Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mungkin lepas dari berkomunikasi.


Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Salah satu kajian ilmu komunikasi adalah komunikasi kesehatan yang merupakan
hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan
derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan
memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan
timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan
kesehatan yang lebih baik. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna
karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik ?
b. Bagaimana komunikasi trapeutik pada setiap usia ?
c. Apa saja teknik-teknik dalam melakukan komunikasi terapeutik ?

C. Tujuan Penulisan
a. Memenuhi tugas mata kuliah komunikasi dalam keperawatan
b. Membahas lebih lanjut tentang komunikasi trapeutik

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian komunikasi

Northouse (1998): Komunikasi terapeutik adalah kemampuan perawat dalam membantu


klien untuk dapat beradaptasi dengan stress yang dialaminya. Serta mengatasi gangguan
psikologis, dan belajar untuk berhubungan baik dengan orang lain.

Stuart G.W (1998): Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara


perawat dan pasiennya. Dimana dalam hubungan ini, perawat dan klien bersama-sama
belajar untuk memperbaiki pengalaman emosional klien.

Sundeen (1990): Hubungan terapeutik merupakan sebuah hubungan kerjasama. Hubungan


ini ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman antara
perawat dan pasien untuk membina hubungan intim yang terapeutik.

Mahmud Machfoedz (2009): Komunikasi Terapeurik merupakan pengalaman interaktif


antara perawat dan pasien ya ng didapatkan secara bersama melalui komunikasi.
Komunikasi disini bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang pasien hadapi.

Wahyu Purwaningsih dan Ina Karlina (2010): Komunikasi terapeutik berfokus pada klien
dalam memenuhi kebutuhan klien, serta memiliki tujuan spesifik, dan batas waktu yang
ditetapkan bersama. Merupakan hubungan timbal balik saling berbagi perasaan yang
berorientasi pada masa sekarang.

Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial yaitu pada komunikasi


terapeutik selalu terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk komunikasi. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien dan membina hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien.

2. Komunikasi tarapeutik pada setiap usia


a. Komunikasi tapeutik pada lansia
Lansia atau lanjut usia tergolong fase tua, dimana pada fase ini manusia sudah tidak
memiliki organ fisik dan psikis yang sempurna. Oleh karena itu, komunikasi yang
dilakukan lansia terbilang cukup tidak efektif karena penurunan fungsi organ fisik
tersebut dan psikis menjadi lebih sensitif.

2
Pendekatan dalam komunikasi berfungsi untuk memberikan komunikasi yang efektif
saat berbicara dengan lansia. Adapun pendekatan komunikasi pada lansia adalah
sebagai berikut:
1) Pendekatan psikologis
Pendekatan psikologis merupakan suatu pendekatan komunikasi yang
dilakukan kepada lansia dengan cara mengubah perilaku seorang komunikator.
Peran seorang perawat atau dokter sebagai komunikator adalah mengubah
perilakunya dengan cara menyesuaikan dengan komunikannya, yaitu lansia.
Seorang komunikator mampu memiliki waktu yang lama untuk melakukan
komunikasi efektif dengan lansia. Pendekatan ini mengharuskan komunikator
memiliki status sebagai motivator, konsultan, pendukung, penasihat, dan lainnya.
Seorang lansia akan mengalami penurunan rasa bahagia atau perasaan yang lain dan
sebagainya yang berhubungan dengan psikologis.
2)Pendekatan fisik
Pendekatan fisik dalam komunikasi pada lansia ini merupakan lawan dari
pendekatan psikologis. Jika pendekatan psikologis berhubungan dengan psikis lansia
maka pendekatan fisik ini berhubungan dengan fungsi organ tubuh pada lansia.
Seorang lansia akan kehilangan fungsi organ tubuhnya dan permasalahan tentang
kesehatan lainnya.
Lansia memiliki keadaan fisik yang berbeda dengan orang dewasa. Oleh
karena itu, pendekatan fisik ini mempengaruhi efektivitas komunikasi pada lansia.
Pendekatan ini lebih mudah dilakukan karena dapat terlihat oleh mata dan mudah
untuk diteliti. Misalnya, lansia yang kurang mendengar maka ada penurunan daya
dengar dari telinga lansia tersebut.
3) Pendekatan sosial
Pendekatan sosial merupakan salah satu pendekatan komunikasi pada lansia.
Pendekatan sosial ini ditujukan agar lansia dapat dengan bebas berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya. Selain itu, lansia juga diminta untuk berinteraksi dengan
pasien lansia lainnya.
Adanya pendekatan ini membuat lansia tidak bosan berdiam diri di kamar saja,
sehingga pemikiran lansia tersebut akan terbuka dengan berbicara kepada lansia
lainnya seperti berdiskusi, bercerita, bermain, dan kegiatan lainnya yang membuat
lansia tersebut dapat bersosialisasi.

