Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Geomine, vol 01, April 2015

KARAKTERISTIK ENDAPAN NIKEL LATERIT PADA BLOK X PT.


BINTANGDELAPAN MINERAL KECAMATAN BAHODOPI KABUPATEN
MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH

Mubdiana Arifin1, Sri Widodo2, Anshariah1


1. Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
2. Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.

SARI

Endapan nikel laterit terbentuk oleh pelapukan intensif pada daerah tropis khususnya
batuan yang mengandung unsur Ni seperti peridotit dan serpentinit, yang dipengaruhi oleh
batuan asal, iklim, reagen-reagen kimia dan vegetasi, struktur geologi, topografi, serta waktu.
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui karakteristik endapan nikel laterit. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif berdasarkan data primer berupa
kenampakan laterit, vegetasi, morfologi, litologi yang nampak dipermukaan, data longging inti
bor, dan data assay kimia. Serta data sekunder berupa data pendukung yaitu analisis petrografi
bedrock. Hasil analisis mineralogi sampel bor, zona endapan nikel laterit daerah penelitian
terdiri dari limonit didominasi oleh mineral hematit dan mineral goetit, saprolit didominasi oleh
grup serpentin, dan bedrock didominasi oleh mineral olivin dan piroksin. Hasil pengamatan
petrografi bedrock berasal dari peridotit yang tersusun oleh mineral olivin, piroksen, serpentin,
dan mineral opak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis laterit yang kaya akan unsur Ni
yaitu laterit berwarna cokelat kemerahan berasal dari batuan ultramafik, terdapat pada
morfologi landai-curam dengan kemiringan lereng 10°-30°, vegetasi yang mendominasi berupa
tanaman perdu, dan semak belukar, kandungan unsur Ni berada pada saprolit yang rata-rata
pada kedalaman 7-20 meter, dengan kandungan Ni rata-rata >1%.

Kata kunci: karakteristik nikel laterit, inti bor, limonit, saprolit, bedrock.

ABSTRACT

Deposit of laterite nickel formed by intensive weathering at tropical area, specially


containing of rock element of Ni like peridotite and serpentinite, influenced by bedrock, climate,
chemical reagen-reagen and vegetasi, geology structure, topography, and also time. The intention
of the research it’s to knowing the characteristics of laterite nickel deposit. The method of the
research used by descriptive analyse method pursuant to primary data in the form the
vegetation, the morphology, litology on the surface, data of longging core, and chemical data a
assay. And also data sekunder in the form of supporter data that is analyse the petrografi
bedrock. The result of analyse of mineralogy of drilling sample the zona deposit of nickel laterite
of research area composed by the limonit dominated by of hematite and goetite mineral, a
saprolit dominated by serpentine grup and bedrock dominated by olivine and piroxen minerals.
The result of perception of petrografi bedrock come from peridotite composed by olivine, piroxen
minerals, serpentine, and opaque mineral. Conclusion obtained from this research is rich laterite
type of element of Ni that is redish brown laterite come from ultramafik rock, there are at
morphology the slope is 10°-30°, vegetation dominated in the form of clump crop, and coppice,
obstetrical of element Ni at the saprolite own the mean deepness 7-20 metre, obstetrically Ni is
Mean >1%.

Keyword: characteristic nickel laterite, core, limonite, saprolite, bedrock.

37
Jurnal Geomine, vol 01, April 2015

(bedrock) untuk menentukan batuan induk


PENDAHULUAN pembentuk endapan nikel laterit pada
daerah penelitian. Tujuan dari penelitian ini
Indonesia pada dasarnya merupakan untuk mengetahui ”Karakteristik endapan
negara yang kaya akan sumberdaya alam, nikel laterit pada Blok X PT.
terutama bahan tambang yang merupakan Bintangdelapan Mineral Desa Fatufia
sumberdaya alam yang tidak dapat Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali
diperbaharui. Salah satu contoh Provinsi Sulawesi Tengah.
sumberdaya alam tersebut yang sangat
penting adalah mineral. Mineral ini
merupakan bahan baku dalam industri METODOLOGI PENELITIAN
pertambangan.

Nikel sebagai salah satu sumber daya Kegiatan penelitian dilakukan dalam
mineral ekonomis di bumi ini perlu beberapa tahap, yaitu:
ditemukan keberadaannya untuk dapat 1. Tahap persiapan meliputi: studi
memenuhi kebutuhan dibidang pustaka, proposal penelitian, dan
perindustrian. Nikel mempunyai sifat tahan administrasi.
karat. Dalam keadaan murni nikel bersifat 2. Tahapan pengumpulan data. Data
lunak, tetapi jika dipadukan (alloy) dengan terdiri dari data primer merupakan
besi, krom, dan logam lainnya dapat data-data yang diambil secara langsung
membentuk baja tahan karat yang keras. di lapangan berupa data pengamatan
Perpaduan nikel, krom dan besi diatas permukaan (jenis laterit, litologi,
menghasilkan baja tahan karat (stainless morfologi, dan vegetasi), data logging
steel) yang banyak diaplikasikan pada inti bor sebanyak 6 sampel, dan assay
peralatan dapur (sendok, dan peralatan kimia. Sedangkan untuk data sekunder
memasak), ornamen-ornamen rumah dan digunakan sebagai data pendukung
gedung, serta komponen industri dalam penelitian ini berupa analisa
(Sukandarrumidi, 2007). petrografi bedrock.
3. Tahap pengolahan dan analisis data.
Keberadaan endapan nikel laterit Data primer berupa sampel pemboran
umumnya banyak tersebar pada daerah- dideskripsi kedalam form longging,
daerah seperti di Provinsi Sulawesi Selatan selanjutnya sampel dipreparasi (basah
dijumpai pada daerah Soroako Kabupaten dan kering), kemudian dianalisis
Luwu Timur dan Daerah Palakka kandungan unsur-unsurnya di
Kabupaten Barru. Selain itu, endapan nikel laboratorium kimia. Setelah berbentuk
laterit juga dijumpai di daerah Sulawesi data assay kimia selanjutnya dibuat
Tengah yaitu Kabupaten Morowali, dalam bentuk grafik hubungan antara
Kabupaten Luwuk Banggai dan Provinsi kedalaman pemboran (depth) dengan
Sulawesi Tenggara (Tanggiroh, 2012). persentase unsur-unsurnya. Metode
Menurut Boldt (1996) nikel terbentuk penelitian yang digunakan yaitu metode
melalui proses pelapukan (laterisasi) yang analisis deskriptif sehingga
intensif pada batuan induk. Indonesia menghasilkan gambaran mengenai
merupakan negara dengan iklim tropis yang karakteristik endapan nikel laterit pada
memungkinkan tingkat pelapukan tinggi daerah penelitian.
dapat terjadi. 4. Tahap penyajian data. Data-data yang
telah diolah dan dianalisis kemudian
Tentunya keberadaan endapan nikel disajikan dalam bentuk laporan hasil
laterit tersebut, memiliki perbedaan penelitian (skripsi).
karakteristik pada masing-masing daerah.
Perbedaan tersebut dapat diketahui dari
sifat fisik yang nampak di atas permukaan HASIL DAN PEMBAHASAN
meliputi jenis laterit, litologi, vegetasi yang
tumbuh, dan kondisi morfologi. Selain itu
perbedaan sifat kimia berupa persentase 1. Kenampakan laterit di permukaan pada
kandungan unsur-unsur kimianya, serta Blok X
pengamatan sifat optik pada batuan dasar

