Anda di halaman 1dari 3

Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah penyakit yang memengaruhi emosi, pola pikir, dan

perilaku penderitanya. Sama halnya dengan penyakit fisik, penyakit mental juga ada obatnya. Di
Indonesia, penderita gangguan mental diidentikkan dengan sebutan ‘orang gila’ atau ‘sakit jiwa’,
dan sering mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan, bahkan hingga dipasung. Padahal,
penderita gangguan mental bisa dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pengobatan.

Depresi merupakan salah satu penyakit atau gangguan mental yang paling sering melanda
penduduk seluruh dunia. Tercatat ada sekitar 350 juta orang penderita depresi dengan penyebab
yang berbeda-beda, tanpa memandang status sosial, demografi, geografis, ataupun usia.

Penyebab depresi memang cukup bervariasi dan beragam antara satu orang dengan yang lainnya.
Efek depresi sendiri juga bisa berakibat fatal seperti perasaan ingin bunuh diri, rentan terhadap
penyakit serius lainnya, hingga menjadi penyebab kecacatan tertinggi kedua setelah HIV/AIDS -
seperti yang dinyatakan oleh WHO.

Depresi dapat terjadi pada wanita maupun pria. Wanita dengan sejarah depresi di keluarga
berpotensi mengalami depresi pada saat menjelang pubertas. Wanita penderita depresi akan
memiliki gejala depresi yang semakin parah menjelang siklus menstruasi. Obat antidepresi
umumnya tidak akan banyak membantu pada periode ini.

Di zaman modern sekarang, wanita tanpa sejarah depresi lebih rentan diserang depresi hingga 2-
3 kali dibandingkan sebelumnya. Banyak yang menganggap bahwa wanita lebih rentan pada
depresi karena kaitan hormonal, namun sebenarnya baik pria dan wanita memiliki potensi untuk
menderita depresi yang sama. Namun Depresi pada pria umumnya lebih sulit dideteksi karena
pria jarang dalam menunjukkan perasaan secara gamblang, seperti menangis, murung, atau
curhat. Namun, ini bukan berarti pria tidak lebih rentan daripada wanita dalam kemungkinan
terkena depresi.

Pada titik tertentu, depresi dapat berujung pada bunuh diri. Beberapa laporan mengenai bunuh
diri perempuan di Indonesia umumnya terjadi pada kelompok ibu rumah tangga. Dari penelitian
yang dilakukan oleh Chris Girard “Age, Gender, and Suicide: A Cross-National Analysis" pada
1993, bunuh diri pada perempuan disebabkan karena kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan
seksual, tekanan sosial, dan kesulitan ekonomi. Sedangkan pada laki-laki diakibatkan oleh
ketidakmampuan memenuhi peran-peran sosial yang secara tradisional dibebankan pada laki-laki
seperti peran sebagai kepala keluarga. Keduanya memiliki persoalan serupa, lantaran dipicu oleh
gejala depresi.

Data yang dikeluarkan oleh WHO pada 2012 memperkirakan terdapat 350 juta orang mengalami
depresi, baik ringan maupun berat. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia pada
2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan
gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta
orang.
Selain tingginya jumlah penduduk yang mengalami depresi, ketersediaan tenaga profesional
kesehatan jiwa, khususnya psikiater, juga merupakan salah satu hal yang memengaruhi
kesehatan mental masyarakat.

Data WHO di 2011 dan 2014 menunjukkan bahwa Indonesia kekurangan tenaga psikiater. Bila
dibandingkan dengan ASEAN, Indonesia termasuk berada pada posisi terendah setelah Laos dan
Kamboja dengan rasio sebesar 0,01 psikiater per 100.000 penduduk pada 2011 dan 0,29 psikiater
per 100.000 penduduk pada 2014. Data dari Kementerian Kesehatan pun menyatakan hanya ada
600-800 psikiater di seluruh Indonesia. Artinya satu orang psikiater terlatih harus menangani
300.000-400.000 orang.

Apabila dicermati, rasio psikiater memiliki pengaruh terhadap kesehatan mental masyarakat.
Merujuk pada data, Malaysia dan Filipina yang memiliki tingkat bunuh diri lebih rendah
dibandingkan dengan Indonesia memiliki rasio psikiater yang lebih tinggi dari Indonesia. Rasio
psikiater pada 2014 di Filipina adalah 0,46 psikiater per 100.000 penduduk dan Malaysia 0,76
psikiater per 100.000 penduduk. Lebih tinggi jika dibandingkan dengan Indonesia. Sebaliknya,
Myanmar yang memiliki tingkat bunuh diri tertinggi memiliki rasio psikiater yang tergolong
rendah, yaitu 0,29 psikiater per 100.000 penduduk.

Masalah bunuh diri dan kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang sangat penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari seluruh jajaran lintas
sektor pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah, serta perhatian dari seluruh masyarakat.
Orang yang memiliki gangguan jiwa dengan kondisi yang berat dan sering kambuh
membutuhkan rehabilitasi langsung. Proses rehabilitasi pada umumnya dijalani di fasilitas
kesehatan khusus yaitu rumah sakit jiwa.

Edi Priyono, seorang mantan penderita gangguan jiwa berhasil kembali pulih pada Agustus
2015. Edi mulai terkena gangguan mental akibat masalah rumah tangganya terutama
perekonomian. Edi melarikan diri dari masalah tersebut dengan mencari hiburan diluar. Saat
menderita gangguan jiwa, ia pernah ditempatkan di sebuah rumah sakit jiwa di Grogol. Edi juga
pernah dibawa ke panti rehabilitasi gangguan mental Fajar Berseri di Bekasi. Setelah dirantai
selama dua minggu, Edi mulai tenang dan rantainya dilepas. Pada bulan Agustus 2015, kondisi
Edi membaik secara signifikan dan ia secara resmi dinyatakan stabil secara mental.

Kementerian Kesehatan mencatat kesenjangan pengobatan gangguan jiwa di Indonesia mencapai


lebih dari 90 persen. Ini artinya kurang dari 10 persen penderita gangguan jiwa mendapatkan
pelayanan terapi dari petugas kesehatan. Pemerintah mau tak mau harus menambah jumlah
tenaga kesehatan jiwa profesional.

Sementara bagi Anda yang merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman
atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan
berdiskusi dengan tenaga kesehatan jiwa profesional seperti psikolog atau psikiater maupun
klinik kesehatan jiwa.

Intinya, tindakan bunuh diri dapat dicegah dengan upaya struktural dari pemerintah, dan yang tak
kalah penting kesadaran dan perhatian kita terhadap orang-orang terdekat atau di sekeliling
masing-masing. Jangan lagi masalah darurat kesehatan mental ini dibiarkan.

Anda mungkin juga menyukai