Anda di halaman 1dari 6

KEWAJIBAN NOTARIS

Di dalam UUJN dan UUJNP dan Peraturan pelaksanaannya, terdapat


beberapa pasal yang mengatur tentang kewajiban Notaris, sebagai
berikut:

I. Kewajiban setelah menerima Surat Keputusan Pengangkatan :

Yaitu mengucapkan sumpah/janji sebagai Notaris dalam jangka


waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal keputusan
pengangkatan sebagai Notaris (Pasal 5 UUJN) dengan sanksi Surat
Keputusan Pengangkatan dapat dibatalkan (Pasal 6 UUJN).

II. Kewajiban setelah pengucapan sumpah/janji sebagai Notaris -


sebelum menjalankan jabatan sebagai Notaris :

1. Dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah


pengucapan sumpah/janji sebagai Notaris, wajib :

a. Menjalankan jabatannya dengan nyata;

b. Menyampaikan berita acara sumpah /janji jabatan Notaris


kepada Menteri, Organisasi Notaris, dan Majelis Pengawas
Daerah; dan

c. Menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan


paraf, serta teraan cap atau stempel jabatan Notaris berwarna
merah kepada :

- Menteri Hukum dan HAM RI;

- Pejabat yang bertanggung jawab di bidang pertanahan


(Kepala Kantor Pertanahan di tempat kedudukan);

- Organisasi Notaris (di tempat kedudukan);

- Ketua Pengadilan Negeri (di tempat kedudukan);

- Majelis Pengawas Daerah (di tempat kedudukan);

- Bupati/Walikota (di tempat kedudukan).

( Pasal 7 UUJN P )
2. Mengajukan pengesahan buku protokol kepada Majelis Pengawas
Daerah Kabupaten/Kota tempat kedudukan ( Pasal 58 ayat (4)
UUJN).

3. Dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah


pengucapan sumpah/janji sebagai Notaris wajib mengajukan
permohonan sertifikat cuti kepada Menteri Hukum Dan HAM
(sekarang secara on line)

( Pasal 17 ayat (2) PERMENKUMHAM Nomor 25 Tahun 2014 ).

III. Kewajiban dalam menjalankan jabatan sebagai Notaris :

1. Diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014


antara lain ialah :
a. bertindak amanah, jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak,
dan menjaga kepentingan pihak-pihak yang terkait dalam
perbuatan hukum;
CATATAN :
- Dalam kaitannya dengan kemandirian seorang Notaris,
maka Notaris harus memperhatikan ketentuan Pasal
52 ayat (1) UUJN juncto Pasal 53 UUJN dengan
pengecualian Pasal 52 ayat (2) UUJN;

Pasal 52 ayat (1) UUJN menentukan 3 hal sebagai


berikut :
1. Notaris tidak diperkenankan membuat akta untuk
diri sendiri, isteri/suami, atau orang lain yang
mempunyai hubungan kekeluargaan dengan
Notaris baik karena perkawinan maupun
hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke
bawah dan/atau ke atas tanpa pembatasan
derajat;
2. Notaris tidak diperkenankan membuat akta untuk
diri sendiri, isteri/suami, atau orang lain yang
mempunyai hubungan kekeluargaan dengan
Notaris baik karena perkawinan maupun
hubungan darah dalam garis ke samping sampai
dengan derajat ketiga;
3. Ketentuan dalam point 1 dan 2 tersebut berlaku,
baik menjadi pihak untuk diri sendiri maupun
dalam suatu kedudukan ataupun dengan
perantaraan kuasa.

Pasal 52 ayat (2) UUJN memberikan katentuan


pengecualian terhadap ayat (1) Pasal 52 UUJN, dimana
ketentuan yang disebutkan dalam ayat (1) tidak
berlaku jika dilakukan dalam pelelangan di muka
umum pembuatan aktanya menjadi kewenangan
Notaris, atau menjadi anggota rapat yang risalahnya
dibuat oleh Notaris.

-Dalam kaitannya dengan sikap seksama atau


kecermatan seorang Notaris, maka Notaris harus
memperhatikan kemampuan bertindak dari
penghadap, baik yang menyangkut diri penghadap
(cakap hukum/bekwaam) maupun yang berkaitan
dengan alas hak dari penghadap.

-Dalam kaitannya dengan sikap Tidak Memihak,


Notaris harus berada pada posisi yang netral diantara
pihak-pihak yang membuat akta, Notaris dalam
merumuskan keinginan para pihak harus
memperhatikan kepentingan kedua belah pihak, tidak
boleh menguntungkan satu pihak dengan merugikan
pihak yang lain.
b. membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya
sebagai bagian dari Protokol Notaris ;
CATATAN :
Pengecualian terhadap kewajiban membuat Minuta
Akta adalah jika akta dibuat dalam bentuk in
originali (Pasal 16 ayat 2 UUJNP)

c. melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap


pada Minuta Akta;

CATATAN :
Ketentuan dalam huruf c UUJNP merupakan
ketentuan yang tidak dimuat dalam UUJN.

d. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta


berdasarkan Minuta Akta;

CATATAN :
- Grosse akta, salinan akta, dan Kutipan akta
merupakan turunan dari Minuta Akta;

- Grosse Akta (Pasal 1 angka 11 UUJNP) adalah salah


satu salinan Akta untuk pengakuan utang dengan
kepala Akta “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”, yang mempunyai
kekuatan eksekutorial.

- Salinan Akta (Pasal 1 angka 9 UUJNP) adalah


salinan kata demi kata dari seluruh Akta dan pada
bagian bawah salinan Akta tercantum frasa
“diberikan sebagai SALINAN yang sama bunyinya”.

- KUTIPAN Akta (Pasal 1 angka 10 UUJNP) adalah


kutipan kata demi kata dari satu atau beberapa
bagian dari Akta dan pada bagian bawah kutipan
Akta tercantum “diberikan sebagai KUTIPAN ”.
e. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam UUJN,
kecuali ada alasan untuk menolaknya;

CATATAN :
Hal-hal yang dapat dijadikan alasan oleh Notaris
untuk menolak memberikan pelayanan adalah hal-
hal yang ditentukan dalam Pasal 52 dan Pasal 53
UUJN.

f. merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya


dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan Akta
sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang
menentukan lain;

CATATAN :
Pasal 54 UUJNP menentukan :
Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan,
atau memberitahukan isi Akta, Grosse Akta, Salinan
Akta, atau Kutipan Akta, kepada orang yang
berkepentingan langsung pada Akta, ahli waris, atau
orang yang memperoleh hak, kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundang-undangan.

g. menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) menjadi buku


yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) Akta,dan jika
jumlah Akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, Akta
tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan
mencatat jumlah Minuta Akta , bulan, dan tahun
pembuatannya pada sampul setiap buku;

h. membuat daftar dari Akta

CATATAN :
Buku Daftar yang harus dibuat oleh Notaris ditentukan
dalam Pasal 16, Pasal 58, dan 59 UUJN, yaitu :
1. Buku Daftar Akta (Pasal 58 UUJN);
2. Buku Daftar surat di bawah tangan yang disahkan
(Pasal 58 UUJN);
3. Buku Daftar surat di bawah tangan yang
dibukukan (Pasal 58 UUJN);
4. Buku Daftar Klapper untuk daftar akta (Pasal 59
ayat 1 UUJN);
5. Buku daftar Klapper untuk surat di bawah tangan
yang disahkan (Pasal 59 ayat 1 UUJN);
6. Buku Daftar dari Akta protes (Pasal 16 ayat 1
huruf g UUJN);
7. Buku Daftar Akta wasiat (Pasal 16 ayat 1 huruf h
UUJN);

i. Mengirimkan daftar akta wasiat kepada daftar Pusat Wasiat


dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama bulan
berikutnya (sekarang secara online);
j. Mencatat dalam repertorium pelaporan kepada Pusat Daftar
Wasiat pada hari pelaporan (Penjelasan Pasal 16 ayat 1 huruf k
UUJNP);
k. Mempunyai cap atau stempel;
l. Membacakan akta dihadapan penghadap dan saksi-saksi;
m. Menandatangani akta segera setelah pembacaan akta;
n. Menerima magang calon Notaris.

2. Diatur dalam Pasal 58 UUJN, yaitu :


- mencatat akta yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris dalam
Buku Daftar Akta;
- mencatat surat di bawah tangan yang disahkan dalam Buku
Daftar surat di bawah tangan yang disahkan
- mencatat surat di bawah tangan yang dibukukan dalam Buku
Daftar surat di bawah tangan yang dibukukan
3. Diatur dalam Pasal 61 UUJN, yaitu menyampaikan laporan bulanan
kepada Majelis Pengawas Daerah paling lama 15 (lima belas) hari
pada bulan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai