Anda di halaman 1dari 8

Hari/tanggal : 25 Oktober 2020

Nama : Laila Fahtimahtu Zahro


NIM : 193141914111139 (41)
Prog. Keahlian : Akuntansi 3C
Mata Kajian : Akuntansi Sektor Publik
Dosen : Susenohaji, SE., Ak., M.Si
RESUME PERTEMUAN 6
Tata Usaha Keuangan Daerah (RKA, DPA, Barang Jasa, sampai SPJ)
1. DASAR HUKUM
Dasar hukum Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah:
a) Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679).

2. ASAS UMUM

Asas-asas umum Penatausahaan Keuangan Daerah menurut kedua peraturan


perundang-undangan tersebut di atas menyebutkan bahwa :
a) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara
penerimaan/pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai
uang/barang/kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
b) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan
dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD
bertanggungjawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari
penggunaan surat bukti tersebut;
c) Semua penerimaan dan pengeluaran dana pemerintahan daerah harus dianggarkan
dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh
Bendahara Umum Daerah;
d) Untuk setiap pengeluaran dana atas beban APBD, harus diterbitkan Surat
Keputusan Otorisasi (SKO) oleh Kepala Daerah atau surat keputusan lain yang
berlaku sebagai surat keputusan otorisasi;
e) Kepala Daerah, wakil kepala daerah, pimpinan DPRD, dan pejabat lainnya
dilarang melakukan pengeluaran dana atas beban anggaran daerah untuk tujuan
lain dari yang telah ditetapkan.

3. PELAKSANAAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH

Untuk kepentingan pelaksanaan APBD, maka sebelum dimulainnya suatu


tahun anggaran Kepala Daerah sudah harus menetapkan pejabat-pejabat berikut ini :
1) Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Penyediaan Dana
(SPD);
2) Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Permintaan
Pembayaran (SPP);
3) Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Perintah Membayar
(SPM);
4) Pejabat yang diberi wewenang mengesahkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ);
5) Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D);
6) Pejabat fungsional untuk tugas bendahara penerimaan/pengeluaran;
7) Bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan,
belanja tak terduga, dan pengeluaran pembiayaan pada SKPD;
8) Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu; dan
9) Pejabat-pejabat lainnya yang perlu ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBD.

Pejabat pelaksana APBD lainnya mencakup :


 Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD} yang diberi wewenang
melaksanakan fungsi tatausaha keuangan pada SKPD;
 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) SKPD yang diberi wewenang
melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program yang sesuai dengan
bidang tugasnya;
 Pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat bukti pemungutan
pendapatan daerah;
 Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani bukti penerimaan kas dan
bukti penerimaan lainnya yang sah; dan
 Pembantu bendahara penerimaan dan/atau pembantu bendahara pengeluaran.

Suatu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa penetapan pejabat oleh kepala
daerah tersebut dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan penetapan pejabat lainnya
dalam rangka pelaksanaanAPBD dapat didelegasikan oleh kepala daerah kepada
kepala SKPD.

4. PENATAUSAHAAN PENERIMAAN

Menurut ketentuan dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang dimaksud


dengan penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Semua
penerimaan daerah disetorke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang
ditunjuk dan dianggap sah setelah Kuasa Bendahara Umum Daerah menerima nota
kredit. Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah dilaksanakan
melalui cara-cara sebagai berikut :
a. Disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;
b. Disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan, dan/atau kantor pos oleh
pihak ketiga; dan
c. Untuk benda berharga seperti karcis retribusi yang dipakai sebagai tanda bukti
pembayaran oleh pihak ketiga maka penyetorannyadilakukan dengan cara
penerbitan tanda bukti pembayaran retribusi tersebut yang disahkan oleh PPKD.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa untuk kepentingan


pelaksanaan APBD dan/atau penatausahaan keuangan daerah,kepala daerah perlu
menetapkan pejabat fungsional untuk tugas bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran. Untuk itu bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan
penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang
menjadi tanggung jawabnya dan harus melaporkannya kepada pengguna anggaran
atau kuasa pengguna anggaran melalui PPKD paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya. Penatausahaan atas penerimaan dilaksanakan dengan menggunakan buku
kas, buku pembantu perincian obyek penerimaan dan buku rekapitulasi penerimaan
harian. Sedangkan bukti penerimaan dan/atau bukti pembayaran yang diperlukan
untuk penatausahaan anggaran adalah :

 Surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah)


 Surat ketetapan retribusi (SKR)
 Surat tanda setoran (STS)
 Surat tanda bukti setoran
 Bukti penerimaan lainnyayang sah.

