Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PERKULIAHAN

KEPERAWATAN ANAK

Nama : Elis Lia Ajijah

Kelas : 2A

NIM : 34403519032

Dosen : Ibu H. Sri Hartati., Ners., M.Kep

Tanggal : 2 November 2020

ATRESIA ANI

1. Pengertian atresia ani


Atresia ani atau anus imperforata adalah kelainan kongenital yang
menyebabkan anus tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya,
penderita tidak dapat mengeluarkan tinja secara normal. Kondisi ini
biasanya terjadi akibat gangguan perkembangan saluran cerna janin saat
usia kehamilan 5–7 minggu.
Atresia ani merupakan kondisi yang cukup jarang terjadi. Kondisi
ini hanya terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran dan lebih sering terjadi pada
bayi laki-laki. Atresia ani perlu mendapatkan penanganan segera untuk
mencegah komplikasi.
2. Penyebab Atresia Ani
Atresia ani merupakan salah satu bentuk kelainan kongenital.
Penyebab terjadinya atresia ani belum diketahui secara pasti. Atresia ani
terjadi secara acak dan bisa dialami oleh siapa saja. Namun, ada dugaan
yang mengaitkan kondisi dengan kelainan genetik.
Atresia ani juga sering muncul bersamaan dengan kondisi
VACTREL, yaitu kelompok kelainan kongenital yang dapat memengaruhi
berbagai sistem tubuh. VACTREL adalah singkatan dari vertebral defects,
anal atresia, cardiac defects, tracheoesophageal fistula, renal anomalies,
dan limb defects.
Saat janin mengalami kelainan atau gangguan perkembangan
saluran pencernaan, kehamilan juga bisa terganggu. Salah satu kondisi
yang sering berkaitan dengan atresia ani adalah terjadinya polihdramnion.
Polihidramnion adalah kondisi berlebihnya kadar cairan ketuban yang bisa
diketahui saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan.
3. Faktor risiko atresia ani
Belum diketahui ada tidaknya faktor yang bisa meningkatkan
risiko terjadinya atresia ani. Namun, kondisi ini lebih sering terjadi pada
bayi laki-laki. Bayi yang mengalami atresia ani juga bisa mengalami
kelainan bawaan lain, termasuk gangguan saluran pencernaan, gangguan
saluran kemih, dan kelainan VACTREL.
4. Gejala Atresia Ani
Atresia ani ditandai dengan bentuk rektrum (bagian akhir usus
besar) sampai lubang anus bayi tidak berkembang dengan sempurna.
Atresia ani terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
a. Lubang anus menyempit atau tertutup total
b. Rektrum tidak terhubung dengan usus besar
c. Terbentuk fisula atau saluran yang menghubungkan rektum dengan
kandung kemih, uretra, pangkal penis, atau vagina
Pada kondisi normal, perkembangan lubang anus, saluran kemih,
dan kelamin, pada janin terjadi pada trimester pertama kehamilan atau saat
usia kehamilan mencapai 7–8 minggu. Atresia ani terjadi jika
perkembangan organ-organ ini mengalami gangguan pada masa ini.
Bayi yang mengalami atresia ani umumnya memiliki gejala
sebagai berikut:
a. Lubang anus tidak berada di tempat yang semestinya, atau tidak
justru lahir tanpa lubang anus
b. Lubang anus sangat dekat dengan vagina pada bayi perempuan
c. Tinja pertama (mekonium) tidak keluar dalam jangka waktu 24–48
jam setelah lahir
d. Perut tampak membesar
e. Tinja keluar dari vagina, pangkal penis, skrotum, atau uretra
5. Kapan harus ke dokter
Atresia ani bisa terdeteksi saat pemeriksaan fisik bayi baru lahir.
Namun, ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin
sesuai jadwal yang ditentukan oleh dokter. Dengan begitu, perkembangan
janin dan kondisi ibu hamil dapat terus dipantau.
Biasanya jika tidak terdeteksi saat bayi baru lahir, adanya
pembesaran perut dan tidak keluarnya tinja pertama (mekonium) bisa
menjadi pertanda terjadinya atresia ani. Jika bayi mengalami keluhan ini,
segera bawa bayi ke dokter agar bisa dilakukan pemeriksaan menyeluruh.
Anda juga disarankan untuk membawa bayi untuk melakukan
pemeriksaan secara rutin ke dokter. Dengan melakukan pemeriksaan
secara rutin, pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat dipantau. Selain
itu, jika ditemukan adanya gangguan kesehatan, penanganan sejak dini
dapat dilakukan, sehingga dapat mencegah komplikasi.
6. Diagnosis Atresia Ani
Saat bayi baru lahir, dokter atau petugas medis akan melakukan
pemeriksaan bayi baru lahir yang menyeluruh termasuk memastikan ada
tidaknya lubang anus. Jika saat pemeriksaan tidak ditemukan lubang anus,
dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan lanjutan untuk
memastikan kondisi bayi.
Atresia ani merupakan kelainan bawaan lahir akibat adanya
gangguan perkembangan janin. Ada beberapa kelainan bawaan lahir lain
yang bisa muncul bersamaan dengan kondisi ini, yaitu:
a. Kelainan pada saluran urine dan ginjal
b. Kelainan pada tulang belakang
c. Kelainan pada saluran pernapasan
d. Kelainan pada kerongkongan
e. Kelainan pada lengan dan tungkai
f. Sindrom Down
g. Penyakit jantung bawaan
h. Penyakit Hirschsprung
i. Atresia duodenum (kelainan pada usus halus)
Untuk mendeteksi kelainan bawaan yang sering muncul bersamaan
dengan atresia ani, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan lain,
seperti:
a. Pemindaian dengan Rontgen, USG, dan MRI, untuk mendeteksi
apakah ada kelainan tulang dan memeriksa kondisi kerongkongan,
tenggorokan, serta organ-organ yang terkait
b. Ekokardiografi, untuk memeriksa kondisi jantung bayi
7. Pengobatan Atresia Ani
Pengobatan atresia ani bertujuan untuk memperbaiki kondisi anus
agar bayi bisa hidup normal. Sebelum dilakukan pengobatan lebih lanjut,
bayi yang tidak memiliki lubang anus akan diberi asupan nutrisi dan cairan
melalui cairan infus. Jika ada fistula yang terbentuk pada saluran kemih
yang berisiko meningkatkan terjadinya infeksi, dokter mungkin akan
memberikan antibiotik.
Secara umum, pilihan pengobatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi atresia ani adalah:
a. Operasi
Operasi merupakan metode pengobatan utama untuk
mengatasi atresia ani. Tujuan operasi adalah untuk membuat fungsi
saluran pencernaan berjalan dengan normal. Jenis operasi yang
dilakukan tergantung dari gejala, usia, jenis dan kerumitan bentuk
atresia ani yang terjadi, serta kondisi kesehatan bayi.
Beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan untuk
mengatasi atresia ani adalah:
1) Kolostomi, yaitu pembuatan lubang (stoma) di dinding
perut yang sebagai saluran pembuangan sementara.
Kotoran yang keluar dari stoma akan ditampung di sebuah
kantung (colostomy bag).
2) Pull through, yaitu operasi untuk menyambungkan bagian
rektum dan anus. Biasanya operasi ini dilakukan beberapa
bulan setelah operasi kolostomi pertama.
3) Penutupan kolostomi, yaitu operasi lanjutan untuk menutup
stoma, sehingga pasien bisa mulai membuang kotoran
melalui rektum dan anus.
4) Anoplasti perineum, yaitu operasi untuk menutup fistula
yang terhubung dengan saluran kemih atau vagina.
Prosedur ini bertujuan untuk membuat lubang anus berada
di posisi yang seharusnya.
5) Tingkat keberhasilan tindakan operasi dalam memperbaiki
atresia ani dapat dikatakan cukup tinggi.
6) Mengatur pola makan dan diet
Setelah menjalani operasi, penderita atresia ani
disarankan untuk mengatur pola makan, seperti
mengonsumsi makanan tinggi serat dan suplemen serta
vitamin. Hal ini bertujuan agar penderita tidak mengalami
sembelit.
8. Komplikasi Atresia Ani
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat atresia ani atau
setelah tindakan operasi adalah:
a. Konstipasi
b. Robekan (perforasi) usus
c. Infeksi saluran kemih
d. Inkontinensia tinja atau urine
e. Penyempitan anus (stenosis anus)
9. Pencegahan Atresia Ani
Atresia ani merupakan kelainan bawaan atau kongenita, sehingga
sulit dicegah. Namun, ibu hamil dapat melakukan beberapa langkah di
bawah ini untuk menurunkan risiko terjadinya kelainan pada janin:
a. Melakukan pemeriksaan genetik ke dokter jika memiliki riwayat
atresia ani atau kelainan kongenital lainnya sebelum merencanakan
kehamilan.
b. Mengonsumsi makanan yang sehat, tidak merokok, serta tidak
mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan di luar anjuran
dokter selama hamil.
c. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan mengonsumsi
suplemen sesuai ajuran dokter.

Anda mungkin juga menyukai