Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

Pendidikan
Kewarganegaraa
n
NEGARA DAN WARGA NEGARA

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Semua Fakultas Semua Prodi


03 190001016
Team Teaching
Pendidikan Kewarganegaraan

Abstract Kompetensi

Sebagai anggota atau warganegara Mahasiswa mampu menjelaskan


perlu memahami dan menyadari kedudukan warganegara dalam
bahwa di luar statusnya itu ada [ihak negara, kewajiban dan hak
lain yang memiliki kewenangan warganegara dalam bernegara.
mengatur, melindungi, melayani
sekaligus memaksa ketika
melaksanakan hasil keputusan-
keputusan yang mengikat seluruh
penduduk atau warganegara. Pihak
inilah yang disebut sebagai
pemerintah
MODUL 03
NEGARA DAN WARGA NEGARA

3.1. Pengertian Warga Negara Dan Kewarganegaraan

3.1.1. Pengertian Warga Negara


Warga Negara mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi
perkumpulan. Warga Negara artinya warga atau anggota dari suatu Negara.

Warga diartikan sebagai anggota atau peserta. Jadi, warga Negara secara sederhana
diartikan sebagai anggota dari suatu Negara, seperti halnya warga desa, berarti anggota dari
sebuah desa atau warga kota, berarti anggota dari sebuah kota.

Istilah Warga Negara merupakan terjemahan dari kata citizen (Bhs Inggris) yang
mempunyai arti sebagai berikut :

a. Warga Negara,
b. Petunjuk dari sebuah kota,
c. Sesama warga Negara, sesama penduduk, orang setanah air,
d. Bawahan atau kawula.

Menurut As Hikam dalam Ghazali (2004)), warga Negara sebagai terjemahan dari
citizen artinya adalah anggota dari suatu komunitas yang membentuk Negara itu sendiri.

Pada masa lalu, digunakan istilah kawula atau kawula Negara (misalnya zaman
Hindia Belanda) yang menunjukkan hubungan yang tidak sederajat antara warga Negara
dengan Negara. Istilah kawula memberi kesan bahwa warga hanya sebagai objek atau milik
Negara. Sekarang ini istilah warga Negara lazim digunakan untuk menunjukkan hubungan
yang sederajat antara warga dengan negaranya.

Dalam perkembangannya selama masa kemerdekaan, istilah warga negara di


Indonesia telah mengalami pergeseran makna. Istilah kawula negara sudah tidak digunakan
lagi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia saat ini. Indonesia
sebagai negara modern yang berdasarkan Pancasila yang mengakui nilai-nilai demokratis,
telah lama tidak menggunakan istilah kawula. Di Indonesia istilah kawula negara mulai

‘2 Team Teaching
0 1 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
terkikis, tergeser dengan istilah warga negara meskipun dalam praktik kehidupan sehari-hari
(real life) sering kali saling tumpang tindih (overlapping). Dalam proses pergeseran nilai
inilah diperlukan adanya pengkajian ilmiah tentang masalah kewarganegaraan dan sekaligus
secara bersamaan (synergetic) adanya proses pendidikan politik atau pendidikan
kewarganegaraan bagi warga negara. untuk kepentingan pengkajian ilmiah, istilah warga
negara di Indonesia lebih banyak merujuk kepada istilah Inggris “citizen” atau dalam bahasa
Perancis disebut “citoyen” . Dua istilah ini pada hakikatnya berasal dari akar istilah yang
sama yakni bahasa Latin “civis” atau “civicus”. Istilah civis ini merupakan akar kata dari
civics yang telah banyak dikenal di Indonesia terutama di kalangan akademisi dan lingkungan
pendidikan formal. Dilihat dari aspek sejarah, istilah citizen (Inggris) dan citoyen (Perancis)
memiliki makna yang sama, yakni warga kota dalam praktik kehidupan Negara Kota (City
State) yang disebut Polis pada masa Yunani Kuno. Menurut Aristoteles, kedudukan Polis
sangat penting bagi warga negara karena Polis merupakan the body of citizens atau disebut
pula “politai”. Ketentuan tentang citizen, city (polis), dan the body of citizens (politai) diatur
dalam constitution yang disebut politeia.

