Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia adalah negara kepulauan yang merupakan daerah rawan gempa
yang dilalui oleh tiga jalur gempa dunia. Dengan demikian setiap bangunan di
Indonesia harus direncanakan tahan terhadap beban gempa dan beban-beban
dinamik lainnya sepanjang umur hidup rencananya. Selain itu peraturan dan
standar-standar bangunan menuntut persyaratan keamanan dan kenyamanan yang
semakin lama semakin tinggi, sehingga perlu dikembangkan suatu konsep
perancangan struktur bangunan yang mampu memberikan keamanan dan
kenyamanan baik untuk struktur bangunan itu sendiri maupun untuk pemakai
bangunan. Hal ini mengakibatkan semakin pentingnya mempelajari masalah
struktur bangunan dan perilaku dinamik struktur yang mengalami beban-beban
dinamik.
Beban-beban dinamik yang merusak struktur bangunan umumnya adalah
beban-beban alam seperti beban gempa yang sulit diukur baik jenis maupun
besarannya. Dimensi dan geometri struktur yang tidak tepat dapat memperbesar
getaran yang terjadi akibat terjadinya resonansi dan ketidakmampuan struktur
bangunan untuk menerima beban-beban dinamik tersebut, sehingga performa
bangunan menjadi sangat rendah dan dapat mengakibatkan kerusakan struktural
yang tidak diharapkan. Selain itu getaran yang besar pada struktur bangunan dapat
mengganggu fungsi peralatan dan kesehatan manusia yang menempatinya yang
pada akhirnya dapat menurunkan kualitas operasi dan kualitas hidup pemakainya.
Keamanan dan keandalan struktur seringkali dihubungkan langsung dengan
kekakuan dan massiveness struktur bangunan. Rancangan konvensional yang
konservatif akan menghasilkan struktur yang kaku, yang mengakibatkan buruknya
perilaku dinamik dari struktur tersebut.

1
Beberapa penelitian mengenai isolasi dasar telah dilakukan sebagai
upaya melindungi struktur dari kegagalan dengan mengurangi deformasi relatif
dari elemen-elemen struktur (Setio, dkk., 2007).
Isolasi dasar adalah alternatif yang menjanjikan untuk desain struktur tahan
gempa. Beberapa peneliti (Connor, 2003; Housner, et.al., 1997; Kelly, 1986) telah
berusaha untuk mempelajari kinerja dan parameter desain paling menguntungkan
untuk sistem isolasi dasar dengan menggunakan berbagai jenis isolator yang
berbeda. Berbagai perangkat isolasi seperti elastomeric bearings, lead rubber
bearings, frictional/ sliding bearings juga telah dikembangkan dan digunakan
dalam desain bangunan anti-seismik dan jembatan selama 30 tahun terakhir di
banyak negara seperti Selandia Baru, Jepang, Amerika Serikat dan Inggris.
(Buckle and Mayes, 1990; Christopolous, and Filiatrault, 2006).

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dari tugas Rekayasa Gempa antara lain sebagai
berikut :
1. Memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang berbagai macam usaha
untuk meredam gempa pada struktur.
2. Mengetahui jenis penguat struktur pada bangunan tahan gempa
3. Mengetahui macam-macam teknologi peredam gempa yang digunakan pada
struktur bangunan.

1.3 BATASAN MASALAH


Penulisann ini membatasi masalah pada macam usaha yang digunakan
untuk meredam gempa, jenis metode yang digunakan untuk penguat struktur
tahan gempa, dan macam-macam teknologi yang digunakan untuk peredam
gempa.

2
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan untuk memberikan gambaran singkat dari masing-
masing bab, yaitu sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, batasan
masalah dan sistematika penulisan.
BAB 2 PEMBAHASAN
Berisikan tentang deskripsi umum gempa, karakteristik jenis gempa, dan
efek yang ditimbulkan gempa pada struktur bangunan, jenis dan
karakteristik penguat struktur gempa pada bangunan Gedung/ Jembatan,
serta uraian teknologi peredam gempa dari masa ke masa.
BAB 3 PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari pembahasan laporan ini.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENDAHULUAN
Bangunan khususnya bangunan tinggi perlu memperhatikan bahaya dari
getaran yang terjadi karena dapat menimbulkan kerusakan atau bahkan
keruntuhan pada bangunan, salah satu penyebab getaran adalah gempa bumi.
Gempa merupakan fenomena alam yang paling mengkhawatirkan, karena tempat
dan waktu yang tidak dapat diperkirakan kapan akan terjadinya. Indonesia
merupakan negara yang berada di pertemuan lempeng bumi sehingga rawan
terjadi gempa dan oleh karena itu di Indonesia telah dilakukan pembaharuan
peraturan gempa sebanyak tiga kali yaitu peraturan muatan Indonesia tahun 1970,
peraturan gempa untuk gedung pada tahun 1983, SNI gempa 2002, dan SNI
gempa 2012.
Di Indonesia, sebagian besar bangunan yang dibangun sebelum tahun
2002 umumnya mempunyai daktilitas yang kurang memadai. Dari beberapa
penelitian didapati bahwa bangunan beton bertulang yang tidak daktail sebagian
besar akan mengalami kerusakan dan bahkan runtuh bila terkena gempa kuat, oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian untuk memperbaiki dan memperkuat
bangunan-bangunan lama terhadap peraturan gempa yang baru. Saat ini berbagai
cara telah diteliti untuk mengurangi efek yang ditimbulkan gempa berkaitan
dengan bagaimana dan seberapa besar energi didistribusikan ke dalam bangunan
pada saat gempa bumi terjadi. Energi ini masuk ke dalam struktur dalam bentuk
energi kinetik dan energi potensial kemudian diserap dan dilepaskan sebagian.
Seperti diketahui, getaran struktur akan mendekati tak terhingga apabila tanpa
redaman, tetapi redaman pada struktur selalu ada bergantung pada properti
bangunan itu. Selain itu peningkatan efisiensi dari struktur dapat dilakukan
dengan menambahkan peredam (Zahrai, S.M, et al., 2014).
Menambahkan redaman dan kekakuan elemen berdasarkan deformasi
plastis pada baja ringan untuk mendisipasi energi sehingga mengurangi respon

4
juga dikemukakan oleh Scholl, 1996. Redaman adalah suatu proses dimana sistem
struktur mendisipasi dan menyerap energi yang masuk ke dalam bangunan dari
eksitasi eksternal. Karena itu peredam (damper) mengurangi penambahan energi
regangan dan respon dari sistem, terutama kondisi dimana mendekati resonansi
dimana peredam mengontrol respon. Besarnya nilai redaman tergantung dari
beberapa faktor seperti amplitudo getaran, material konstruksi, periode getaran,
mode shapes, dan konfigurasi struktur.
Ada beberapa jenis perangkat kontrol pasif dan peredam. Friction
dampers pasif menggunakan gesekan coulomb untuk mendisipasi energi yang
masuk akibat gempa. Alat redaman ini telah digunakan secara luas dalam berbagai
proyek perkuatan di seluruh dunia, karena biayanya yang rendah dan kinerja yang
baik. Selain itu, passive dampers adalah bentuk yang paling lama dan umum
digunakan. Passive dampers biasanya ditempatkan pada cross bracing diantara
dua lantai yang berdekatan. Passive dampers menggunakan perpindahan dari
lantai untuk menghasilkan gaya readaman pada bangunan. Tidak seperti perangkat
aktif dan semi-aktif, perangkat pasif tidak dapat merubah sifat redamannya
berdasarkan respon dari struktur dan karena itu tidak memerlukan sumber energi
listrik atau kontrol algoritma untuk beroperasi. Tanpa peralatan sensor atau
komputasi, perangkat pasif umumnya yang paling ekonomis dan paling banyak
digunakan.
Sejak awal tahun 1970 berbagai jenis perangkat dispasi telah diuji dan
digunakan. Perangkat ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
peredam viskos dan viskoelastik (viscous and viscoelastic dampers), peredam
metalik (metalic dampers), dan peredam gesekan (friction dampers). Dalam
penelitian ini digunakan friction damper sebagai elemen peredamnya, Alat ini
bergantung pada tahanan yang diberikan oleh gesekan antara kedua permukaan
material. Selama gempa terjadi, alat akan mulai slip pada batas gaya tertentu,
apabila gaya tersebut belum tercapai maka redaman pada alat ini belum bekerja
melainkan pengaruh yang diberikan hanya kekakuan oleh bracing yang ada. Salah
satu alat friction dampers adalah slotted bolted connection (SBC).