38
Jurnal Geomine, vol 01, April 2015

Dari pengamatan di lapangan dijumpai ini secara megaskopis berwarna kuning


karakterisitik laterit di permukaan kecoklatan, ukuran butir sandy-rocky,
pada blok X terdiri dari 3 jenis laterit dan hanya menempati ±5% dari luas
berdasarkan batuan asal pembentuk wilayah blok X. Non laterite ini dianggap
laterit tersebut. Adapun 3 jenis laterit sebagai laterit tidak prospek Gambar 3
tersebut yaitu: menunjukkan kenampakan non laterite
a. Laterit coklat kemerahan dengan luas pada blok X.
246,98 Ha atau ± 35% dari luas total
blok X, dijumpai pada topografi lereng
landai-agak curam. Secara megaskopis
mempunyai ciri-ciri yaitu warna coklat
kemerahan, butiran clay – soft sand,
kekuatan magnetik kuat (high
magnetic). Merupakan produk laterisasi
dari batuan ultramafik sebagai batuan
dasar. Hampir seluruh area prospek
dalam hal ini sub blok Xa, Xb, dan Xc
merupakan daerah penyebaran tanah
laterit coklat kemerahan ini, sehingga
tanah laterit ini dianggap sebagai laterit
prospek. Gambar 1 menunjukkan
kenampakan tanah laterit coklat
kemerahan pada blok X.
Gambar 2. Produk tanah laterit cokelat
kekuningan pada blok X

Gambar 1. Produk laterit cokelat kemerahan


pada blok X

b. Laterit coklat kekuningan dengan luas ± Gambar 3. Bukan laterit blok X


464,93 Ha atau ±60% dari luas total blok
X, dijumpai pada topografi lereng 2. Geomorfologi pada Blok X Konawe
curam-lereng terjal. Secara megaskopis
mempunyai ciri-ciri berwarna cokelat
kekuningan, ukuran butir sandy, low Geomorfologi pada blok X Konawe
magnetic, merupakan pelapukan batuan dibedakan menjadi 2 satuan
konglomerat sebagai batuan dasar. berdasarkan kemiringan lereng (slope).
Meskipun penyebarannya luas namun Adapun satuan morfologi blok X yaitu:
tanah laterit ini dianggap sebagai laterit a) Satuan geomorfologi landai–curam
tidak prospek. Gambar 2 menunjukkan (slope 10°-30°). Satuan ini
kenampakan tanah laterit coklat menempati sekitar 40% dari
kekuningan pada blok X. keseluruhan blok X dan merupakan
c. Bukan laterit (non laterite) yaitu produk punggungan bukit-bukit. Pada area
berasal dari hasil pelapukan ini sangat dimungkinkan untuk
batugamping. Bukan laterit (non laterite) terjadinya proses laterisasi,

39
Jurnal Geomine, vol 01, April 2015

sebagaimana telah ditunjukkan dari mineral silika ± 10%, struktur:


hasil pengamatan pada laterit massive, tingkat pelapukan kuat,
surface. Sebab pada daerah ini air tingkat kemagnetan rendah, tingkat
hujan yang mengalir di permukaan serpentinisasi tinggi, terdapat
(run off) akan meresap kedalam rekahan-rekahan kecil (stringer
tanah melapukkan batuan dasar vein) yang telah terisi oleh mineral
(bedrock). silika. Dari hasil pengamatan
b) Satuan geomorfologi curam–sangat megaskopis nama dari batuan
curam (slope 30⁰-60⁰). Satuan ini tersebut yaitu Peridotit (Klasifikasi
menempati sekitar 60% dari Travis. R.B., 1955).
keseluruhan blok X. Terbentuk dari
litologi berupa batugamping. Pada
daerah ini pelapukan terjadi kurang
intensif sebab jumlah air hujan yang
meluncur dipermukaan (run off)
lebih banyak dari pada air yang
meresap kedalam tanah.

Selain itu daerah penelitian memiliki


morfologi perbukitan dengan ketinggian
(elevasi) 485 - 865 meter di atas
permukaan laut.