Konsep warga negara (citizen,citoyen) dalam perkembangan negara modern atau


negara kebangsaan (nation-state) yang dimulai sejak adanya perjanjian Westphalia 1648 si
Eropa sebagai kesepakatan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung 30 tahun di
Eropa, teori tentang kewarganegaraan banyak dipelopori oleh Amerika Serikat dan Perancis
terutama sejak abad XVIII. Nilai-nilai demokratis yang menjadi bingkai dalam sistem
pemerintahan dan kenegaraan telah menjadi patokan dan paradigma bagi warga negara lain
dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Istilah warga negara pun sering kali
terkait dengan masalah pemerintahan dan lembaga-lembaga negara sepeti lebaga Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Permusyawaratan Rakyat, Pengadilan, Kepresidenan, dan
Tokoh, Pemimpin dan Negarawan.

Interpretasi yang terakhir ini tidak terlalu salah karena apabila dianalisis dan
istilahnya “warga negara” dapat berarti warga, anggota (member) dari suatu negara.
seagaimana dinyataan oleh Turner (1990) ketika mempertanyakan “What is a citizen?” Dia
menjelaskan bahwa “a citizen is a member of a group living under certain laws.” (Warga
negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang hidup atau tinggal di wilayah hukum
tertentu). Dikatakan lebih lanjut bahwa hukum ini disusun dan diselenggarakan oleh orang-
orang yang memerintah, mengatur kelompok masyarakat tersebut. Mereka yang ikut sebagai

‘2 Team Teaching
0 2 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
pemerintah (Government). Oleh karena itu, warga negara disimpulkan sebagai “ a member of
a group living under the rule of a government”.

Indonesia sebagai warga negara dengan jumlah penduduk yang besar dan
masyarakatnya yang bersifat pluralistik dilihat dari kategorisasi yang dikemukakan van
Gunsteren di atas. Pertanyaannya, apa yang harus an seyogiannya dilakukan oleh warga
negara? sediktinya ada tiga kondisi yang menuntut peran atau tinakan warga negara (citizen
action) khususnya dalam masyarakat kontemporer, the unknown society, seperti yang
idikemukakan oleh van Ginsteren (1998). Pertama, peran warga negara dalam kondisi
masyarakat demokratis yang sudah mapan dengan iklim politik yang normal (normal politics
in established democraties). Dalam kondisi seperti ini, warga negara memiliki aktivitas
seperti melakukan pemilihan dan hak untuk dipilih dalam pemilu, berpartisipasi dalam
kegiatan partai politik, mengabdikan diri dalam organisasi sosial, ikut dalam bela negara
memlalui dinas, militer dan membayar pajak. Kedua, peran warga negara dalam
pemerintahan diktator akan banyaka aktivitas yang bersifat rahasia ataupun terbuka terhadap
perlawanan dan penolakan pihak oposisi . ketiga, peran warga negara pada episode politik
revolusioner merupakan transisi ke arah orde baru politik yang normal dan tingkat stabilitas
konstitusional yang mantap. Pada masa transisi ini, warga negara mungkin terlibat secara
aktif dalam proses pengambilan keputusan yang tidak terstruktur, tetapi setelah kondisi
politik normal kembali maka mereka akan meninggalkan panggung politik yang kacau dan
kembali menjadi aktor-aktor politik yang profesional.

Untuk mengetahui peran dan status warga negara dalam masyarakat pluralistik,
konstruksi dan konseptualisasi perlu dilakukan. Hal ini penting karena proses da hasil ini
dapat dimanfaatka untuk memahami isu pluralitas yang selama ini menjadi kenyataan. Dalam
konteks ini, van Gunsteren (1998) menyatakan bahwa “plurality is not something that simply
there, it is what individuals construct in their social interaction”. Meskipun demikian, tiap
warga negara yang tidak terhindar dari aktivitas yang bersinggungan dengan warga negara
lain hendaknya berupaya melakukan kontruksi pluralitas hingga memperoleh pemahaman,
bukan mengabaikannya atau mendiamkan situasi berlangsung begitu saja.

Dengan memiliki status sebagai warga Negara, orang memiliki hubungan dengan
Negara. Hubungan itu nantinya tercermin dalam hak dan kewajiban. Seperti halnya kita
sebagai anggota sebuah organisasi, maka hubungan itu berwujud peranan, hak dan kewajiban

‘2 Team Teaching
0 3 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
secara timbal balik. Anggota memiliki hak dan kewajiban kepada organisasi, demikian pula
organisasi memiliki hak dan kewajiban terhadap anggotanya.

Perlu dijelaskan istilah rakyat, penduduk dan warga Negara. Rakyat merupakan
konsep politis. Rakyat menunjuk pada orang-orang yang berada di bawah satu pemerintahan
dan tunduk pada pemerintahan itu. Istilah rakyat umumnya dilawankan dengan penguasa.
Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah Negara dalam kurun
waktu tertentu. Orang yang berada di suatu wilayah Negara dapat dibedakan menjadi
penduduk dan nonpenduduk. Adapun penduduk Negara dapat dibedakan menjadi warga
Negara dan orang asing atau bukan warga Negara.

3.1.2. Pengertian Kewarganegaraan


Kewarganegaraan (citizenship) artinya keanggotaan yang menunjukkan hubungan
atau ikatan antara Negara dengan warga Negara. Istilah kewarganegaraan dibedakan menjadi
dua, yaitu sebagai berikut :

a. Kewarganegaraan dalam arti Yuridis dan Sosiologis


Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dari rakyat, karena kekuasaan pemerintah
melekat pada rakyat, dan hak rakyat utk mengatur, mempertahankan, dan melindungi
dirinya dari paksaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.

1) Kewarganegaraan dalam arti Yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara
warga Negara dengan Negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan akibat-
akibat hukum tertentu. Tanda dari adanya ikatan hukum, misalnya akta kelahiran,
surat pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan lain-lain.
2) Kewarganegaraan dalam arti Sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum,
tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib,
ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain, ikatan ini lahir dari
penghayatan warga Negara yang bersangkutan.
Dari sudut kewarganegaraan sosiologis, dapat dilihat bahwa kewarganegaraan yuridis
mungkin tidak memiliki persyaratan kewarganegaraan secara sosiologis. Adapun dari sudut
kewarganegaraan sosiologis, ada hal yang belum memenuhi persyaratan yuridis yang
merupakan ikatan formal warga Negara dengan Negara. Adakalanya terdapat seorang warga
Negara hanya secara yuridis saja sebagai warga Negara, sedangkan secara sosiologis belum
memenuhi.

b. Kewarganegaraan dalam arti Formil dan Materiil


‘2 Team Teaching
0 4 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
1) Kewarganegaraan dalam arti Formil menunjuk pada tempat kewarganegaraan.
2) Kewarganegaraan dalam arti Materiil menunjuk pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga Negara.
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian hukum
serta tunduk pada hukum Negara yang bersangkutan. Orang ynag sudah memiliki
kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau kwenangan Negara lain. Negara lain tidak
berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan warga negaranya.

3.2. Kedudukan Warga Negara Dalam Negara

Warga Negara mempunyai arti penting bagi Negara, karena warga Negara sebagai
pendukung Negara. Sebagai anggota dari Negara, warga Negara memiliki hubungan atau
ikatan dengn Negara. Hubungan antara warga Negara dengan Negara terwujud dalam bentuk
hak dan kewajiban antara keduanya. Warga Negara memiliki hak dan kewajiban terhadap
Negara. Sebaliknya Negara memiliki hak dan kewajiban terhadap warganya. Dengan istilah
sebagai warga Negara, ia memiliki hubungan timbal balik yang sederajat dengan negaranya.

Hubungan dan kedudukan warga Negara ini bersifat khusus, sebab hanya mereka
yang menjadi warga negaralah yang memiliki hubungan timbal balik dengan negaranya.
Orang-orang yang tinggal di wilayah Negara, tetapi bukan warga Negara dari Negara itu
tidak memiliki hubungan timbal balik dengan Negara tersebut.

3.2.1. Penentuan Warga Negara


Secara teoritis, upaya mendefinisikan warga negara dan siapa yang menjadi warga
negara suatu negara tidak mudah. Hal ini suatu kenyataan karena definisi warga negara untuk
suatu negara berbeda dengan definsisi warga untuk negara lainnya. Jauh sebelum adanya
konsep negara modern, Aristoteles (Barker, 1995:84-85) pernah mengantisipasi bahwa “The
definition of a citizen is a question which is often disputed: there is No. general agreement on
who is a citizen.” . Namun demikian, ada suatu landasan pikiri yang dapat dijadikan dasar
pertimbangan untuk mengetahui pengertian warga negara dan siapa yang menjadi warga
negara. dasar pertimbangan yang dimaksud adalah Konstitusi Negara. Aristoteles
menyatakan “different types of good citizen.” Pernyataan ini memberikan indikasi bahwa
untuk mengetahui pengertian warga negara serta siapa yang menjadi warga negara suatu
negara, tergantung pada konstitusi yang berlaku di negara tersebut.
‘2 Team Teaching
0 5 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Konstitusi adalah hukum dasar bagi suatu negara. ada konstitusi tertulis (written
constitution) dan ada konstitusi yang tidak tertulis (unwritten constitution). Undang-Undang
Dasar (UUD) sebagai hukum dasar tertulis memiliki kedudukan yang penting bagi Indonesia.
Dalam UUD inilah ketentuan yang mengatur pokok-pokok kehidupan berbangsa dan
bernegara diatur. Ada beberapa UUD yang pernah berlaku di Indonesia dan mengatur tentang
kewarganegaraan. UUD 1945 sebagai konstitusi tertulis di Indonesia Pasal 26 menyatakan
sebagai berikut:

1) Yang menjadi warga negara Indonesia ialah orang-orang Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai
warga negara.

2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia.

3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan Undang-


Undang.

Siapa saja yang dapat menjadi warga Negara dari suatu Negara ? Setiap Negara
berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. Dalam
menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal adanya asas kewarganegaraan berdasarkan
kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan.

Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua asas
yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis. Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari kata
solum yang artinya negeri atau tanah. Sanguinis berasal dari kata Sanguis yang artinya darah.

a. Asas Ius Soli


Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat
dimana orang tersebut dilahirkan.

b. Asas Ius Sanguinis


Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan
keturunan dari orang tersebut.

‘2 Team Teaching
0 6 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek
perkawinan yang mencakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.

1. Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan
yang tidak terpecah sebagai inti dari masyarakat. Dalam menyelenggarakan
kehidupan bersama, suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan yang bulat
termasuk dalam masalah kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini diusahakan status
kewarganegaraan suami istri adalah sama dan satu.
2. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan
perubahan status kewarganegaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak yang
sama untuk menentukan sendiri kewarganegaraan. Jadi, mereka dapat berbeda
kewarganegaraan seperti halnya ketika belum berkeluarga.

Negara memiliki wewenang untuk menetukan warga Negara sesuai asas yang dianut
Negara tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada dasarnya suatu Negara tidak terikat oleh
Negara lain dalam menentukan kewarganegaraan. Negara lain juga tidak boleh menentukan
siapa saja yang menjadi warga Negara dari suatu Negara.

Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap Negara dapat


menciptakan problem kewarganegaraan bagi seorang warga. Secara ringkas problem
kewarganegaraan adalah munculnya apatride dan bipatride. Apatride adalah istilah untuk
orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bipatride adalah istilah untuk orang-
orang yang memiliki kewarganegaraan rangkap (dua)/ganda. Bahkan, dapat muncul
multipatride yaitu istilah untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan banyak (lebih
dari dua).

3.2.2. Warga Negara Indonesia


Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa saja yang menjadi warga Negara.
Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut :

1. Yang menjadi warga Negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara.
2. Penduduk ialah warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
3. Hal-hal mengenai warga Negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

‘2 Team Teaching
0 7 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Berdasarkan hal di atas, maka orang yang dapat menjadi warga Negara Indonesia
adalah :
a. Orang-orang bangsa Indonesia asli,
b. Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi warga
Negara.

Berdasarkan Pasal 26 ayat (2) UUD 1945, penduduk Negara Indonesia terdiri atas dua
yaitu warga Negara dan orang asing. Ketentuan ini merupakan hal baru dan sebagai hasil
amandemen atas UUD 1945.

Orang-orang bangsa lain adalah orang-orang peranakan seperti peranakan Belanda,


Tionghoa, dan Arab yang bertempat tinggal di Indonesia, yang mengakui Indonesia sebagai
tumpah darahnya dan bersikap setia kepada Negara Republik Indonesia. Orang-orang ini
dapat menjadi warga Negara Indonesia dengan cara naturalisasi atau pewarganegaraan. Cara
memperoleh kewarganegaraan Indonesia diatur dengan undang-undang. Adapun undang-
undang yang mengatur tentang warga Negara adalah Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Indonesia.

3.2.3. Ketentuan Undang-Undang Mengenai Warga Negara Indonesia


Undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia dan sebagai
pelaksanaan dari Pasal 26 UUD 1945 adalah UU No 12 tahun 2006 yang di undangkan pada
1 Agustus 2006. Meskipun undang-undang ini sudah berumur lama tetapi pada masa
sekarang masih dipakai sebelum diadakan undang-undang baru.

Beberapa ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini antara lain sebagai
berikut:

a. Asas-asas yang dianut dalam Undang-Undang ini yaitu :


1) Asas Ius Sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan.
2) Asas Ius Soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.
‘2 Team Teaching
0 8 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
3) Asas Kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
4) Asas Kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang ini.
Undang-Undang ini pada dasarnya tidak mengenal Kewarganegaraan ganda
(bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang
diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini merupakan suatu pengecualian.

Selain asas tersebut di atas, beberapa asas khusus juga menjadi dasar penyusunan
Undang-Undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia :

1) Asas kepentingan nasional adalah menentukan kewarganegaraan mengutamakan


kepentingan nasional Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan negara
kesatuan.
2) Asas perlindungan maksimum adalah menentukan bahwa pemerintah wajib
memberikan perlindungan penuh kepada setiap warga negara Indonesia baik di
dalam negeri maupun di luar negeri.
3) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan.
4) Asas kebenaran substantive adalah prosedur pewarganegaraan tidak hanya
bersifat administrative, tetatpi juga substansi, syarat permohonan dapat
dipertanggungjawabkan.
5) Asas nondiskriminatif adalah tidak membedakan perlakuan dalam segala hal atas
dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender.
6) Asas pengakuan dan penghormatan hak asasi manusia adalah adanya jaminan,
perlindungan, dan memuliakan hak asasi manusia secara umum.
7) Asas keterbukaan adalah hal yang berhubungan dengan warga negara harus
dilakukan terbuka.
8) Asas Publisitas adalah seseorang yang memperoleh atau kehilangan
Kewarganegaraan RI diumumkan dalam berita negara RI agar masyarakat
mengetahuinya.
b. Tentang Warga Negara Indonesia, dinyatakan bahwa yang menjadi warga negara
Indonesia :