5. PENATAUSAHAAN PENGELUARAN

Arti dari pengeluaran daerah seperti dimaksudkan dalam peraturan perundang-


undangan terkait adalah semua arus uang yang keluar dari kas daerah. Hal-hal yang
berhubungan dengan penatausahaan pengeluaran adalah :
o Penyediaan dana
o Permintaan pembayaran
o Perintah membayar
o Pencairan dana
o Pertanggungjawaban penggunaan dana

Penyediaan Dana Dalam rangka manajemen kas, setelah penetapan anggaran


kas, pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) menerbitkan Surat Penyediaan Dana
(SPD) dengan mempertimbangkan jadwal pembayaran pelaksanaan program dan
kegiatan yang dimuat dalam dokumen pelaksanaan anggaran SKPD. Surat Penyediaan
Dana tersebut dipersiapkan oleh kuasa bendaharaumum daerah dan ditandatangani
oleh PPKD. Semua pengeluaran kas harus dilakukan berdasarkan SPD atau dokumen
lain yang dipersamakan dengan SPD.
6. PROSEDUR PENERBITAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)

Surat permintaan pembayaran (SPP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh


pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran
untuk mengajukan permintaan pembayaran. Berdasarkan SPD bendahara pengeluaran
mengajukan SPP dalam rangka permohonan penerbitan SPM kepada PA/KPA melalui
PPK-SKPD yang telah menguji kelengkapan dan kebenaran SPP yang diajukan
bendahara pengeluaran. SPP yang diajukan bendahara pengeluaran terdiri dari :
 SPP uang persediaan (SPP-UP);
 SPP ganti uang (SPP-GU);
 SPP tambahan uang (SPP-TU);
 SPP langsung (SPP-LS).

7. PROSEDUR PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR (SPM)

SPM adalah dokumen yang digunakan/ diterbitkan oleh PA/KPA untuk


penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD. Diterbitkan paling lambat 2
hari sejak Diterima SPP. Dikembalikan paling lambat 1 hari sejak Diterima SPP.
Proses penerbitan SPM, yaitu :
 Proses ini dimulai dengan pengujian atas SPM yang diajukan baik dari segi
kelengkapan dokumen maupun kebenaran pengisiannya.
 Pengujian berikutnya adalah melihat kesesuaian DPA-SKPD yang terkait serta
batas jumlah dalam SPD yang terkait, apabila telah dinyatakan lengkap, maka
PPK-SKPD akan membuat rancangan SPM untuk diotorisasi.
 SPM yang telah diterbitkan diajukan kepada Kuasa BUD untuk penerbitan SP2D.
 Setelah tahun anggaran berakhir, PA/KPA dilarang menerbitkan SPM yang
membebani tahun anggaran berkenaan.
SPM yang diterbitkan terdiri dari :
 SPM – Uang Persediaan (SPM-UP)
 SPM – Ganti Uang (SPM-GU)
 SPM – Tambahan Uang (SPMP-TU)
 SPM – Langsung (SPM – LS)
8. PROSEDUR PENERBITAN SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)

SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang
diterbitkan oleh Kuasa BUD berdasarkan SPM. Prosedurnya sebagai berikut :

a. Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh PA/KPA
agar pengeluaran yang diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundangan.

b. Apabila telah dinyatakan lengkap, maka Kuasa BUD akan menerbitkan SP2D
yang sudah disahkan apabila telah ditandatangani dan distempel oleh Kuasa
BUD.

c. Apabila dinyatakan belum lengkap, maka Kuasa BUD membuat Surat penolakan
penerbitan SP2D kepala PA/KPA agar menyempurnakan SPM.

d. SP2D diserahkan kepada Bank, bendahara pengeluaran atau rekanan pihak ketiga
untuk dicairkan di Kas Umum Daerah pada Bank yang ditunjuk sebagai Kas
Umum Daerah.

e. SP2D adalah spesifik, artinya satu SP2D hanya dibuat untuk satu SPM saja.