Morfologi sedang-kuat

Gambar 5. Litologi berupa batuan ultramafik


pada blok X

Morfologi lemah-sedang

Gambar 4. Morfologi daerah penelitian

3. Litologi pada Blok X Konawe

Berdasarkan pengamatan di lapangan


diketahui blok X terdiri dari 3 jenis Gambar 6. Litologi berupa batuan konglomerat
litologi yaitu: pada blok X
1) Batuan Ultramafik, menempati
±246,98 Ha atau sekitar ±35% dari 3) Batugamping menempati ±5% dari
luas total blok X. Dengan luas blok X. Dengan kenampakan
kenampakan secara megaskopis secara megaskopis yaitu: warna
yaitu: memiliki warna hijau lapuk putih kekuningan, warna
kehitaman, kristalinitas: segar abu-abu cerah, tekstur
holokristalin, granuliaritas: berbutir sangat halus, bereaksi
porforitik, fabrik: anhedral, dan dengan larutan asam klorida (HCl).
relasi: equigranular, komposisi Batugamping tersebut terdiri dari
mineral terdiri dari mineral olivin ± lumpur karbonat (lime mud) dan
70%, ± piroksin 20%, dan mineral- mineral Kalsit (CaCO3) yang hanya

40
Jurnal Geomine, vol 01, April 2015

mengisi rekahan-rekahan kecil


(stringer vein) pada batugamping
tersebut. Gambar 7 memperlihatkan
litologi berupa batugamping pada
blok X.

Gambar 8. Vegetasi pada daerah penelitian

5. Karakteristik endapan nikel laterit


bawah permukaan

Gambar 7. Litologi batugamping pada blok X


Setelah mengamati karakteristik di atas
permukaan, selanjutnya melakukan
4. Vegetasi pada Blok X Konawe pengamatan di bawah
permukaan.Untuk mengetahui kondisi
tesebut dilakukan kegiatan pemboran
Daerah Penelitian pada blok X Konawe
(drilling).Hasil kegiatan pemboran
merupakan area hutan produksi. Hutan berupa inti bor (core) kemudian
Produksi (HP) merupakan areal hutan dideskripsi dan dicatat ke dalam form
yang dipertahankan sebagai kawasan logging dari kegiatan logging tersebut
hutan dan berfungsi untuk kita dapat mengetahui karakterisitik
menghasilkan hasil hutan bagi zonasi vertikal. Pengambilan sampel
kepentingan konsumsi masyarakat, inti bor (core) sebanyak 6 sampel yang
dianggap bersifat representatif.Rata-
industri dan eksport.
rata hasil pengamatan megaskopis inti
Karakteristik vegetasi yang tumbuh bor (core) diperoleh:
pada blok X merupakan vegetasi primer 1) Tanah penutup (top soil): umumnya
(asli) yaitu vegetasi yang belum pada daerah penelitian memiliki
mendapatkan gangguan dan kedalaman rata-rata 0-1 meter,
berkembang dalam lingkungan berwarna coklat tua, marterial
ekosistemnya yang masih asli. Vegetasi corenya clay, terdapat sisa-sisa
tumbuhan.
primer yang menjadi ciri khas blok X
2) Zona limonit: umumnya pada
yaitu berbagai tumbuhan tropis berupa daerah penelitian memiliki
jenis semak belukar yang menyebar kedalamanrata-rata 2-5 meter,
luas, tanaman perdu, pohon damar berwarna coklat muda-coklat tua,
(Agathis dammara ), pohon kolaka material corenya berukuran clay,
(Maranthes corymbosablume), dan kemampuan magnetik kuat,
mineral-mineral yang sering hadir
hutan yang ditumbuhi pepohonan
dalam zona ini yaitu mineral
berdiameter antara ±10 - 40 cm. Gambar hematite dan mineral goetit.
12 memperlihatkan vegetasi yang
tumbuh pada blok X.

41
Jurnal Geomine, vol 01, April 2015

Gambar 8.Core zona limonit Gambar 10.Core zona rocky saprolit

3) Zona saprolit: umumnya pada


daerah penelitian memiliki 6. Karakteristik kimia (analisis XRF)
kedalaman rata-rata 7-20 meter, pada Blok X Konawe
mulai terdapat variasi warna yaitu
coklat muda, hijau muda, abu-abu,
dan kuning, material corenya sandy- Setelah sampel pemboran diperoleh
rocky, mulai terdapat fraksinasi, selanjutnya sampel dipersiapkan
ukuran fragmen kerikil, kerakal, (preparation) untuk selanjutnya
hingga boulder, kemampuan dianalisis secara kimia menggunakan
magnetik lemah, komposisi mineral sinar X-ray Fluorescence (XRF), guna
didominasi oleh mineral mengetahui persentase unsur-unsur
piroksen,dan mineral serpentin, kimia serta distribusi unsur-unsurnya
sedangkan mineral olivin dan yang terkandung dalam sampel
crisopras, serta minera-mineral tersebut.karakteristik kimia yang
silika memiliki jumlah sedang- diperoleh, akan dijelaskan pada salah
hingga tidak dominan. satu grafik Blok Xc_0004 berikut.

Gambar 9.Core zona soft saprolit

Gambar 11. Grafik Fe, Al2O3, MgO, SiO2

42
Jurnal Geomine, vol 01, April 2015

Gambar 11 memperlihatkan distribusi a. Unsur Ni mempunyai pesentase yang


penyebaran unsur-unsur Fe, Al2O3, MgO tidak stabil dimana pada kedalaman 0-3
dan SiO2. meter mempunyai nilai Ni yang rendah
a. Unsur Fe pada kedalaman 0-6 meter hanya berkisar <1% , pada kedalaman
memiliki kandungan persentase unsur 3-4 meter terjadi peningkatan
yang tinggi yaitu 26-45%, semakin persentase unsurnya 1,0% dan kembali
bertambah kedalaman pemboran yaitu mengalami penurunan persentase pada
pada kedalaman 6-23 meter, semakin kedalaman 4-5 meter yaitu 0,94%,
menurun pula persentase unsur besinya kandungan persentasenya meningkat
dengan jumlah 6-19%. 1,07-1,41%, pada kedalaman 5-13,
b. Unsur Al2O3 mengalami hal yang sama menurun <1%, pada kedalaman 13-23
dimana pada kedalaman 0-5 meter meter.
memiliki persentase 8-13%, dengan b. Unsur Co pensentasenya cukup stabil
bertambahnya kedalaman yaitu pada dari kedalaman awal pemboran hingga
kedalaman 6-23 meter semakin kedalaman akhir pemboran tidak
menurun pula jumlah persentase mengalami kenaikan maupun
unsurnya sebesar 0,52-6%. penurunan persentase yang cukup
c. Untuk persentase unsur MgO signifikan, namun dari segi persentase
berbanding terbalik dengan unsur Fe unsurnya memiliki kandungan
dan unsur Al2O3 dimana pada persentase yang sangat kecil hanya
kedalaman 0-6 meter memiliki jumlah bernilai 0,01-0,03%.
persentase kecil hanya sebesar 1-19%,
pada kedalaman 6-23 meter terjadi
peningkatan persentase unsurnya
7. Analisis petrografi pada inti bor
dengan jumlah 24-34%. (core) batuan dasar
d. Hal serupa terjadi pada unsur SiO2 pada
kedalaman 0-4 meter memiliki
Gambar mikrograph di bawah ini
kandungan unsur yang kecil antara 3-
menunjukkan salah satu hasil analisis
10%, semakin bertambah kedalaman
petrogarafi sampel Blok Xb_0003 yang
pemboran yaitu pada kedalaman 4-23
mewakili inti bor bedrock.
meter terjadi peningkatan kandungan
unsurnya sebesar 22-41%.

Opq
Olv
Px

Srp

Gambar 13. Mikrograph kedudukan lensa nikol


bersilang

Sayatan batuan ultrabasa terdiri atas


olivin dan piroksen berkristal anhedral
Gambar 12.Grafik Ni dan Co dengan bidang batas antara kristal
yang tidak beraturan. Piroksen terdiri
Gambar 12 memperlihatkan distribusi atas ortho-klino.Baik olivin maupun
penyebaran unsur Ni dan unsur Co. piroksen tampak mengalami alterasi
Dimana: menjadi klorit/ serpentin.Setempat-

43
Jurnal Geomine, vol 01, April 2015

setempat terlihat bahwa batuan ini 6. Karakterisitk endapan nikel laterit


tampak pecah-pecah yang retakannya berdasarkan analisis kimia, yaitu:
terisi serpentin, tampak mineral bijih a. Unsur Fe dan Al2O3 berbanding
warna hitam sebagai inklusi di dalam terbalik dengan kedalaman lubang
olivin. bor, unsur SiO2 dan MgO
berbanding lurus dengan
kedalaman lubang bor.
b. Unsur Ni, pada kedalaman awal
memiliki nilai persentase yang kecil
rata-rata 0-1%, pada pertengahan
kedalaman lubang bor terjadi
pengkayaan unsur Ni sehingga
Srp
Opq kandungan persentasenya
meningkat >1%, namun kembali
Olv mengalami penurunan persentase
pada kedalaman hingga ke zona
Px bedrock.
7. Analisis petrografi (sayatan
tipis) sampel bedrock dengan
menggunakan mikroskop polarisasi,
menunjukkan bahwa mineral-mineral
yang hadir didominasi oleh mineral
Gambar 14. Mikrograph kedudukan lensa nikol olivin, piroksen, serpentin, mineral-
sejajar
mineral aksesoris lainnya. Dapat
disimpulkan bahwa batuan asal pada
KESIMPULAN daerah penelitian adalah batuan
Peridotit, dengan tingkat serpentinisasi
sedang hingga menengah.
1. Karakteristik laterit yang terdapat pada
blok X terdiri dari 3 jenis tanah laterit
berdasarkan batuan asalnya yaitu UCAPAN TERIMA KASIH
tanah laterit coklat kemerahan, tanah
laterit coklat kekuningan, dan non
Banyak pihak yang telah membantu,
laterit.
memberikan dorongan dan motivasi kepada
2. Karakteristik geomorfologi pada blok X
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir
dibedakan menjadi 2 satuan
ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin
berdasarkan berdasarkan pada
mengucapakan terimakasih kepada:
kemiringan lereng (slope) yaitu satuan
geomorfologi landai–curam (slope 10°-
30°), dan satuan geomorfologi curam– 1. Bapak Mujiyo, ST selaku Head of
sangat curam (slope 30⁰-60⁰). Exploration PT. Bintangdelapan
3. Karakteristik litologi penyusun blok X Mineral.
yaitu, batuan ultramafik, konglomerat, 2. Ibu Dianalisa Prehathin, ST dan Ibu
dan batugamping. Irmayani, ST selaku pembimbing
4. Karakteristik vegetasi yang tumbuh lapangan yang telah banyak
pada blok X merupakan vegetasi primer memberikan arahan kepada penulis
(asli) antara lain berbagai tumbuhan selama di perusahaan.
tropis berupa jenis semak belukar yang
menyebar luas, tanaman perdu, pohon DAFTAR PUSTAKA
damar (Agathis dammara ), pohon
kolaka (Maranthes corymbosablume),
dan hutan yang ditumbuhi pepohonan Boldt, J.R., 1966. The Winning of Nickel Its
berdiameter antara ±10 - 40 cm. Geology, Mining, and Extractive
5. Karakteristik di bawah dipermukaan Metallurgy, Toronto.
pada Blok X pada blok X dijumpai 3
zonasi, yaitu top soil, zona limonit, dan Sukandarrumidi., 2007, Geologi Mineral
saprolit. Logam, Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

44
Jurnal Geomine, vol 01, April 2015

Tonggiroh, A, Mustafa M, Suharto., 2012,


Analisis Pelapukan Serpentin dan
Endapan Nikel Laterit Daerah Pallangga
Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi
Tenggara.

45

Anda mungkin juga menyukai