5
Friction damper umumnya dipasang pada bracing bangunan. Dengan
menggunakan bracing maka defleksi bangunan berkurang seiring dengan
meningkatnya kekakuan tetapi sebaliknya gaya geser dasar menjadi lebih besar
karena kekakuan bangunan yang meningkat, oleh karena itu friction damper
dipasang pada bracing untuk membantu mengurangi gaya geser dasar dengan
disipasi energi (Kaur, Navel, et al., 2012).
Untuk mendisipasi energi, friction damper harus dibebani di atas ambang batas
slip, dengan demikian alat redaman ini tidak bekerja untuk getaran yang kecil.
Alat redaman tersebut pada dasarnya non-linear dan bekerja efektf pada gempa
yang besar.
Pengaruh damper terhadap gaya gempa suatu bangunan dapat dilihat dari
persamaan energi. Proses respon struktur terhadap gaya gempa dapat
diilustrasikan menggunakan konsep energi, persamaan energi adalah:

Ei = Ek + Es + Eh + Ed (1)
Dimana:
Ei : energi gempa yang masuk
Ek : energi kinetik
Es : energi regangan elastik
Eh : energi hysteretic
Ed : energi yang didisipasi oleh redaman struktur.
Sisi sebelah kanan persamaan adalah kapasitas energi dari struktur dan sebelah
kiri adalah energi yang dikeluarkan oleh gempa terhadap struktur. Agar struktur
dapat menahan gaya gempa maka kapasitas energi dari srtuktur harus lebih besar
daripada yang dikeluarkan oleh gempa. Pada desain gempa konvensional,
kapasitas energi struktur sebagian besar bergantung dari energi hysteretic (Eh)
dimana energi yang dihasilkan dari deformasi inelastik dari srtuktur. Dengan kata
lain struktur utama akan terlindungi dan respon struktur terhadap gaya gempa
dapat ditingkatkan.
Dari sekian banyak bentuk gesekan yang dapat mengurangi getaran dan
kerusakan pada struktur, tipe yang paling populer adalah solid friction. Oleh

6
karena itu sebagian besar penelitian menggunakan teori solid friction sebagai
dasarnya, hal itu juga bergantung kepada beberapa hipotesis seperti konsep gesek
coulomb. Sesaat sebelum terjadi gesekan dan ketika gesekan terjadi, gaya gesekan
(F) dapat digambarkan sebagai:

F=μN (2)
Dimana:
N : gaya normal yang bekerja
μ : koefisien gesekan
Umumnya koefisien gesekan lebih besar pada waktu sebelum terjadi gesekan,
maka koefisien gesekan dibagi menjadi dua yaitu statik (μs) dan kinetik (μk).
Dalam struktur dengan friction damper (FDBF), periode struktur
dipengaruhi oleh slip load dan jenis tingkat gerakan gempa. Oleh karena itu,
menjadi sangat sulit untuk terjadinya resonansi pada struktur. Dengan menyeleksi
besarnya slip load sangat memungkinkan bagi kita untuk mengatur agar respons
struktur mencapai nilai optimum. Total energi yang dipancarkan oleh gesekan
adalah sama dengan hasil dari penyimpangan atau penahan beban (product of slip
load) dan jarak penyimpangannya pada masing-masing damper. Saat
penyimpangan beban sangat tinggi, energi yang dipancarkan akan rendah karena
tidak ada penyimpangan. Pada kondisi ini struktur berprilaku sebagai braced
frame. Saat slip load diatur untuk gaya yang sangat rendah, penyimpangan besar
terjadi dan menyebabkan jumlah energi yang dipancarkan hampir tidak ada. Pada
kondisi ini struktur berprilaku sebagai unbraced frame. Di antara kedua titik
ekstrim inilah terdapat nilai antara yang akan memberikan pemancaran energi
maksimum. Nilai inilah yang kemudian disebut sebagai penyimpangan beban
optimum atau optimum slip load. Dan rentang nilai penyimpangan beban yang
menghasilkan pemancaran energi optimum yang disebut distribusi beban simpang
optimum.
Hubungan antara besarnya nilai slip load dan respons struktur dapat
dilihat pada Gambar 1. Dari gambar dapat dilihat bahwa optimum slip load akan
memberikan respons struktur yang optimum.