9. LANGKAH TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA

PPTK mengajukan permohonan dana melalui Nota Pencairan Dana (NPD)


untuk melaksanakan kegiatan tertentu kepada PA/KPA. Berdasarkan permohonan
tersebut PA/KPA memberikan memo persetujuan kepada bendahara pengeluaran
untuk mengeluarkan sejumlah dana yang dimaksud. Kemudian bendahara
pengeluaran mengeluarkan dana sejumlah persetujuan yang diberikan PA/KPA
kepada PPTK. Dalam proses pelaksanaan kegiatan, PPTK wajib mengarsipkan
dokumen-dokumen yang terkait dengan pengeluaran belanja untuk kegiatan tersebut.
Selanjutnya PPTK memberikan dokumen-dokumen pelaksanaan belanja
sebagai dasar bendahara pengeluaran dalam melakukan pertanggungjawaban belanja.
Bendahara pengeluaran berdasarkan dokumen yang diberikan oleh PPTK, mencatat
pelaksanaan belanja kedalam pembukuan. Dalam pelaksanaannya, tidak semua
dokumen pembukuan digunakan secara bersamaan untuk membukukan satu transaksi
keuangan yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran. Dokumen yang digunakan
sebagai dasar dalam melakukan pembukuan adalah :
- SP2D UP/GU/TU/LS
- Bukti transaksi yang sah dan lengkap
- Dokumen pendukung lainnya sebagaimana yang diatur dalam peraturan yang
berlaku.

10. PERTANGGUNGJAWABAN PENGGUNAAN DANA

Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggungjawabkan


penggunaan SPJ-UP, GU, TU, LS kepada kepala SKPD melalui PPK-SKPD. Secara
fungsional wajib mempertanggungjawabkan SPJ-UP,GU,TU,LS kepada PPKD selaku
BUD, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pertanggungjawaban fungsional
pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir
bulan tersebut. Pertanggungjawaban tersebut dilampiri bukti setor sisa uang
persediaan. Dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan uang persediaan, dokumen
laporan pertanggungjawaban yang disampaikan mencakup :
 Buku kas umum pengeluaran
 Ringkasan pengeluaran per-rincian obyek
 Bukti penyetoran PPN/PPh
 Register penutupan kas
 Berita pemeriksaan kas
 Laporan penutupan kas bulanan.

11. AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Pemerintah daerah menyusun sistem akuntansi pemerintah daerah dengan


berpedoman kepada standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dalam bentuk
peraturan kepala daerah, standar akuntansi pemerintahan ini juga dijadikan pedoman
dalam menetapkan peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi. Sebelum
peraturan kepala daerah tentang sistem akuntansi pemerintah daerah, terlebih dahulu
sudah ditetapkan peraturan daerah tentang pengelolaan keuangan daerah yang
nantinya dijadikan pedoman dalam pembuatan peraturan kepala daerah tentang sistem
akuntansi pemerintah daerah. Sistem akuntansi pemerintah daerah meliputi beberapa
hal, diantaranya :
1) Prosedur akuntansi penerimaan kas.
2) Prosedur akuntansi pengeluaran kas.
3) Prosedur akuntansi aset.
4) Prosedur akuntansi selain kas.

12. ANGGARAN KAS

Anggaran kas adalah dokumen perkiraan arus masuk yang bersumber dari
penerimaan perkiraan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan dana
yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam satu periode. Penyusunan
anggaran kas pada dasarnya dilakukan untuk memberikan informasi yang jelas dan
terencana serta mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaran-
pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-
SKPD yang telah disahkan.
Mekanisme penyusunan anggaran kas :
 Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun Rancangan
Anggaran Kas SKPD.
 Rancangan Anggaran Kas SKPD disampaikan kepada PPKD selaku BUD
bersamaan dengan Rancangan DPA-SKPD.
 Pembahasan Rancangan Anggaran Kas SKPD dilaksanakan bersamaan dengan
Pembahasan DPA-SKPD.

Anda mungkin juga menyukai