3
b. Komunikasi tarapeutik pada kebutuhan khusus
1. Tuna rungu
Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga
tuli. Bentuk tuli yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli konduktif.
Tuli perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf, sedangkan
tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur panghantar rangsang suara.
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering
digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang di
keluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya.
Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan
komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra
visualnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien gangguan
pendengaran:
1. Periksa adanya bantuan pendengaran dan kaca mata
2. Kurangi kebisingan
3. Dapatkan perhatian klien sebelum memulai pembicaraan
4. Berhadapan dengan klien dimana ia dapat melihat mulut anda
5. Jangan mengunyah permen karet
6. Bicara pada volume suara normal - jangan teriak
7. Susun ulang kalimat anda jika klien salah mengerti
8. Sediakan penerjemah bahasa isyarat jika diindiksikan

Gangguan pendengaran dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :

1. Conductive hearing Loss, disebabkan oleh masalah yang terjadi pada telinga
luar atau tengah dan berkaitan dengan masalah penghantaran suara.Kemungkinan
penyebab bisa dari tertumpuknya earwax atau kotoran telinga, infeksi atau
pertumbuhan telinga bagian luar, adanya lubang pada gendang telinga, penyakit
yang disebut dengan otosklerosis (yang menyebabkan rangkaian tulang-tulang
pendengaran menjadi kaku dan tidak dapat bergetar) atau faktor keturunan.
Conductive hearing loss biasanya bisa disembuhkan secara medis, namun bila
tidak dapat maka alat bantu dengar biasanya dapat membantu mengatasinya.

4
2. Sensorineural hearing loss, ini adalah istilah untuk menggambarkan adanya
masalah pada telinga bagian dalam, baik di cochlea, syaraf pendengaran atau
sistim pendengaran pusat (sering disebut tuli syaraf). Gangguan dengan tipe ini
bisa disebabkan oleh berbagai hal namun kebanyakan disebabkan oleh kerusakan
pada sel rambut didalam cochlea akibat penuaan, atau rusak akibat suara yang
terlalu keras. 90% gangguan pendengaran adalah tipe Sensorineural hearing loss
& jarang yang bisa diatasi secara medis, namun seringkali alat bantu dengar dapat
membantu.
3. Mixed Hearing Loss (gangguan pendengaran campuran), dimana kondisi
gangguan pendengarannya ada unsur konduktif & sensorineural. Banyak orang
dengan gangguan pendengaran jenis ini dapat terbantu bila memakai alat bantu
dengar.

Berikut adalah tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan


pendengaran :

1. Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien atau


memposisikan diri di depan klien.
2. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan
untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda.
3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap
tubuh dan mimik wajah yang lazim.
4. Tunggu sampai Anda secara langsung di depan orang, Anda memiliki
perhatian individu tersebut dan Anda cukup dekat dengan orang sebelum Anda
mulai berbicara;
5. Pastikan bahwa individu melihat Anda pendekatan, jika kehadiran Anda
mungkin terkejut orang tersebut;
6. Wajah-keras mendengar orang-langsung dan berada di level yang sama dengan
dia sebisa mungkin;
7. Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu
misalnya makanan atau permen karet.
8. Jika Anda makan, mengunyah atau merokok sambil berbicara, pidato Anda
akan lebih sulit untuk mengerti.
9. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan
perlahan.

