Anda di halaman 1dari 6

Nama : Tommy winahyu puri

Nim : 161 - 210 – 017


Semester : 8
Prodi : Farmasi

I. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengerjakan dan mengidentifikasi tatalaksana terapi penyakit Diare

II. DASAR TEORI


Diare : Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
buang air besar dari biasanya disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja
dari penderita yang bersangkutan (Depkes RI, 2002).
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung akut dengan
kerusakan erosi pada bagian superficial (Muttaqin & Kumala, 2011)

A. Klasifikasi
 Berdasarkan lama diare
1) Diare Akut
Diare akut dimana terjadi sewaktu-waktu dan berlangsung selama 14 hari dengan
pengeluaran tinjak lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir atau darah. Diare
akut dapat menyebabkan dehidrasi dan bila kurang megonsusmsi makanan akan
mengakibatkan kurang gizi ( Ernawati, 2012).
2) Diare Kronik
Diare kronik berlangsung secara terus-menerus selama lebih dari 2 minggu atau
lebih dari 14 hari secara umum diikuti kehilangan berat badan secara signifikan dan
malasah nutrisi (Sodikin, 2011).
3) Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah berlanjut
sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau berat diklasifikasikan
sebagai berat atau kronik. Diare persisten menyebabkan kehilangan berat badan karena
pengeluaran volume faces dalam jumlah banyak dan berisiko mengalami diare (Sodikin,
2011).
Diare persisten dibagi menjadi dua yaitu diare persisten berat dan diare persisten
tidak berat atau ringan. Diare persisten berat merupakan diare yang berlangsung selama ≥
14 hari, dengan tanda dehidrasi, sehingga anak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Sedangkan diare persisten tidak berat atau ringan merupakan diare yang berlangsung
selama 14 hari atau lebih yang tidak menunjukkan tanda dehidrasi (Ariani, 2016).
4) Diare malnutrisi berat
Diare malnutrisi berat disebabkan karena infeksi. Infeksi dapat menyebabkan
anak mengalami malnutrisi karena selama sakit,mengalami infeksi, anak mengalami
penurunan asupan makanan, gangguan pertahanan dan fungsi imun (Kuntari, 2013).
 Berdasarkan patofisiologik diklasifikasi menjadi dua yaitu:
1) Diare sekresi
Diare sekresi disebabkan karena infeksi virus baik yang patogen maupun
apatogen, hiperperistaltik usus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia
misalnya keracunan makanan atau minuman yang terlalu pedas, selain itu juga dapat
disebabkan defisiensi imun atau penurunan daya tahan tubuh (Simadibrata, 2009).
2) Diare osmotik
Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari
usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia, makanan tertentu seperti buah,
gula/manisan, permen karet, makanan diet dan pemanis obat berupa karbohidrat yang
tidak diabsorbsi seperti sorbitol atau fruktosa (Octa, dkk, 2014). Diare osmotik dapat
terjadi akibat gangguan pencernaan kronik terhadap makanan tertentu seperti buah,
gula/manisan dan permen karet.
B. Etilogi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan, yaitu :
1) Infeksi
a. Bakteri (shigella, salmonelia, e. coli dan golongan vibrio)
b. Virus (rotavirus, norwalk+norwalk like agent dan adenovirus)
c. Parasit (cacing perut, ascaris, trichuris, bacilus cereus)
2) Malabsorpsi
3) Alergi
4) Keracunan
a. Keracunan bahan kimia
b. Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi (jasad renik, algae, ikan,
buah-buahan, dan sayur-sayuran)
5) Imunisasi Defisiensi (Depkes RI, 2002).

CIRI – CIRI DAN GEJALA


Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin
disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan
karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat,
yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah
dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita
telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat
badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput
lender bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
PENGOBATAN
Obat – obatan
 Antibiotika pengobatan empiris ( sefalosforin generasi ke 3 atau azitromisin)
1. Cefotaxim
- Indikasi : Infeksi saluran kemih ringan (uncomplicated) yang disebabkan
oleh Escherichia coli dan Proteus mirabilis, otitis media disebabkan
oleh Haemophilus influenza  (strain beta-laktamase positif dan
negatif), Moraxella (Branhamella), catarrhalis (kebanyakan merupakan strain beta-
laktamase positif), dan Sterptococcus pyogenes; pharingitis dan tonsilitis yang
disebabkan Streptococcus pyogenes; bronkitis akut dan bronkitis kronik dari
eksaserbasi akut, yang disebabkan oleh Streptococcus pneuoniae dan Hemophilus
influenzae (strain beta-laktamase positif dan negatif); pengobatan demam tifoid pada
anak-anak dengan multi resisten terhadap regimen standar
- Efek Samping: konstipasi,panas
- Mekanisme kerja : mengikat proteiin penisiln – mengikat dan menghambat langkah
transpeptidase akhir sintesi peptidoglikan, mengakibatkan kematian dinding sel;
menolak degradasi oleh beta laktamase; dosis yang tepat dan rute pemberian yang
tepat ditentukan oleh kondisi pasien, keparahan infeksi, dan kerentanan
mikroorganisme
- Dosis : pemberian injeksi intramuskuler, intravena atau infus:1 g tiap 12 jam, dapat
ditingkatkan sampai 12 g per hari dalam 3-4 kali pemberian. (Dosis di atas 6 g/hari
diperlukan untuk infeksi pseudomonas). NEONATUS: 50 mg/kg bb/hari dalam 2-4
kali pemberian. Pada infeksi berat, dapat ditingkatkan 150-200 mg/kg bb/hari.
ANAK: 100-150 mg/kg bb/hari dalam 2-4 kali pemberian. (pada infeksi berat dapat
ditingkatkan menjadi 200 mg/kg bb/hari). Gonore: 1 g dosis tunggal.
-
2. Cefixime :
- Indikasi : nfeksi saluran kemih ringan (uncomplicated) yang disebabkan
oleh Escherichia coli dan Proteus mirabilis, otitis media disebabkan
oleh Haemophilus influenza  (strain beta-laktamase positif dan
negatif), Moraxella (Branhamella), catarrhalis (kebanyakan merupakan strain beta-
laktamase positif), dan Sterptococcus pyogenes; pharingitis dan tonsilitis yang
disebabkan Streptococcus pyogenes; bronkitis akut dan bronkitis kronik dari
eksaserbasi akut, yang disebabkan oleh Streptococcus pneuoniae dan Hemophilus
influenzae (strain beta-laktamase positif dan negatif); pengobatan demam tifoid pada
anak-anak dengan multi resisten terhadap regimen standar.
- Efek samping : konstipasi
- Mekanisme kerja obat : mengikat 1 atau lebih protein penicilin, menghambat sintesis
dinding bakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
- Dosis : Dewasa dan anak >30 kg, dosis umum yang direkomendasikan 50–100 mg,
oral dua kali sehari. Dosis disesuaikan dengan umur, berat badan, kondisi pasien.
Untuk infeksi parah atau infeksi yang sulit disembuhkan (intractable) dosis
ditingkatkan sampai 200 mg dua kali sehari; demam tifoid pada anak, 10–15 mg/kg
bb/ hari selama 2 pekan
3. Cifrofloxacin
- Indikasi : infeksi bakteri gram positif dan gram negatif
- Kontraindikasi : Alergi terhadap antibiotik golongan sefalosporin. Kontraindikasi
untuk bayi di bawah 6 bulan.
- Efek samping : diare dan kolitis yang disebabkan oleh antibiotik (keduany a karena
penggunaan dosis tinggi), mual dan muntah, rasa tidak enak pada saluran cerna, sakit
kepala, reaksi alergi berupa ruam, pruritus, urtikaria, serum sickness-like
reactions  dengan ruam, demam dan artralgia, anafilaksis, sindroma Stevens-Johnson,
nekrolisis epidermal toksis, gangguan fungsi hati, hepatitis transien dan kolestatik
jaundice; eosinofil,  gangguan darah (trombositopenia, leukopenia, agranulositosis,
anemia aplastik, anemia hemolitik); nefritis interstisial reversibel, gangguan tidur,
hiperaktivitas, bingung, hipertonia dan pusing, nervous
- Mekanisme kerja : meghambat relaksasi DNA, menghambat girase DNA pada
organisme yang rentan, mempromosikan kerusakan DNA beruntai ganda
- Dosis : pemberian secara injeksi intramuskular dalam, bolus intravena atau infus. 1
g/hari dalam dosis tunggal. Pada infeksi berat: 2-4 g/hari dosis tunggal. Dosis lebih
dari 1 g diberikan pada dua tempat atau lebih. ANAK di atas 6 minggu: 20-50 mg/kg
bb/ hari, dapat naik sampai 80 mg/kg bb/hari. Diberikan dalam dosis tunggal. Bila
lebih dari 50 mg/kg bb, hanya diberikan secara infus intravena. Gonore tanpa
komplikasi: 250 mg dosis tunggal. Profilaksis bedah: 1 g dosis tunggal. Profilaksis
bedah kolorektal: 2 g
4. Paracetamol
- Indikasi : nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi, pireksia.
- Kontaindikasi : gangguan fungsi hati berat, hipersensitivitas.
- Mekanisme kerja : dapat bekerja secara perifer untuk memblokir pembangkit impuls
rasa sakit, mungkin juga menghambat sintesis prostadglandin di CNS.
- Efek samping : jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi reaksi
hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan darah (termasuk trombositopenia, leukopenia,
neutropenia), hipotensi juga dilaporkan pada infus, PENTING: Penggunaan jangka
panjang dan dosis berlebihan atau overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati, lihat
pengobatan pada keadaan darurat karena keracunan.
- Dosis : oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga maksimum 4 gram per hari; anak–anak
umur 2 bulan 60 mg untuk pasca imunisasi pireksia, sebaliknya di bawah umur 3
bulan (hanya dengan saran dokter) 10 mg/kg bb (5 mg/kg bb jika jaundice), 3 bulan–1
tahun 60 mg–120 mg, 1-5 tahun 120–250 mg, 6–12 tahun 250– 500 mg, dosis ini
dapat diulangi setiap 4–6 jam jika diperlukan (maksimum 4 kali dosisdalam 24 jam),
infus intravena lebih dari 15 menit, dewasa dan anak–anak dengan berat badan lebih
dari 50 kg, 1 gram setiap 4–6 jam, maksimum 4 gram per hari, dewasa dan anak–anak
dengan berat badan 10 -50 kg, 15 mg/kg bb setiap 4–6 jam, maksimum 60 mg/kg bb
per hari.

Anda mungkin juga menyukai