Anda di halaman 1dari 28

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TELAAH PUSTAKA

1. Kanker Payudara

a. Definisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari kelenjar,

saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara tidak termasuk

kulit payudara (Romauli dan Vindari, 2009). Kanker payudara

merujuk pada pertumbuhan serta perkembangbiakan sel abnormal

yang muncul pada jaringan payudara (Utami, 2012).

Kanker payudara adalah kelainan atau kacaunya pertumbuhan

sel-sel di duktus atau lobulus payudara. Sel-sel ini kehilangan

kemampuan mereka untuk diatur oleh tubuh dan membelah diri

secara tak terkendali. Dalam prosesnya mereka membentuk tumor,

yang juga disebut karsinoma. Kanker dapat menghancurkan sel-sel

jaringan payudara normal dalam proporsi yang semakin meningkat

seiring waktu (Jarvis, 2009).

b. Penyebab

Secara garis besar etiologi faktor-faktor penyebab kanker

payudara dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang dapat

dikendalikan dan faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan

(Fahmi, Erna Cipta., Jumantoro, Heri., Syahril, Nurrohman.,


2

Tjahjadi, Vivi., dan Winarto, W.P., 2007). Berikut ini adalah

penjelasan dari faktor-faktor risiko kanker payudara:

1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikendalikan

a) Faktor usia

Bertambah tua merupakan risiko terbesar untuk kanker

payudara. Semakin lama seseorang hidup, semakin tinggi

risiko kanker payudara karena tubuh berkurang

kesempurnaannya dan mudah menjadi abnormal.

b) Faktor riwayat pribadi kanker payudara

Jika seseorang pernah menderita kanker payudara,

orang tersebut berisiko akan kembalinya kanker. Risiko

mungkin rendah atau tinggi, tergantung situasi orang

tersebut. Seseorang berisiko lebih tinggi mendapat kanker

payudara baru dibanding orang lain yang tidak pernah

mengalami kanker yang sama.

c) Faktor riwayat keluarga

Kanker payudara dalam keluarga seseorang tidak

berdampak signifikan risikonya. Tetapi tidak selalu

otomatis seseorang benar-benar berisiko tinggi karena

seseorang dalam keluarganya mempunyai kanker payudara.

Sebagai contoh, jika seseorang nenek didiagnosis dengan

kanker payudara pada usia 75 tahun, ini tidak bararti risiko

seseorang dalam keluarga nenek meningkat. Neneknya


3

kemungkinan besar hanya 1 dari 15 wanita dalam golongan

usia yang mendapat kanker payudara dari faktor usia.

d) Pertumbuhan payudara

Sel payudara normal kadang-kadang dapat mengalami

abnormal. Perubahan ini dapat datang sebagai benjolan,

penebalan, atau klasifikasi pada mammogram. Jika biopsi

dilakukan, perubahan ini dapat dilihat di bawah mikroskop.

Saat sel pembuluh payudara terlalu aktif dan muncul tidak

biasa, laporan patologi mungkin menggambarkan suatu

jenis kanker.

e) Faktor genetik

Kebanyakan kasus pewarisan kanker payudara

dihubungkan dengan dua gen, yaitu BRCA1 (Breact

Cancer gene one) atau BRCA2 (Breast Cancer gene two).

Fungsi gen ini untuk menjaga pertumbuhan sel payudara

secara normal dan mencegah pertumbuhan sel kanker. Gen

BRCA1 dan BRCA2 abnormal mungkin mengakibatkan

hingga 10% semua kanker payudara selama hidup dan 20-

60% tidak berkembang.

Wanita yang didiagnosis berkanker payudara yang

mempunyai gen BRCA1 atau BRCA2 abnormal sering

beriwayat kanker payudara keluarga, kanker ovarium, atau

kedua-duanya. Termasuk juga wanita beriwayat kanker


4

payudara keluarga yang kuat dengan abnormalitas lainnya

belum diidentifikasi. Tetapi ingat bahwa banyak wanita

berkanker pyudara tidak mempunyai riwayat penyakit

keluarga yang signifikan.

f) Riwayat menstruasi

Wanita tidak dapat mengendalikan jumlah esterogen

yang diproduksi ovari setiap waktu. Jika seorang wanita

sangat muda ketika mendapat periode menstruasi pertama

atau terlambat menopause, atau kedua-duanya, wanita

mempunyai lebih banyak estrogen yang didapat dan

hormon lain yang diproduksi ovari. Wanita yang mendapat

periode menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun atau

menopause setelah usia 55 tahun berisiko kanker payudara

lebih tinggi dari wanita dengan lebih sedikit mendapat

hormon yang dibuat ovari.

g) Terapi radiasi pada dada sebelum usia 30 tahun

Jika wanita mengalami terapi radiasi pada dadanya

sebelum usia 30 tahun dan khususnya selama masa remaja,

wanita mungkin berisiko lebih tinggi berkembangnya

kanker payudara.
5

h) Kepadatan payudara

Riset terdahulu menunjukkan bahwa wanita dengan

payudara padat, yang mengandung lebih banyak kelenjar

dan jaringan penyambung, lebih mungkin didiagnosis

dengan kanker payudara daripada wanita berpayudara

kurang padat (sebagian besar dibuat dari jaringan lemak).

Kanker payudara sendiri padat dan mulai dari jaringan

kelenjar. Estrogen membuat jaringan payudara lebih padat.

Jadi, hubungan antara kepadatan payudara dan kanker

payudara mungkin dikaitkan dengan tingkat estrogen dalam

tubuh.

i) Terpapar DES (diethylstilbestrol)

DES merupakan hormon buatan seperti estrogen yang

digunakan di masa lalu untuk menolong wanita mencegah

keguguran. Anak perempuan yang menggunakan DES

berisiko kanker di vagina. Obat ini mungkin juga

meningkatkan risiko kanker payudara wanita yang

menggunakannya dan anak perempuannya yang

terpaparnya.
6

j) Kehamilan terlambat atau tidak hamil

Wanita yang mempunyai masa kehamilan pertama

penuh setelah usia 30 tahun dan wanita yang tidak pernah

mempunyai masa kehamilan penuh berisiko kanker

payudara lebih tinggi daripada wanita yang melahirkan

lebih dini. Masa kehamilan penuh yang menghentikan

siklus menstruasi selama 9 bulan, nampaknya menawarkan

proteksi melawan kanker payudara.

k) Biopsi payudara

Seseorang yang dibiopsi dalam jangka waktu tidak

lama berisiko terkena kanker payudara. Sel kanker akan

mengganas akibat terpicu oleh biopsi.

2. Faktor Risiko yang Dapat Dikendalikan

a) Merokok

Riset menunjukkan bahwa merokok menyebabkan

banyak penyakit dan dihubungkan dengan risiko yang

meningkat berkembangnya kanker payudara. Merokok juga

meningkatkan komplikasi pengobatan kanker payudara.

b) Olahraga

Olahraga mempunyai banyak manfaat. Riset

menunjukkan bahwa olahraga 5 jam seminggu mungkin

menurunkan risiko kanker payudara. Setiap waktu, olahraga

mungkin dapat menurunkan tingkat estrogen alam tubuh.


7

c) Kegemukan

Sel lemak ekstra membuat estrogen ekstra yang

mungkin merangsang pertumbuhan sel payudara. Wanita

yang kelebihan berat badan juga cenderung kurang

olahraga dan makan lebih banyak makanan berlemak.

d) Alkohol

Penggunaan alkohol yang signifikan tidak baik untuk

hati yang membantu mengatur tingkat estrogen dalam

sistem tubuh. Pembatasan alkohol membantu menjaga

tingkat estrogen darah tetap rendah.

e) Daging merah dan lemak hewan

Batasi makanan dari daging merah dan lemak lainnya

(termasuk produk lemak dalam keju, susu, dan es krim).

Studi menunjukkan banyak memakan daging merah atau

daging olahan dihubungkan dengan risiko kanker payudara

lebih tinggi.

f) Menyusui

Jika keadaan memungkinkan, pertimbangkan untuk

mempunyai anak dan menyusui bayi lebih cepat daripada

nanti. Masa kehamilan penuh menghentikan siklus

menstruasi selama 9 bulan, nampaknya menawarkan

proteksi melawan kanker payudara. Kehamilan


8

menghasilkan paduan beberapa hormon yang memaksa sel

payudara dewasa dan belajar membuat susu.

Riset menunjukkan bahwa menyusui menurunkan

risiko kanker payudara bagi ibu yang lebih muda dan

wanita yang menunda mempunyai anak.

g) Stres

Studi baru yang menarik menyarankan santai mungkin

memperkuat sistem imun. Jika sistem imun kuat, lebih

mudah melawan penyakit.

h) Hormon estrogen pengganti

Pemberian hormon estrogen pengganti seperti pil KB,

KB suntik, atau post menopause mempunyai risiko tinggi

kanker payudara karena mengandung hormon estrogen

pengganti.

c. Manifestasi Klinis

Pada tahap awal tidak terdapat tanda dan gejala yang khas

(Romauli dan Vindari, 2009) . Tanda dan gejala dapat terlihat pada

tahap lanjut antara lain:

1. Adanya benjolan di payudara.

2. Adanya luka yang tidak sembuh.

3. Keluar cairan yang tidak normal dari puting susu, cairan dapat

berupa nanah, darah, cairan encer atau keluar air susu pada

wanita yang tidak hamil dan menyusui.


9

4. Perubahan bentuk dan besarnya payudara.

5. Kulit puting susu dan areolla melekuk ke dalam atau berkerut.

6. Nyeri di payudara.

d. Perkembangan Kanker Payudara

1) Jenis-jenis Kanker Payudara

a) Ductal Carsinoma In Situ (DCIS)

Ductal berarti kanker dimulai di dalam pembuluh susu.

Carcinoma berarti jenis kanker ganas pada jaringan epitel.

In situ merupakan nama Latin untuk di dalam tempat

asalnya. DCIS merupakan jenis kanker non-invasif yang

paling lazim dan umumnya tidak bergejala. DCIS tidak

mengancam nyawa karena non-invasif dan diangap paling

dini kanker atau stadium 0. Stadium 0 kanker payudara (pra

kanker/Tis-tumor in situ/tumor in the same place) adalah

pertumbuhan sel tidak terkendali yang melekat di dalam

pembuluh susu tempat munculnya.

b) Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)

LCIS adalah anggapan umum untuk kondisi pra

kanker. Disebut lobular karena kanker ini mengurung

lobulus yaitu kelenjar yang sebenarnya membuat susu.

LCIS biasanya tanda klinis atau mammografi yang kurang

khusus dan terjadi lebih sering pada wanita pra menopause.

Sel kanker terbatas pada lobulus payudara tanpa invasi.


10

c) Invasive Ductal Carcinoma (IDC)

Invasive berarti bahwa kanker ini menyerang atau

menyebar ke jaringan sekeliling. IDC merupakan jenis sel

kanker yang paling lazim dan menyebabkan 70%-80%

semua kasus kanker payudara.

IDC biasanya menyebar ke simpul limfe regional dan

membawa prognosis (perkiraan kesembuhan) paling buruk

di antara berbagai jenis duktal. Pemeriksaan tingkat

histologis dan inti sel menunjukkan untuk menjadi

prediktor prognosis efektif.

d) Invasive Lobular Carcinoma (ILC)

Ilc terjadi relatif tidak biasa dan menyebabkan 5%-15%

semua kanker payudara. ILC dicirikan dengan proporsi

multisentrisitas (lebih dari satu kuadran atau tempat yang

terlibat dalam payudara) lebih besar dalam payudara yang

sama atau yang satunya. Lesi cenderung mempunyai batas

nyeri jelas dan kadang-kadang hanya penebalan tidak

kentara. Penderita ILC terutama cenderung mengalami

karsinoma bilateral. Tahap demi tahap, ILC mempunyai

prognosis (perkiraan kesembuhan) yang sama dengan IDC.


11

e) Tubular Carcinoma

Tubular carcinoma dikenal juga sebagai karsinoma

yang dapat diidentifikasikan terdiferensiasi dengan baik.

Frekuensi metastasis simpul limfe ketiak kira-kira 10%,

lebih rendah daripada karsinoma duktal. Prognosis ini

sangat lebih baik daripada untuk IDC.

f) Medullary Carsinoma

Medullary carsinoma dicirikan dengan infiltrasi

limfosit yang menonjol. Penderita medullary carsinoma

cenderung menjadi lebih muda daripada penderita jenis

kanker payudara lain. Prognosis (perkiraan kesembuhan)

ini juga dipercaya menjadi lebih baik daripada untuk IDC.

g) Inflammatory Breast Carcinoma (IBC)

Inflammatory Breast Carcinoma dicirikan dengan

pembengkakan kulit yang merata, kulit dan payudara yang

kemerah-merahan, dan kekerasan jaringan utama tanpa

massa yang jelas. Manifestasi klinis terutama disebabkan

gangguan penggumpalan tumor pada limfatik dermal

(saluran limfe kulit) dengan dihubungkan penjejelan kapiler

permukn. IBC mempengaruhi prognosis yang kurang baik.


12

h) Penyakit Paget

Penyakit paget puting susu merupakan jenis kanker

payudara yang jarang dan dicirikan secara klinis dengan

perubahan ekstrim atau peradangan puting susu. Dipercaya

bahwa penyakit Paget menggambarkan perpindahan sel

maligna dari pembuluh payudara berdekatan di puting susu.

Prognosis penderita penyakit Paget nampak mirip dengan

wanita karsinoma payudara jenis lain, tahap demi tahap.

2) Stadium Kanker Payudara

Rasjidi (2009) menyebutkan tahapan atau stadium kanker

payudara sebagai berikut:

a) Stadium 0

Tahap sel kanker payudara tetap di dalam kelenjar

payudara, tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal

yang berdekatan.

b) Stadium I

Benjolan kanker tidak melebihi dari 2 cm dan tidak

menyebar keluar dari payudara. Perawatan sistematis akan

diberikan pada kanker stadium ini, tujuannya adalah agar

sel kanker tidak menyebar dan tidak berlanjutan.


13

c) Stadium II A

Tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel kanker

ditemukan di kelenjar getah bening ketiak, atau tumor

dengan ukuran 2 cm atau kurang dan telah menyebar ke

kelenjar getah bening ketiak, atau tumor yang lebih besar

dari 2 cm tapi tidak lebih besar dari 5 cm dan belum

menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

d) Stadium II B

Tumor lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang lebih

besar dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah

bening ketiak, atau tumor yang lebih besar dari 5 cm tapi

belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak. Stadium

ini perlu dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel

kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran dan

setelah operasi perlu dilakukan penyinaran untuk

memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.

e) Stadium III A

Tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di

kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau

dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di kelenjar

getah bening di dekat tulang dada, atau tumor dengan

ukuran berapapun dimana kanker telah menyebar ke


14

kelenjar getah bening ketiak, terjadi perlekatan dengan

struktur lainnya.

f) Stadium III B

Kanker sudah menyusup ke luar dari bagian payudara yaitu

ke kulit, dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada. Perlu

dilakukan pengangkatan payudara pada stadium ini.

g) Stadium IV

Sel-sel kanker sudah mulai menyerang bagian tubuh

lainnya seperti tulang, paru-paru, hati, otak, kulit dan

kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan

yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara.

Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah

Onkologi Indonesia) dalam Rasjidi (2009) didapatkan data

rata-rata prognosis harapan hidup (survival rate) penderita

kanker payudara per stadium sebagai berikut:

a) Stadium 0 : 10 tahun dengan harapan hidup 98%.

b) Stadium I : 5 tahun dengan harapan hidup 85%.

c) Stadium II : 5 tahun dengan harapan hidup 60-70%.

d) Stadium III : 5 tahun dengan harapan hidup 30-50%.

e) Stadium IV : 5 tahun dengan harapan hidup 5%.


15

3) Klasifikasi TNM

Sistem TNM (Tumor Nodus Metastasis) dipublikasikan

untuk mengklasifikasikan kanker berdasarkan pada morfologi

tumor yang akan menentukan prognosis yaitu ukuran dari

tumor (T), ada atau tidaknya keterlibatan kelenjar limfe (N),

dan adanya metastasis (M).

Tabel 2.1 Klasifikasi TNM Kanker Payudara Berdasarkan

AJCC Cancer Staging Manual, 6th Edition

Klasifikasi Definisi
T Tumor primer.

Tx Tumor primer tidak didapatkan.

To Tidak ada bukti adanya tumor primer.

Tis Karsinoma in situ


Tis (DCIS) Duktal karsinoma in situ
Tis (LCIS) Lobular karsinoma in situ
Tis (Paget) Paget’s desease tanpa adanya tumor.

T1 Ukuran tumor < 2 cm


T2 mic Mikroinvasif > 0,1 cm
Tia Tumor > 0,1cm - < 0,5 cm
Tib Tumor > 0,5 cm - < 1 cm
Tic Tumor > 1 cm - < 2 cm

T2 Tumor > 2 cm - < 5 cm

T3 Tumor > 5 cm

T4 Tumor dengan segala ukuran disertai dengan


adanya perlekatan pada dinding thoraks atau
kulit.
T4a Melekat pada dinding dada tidak termasuk M.
Pectoralis major.
T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi
pada kulit, atau adanya nodul satelit pada
payudara.
T4c Gabungan antara T4a dan T4b.
T4d Inflammatory carsinoma
16

Kelenjar limfe
regional (N)
Nx Kelenjar limfe regional tidak didapatkan.
N0 Tidak ada metastasis pada kelenjar limfe.
N1 Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral,
bersifat mobile.
N2 Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral tidak
bisa digerakkan.
N3 Metastasis pada kelenjar limfe infraclavicular,
atau mengenai kelenjar mammae interna, atau
kelenjar limfe supraclavicular.

Metastasis (M)
Mx Metastasis jauh tidak didapatkan.
M0 Tidak ada bukti adanya metastasis.
Didapatkan metastasis yang telah mencapai
M1 organ.

Tabel 2.2 Stadium klinis kanker payudara menggunakan

klasifikasi TNMT
17

e. Upaya Pencegahan

Rasjidi (2009) menyebutkan upaya-upaya yang dilakukan

untuk mencegah timbulnya kanker payudara yaitu:

1. Pencegahan primer

Pencegahan primer pada kanker payudara adalah salah satu

bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang

sehat melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada

berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.

Pencegahan primer berupa pemeriksaan SADARI

(pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin

sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker

payudara.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang

memiliki risiko terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder

dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Deteksi dini dapat

dilakukan melalui skrining dengan mammografi. Skrining

melalui mammografi memiliki akurasi 90% dari semua

penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus

pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah

satu faktor risiko terjadinya kanker payudara.


18

3. Pencegahan tertier

Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang

positif menderita kanker payudara. Pencegahan tertier sangat

penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita,

mencegah komplikasi penyakit, dan meneruskan pengobatan.

Penanganan yang tepat untuk penderita kanker payudara yang

sesuai dengan stadiumnya dapat memperpanjang harapan hidup

penderita dan mengurangi kecacatan.

f. Pengobatan (Naura, 2009)

Pengobatan penyakit kanker payudara tergantung dari tipe dan

stadium yang dialami penderita. Umumnya seseorang baru

diketahui menderita penyakit kanker payudara setelah menginjak

stadium lanjut yang cukup parah, hal ini disebabkan kurangnya

pengetahuan atau rasa malu sehingga terlambat untuk diperiksakan

ke dokter atas kelainan yang dihadapinya.

1. Pembedahan

Pada kanker payudara yang diketahui sejak dini maka

pembedahan adalah tindakan yang tepat. Dokter akan

mengangkat benjolan serta area kecil sekitarnya yang lalu

menggantikannya dengan jaringan otot lain (lumpectomy).

Secara garis besar, ada 3 tindakan pembedahanatau operasi

kanker payudara diantaranya:


19

a) Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian

payudara (lumpectomy). Operasi ini selalu diikuti dengan

pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy

direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang

dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

b) Total Mastectomy, yaitu operasi seluruh payudara saja,

tetapi bukan kelenjar di ketiak.

c) Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan

seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang

selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.

2. Operasi Konservasi Kanker Payudara

Operasi konservasi kanker payudara (Breast Cancer

Treatment) adalah tindakan operasi pada penderita kanker

payudara dimana operasi pengangkatan kanker hanya sampai

daerah bebas tumor disertai dengan pembersihan kelenjar

ketiak, dengan mempertahankan payudara tetap utuh, kemudian

dilanjutkan dengan kemoterapi.

3. Radiotherapy (Penyinaran atau radiasi)

Yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker

dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan

membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah

operasi. Tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti

tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di


20

sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit

cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.

4. Therapy Hormon

Hal ini dikenal sebagai ‘Therapy anti-estrogen’ yang

sistem kerjanya mem-blok kemampuan hormon estrogen yang

ada dalam menstimulasi perkembangan kanker pada payudara.

5. Kemoterapi

Ini merupakan proses pemberian obat – obatan anti kanker

dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang

bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan

mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan

telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari

kemoterapi ini adalah pasien mengalami mual dan muntah serta

rambut rontok karena pengaruh obat – obatan yang diberikan

saat kemoterapi.

Efek samping dari pengobatan kemoterapi: Obat sitotoksik

menyerang sel-sel kanker yang sifatnya membelah, terkadang

obat ini juga memiliki efek pada sel-sel tubuh normal yang juga

mempunyai sifat cepat membelah seperti rambut, mukosa,

sumsum tulang, kulit, dan sperma. Obat ini juga dapat bersifat

toksik pada beberapa organ seperti jantung, hati, ginjal, dan

sistem saraf. Berikut akan dibahas beberapa efek samping

kemoterapi yang sering ditemui pada pasien kanker:


21

1. Supresi sumsum tulang

Trombositopenia, anemia, dan leukopenia adalah efek

samping yang terjadi akibat kemoterapi. Sebagian besar

pengobatan standar dirancang sesuai dengan kinetika

pemulihan sumsum tulang setelah paparan kemoterapi.

Beberapa tahun terakhir mulai diberikan faktor perangsang

koloni makrofag dan faktor perangsang koloni granulosit.

Faktor pertumbuhan ini mempunyai peran penting dalam

pemberian dosis intensif kemoterapi dengan mencegah

leukopenia sehingga mengurangi insiden infeksi dan

lamanya rawat inap.

2. Mukositis

Mukositis dapat terjadi pada rongga mulut (stomatitis),

lidah (glossitis), tenggorok (esofagitis), usus (enteritis), dan

rektum (proktitis). Umumnya mukositis terjadi pada hari ke

5-7 setelah kemoterapi. Satu kali mukositis muncul, siklus

berikutnya akan terjadi mukositis kembali, kecuali jika obat

diganti atau dosis diturunkan. Mukositis dapat

menyebabkan infeksi sekunder, asupan nutrisi yang buruk,

dehidrasi, penambahan lama waktu perawatan, dan

peningkatan biaya perawatan. Kebersihan mulut harus

dijaga untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat

mukositis.
22

3. Mual dan muntah

Mual dan muntah terjadi karena peradangan dari sel-sel

mukosa yang melapisi saluran cerna. Muntah dapat terjadi

secara akut dalam 0-24 jam setelah kemoterapi, atau

tertunda, 24-96 jam setelah kemoterapi.

4. Diare

Diare disebabkan karena kerusakan sel epitel saluran

cerna sehingga absorpsi tidak adekuat. Obat golongan

antimetabolit yang sering menimbulkan diare. Pasien

dianjurkan makan rendah serat, tinggi protein, dan minum

cairan yang banyak. Obat anti diare juga dapat diberikan.

5. Alopesia

Kerontokan rambut sering terjadi pada kemoterapi

akibat letal obat terhadap sel-sel folikel rambut. Pemulihan

total akan terjadi setelah terapi dihentikan. Rambut tumbuh

kembali pada saat terapi masih berlangsung, ini terjadi pada

beberapa pasien. Tumbuhnya kembali merefleksikan proses

proliferatif kompensatif yang meningkatkan jumlah sel-sel

induk atau mencerminkan perkembangan resistensi obat

pada jaringan normal.


23

6. Infertilitas

Spermatogenesis dan pembentukan folikel ovarium

merupakan hal yang rentan terhadap efek toksis obat

antikanker. Pria yang mendapati kemoterapi seringkali

produksi spermanya menurun. Biopsi testis menunjukkan

hilangnya sel-sel germinal pada tubulus seminiferus, hal ini

disebabkan karena efek obat terhadap sel-sel yang

berploriferasi cepat. Efek antispermatogenetik ini dapat

pulih kembali setelah kemoterapi dosis rendah, tetapi

beberapa pria mengalami infertilitas yang menetap.

Kemoterapi seringkali menyebabkan perempuan

pramenopause atau mengalami penghentian menstruasi

sementara atau menetap dan timbulnya gejala-gejala

menopause. Hilangnya efek ini sangat bergantung pada

umur, jenis obat yang digunakan, serta lama, dan intensitas.


24

2. Dukungan Keluarga

a. Definisi Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang

diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap – tiap

anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain.

b. Fungsi Keluarga (Harmoko, 2012)

Fungsi Keluarga:

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi dan tugas keluarga

yang dapat dijalankan. Fungsi keluarga adalah sebagai berikut:

1. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,

memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi

kebutuhan gizi keluarga.

2. Fungsi psikologis, yaitu selalu memberikan kasih sayang dan

rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian di antara

keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian anggota

keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga.

3. Fungsi sosialisasi pada anak, membentuk norma – norma

tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing –

masing dan meneruskan nilai – nilai budaya.

4. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber – sumber penghasilan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung

untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan

datang.
25

5. Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk

memberikan pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku

anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya,

mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang untuk memenuhi peranannya sebagai orang dewasa,

serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

c. Bentuk Dukungan Keluarga

1. Dukungan Informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi,

nasihat, saran dan pemecahan masalah. Dukungan informasi

seperti ini dapat menolong pasien untuk mengenali dan

mengatasi masalah dengan mudah.

2. Dukungan motivasi

Dukungan motivasi yang diberikan keluarga yaitu keluarga

memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertemu dengan

orang yang mengalami kondisi yang sama untuk mendapatkan

nasihat, keluarga memberikan dukungan yang dibutuhkan

pasien, keluarga memberikan semangat melalui pujian atas

sikap pasien yang positif, dan keluarga memberikan kebutuhan

yang sangat dibutuhkan oleh pasien.


26

3. Dukungan instrumental

Bentuk dukungan instrumental yang dimaksud yaitu

dukungan berupa waktu dimana keluarga siap mendampingi

ketika perawatan, keluarga bersedia membiayai perawatan,

keluarga memberikan bantuan atas pengobatan yang pasien

terima, dan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan fisik dimana

keluarga memenuhi kebutuhan pengobatan yang belum

terpenuhi.

4. Dukungan emosional

Bentuk dari dukungan emosional ini yaitu keluarga

memberikan kepercayaan dalam mengambil suatu keputusan,

keluarga bersedia sebagai tempat mencurahkan perasaan,

keluarga memberikan semangat, dan keluarga selalu

memberikan solusi untuk menghadapi masalah yang terjadi.

d. Sumber Dukungan Keluarga

Nursalam, dkk. (2009) menyatakan individu yang termasuk

dalam memberikan dukungan sosial meliputi pasangan

(suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim

kesehatan, atasan dan konselor. Dukungan sosial keluarga dapat

berupa dukungan internal dan eksternal. Dukungan sosial keluarga

internal seperti dari suami/ayah, istri/ibu, atau dukungan saudara

kandung. Dukungan sosial keluarga eksternal adalah dukungan


27

sosial eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial

keluarga).

B. KERANGKA TEORI

Kerangka teori adalah suatu kerangka yang berhubungan dengan

abstrak atau nyata yang disusun berdasarkan tema atau topik

(Notoatmodjo, 2010). Kerangka teori dalam penelitian ini seperti dibawah

ini:

Bentuk Dukungan Kanker Pengobatan


Keluarga Payudara Kanker

1. Dukungan informasional 1. Definisi 1. Pembedahan


2. Dukungan motivasi 2. Penyebab 2. Radioterapi
3. Dukungan instrumental 3. Manifestasi Klinis 3. Kemoterapi
4. Dukungan emosional 4. Perkembangan 4. Terapi
kanker payudara hormon
5. Upaya Pencegahan
6. Pengobatan

Gambar 3.1 Kerangka Teori


28

C. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan – hubungan

konsep – konsep yang diamati atau yang akan diukur melalui penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Dukungan Keluarga
1. Dukungan informasional Penderita
2. Dukungan motivasi Kanker
3. Dukungan instrumental Payudara
4. Dukungan emosional

: Diteliti

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Anda mungkin juga menyukai