7
Gambar 1. Kurva respons struktur terhadap slip load

Kriteria ini dipakai untuk memperoleh perkiraan nilai slip load. Pengoptimalan
dari nilai slip load membutuhkan tahapan dari non-linear time history analysis, di
mana slip load divariasikan dan amplitudo respons dievaluasi. Penelitian oleh
Filiatrault dan Cherry, 1987 mendapatkan bahwa nilai kisaran 25% dari optimum
slip load tidak akan mempengaruhi respons struktur secara signifikan. Oleh
karena itu, kisaran 8% - 10% dari optimum slip load dapat dipakai tanpa harus
melakukan penyesuaian pada friction damper. Secara umum, batas bawah dari
slip load diperkirakan 130% dari beban angin, sedangkan batas atas sekitar 75%
dari beban yang menyebabkan struktur mengalami runtuh. Seleksi dari nilai slip
load harus dapat memastikan bahwa setelah gempa terjadi, sistem struktur akan
dapat kembali seperti bentuk semula karena masih dalam batas elastisitas struktur.

2.2 MACAM-MACAM TEKNOLOGI PEREDAM GEMPA


Berikut ini adalah beberapa teknolgi peredam gempa yang sudah
digunakan dari dulu hingga saat ini :
1. Base Isolated Structure
Salah satu upaya untuk mengurangi kerusakan akibat gempa bumi adalah
dengan mengembangkan desain struktur dengan sistem isolasi dasar pada
bangunan (base isolated structure). Ada dua sistem isolasi dasar yang umum
digunakan dewasa ini yaitu sistem isolasi dengan menggunakan
bantalan elastomeric dan friction pendulum system.

8
Mekanisme kerja dari bantalan elastomeric adalah dengan menggunakan
karet untuk mengurangi getaran gempa sedangkan lempengan baja digunakan
untuk menambah kekakuan bantalan karet sehingga defleksi dan deformasi
bangunan saat bertumpu di atas bantalan karet tidak besar. Pada dasarnya cara
perlindungan bangunan oleh bantalan elastomeric ini melalui pengurangan
getaran gempa bumi kearah horizontal dan memungkinkan bangunan untuk
begerak bebas saat berlangsung gempa bumi tanpa tertahan oleh pondasi.
Peredam ini bermanfaat untuk menekan kemungkinan resonansi dari frekuensi
isolasi.
Sedangkan mekanisme kerja dari friction pendulum system adalah
dengan menggunakan karakteristik dari pendulum untuk memperpanjang periode
alami struktur sehingga dapat terlindungi dari gaya gempa. Peredam gempa
tercapai dengan bergesernya perioda alami yang dikendalikan dengan cara
memilih radius atau jari-jari lengkungan permukaan cekung. Nilai jari-jari
kurvatur ini tergantung dari massa struktur yang didukung oleh bantalan.
Oleh karena base isolation merupakan metode yang relatif baru di
Indonesia, maka bangunan yang menggunakan base isolator belum cukup banyak
digunakan dan diteliti sampai saat ini.

Gambar 2.1 Base Isolation

Secara umum bantalan ini terbagi dalam dua kategori yaitu Elastomeric Rubber
Bearing dan Sliding Bearing:
a. Elastomeric Rubber Bearing

9
Elastomeric rubber bearing dibentuk dari lembaran baja yang tipis dan
karet yang disusun berlapis dan disatukan dengan cara vulkanisasi. Pelat
baja tebal diletakkan pada bagian atas dan bawah bantalan tersebut
sebagai penghubung bantalan dengan pondasi dibawahnya dan struktur
diatasnya. Penutup dari karet digunakan untuk membungkus bantalan
untuk melindungi pelat baja dari korosi. Prinsip utama cara
kerja elastomeric adalah dengan memperpanjang waktu getar alami
struktur diluar frekuensi dominan gempa sampai 2,5 atau 3 kali dari
waktu getar struktur tanpa isolator (fixed base structure) dan memiliki
damping antara 10% – 20% sehingga gaya gempa yang disalurkan ke
struktur lebih kecil. Elastomeric rubber bearing menggunakan jenis high
damping rubber bearing (HDRB) danlead rubber bearing (LRB). High
damping rubber bearing merupakan bahan anti seismik yang
dikembangkan dari karet alam yang mempunyai kekakuan horizontal
yang relatif kecil dan dicampur dengan extra fine carbon block, oil atau
resin, serta bahan isian lainnya sehingga meningkatkan damping antara
10% - 20% pada shear strain 100% dengan modulus geser soft (G = 0,4
MPa) dan hard (G =1,4 MPa). Untuk dapat menahan beban vertikal yang
cukup besar, maka karet diberi lempengan baja yang dilekatkan dengan
sistem vulkanisir.

Gambar 2.2 High Damping Rubber Bearing

10
Lead rubber bearing adalah laminated rubber bearing yang lebih besar
terbuat dari lapisan karet dan dipadu dengan lapisan baja, tetapi
ditengahnya diberi rongga yang diisi dengan lead (perunggu). Lapisan
karet yang divulkanisir yang bisa bergerak ke semua arah horizontal
dilaminasi diantara lapisan baja yang mampu menahan beban
aksial. Lead (perunggu) yang terletak ditengah berfungsi sebagai tempat
penyerapan energi sehingga mampu mengurangi gaya gempa dan
perpindahan. Lapisan karet pada bantalan memberikan fleksibitas lateral
sedangkan lapisan baja memberikan kemampuan untuk menahan beban
aksial. Lapisan penutup karet pada bantalan berfungsi untuk melindungi
pelat baja agar tidak korosi. Pelat baja pada bagian atas dan bawah
bantalan berfungsi untuk menghubungkan isolator dengan struktur diatas
dan dibawahnya. Lead rubber bearing didesain sangat kaku dan kuat
diarah vertikal dan lentur diarah horizontal sehingga beban vertikal dan
lateral yang kecil bisa didukung tanpa menimbulkan perpindahan yang
berarti. Lead mengalami kelelehan pada tegangan rendah dan berprilaku
sebagai solid elastis-plastis. Kekakuan pasca kelelahan dapat
direpresentasikan oleh kekakuan geser lapisan karet. Selain
itu, lead memiliki propertis kelelahan yang baik terhadap cyclic
loading karena dapat memulihkan hampir seluruh propertis mekaniknya
tepat setelah terjadi kelelahan.

Gambar 2.3 Lead Rubber

b. Friction Pendulum System (FPS)

11
Friction pendulum system (FPS) menggunakan karakteristik dari
pendulum untuk memperpanjang periode alami struktur sehingga dapat
terlindungi dari gaya gempa. Perioda dari FPS dipilih berdasarkan
radius/jari-jari kurvatur pada permukaan cekung. Nilai jari-jari kurvatur
ini tergantung dari massa struktur yang didukung oleh bantalan. Torsi
pada struktur berkurang karena pusat kekakuan pada bantalan secara
otomatis sama dengan pusat kekakuan dari struktur.

Gambar 2.4 Friction Pendulum System

Friction pendulum bearing menggunakan geometry dan gravitasi untuk


menghasilkan peredam gempa yang diinginkan. Peredam gempa tercapai
dengan bergesernya perioda alami. Perioda alami ini akan dikendalikan
dengan cara memilih radius/jari-jari lengkungan permukaan cekung.

2 .Tuned Mass Damper (TMD)


TMD adalah sebuah massa inersia yang melekat pada lokasi bangunan
dengan gerak maksimum (umumnya di dekat bagian atas ), melalui semi disetel
dengan benar dan elemen redaman. TMD memberikan histeresis bergantung pada
frekuensi yang meningkatkan redaman pada struktur rangka yang melekat
padanya untuk mengurangi gerakannya. Ketahanan ditentukan oleh karakteristik
dinamis ,redaman dan jumlah massa tambahan yang digunakan. Redaman
tambahan diperkenalkan oleh TMD juga tergantung pada rasio massa peredam
dengan massa efektif bangunan di modus getaran tertentu. Berat TMD bervariasi
antara 1% - 10% dari berat bangunan struktur utama. Frekuensi TMD yang disetel

12
ke frekuensi struktural tertentu ketika frekuensi TMD akan beresonansi keluar dari
fase dengan gerakan frame dan mengurangi respon. Alat ini dipasang pada
bermacam-macam struktur seperti gedung bertingkat, menara dan jembatan.
Tujuan utama pemasangan TMD pada gedung tinggi adalah untuk
mengurangi goyangan akibat gempa bumi dan angin, pada jembatan untuk
mengurangi goyangan akibat angin atau getaran akibat lalu lintas (Tjong. 2004).
Pada umumnya TMD dipasang pada lantai teratas dari struktur gedung dengan
tujuan agar dapat bergetar secara harmonis dengan periode getaran gedung
tersebut.

Gambar 2.5 Tuned Mass Damper

3. Friction damper
Friction damper  adalah salah satu alat peredam dari jenis Passive
Energy Dissipation. Namun, pada prinsipnya semua bentuk alat tersebut
menggunakan solid sliding friction sebagai mekanisme dasar untuk menyerap
energi. Salah satu bentuk friction damper yang telah banyak digunakan adalah
Pall Friction Damper. Bagian utama dari alat ini adalah lapisan bantalan gesek
(friction pad) yang disisipkan pada rangkaian plat baja yang kemudian
dipasangkan pada pengaku (bracing) struktur gedung.
Sistem kontrol pasif dalam ini merupakan friction damper adalah sistem
yang cara kerjanya menggunakan energi potensial yang dibangkitkan oleh respon
struktur untuk menghasilkan gaya kontrol sehingga terbebas dari risiko-risiko
yang dapat menimbulkan ketidakstabilan.

13
4. Fluid Viscous Damper
FVD merupakan alat peredam gempa yang berfungsi sebagai disipator
energi, dengan cara memberikan perlawanan gaya melalui pergerakan yang
dibatasi. Fungsi utama dari peralatan ini, adalah menyerap energi gempa dan
mengurangi gaya gempa rencana yang dipikul elemen-elemen struktur. Sehingga,
struktur bangunan menjadi lebih elastis dan mampu meredam guncangan gempa.
Dengan mengaplikasikan peralatan FVD, gempa rencana yang dipikul elemen
struktur menjadi lebih kecil. Sehingga, dengan kondisi tersebut diharapkan tidak
terjadi kerusakan struktur bangunan ketika gempa terjadi.

Gambar 2.6 Pemasangan FVD pada struktur Gedung

Gambar 2.7 Cara Kerja FVD

5. Lock Up Devices
Selain bantalan karet, kini beberapa bangunan publik yang berlokasi di
daerah rawan gempa, juga sudah mulai mengaplikasikan teknologi peredam

14
gempa berteknologi tinggi dari mancanegara. Salah satunya adalah jalan layang
(flyover) Pasupati, Bandung.

Gambar2.8 LUD pada Jembatan Rigid

Gambar 2.9 LUD

Prinsip kerja LUD sangat sangat sederhana, jika diibaratkan tiang dan
badan jalan layang sebagai huruf  T. Dimana garis melintang sebagai badan jalan.
Gerak redam LUD pada saat terjadi gempa, akan berlangsung dari arah kiri ke
kanan atau sebaliknya. Dengan penggunaan cairan khusus (gel silikon) yang
menjadi bantalan pada LUD, guncangan ekstrem akibat gempa, pada saat tertentu
mengakibatkan LUD terkunci, dan mengakibatkan seluruh badan jalan dan tiang
akan bergerak serentak ke arah yang sama seperti huruf T, ke kanan dan ke kiri.
Sistem ini, juga bisa meredam gerakan liar, akibat guncangan yang disebabkan
oleh getaran lainnya. Kekuatan LUD dengan gaya horizontal, adalah 3.400
kN/unit.

15
Gambar 2.10 Perlatakan LUD pada jembatan tampak atas

Gambar 2.11 Perletakan LUD tampak samping

2.3 METODE PENELITIAN


Studi ini menganalisis suatu gedung yang didirikan dengan menggunakan
peraturan gempa lama. Analisis dengan bantuan program SAP dilakukan dengan
kondisi yang berbeda-beda yaitu dengan dan tanpa menggunakan damper,
kemudian gaya-gaya yang terjadi di bandingkan dan pada akhirnya dilakukan
pengecekan kekuatan terhadap elemen-elemen struktur eksisting.
2.3.1 Data bangunan
Bangunan yang akan ditinjau untuk analisis adalah bangunan lama yang
berada di Jakarta, bangunan ini merupakan gedung perkantoran 10 lantai.
Struktur bangunan ini menggunakan sistem portal terbuka dan ketinggian
mencapai 39.7 m, denah lantai gedung ini seragam untuk setiap lantai seperti
dapat dilihat pada Gambar 2. 12

16
Gambar 2.12 Denah Gedung

Gedung ini selesai didirikan pada tahun 1985 dengan dasar perencanaan
menggunakan peraturan gempa tahun 1983, dan sampai saat ini gedung masih
aktif digunakan sesuai dengan fungsi awal gedung yaitu sebagai bangunan
perkantoran.
2.2.2 Beban gempa
Dalam pembahasan dilakukan analisis dengan non-linear. Rekaman
gempa yang di pakai adalah time history untuk gempa berdasarkan peraturan SNI
2002 wilayah 3 tanah sedang, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.13. Waktu
gempa yang dipakai dalam analisis adalah 10 detik.

17
Gambar 2.13 Time history SNI 2002 Wilayah 3 Tanah Sedang

2.2.3 Koefisien dan letak damper


Dalam permodelan friction damper perlu dihitung terlebih dulu nilai slip
load dari damper yang dibutuhkan. Prosedur nilai optimum slip load pada struktur
dengan friction damper (FDBF) tersebut dimuat dalam jurnal ASCE Vol. 116 no.
5 berjudul “Seismic Design Spectra for Friction-Damped Structures”. Perletakan
friction damper dapat dilihat pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Portal As 1,6,A, dan G.


Analisis free vibration dan respon spektra diselesaikan dengan menggunakan
bantuan program elemen hinga SAP 2000. Periode getar alami dan mode shape
struktur didapat dari analisis free vibration. Dari respon spektra analisis didapat
gaya geser dasar, deformasi, dan gaya-gaya dalam (gaya geser, momen, dan
aksial).

18
2.4 HASIL ANALISIS
Karena damper yang digunakan adalah friction damper, maka periode
getar untuk bangunan dengan damper lebih kaku karena friction damper
menyumbang kekakuan pada struktur keseluruhan. Periode getar untuk keduanya
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Mode shape berdasarkan periode getar


Periode getar Struktur tanpa damper Struktur dengan damper
(sec) Mode

1 2.464447 1.764358
2 2.408417 1.190065
3 2.138661 0.96609
4 0.824032 0.574495
5 0.798853 0.408747
6 0.716569 0.383665
7 0.449641 0.378741

Deformasi struktur berubah dengan adanya penambahan damper (garis biru).


Selain itu terlihat bahwa terjadi reduksi deformasi sekitar 60% untuk arah X dan
Y akibat penambahan damper dari hasil analisis respon spektra. Kemudian
diketahui juga bahwa terjadi peningkatan deformasi hampir linear seiring dengan
meningkatnya tinggi struktur. Data lengkap deformasi struktur dapat dilihat pada
Tabel 2.

19
Tabel 2. Tabel deformasi srtuktur

Damped Un-Damped

Displacement (cm) Displacement (cm) % %


Story
X Y X Y X Y
1 2.531019 1.568145 3.386326 3.682377 25.258 57.41
5
2 3.30304 2.767722 6.209842 6.589254 46.810 57.99
6
3 3.925555 3.840924 9.016499 9.360841 56.463 58.96
8
4 4.665911 4.718723 11.69976 11.8987 60.120 60.34
3
5 5.390442 5.366029 14.19417 14.30707 62.024 62.49
4
6 6.173823 5.931288 16.39602 16.5404 62.346 64.14
1
7 6.945176 6.411949 18.30597 18.49542 62.061 65.33
2
8 7.671973 6.764573 19.92883 20.04338 61.503 66.25
0
9 8.346158 7.3593 21.36853 21.13892 60.942 65.18
6
10 8.923468 7.906852 22.38764 21.93069 60.141 63.94
6

Reduksi gaya aksial maksimum terdapat pada lantai 10 yaitu sebesar 20%.
Reduksi ini disebabkan karena adanya friction damper, maka terbukti bahwa
sebagian besar gaya gempa telah diserap oleh damper. Data lengkap gaya aksial
kolom dapat dilihat pada Tabel 3.

20
Tabel 3. Tabel gaya aksial kolom

Damped Un-Damped

Aksial C (Ton) Aksial C (Ton) % %


Story
X Y X Y X Y
1 45.3774 45.3774 181.6366 181.6366 75.01748 75.0174
8
2 35.058 35.058 153.7265 153.7265 77.19456 77.1945
6
3 30.7717 30.7717 127.6416 127.6416 75.89211 75.8921
1
4 25.616 25.616 102.9213 102.9213 75.11108 75.1110
8
5 20.5064 20.5064 79.8019 79.8019 74.30337 74.3033
7
6 15.7873 15.7873 58.922 58.922 73.20644 73.2064
4
7 11.5756 11.5756 40.1267 40.1267 71.15237 71.1523
7
8 8.2598 8.2598 25.0014 25.0014 66.96265 66.9626
5
9 5.2006 5.2006 12.6573 12.6573 58.91225 58.9122
5
10 2.4812 2.4812 4.0822 4.0822 39.21905 39.2190
5

Dengan penambahan damper pada struktur maka momen yang terjadi pada kolom
menjadi lebih kecil. Presentase reduksi gaya momen dapat dilihat pada Tabel 4.

21
Tabel 4. Tabel gaya momen kolom

Damped Un-Damped

Momen C (Ton-m) Momen C (Ton-m) % %


Story
X Y X Y X Y
1 61.59288 36.28518 73.45972 85.19889 16.15421 57.4112
1
2 22.22504 6.75116 36.82112 22.39437 39.64051 69.8533
2
3 12.38071 8.23727 33.64563 27.94112 63.20262 70.5191
8
4 10.7301 6.70984 33.80298 27.28526 68.25694 75.4085
5
5 9.132 6.98633 27.1427 23.13821 66.35559 69.8060
9
6 10.47036 7.74487 28.14696 23.25246 62.8011 66.6922
6
7 8.35438 6.58978 21.54188 17.74534 61.21796 62.8647
3
8 8.90929 5.9055 19.03223 15.37589 53.18841 61.5924
7
9 8.21104 3.94161 11.91892 10.01831 31.10919 60.6559
4
10 9.34949 1.18771 8.41466 5.9908 -11.1095 80.1744
3

Terlihat reduksi yang cukup besar terjadi pada gaya geser balok. Reduksi ini juga
akibat dari pemasangan damper pada struktur. Reduksi rata-rata untuk arah X lebih
besar daripada arah Y karena nilai koefisien redaman arah X lebih besar dari pada
arah Y. Data lengkap gaya geser balok dapat dilihat pada Tabel 5.

22
Tabel 5. Tabel gaya geser balok

Damped Un-Damped

Geser B (Ton) Geser B (Ton) % %


Story
X Y X Y X Y
1 18.7351 10.3744 37.0482 27.1101 49.43047 61.7323
4
2 7.9132 8.1096 34.4826 23.9146 77.05161 66.0893
3
3 9.3676 6.264 31.7923 22.1437 70.535 71.7120
4
4 9.2707 4.6244 28.5002 20.267 67.47146 77.1826
1
5 8.8212 3.89 25.6109 18.6173 65.55685 79.1054
6
6 8.6852 4.3027 23.1749 16.9648 62.52325 74.6374
8
7 7.976 4.0775 19.3036 13.8694 58.68128 70.6007
5
8 7.9131 3.457 15.5639 11.0537 49.15734 68.7254
9 8.1672 2.033 10.6799 7.425 23.52737 72.6195
3
10 4.3 0.8575 4.9606 3.8111 13.31694 77.4999
3

Pada dasarnya, reduksi momen pada balok disebabkan juga karena reduksi gaya
geser pada balok tersebut sehingga bila kita perhatikan maka besar reduksi
momen balok dan geser balok hampir sama. Data lengkap gaya geser balok dapat
dilihat pada Tabel 6.

23
Tabel 6. Tabel gaya momen balok

Damped Un-Damped

Momen B (Ton) Momen B (Ton) % %


Story
X Y X Y X Y
1 39.88975 24.43735 79.86588 65.66283 50.05408 62.7835
9
2 15.99197 18.50149 74.02224 57.5976 78.39572 67.8780
2
3 18.89267 14.05865 68.88553 53.6459 72.57382 73.7936
2
4 18.43313 9.69507 61.40985 48.90852 69.98343 80.1771
3
5 17.37722 7.72034 55.60273 45.42008 68.74754 83.0023
6
6 16.76372 8.40226 49.95838 41.22133 66.44463 79.6167
2
7 15.11078 7.95956 41.73512 34.08632 63.79361 76.6488
1
8 14.99082 6.24913 33.48779 26.98555 55.23497 76.8426
8
9 15.70223 3.83679 22.73776 17.87951 30.94205 78.5408
5
10 6.02032 3.02104 10.2907 9.09929 41.49747 66.7991
7

24
25
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yg kami dapatkan dari pembahasan di atas adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui tentang berbagai macam usaha untuk meredam gempa pada
struktur
2. Kita dapat mengetahui jenis penguat struktur pada bangunan tahan
gempa.
3. Kita dapat mengetahui macam-macam teknologi peredam gempa yang
digunakan pada struktur bangunan.
4. Pada beban gempa, rekaman gempa yang di pakai adalah time history
untuk gempa berdasarkan peraturan SNI 2002.

3.2 SARAN
1. Diperlukan ketelitian dalam menyeleksi nilai slip load agar respons
struktur mencapai nilai optimum dan dapat menyesuaikan friction damper yang
akan digunakan.
2. Para engineer perlu menganalisa dan mempelajari macam-macam metode
baru peredam gempa sehingga dapat diterapkan pada struktur bangunan di
Indonesia.

26

Anda mungkin juga menyukai