‘2 Team Teaching
0 9 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
1) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
berdasarkan perjanjian dengan negara lain sudah menjadi Warga Negara
Indonesia.
2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah-ibu Warga Negara
Indonesia.
3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah Warga Negara Indonesia, ibu
Warga Negara asing.
4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah Warga Negara asing, ibu
Warga Negara Indonesia.
5) Anak yang lahir dari perkawinan dari ibu Warga Negara Indonesia, tapi ayah
tidak mempunyai Kewarganegaraan atau hukum negara asal ayah tidak
memberikan Kewarganegaraan pada anak tersebut.
6) Anak yang lahir dalam tenggang 300 hari setelah ayah meninggal, dari
perkawinan yang sah dan ayah Warga Negara Indonesia.
7) Anak lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu Warga Negara Indonesia.
8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu Warga Negara asing yang
diakui ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan
dilaksanakan sebelum anak berusia 18 thn/belum kawin.
9) Anak yang lahir di wilayah RI yang waktu lahir tidak jelas status
Kewarganegaraan ayah dan ibu.
10) Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah RI selama ayah-ibu tidak diketahui.
11) Anak yang lahir di wilayah RI apabila ayah-ibu tidak mempunyai
Kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah RI dari ayah-ibu Warga Negara Indonesia
yang karena ketentuan dari negara tersebut dilahirkan memberikan
Kewarganegaraan kepada anak tersebut.
13) Anak dari ayah dan ibu yang telah dikabulkan permohonan Kewarganegaraan,
kemudian ayah dan ibu meninggal sebelum mengucapkan sumpah/janji setia.
c. Tentang syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia :
1) Telah berusia 18 thn atau sudah kawin.
2) Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah RI
paling singkat 5 tahun berturut-turut.
3) Sehat jasmani dan rohani.
4) Dapat berbahasa Indonesia dan mengakui Pancasila & UUD 1945.
‘2 Team Teaching
0 10 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
5) Tidak pernah dijatuhi hukum pidana.
6) Jika memperoleh Kewarganegaraan RI tidak boleh ber-Kewarganegaraan ganda.
7) Mempunyai pekerjaan dan atau berpenghasilan tetap.
8) Membayar uang pewarganegaraan ke kas Negara.
d. Tentang Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia :
1) Memperoleh Kewarganegaraan lain atas kemauan sendiri.
2) Tidak melepaskan Kewarganegaraan lain, padahal ada kesempatan.
3) Dinyatakan hilang Kewarganegaraan oleh Presiden atas permohonan sendiri,
sudah berusia 18 th, dan tinggal di luar negeri.
4) Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin Presiden.
5) Sukarela masuk dinas negara asing, yang jabatan dinas sesuai dengan ketentuan
hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia.
6) Sukarela mengangkat sumpah setia ke negara asing.
7) Turut serta pemilihan dalam ketatanegaraan negara asing.
8) Mempunyai paspor dari negara asing, yang diartikan sebagai tanda
Kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain.
9) Bertempat tinggal di luar wilayah RI selama 5 tahun terus menerus bukan dalam
rangka dinas negara, tanpa alasan dan sengaja tidak menginginkan untuk tetap
menjadi Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun berakhir, dan 5
tahun berikutnya tidak mengajukan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia.

3.3. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

3.3.1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara


Wujud hubungan antara warga negara dengan negara pada umumnya berupa peranan
(role). Peranan pada dasarnya adalah tugas yang dilakukan sesuai dengan status yang dimiliki
dalamm hal ini sebagai warga negara. Secara teori, status warga negara meliputi status pasif,
aktif, negative, dan positif. Peranan warga negarajuga meliputi peranan yang pasif, aktif,
negative, dan positif (Cholisin, 2000).

Peranan pasif adalah kepatuhan warga negara terhadap peraturan perundang-


undangan yang berlaku. Peranan aktif merupakan aktivitas warga negara untuk terlibat
(Berpartisipasi) serta ambil bagian dalam kehidupan bernegara, terutama dalam
mempengaruhi keputusan publik. Peranan positif merupakan aktivitas warga negara untuk

‘2 Team Teaching
0 11 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
meminta pelayanan dari negara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Peranan negatif
merupakan aktivitas warga negara untuk menolak campur tangan negara dalam persoalan
pribadi.