5
10. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan.
11. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan
pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol)
12. Jika orang yang memakai alat bantu dengar dan masih memiliki kesulitan
mendengar, periksa untuk melihat apakah alat bantu dengar di telinga orang.
Juga periksa untuk melihat bahwa dihidupkan, disesuaikan dan memiliki
baterai bekerja. Jika hal-hal ini baik dan orang yang masih memiliki kesulitan
mendengar, mencari tahu kapan dia terakhir memiliki evaluasi pendengaran;
13. Jauhkan tangan Anda dari wajah Anda saat berbicara;
14. Mengakui bahwa hard-of-mendengar orang mendengar dan memahami kurang
baik ketika mereka lelah atau sakit;
15. Mengurangi atau menghilangkan kebisingan latar belakang sebanyak mungkin
ketika melakukan pembicaraan;
16. Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak. Melihat bahwa lampu
tidak bersinar di mata orang tuna rungu;
17. Jika seseorang telah memahami sesuatu kesulitan, menemukan cara yang
berbeda untuk mengatakan hal yang sama, bukan mengulangi kata-kata asli
berulang;
18. Gunakan sederhana, kalimat singkat untuk membuat percakapan anda lebih
mudah untuk mengerti;
19. Menulis pesan jika perlu; Biarkan waktu yang cukup untuk berkomunikasi
dengan orang gangguan pendengaran. Berada di terburu-buru akan senyawa's
stres semua orang dan menciptakan hambatan untuk memiliki percakapan yang
berarti.

2. Tuna netra
Tunanetra adalah suatu kondisi seseorang yang mengalami gagguan atau hambatan
dalam indra penglihatannya. Berdasar tingkat gangguannya Tunanetra dibagi
menjadi dua yaitu buta total (total blind) dan yang masih memiliki sisa penglihatan
( Low Visioan) . Tunanetra memiliki alat bantu khusus yaitu tongkat yang
berwarna putih dengan garis merah horizontal.
Dengan memiliki kekurangan itu penyandang tunanetra berusaha untuk
memaksimalkan fungsi indra-indra yang lain seperti indra peraba, penciuman ,

6
pendengaran agar para penyandang tunanetra ini setidaknya bisa memiliki
kemampuan yang sama dengan orang normal lainnya.
Komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan
sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh
informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain.
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan
klien yang mengalami gangguan penglihatan:
1) Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami
kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran kita
ketika berada didekatnya
2) Identifikasi diri kita dengan menyebutkan nama (dan peran) kita Berbicara
menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya
menerima pesan verbal secara visual.
3) Nada suara kita memegang peranan besar dan bermakna bagi klien
4) Terangkan alasan kita menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum
melakukan sentuhan pada klien
5) Informasikan kepada klien ketika kita akan meninggalkanya / memutus
komunikasi
6) Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya
7) Orientasikan klien pada lingkungannya bila klien dipindah ke lingkungan /
ruangan yang baru.
Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar
mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya
mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana
menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari
alumunium).
Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan gangguan
sensori penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik
sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien, untuk
itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien
dengan gangguan sensori penglihatan adalah :
1) Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan
saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.

7
2) Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus
disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
3) Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada
indiviu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan
itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna untuk
sipasien.
4) Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini
akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
5) Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan,
perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien,
karena dengan adanya ketenangan maka iinformasi akan lebih jelas baik dan
lancar.
6) Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan
komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan
menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.
7) Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat
sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun
informasi itu

komunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan


lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

1) Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara


2) Periksa lingkungan fisik
3) Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
4) Komunikasikan pesan secara singkat
5) Komunikasikan hal-hal yang berharga saja.
6) Dalam merencanakan komunikas, berkonsultasilah dengan pihk lain agar -
memperoleh dukungan.
3. Tuna Wicara
Indra wicara merupakan organ kompleks yang terdiri atas sistem saraf
pengatur wicara pada korteks serebri, pusat pengatur pernafasan di pons, struktur
mulut dan tenggorok, serta paru-paru sebagai pensuplai udara yang digunakan
untuk menghasilkan suara. Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ

8
lingual, kerusakan pita suara, ataupun gangguan persyarafan. Berkomunikasi
dengan klien dengan gangguan wicara memerlukan kesabaran supaya pesan dapat
dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami gangguan wicara
umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau
menggunakan tulisan dan gambar.
Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara, hal-hal berikut
perlu diperhatikan :
1. Perawat benar-benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir klien.
2. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali kata-
kata yang diucapkan klien.
3. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik.
4. Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan.
5. Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan
baik.
6. Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
7. Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi lisan
dengan klien untuk menjadi mediator komunikasi.
Teknik dalam berkomunikasi dengan klien gangguan wicara :
1. Dengarkan dengan penuh perhatian, kessabaran, dan jagan menginterupsi
2. Ajukan pertanyaan sederhana yang hanya membutuhkan jawaban “ya” dan
“tidak”.
3. Berikan waktu untuk terbentuknya pemahaman dan respon.
4. Gunakan petunjuk visual ( kata-kata, gambar, dan objek ) jika mungkin.

c. Komunikasi tarapeutik pada pasien ODGJ


Tindakan yang efektif, mempererat interaksi kedua pihak, yakni antara pasien
dan perawat secara profesional Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi khusus yang
dilaksanakan oleh penyelenggara jasa kesehatan dalam hal ini adalah perawat dan
tenaga kesehatan lain yang direncanakan dan berfokus pada kesembuhan pasien.
Hubungan antara perawat dan pasien yang bersifat terapeutik karena komunikasi
yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki emosi pasien. Perawat menjadikan

9
dirinya secara terapeutik dengan berbagai tehnik komunikasi secara optimal
dengan tujuan mengubah perilaku pasien ke arah yang positif.
Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien memperjelas
penyakit yang dialami, juga mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar
tindakan guna mengubah ke dalam situasi yang lebih baik. Komunikasi terapeutik
diharapkan dapat mengurangi keraguan serta membantu dilakukannya dan
proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah pasien.

Teknik komunikasi terapeutik sendiri mempunyai empat teknik utama dalam


serangkaian teknik terapi penyembuhan, yang pertama ada teknik mendengarkan,
teknik bertanya, teknik menyimpulkan dan teknik mengubah cara pandang. Berikut
ini adalah teknik-teknik yang dipakai dalam terapi penyembuhan teknik
komunikasi terapeutik kepada pasien gangguan jiwa:
1. Teknik mendengarkan
Teknik mendengarkan merupakan teknik awal dan dasar komunikasi
terapeutik. Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta
penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima, dalam hal ini
perawat harus menjadi pendengar yang aktif untuk bisa menjadi penelaah,
menganalisis apa yang terjadi pada pasien. Selama mendengarkan, perawat
harus mengikuti dengan mendengarkan apa yang dibicarakan pasien dengan
penuh perhatian baik itu tentang perasaannya, pikirannya, atau persepsi pasien
sendiri. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak memotong
pembicaraan pasien, menunjukan perhatian yang penuh sehingga mempunyai
waktu untuk mendengarkan.

2. Teknik Bertanya
Bertanya merupakan salah satu teknik yang dapat mendorong dan
memancing pasien untuk mengungkapkan perasaan dipikirannya. Tujuannya
untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik dan lengkap mengenai apa
yang disampaikan pasien. Bertanya merupakan teknik dasar yang dilakukan
oleh perawat dalam mencari informasi yang belum didapat apa yang telah
disampaikan pasien.

