahan yaitu: 1) Mengalami kesulitan
dalam membaca, dalam penyelasaian soal cerita matematika, faktor ini memang jarang terjadi
karena kemampuan membaca siswa kelas tinggi seharusnya sudah cukup baik, 2) Kesulitan
dalam memahami masalah, kesulitan memahami masalah juga merupakan faktor yang paling
banyak menyebabkan siswa melakukan kesalahan, 3) Tidak memahami konsep operasi
hitung pecahan, faktor ini merupakan penyebab kesalahan terbanyak kedua pada penelitian
ini, 4) Ketidaktelitian siswa merupakan suatu kesalahan yang terkadang tidak disadari dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lupa, terburu-buru dan lain sebagainya.
Sedangkan hasil penelitian dari Afifah (2018: 50-54) adapun faktor penyebab
kesalahan yang dialami siswa adalah siswa belum paham dengan materi, siswa kurang teliti

16
dalam memperhatikan simbol, kurangnya latihan-latihan soal mengenai materi pecahan
apalagi yang berbentuk cerita sehingga siswa kurang mampu dalam memahami soal, siswa
belum paham dengan materi yang sebelumnya, siswa tidak mengetahui cara mengerjakannya,
siswa kurang memperhatikan guru saat proses pembelajaran, siswa lupa serta tidak teliti. Dan
penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah (2017: 6-8) terdapat faktor penyebab kesalahan siswa
yaitu kesalahanmembaca soal/masalah (Reading errors) karena ketidakmampuan siswa
dalam membaca simbol-simbol yang ada pada soal dan ketidakmampuan siswa dalam
mengetahui makna dari suatu simbol.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian oleh Rahayuningrum dan Fariz Setyawan
(2018: 323-324) terdapat faktor penyebab kesalahan siswa yaitu 1) Kesalahan dalam
memahami konsep, penyebab kesalahan dalam memahami konsep yaitu siswa bingung
dengan cara merubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa serta siswa masih belum
paham dengan konsep penjumlahan pecahan, 2) Kesalahan dalam menerima informasi,
penyebab kesalahan dalam menerima informasi yaitu siswa tidak mampu mengerjakan soal
pecahan yang sudah diaplikasikan, tidak teliti membaca soal dan siswa tergesa-gesa dalam
mengerjakan soal, 3) Kesalahan dalam menghitung, penyebab kesalahan dalam menghitung
yaitu siswa kurang teliti dan tergesa-gesa dalam mengerjakan soal.
Dari beberapa hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab terjadinya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi
pecahan antara lain: 1) Mengalami kesulitan dalam membaca, dalam penyelesaian soal cerita
matematika, faktor ini memang jarang terjadi karena kemampuan membaca siswa kelas tinggi
seharusnya sudah cukup baik, 2) Kesulitan dalam memahami masalah, kesulitan memahami
masalah juga merupakan faktor yang paling banyak menyebabkan siswa melakukan
kesalahan, 3) Tidak memahami konsep operasi hitung pecahan, faktor ini merupakan
penyebab kesalahan terbanyak kedua pada penelitian ini, 4) Ketidaktelitian siswa merupakan
suatu kesalahan yang terkadang tidak disadari dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
lupa, terburu-buru dan lain sebagainya.
Solusi untuk meminimalisir kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah soal cerita
matematika materi pecahan yang dialami siswa sekolah dasar yang dilakukan oleh Juliyanti
(2016: 113-120) antara lain: 1) Memperbanyak latihan mengerjakan soal cerita, agar siswa
terbiasa dengan bahasa pada soal cerita sehingga ketika mengerjakan soal cerita siswa sudah
bisa, 2) Membuat soal cerita dengan bahasa yang lebih komunikatif akan mudah dipahami
oleh siswa, 3) Menerapkan pembelajaran kooperatif dalam mengajarkan soal cerita,
pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk memberikan pembelajaran soal cerita yang

17
menarik, sehingga siswa dapat lebih memahami soal cerita, 4) Memberikan penjelasan
menggunakan alat peraga yang konkret, mengajarkan soal pecahan akan sangat efektif jika
menggunakan alat peraga konkret, sehingga siswa lebih mudah memahami materi. Alat
peraga tersebut seperti potongan kue, semangka, ataupun potongan kertas, serta alat peraga
lain yang memungkinkan untuk digunakan dalam menjelaskan konsep dan operasi pecahan.
Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Marselina, Tiurlina, Neneng Sri Wulan (2019:
641-642) solusi untuk meminimalisir kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah soal
cerita matematika materi pecahan yang dialami siswa sekolah dasar adalah 1) Penerapkan
strategi pemecahan masalah dengan baik, terdapat empat fase dalam memecahkan masalah
yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, penyelesaian sesuai rencana, dan
melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang dikerjakan, 2) Membuat soal
cerita dengan bahasa yang komunikatif, penggunaan bahasa sangat berpengaruh dalam
pemerolehan pemahaman siswa, 3) Soal cerita yang diberikan kepada siswa harus
menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, dan sesuai dengan perkembangan
bahasa siswa SD. Isi cerita juga sebaiknya diambil dari permasalahan-permasalahan yang ada
disekitar siswa, 4) Menerapkan metode demonstrasi dan media konkret. Metode demonstrasi
dan penggunaan media konkret dapat sangat efektif dilakukan pada pelajaran pecahan
terutama pada materi soal cerita, karena siswa SD masih pada tahap operasional konkret
sehingga pembelajaran tersebut akan lebih mudah dipahami siswa jika dibandingkan dengan
membaca langsung. Metode ini juga sangat membantu siswa yang mengalami kesulitan
dalam membaca. Karena siswa tidak hanya berpacu pada tulisan saja melainkan berdasarkan
pada indera pendengaran maupun penglihatan. Sedangkan hasil penelitian dari Afifah (2018:
55-56) yaitu dalam mengajar guru bisa menggunakan alat peraga yang konkret, siswa bisa
belajar dengan teman sebayanya, memberikan reward kepada siswa agar lebih antusias, guru
memperbanyak memberikan latihan-latihan soal mengenai materi pecahan terutama soal yang
berbentuk cerita, pengulangan materi agar siswa tidak mudah lupa cara mengerjakannya,
meningkatkan pemeriksaan dan pengawasan kepada siswa pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung, mengajar menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, membuat soal
cerita dengan bahasa yang lebih komunikatif.
Dari beberapa hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa solusi untuk
meminimalisir kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan
adalah 1) Memperbanyak latihan mengerjakan soal cerita, agar siswa terbiasa dengan bahasa
pada soal cerita sehingga ketika mengerjakan soal cerita siswa sudah bisa, 2) Membuat soal
cerita dengan bahasa yang lebih komunikatif, 3) Menerapkan pembelajaran kooperatif dalam

18
mengajarkan soal cerita, pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk memberikan
pembelajaran soal cerita yang menarik, sehingga siswa dapat lebih memahami soal cerita, 4)
Memberikan penjelasan menggunakan alat peraga yang konkret, mengajarkan soal pecahan
akan sangat efektif jika menggunakan alat peraga konkret, sehingga siswa lebih mudah
memahami materi. Alat peraga tersebut seperti potongan kue, semangka, ataupun potongan
kertas, serta alat peraga lain yang memungkinkan untuk digunakan dalam menjelaskan
konsep dan operasi pecahan, 5) Memberikan reward kepada siswa agar lebih antusias.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan paparan dari beberapa pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan


bahwa :
1) Kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi
pecahan yang dialami siswa SD yaitu kesalahan membaca, kesalahan memahami
masalah, kesalahan transformasi, kesalahan proses perhitungan, dan kesalahan
penulisan jawaban.
2) Faktor penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi
pecahan yang dialami siswa SD yaitu kesulitan memahami masalah, tidak memahami
konsep dan operasi pecahan, kurangnya latihan-latihan soal cerita materi pecahan,
siswa kurang memperhatikan guru saat proses pembelajaran,siswa tidak mengetahui
cara mengerjakannya, siswa lupa serta tidak diteliti.
3) Solusi untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita matematika materi pecahan yang dialami siswa SD antara lain memperbanyak
latihan mengerjakan soal cerita materi pecahan, memberikan reward kepada siswa
agar lebih antusias, membuat soal cerita dengan bahasa yang komunikatif,
menerapkan pembelajaran kooperatif, meningkatkan pemeriksaan dan pengawasan
kepada siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, dan memberi penjelasan
menggunakan alat peraga konkret.

19
Saran

1) Pertama, untuk guru agar memperbaiki pembelajaran yang dilaksanakan di kelas


dengan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi, menggunakan bahasa
yang mudah dipahami oleh siswa atau bahasa sehari-hari agar siswa mudah
memahami soal cerita matematika materi pecahan, guru mengajar dengan
menggunakan alat peraga dan mengajak siswa mengerjakan latihan-latihan soal
terutama yang berbentuk cerita.
2) Kedua, untuk siswa hendaknya lebih aktif dan fokus dalam pembelajaran, sehingga
dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam memahami soal cerita
matematika materi pecahan dan meningkatkan hasil belajar. Dalam mengerjakan soal,
hendaknya siswa lebih teliti dan cermat, sehingga kesalahan dapat diminimalisir.
3) Ketiga, untuk orang tua harus selalu memperhatikan anaknya dalam belajar dan sering
menanyakan keadaan anak apakah ada kesulitan dalam mengerjakan soal atau tidak.
Orang tua juga harus tegas dalam memberi batasan anak ketika menggunakan ponsel.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Afifah, Annisa Luthfiatul. 2018. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

Matematika Materi Pecahan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Kemusu


Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018. (SKRIPSI)

Ayal, Carolina S. 2002. Kesalahan Konsepsi Dalam Pembelajaran Pecahan Pada Siswa
Kelas V SD Kristen Urimessing B2 Ambon. Tesis Tidak Dipublikasikan. Pasca Unesa.
BSNP. 2006. Standar Isi SD/MI. Jakarta: BSNP.
Fitriyani, Khannatul. 2009. Analisis Kesalahan dalam Mengerjakan Soal Matematika Bentuk

Uraian pada Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat Kelas X

Semester 1 SMA Negeri 1 Guntur. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Jurusan

Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Furqon, Arief. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

Hadi, S. 1995. Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta: Andi Offset.

20
Hamzah, Ali dan Muhlisarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika.
Jakarta: Rajawali Pers.
Jamal, Fakhrul. 2014. Analisis Kesulitan Siswa Dalam Pelajaran Matematika pada Materi
PeluangKelas XI IPA SMA Muhammadiyah Meulaboh Johan Pahlawan. Jurnal
Pendidikan Matematika. Vol. 1, No. 1.
Jamaris, Martin. 2014. Kesulitan Belajar Perspektif, Asesmen, dan Penanggulangannya
Bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah. Bogor: Ghalia Indah.
Jan, S & Rodrigues, S. 2012. A student’s Difficulties In Comprehending Mathematical Word
Problem In English Language Learning Contexts.International Researcher. Vol 3,
No. 1, 152-160.

Jha, Shio Kumar. 2012. Mathematics Performance of Primary School Students in Assam
(India)An Analysis Using Newman Procedure. Interantional Journal of Computer
Applications in Engineering Sciences Vol 2,No. 1, 17-21.
Juliyanti. 2016. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika

Materi Pecahan pada Siswa Kelas IV di SD Negeri Se-gugus Lodan Semarang Utara.

Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Lestiana H. T, Rejeki S, Setyawan F. 2016. Journal of Research and Advances in


Mathematics Education. Surakarta: JRAMathEdu. Vol. 1, No. 2, 131-139.
Lusiana, R. 2017. Analisis Kesalahan Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah pada Materi

Himpunan ditinjau dari Gaya Kognitif. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran


Matematika, Vol 1, No.10, 24 – 29. http://dx.doi.org/10.30870/jppm.v10i1.129

Marselina L, Tiurlina, Neneng Sri Wulan. 2019. Analisis Kesalahan Siswa Kelas IV dalam

Mengerjakan Soal Cerita Matematika Materi Pecahan. Jurnal Universitas Pendidikan


Indonesia.

Rahardjo, Marsudi dan Astuti Waluyati. 2011. Pembelajaran Soal Cerita Operasi Hitung
Campuran di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matemtika.

21
Rahayuningrum, Anita, Fariz Setyawan. 2018. Analisis Kesalahan Siswa Kelas V SD Dalam
Menyelesaikan Masalah Sehari-hari Yang Berkaitan Dengan Operasi Hitung
Pecahan. Seminar Nasional Pendidikan Matematika Ahmad Dahlan.

Singh, Parmjit., Arba Abdul Rahman., dan Teoh Sian Hoon . 2010. The Newman Procedure
for Analyzing Primary Four Pupils Errors on Written Mathematical Task: A
Malaysian Perspective. Procedia on Internaional Conference on Mathematics
Education Researc.Procedia Social and Behavioral Sciences 8. Shah Alam: University
Technology MARA. 264-271.
Suciati, Indah, Dewi Sri Wahyuni. 2018. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Matematika Pada Operasi Hitung Pecahan Pada Siswa Kelas V SDN Pengawu.
JPPM Vol 11, No.2.

Sumarwati. 2013. Soal Cerita dengan Bahasa Komunikatif untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan UNS, Vol 19
No. 1, 26-36.

Suswandari, M. 2018. Membangun Budaya Literasi Bagi Suplemen Pendidikan Di Indonesia.


Jurnal Dikdas Bantara Vol1, No. 1.

Sutrisno, Hadi. 1995. Statistik II. PT. Rineka Cipta, Jakarta.


Syahfri, Ahmad. 2000. Membantu Mengatasi Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Satu Langkah (one-step word problem) di Kelas II Sekolah Dasar Negeri
Kauman 1 Kota Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.
Tall D & Razali, M. 1993. Diagnosing Students’ Difficulties in Learning Mathematics,
International Journal of Mathematics Education in Science & Technology. Vol.24,
202-209.
Titikusumawati, Eni. 2014. Modul Pembelajaran Matematika. Jakarta: Kementrian Agama
Republik Indonesia, Program Dual Mode System (MDS) NON PGMI.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Uno, Hamzah B. 2014. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Zakiyah, Nelly. 2017. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada
Materi Pecahan. Jurnal Universitas Sidoarjo.

22

Anda mungkin juga menyukai