Di Indonesia, hubungan antara warga negara dengan negara telah diatur dalam UUD
1945. Hubungan antara warga negara dengan negara Indonesia tersebut digambarkan dengan
baik dalam pengaturan mengenai hak dan kewajiban. Baik itu hak dan kewajiban warga
negara terhadap negara maupun hak dan kewajiban negara terhadap warganya.

3.3.2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia


Sebelum diuraikan secara terperinci mengenai hak dan kewajiban warga negara,
terlebih dahulu dijelaskan mengenai eksistensi dari negara itu dibentuk dan didirikan oleh
sebuah bangsa. Untuk menguraikan mengenai asal mula timbulnya kekuasaan negara maka
diperlukan berbagai teori tentang negara. penjelasan mengenai teori-teori negara menjadi
sangat penting untuk dikemukakan untuk menjelaskan secara mendalam kekuasaan negara
yang begitu besar. Penjelasan mengenai teori-teori negara menjadi sangat penting untuk
dikemukakan untuk menjelaskan secara mendalam kekuasaan negara yang begitu besar.
Penjeasan mengenai teori-teori negara ini juga akan bermanfaat untuk menemukan “benang-
merah” hubungan antara negara dan warga negara. beberapa fakta menunjukkan bahwa
hubungan negara dan warga negara masih timpang dan belum berjalan dengan baik. Dalam
beberapa kasus, negara sering kali menunjujan perilaku sewenang-wenang terhadap warga
negaranya, sehingga warga negara ditempatkan pada posisi yang sangat lemah dan sangat
rendak. Dalam posisi yang demikian ini, warga negara sering menjadi korban dari perilaku
otoriter dan kesewenang-wenangan negara. kasus penggusuran pemukiman penduduk tanpa
melalui proses peradilan yang “adil”, pemberian ganti rugi lahan masyarakat yang belum
layak, dan masih banyak kasus-kasus lain itu menunjukkan bahwa hubungan negara dengan
warga negaranya belum berjalan dengan baik dan setara.

Dalam perspektif sistem ketatanegaraan di negara-negara modern yang demokratis,


negara memiliki kewajiban untuk menerapkan prinsip kesetaraan (equality), bahwa bukan
hanya warga negara yang harus melaksanakan kewajibannya sebagaimana amanah peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan oleh negara, melainkan negara itu sendiri juga
memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan demi kepentingan rakyatnya. Selain kewajiban,
‘2 Team Teaching
0 12 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
warga negara juga memiliki hak yang harus diperolehnya dari negara. begitu pula, negara
juga memiliki hak untuk mengaturnya demi kebutuhan dan kedaulatan negara itu sendiri.
Dengan demikian, hubungan kesetaraan (equality) antara negara dan warga negara menjadi
sangat penting dengan prinsip bahwa di satu sisi warga negara memiliki hak dan kewajiban,
di sisi lain negara juga memiliki hak dan kewajiban.

Secara teoritis, bahwa negara merupakan organisasi/lembaga yang dibentuk dengan


tujuan untuk mewujudkan kepentingan masyarakat, kepentingan bersama dan kepentingan
umum. Negara sebagai lembaga yang memiliki kekuasaan yang besar digunakan untuk
melindungi kepentingan rakyat dan kepentingan umum. Untuk itu, negara sebagai lembaga
harus netral, tidak memihak, dan berlaku adil untuk semua golongan dan masyarakat.
Meskipun secara teoritis demikian, tetapi fakta bahwa negara sering kali menujukan
keberpihakan pada kelompok tertentu dan tidak netral, tidak mengabdi pada kepentingan
rakyat, bahkan dalam beberapa kasus negara mengingkari rasa keadilan rakyat. Seperti yang
dikemukakan Arif Budiman (1996:4) bahwa negara itu merupakan lembaga netral, tidak
berpihak, berdiri di atas semua golongan masyarakat dan mengabdi pada kepentingan umum,
tetapi itu hanyalah konsep teoritis yang utopis. Bahkan menurutnya, di Indonesia itu yang
dominan adalah negara itu hanya melayani kepentingan satu atau beberapa kelompok yang
dominan di masyarakat.