10
3. Menyimpulkan
Dapat disimpulkan dalam teknik ini, perawat mendapatkan poin utama
atau kesimpulan yang menjadi acuan untuk mengatasi masalah pokok yang
dialami pasien sehingga perawat dapat mencarikan solusi dengan membuat
perencanaan dalam teknik selanjutnya. Hal penting dari menyimpulkan adalah
peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan antara perawat dan
pasien. Apabila belum dapat disimpulkan poin utama yang dialami pada
pasien maka perawat harus kembali dan mengulang terus teknik-teknik yang
dilakukan sebelumnya sampai mendapatkan pokok masalah yang ada pada
pasien halusinasi sendiri, sehingga dengan demikian dapat masuk ke teknik
selanjutnya dan dapat melakukan perencanaan cara mengatasi dan solusi dari
pemecahan masalah yang dialami pasien.

4. Mengubah cara pandang


Teknik yang paling utama dan paling akhir dalam teknik komunikasi
terapeutik, teknik mengubah cara pandang merupakan inti semuanya dari
teknik komunikasi terapeutik. Seorang perawat harus dapat memberikan cara
pandang lain agar pasien tidak melihat sesuatu masalah dari aspek negatifnya
saja, dalam teknik ini perawat harus mampu mengubah cara pandang dan
melatih pasien agar dapat keluar dari masalah yang dialaminya. Dalam teknik
ini perawat melakukan stategi perencanaan dalam mengatasi masalah yang
dialami pasien halusinasi tersebut, setelah itu lalu diajarkan cara pelatihannya
yang terus-menerus dilakukan misalnya dengan cara menghardik atau
mengalihkan pikiran dan perasaan pasien kearah yang lebih positif, makanya
teknik ini prosesnya memerlukan waktu yang lama supaya pasien paham
terhadap masalah yang dialaminya dan tahu bagaimana cara mengatasi
masalah yang terjadi dalam dirinya.Komunikasi dengan penderita gangguan
jiwa membutuhkan sebuah dasar pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang
benar, ide yang mereka lontarkan terkadang melompat, fokus terhadap topik
bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah kata – kata bisa saja
kacau balau.

11
d. Komunikasi tarapeutik pada keluarga dan kelompok
Pengertian kelompok, menurut De Vito (2011), adalah sekumpulan individu
yang cukup kecil untuk berkomunikasi dengan relatif mudah, yaitu para anggota
saling berhubungan satu sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan
memiliki semacam organisasi atau struktur di antara mereka.
Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga
1. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri
Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran
penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga dengan
anggota keluarga (ayah, ibu, anak).

2. Komunikasi orang tua dan anak


Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan
keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anaknya.
Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah,
disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara
orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau
nasehat. Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa
keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua
dan anak.
3. Komunikasi ayah dan anak
` Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak.
Peran ayah dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan
keputusan pada anak yang peran komunikasinya cenderung meminta dan
menerima. Misal, memilih sekolah. Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat
pengasuhan kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu jika anak
merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.
4. Komunikasi anak dan anak yang lainnya
Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak
yang lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih
muda. Biasanya dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.
Pengertian keluarga akan berbeda. Hal ini bergantung pada orientasi yang
digunakan dan orang yang mendefenisikannya. Keluarga adalah sekelompok

12
orang yang diikat oleh perkawinan atau darah, biasanya meliputi ayah, ibu dan
anak atau anak-anak. (Singgih, 2008)
Friedman (2009) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional
dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga.
e. Komunikasi tarapeutik pada masyarakat

Komunikasi terapeutik dapat terjadi bila proses komunikasi dapat berjalan


baik. Proses komunikasi terdiri dari pengirim pesan, penerus pesan, media, dan
umpan balik. Semua perilaku individu (pengirim dan penerima) adalah
komunikasi yang akan memberikan efek pada perilaku. Pesan yang disampaikan
dapat berupa verbal maupun non verbal, (Alimul, 2003).
a. Fungsi
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan
kerjasama antara perawat – klien dan melahirkan hubungan perawat dan klien.
Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat, (Purwanto, 1998)
b. Tujuan
Tujuan komunikasi terapeutik adalah:
1) Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada
bila klien percaya pada hal yang diutarakan.
2) Mengurangi keraguan atau membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3) Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri, (Keliat,
1993).
c. Bentuk komunikasi terapeutik
Menurut Potter and Perry ( 2005 ), bentuk komunikasi terdiri dari :
1. Komunikasi verbal
Meliputi kata – kata yang diucapkan maupun yang ditulis. Kata – kata
adalah media atau simbol yang digunakan untuk mengekspresikan ide atau
perasaan, menimbulkan respons emosional, atau menggambarkan obyek
observasi, kenangan, atau kesimpulan.
2. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah transmisi pesan tanpa menggunakan
kata – kata, dan merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk
mengirimkan pesan kepada orang lain.
d. Bentuk komunikasi terapeutik pada masyarakat
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan
apa yang disampaikan klien.

13
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau
ketidaksetujuan.
3. Menanyakan pernyataan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien. Oleh karena itu
pertanyaan sebaiknya dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan
kata – kata yang sesuai dengan konteks sosial budaya klien.
4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan
balik bahwa ia mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
5. Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam
kata-kata, ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuan dari
teknik ini adalah untuk menyamakan pengertian.
e. Sikap komunikasi terapeutik pada masyarakat :
1.Berhadapan
Arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.
2.Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan
menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3.Membungkuk ke arah klien
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan atau mendengarkan
sesuatu.
4.Mempertahankan sikap terbuka
Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi.
5.Tetap relaks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberikan respon pada klien.

3 Teknik teknik dalam komunikasi tarapeutik

Teknik dalam komunikasi keperawatan adalah sebagai berikut :

a. Mendengarkan secara aktif


b. Memperlihatkan sikap menerima
c. Memberikan pertanyaan yang berkaitan
d. Mengulang
e. Klarifikasi
f. Meluruskan
g. Mereflesikan
h. Menyediakan atau memberikan informasi

14
i. Diam
j. Indentifikasi tema
k. Memberi penghargaan
l. Menawarkan diri
m. Memberi Kesempatan kepada Pasien untuk Memulai Pembicaraan
n. Menganjurkan untuk Meneruskan Pembicaraan
o. Membuka Diri
p. Konfrontasi
q. Menyimpulkan

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial yaitu pada komunikasi
terapeutik selalu terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk komunikasi. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien dan membina hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien.
Komunikasi tarapetik juga terbagi dalam beberapa:
a.komunikasdi tarapeutik pada lansia
b. komunikasi pada kebutuhan khusus
c. komunikasi pada pasien ODGJ
d. komunikas pada keluarga dan kelompok
e.komunikasi pada masyarakat

B. Saran

Untuk mempelajari sesuatu tidaklah cukup hanya dengan melhat saja, penyajian
menyarankan kepada semuanya agar lebih banyak membaca guna memahami tentang
konsep dasar dari makalah ini. Semoga apa yang di sampaikan dalam makalahmemberikan
manfaat untuk kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-komunikasi-terapeutik/13818

https://pakarkomunikasi.com/pendekatan-komunikasi-pada-lansia

http://rsj.babelprov.go.id/content/trik-dan-teknik-komunikasi-terapeutik-pada-pasien-
gangguan-jiwa

http://megatrirespani95.blogspot.com/

http://www.researchgate.net/publication/322760245_HAMBATAN_KOMUNIKASI_EFE
KTIF_PERAWAT_DENGAN_KELUARGA_PASIEN_DALAM_PERSPEKTIF_PERAW
AT

17

Anda mungkin juga menyukai