Secara teoritis pula, ada sebagian kalangan yang berpandangan bahwa hubungan
negara dan warga negara merupakan hubungan fungsional. Hubungan interaktif dan
hubungan dialogial. Masing-masing pihak memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda-
beda, tetapi saling menghormati dan saling menguntungkan sebagaimana prinsip simbiosis
mutualisme. Negara menjamin hak-hak warga negara dan warga negara berhak mendapatkan
hak-haknya tersebut sebagai warga negara. negara juga wajib melindungi warga negaranya,
untuk mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran, rasa aman, nyaman, damai dan tentram.
Sebagai imbalannya, bahwa warga negara memiliki kewajiban, sekaligus berhak membela
negara dari segala ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri. Hubungan fungsional,
interaktif dan dialogial inilah yang sesungguhnya menjadi tujuan dari negara itu dibangun
dan dibentuk.

Dengan demikian, hak dan kewajiban warga negara serta hak dan kewajiban negara
meruakan suatu yang esensi dan mendasar bagi harmonnya hubungan antara negara dan
warga negara. pengertian hak itu sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang harus
diperoleh/diterima, sedangkan kewajiban dapat diartikan sebagai sesuatu yang harus
‘2 Team Teaching
0 13 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
dilaksanakan/dikerjakan. Berkaitan dengan hak dan kewajiban negara serta hak dan
kewajiban negara yang sudah diatur di dalam konstitusi atau UUD 1945.

Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34
UUD 1945. Hak dan Kewajiban warga negara Indonesia dapat ditinjau dari berbagai aspek
kehidupan nasional melalui pendekatan sebagai berikut :

a. Hak dan Kewajiban Warga Negara ditinjau dari Unsur-unsur Dasar Negara yang
meliputi antara lain :
Hak Warga Negara
1) Hak warga negara dari pendekatan wilayah untuk menjadikan ruang hidup dan
kehidupan.
2) Hak warga negara dari pendekatan penduduk untuk mendapatkan pengakuan
penghormatan, penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai insan
hamba Tuhan.
3) Hak warga negara dari pendekatan pemerintah untuk mendapatkan perlindungan
hukum
Kewajiban Warga Negara
1) Kewajiban warga negara dari pendekatan wilayah untuk menjaga dan
melestarikan ruang wilayah sebagai kehidupan.
2) Kewajiban warga negara dari pendekatan Penduduk untuk memberikan
pengakuan penghormatan, penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia
sebagai insan hamba Tuhan.
3) Kewajiban warga negara dari pendekatan pemerintah untuk mentaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Hak dan Kewajiban Warga Negara ditinjau dari Aspek Kehidupan Nasional :
1) Hak-Hak Warga Negara
a) Hak-hak dalam Politik
Kemerdekaan dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan,
dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.
b) Hak-hak dalam Ekonomi
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
c) Hak-hak dalam Sosial
Fakir miskin, anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
‘2 Team Teaching
0 14 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
d) Hak-hak dalam Kebudayaan
Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran pemerintah
mengusahakan satu system pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-
Undang.
e) Hak-hak dalam Kebebasan Dasar
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
itu.
2) Kewajiban-Kewajiban Warga Negara
Disamping hak-hak dari negara, warga negara juga mempunyai kewajiban
terhadap negara, antara lain :
a) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara.
b) Kewajiban patuh kepada Undang-Undang termasuk aturan-aturan hukum
yang tertulis dan juga kepada penguasa.
c) Kewajiban membayar pajak bea dan cukai menurut ketentuan yang ada.
d) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara
e) Kewajiban patuh kepada hukum termasuk aturan-aturan hukum yang
tertulis dan juga kepada penguasa.

DAF TAR PUSTAKA

Lemhanas. (2001). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


Sapriya, Wahab. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:
Alfabeta.
Sapriya. (2011). Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan, UPI.

‘2 Team Teaching
0 15 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai