Anda di halaman 1dari 10

Angela Virgini Tiomegarani

102015007
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia
angela.2015fk007@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
kata kunci :
Abstract
keywords :

Pendahuluan
Kebanyakan pasangan suami istri pasti ingin memiliki buah hati. Kehamilan dan persalinan
adalah waktu yang diidamkan oleh pasangan suami istri, terlebih oleh ibu. Kelahiran bayi
yang normal dan sehat merupakan hal yang dinantikan. Kesehatan mulai dari bayi, anak,
hingga remaja, pertumbuhan dan perkembangannya termasuk dalam suatu ilmu yaitu,
pediatri. Dalam bidang ilmu ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti,
ada/tidaknya penyakit dalam keluarga yang bersifat menurun, ada/tidaknya gangguan dalam
perkembangan janin, maupun mengenai riwayat persalinan ibu. Dimana hal-hal tersebut
dapat meningkatkan angka bayi yang lahir secara sehat keseluruhan, sehingga mengurangi
angka kematian bayi. Saat bayi mulai bertumbuh dan berkembang ada beberapa faktor yang
mempengarui seperti, pemberian makanan, pola asuh, dan imunisasi. Untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat diukur melalui pemeriksaan denver II dan
antropometri.1

Anamnesis
Anamnesis merupakan proses wawancara yang dapat mengungkap 80% dari penyakit pasien.
Ada dua jenis anamnesis yang biasa dilakukan, yaitu autoanamnesis dan alloanamnesis.
Autoanamnesis adalah anamnesis yang dilakukan langsung dengan pasiennya. Alloanamnesis
adalah anamnesis yang dilakukan terhadap keluarga dan kerabat dekat pasien. Alloanamnesis
dlakukan jika pasien yang bersangkutan tidak memungkinkan kondisinya untuk dianamnesis
misalnya, bayi, balita, atau pasien yang mengalami bisu-tuli dan cacat mental. 2 Dalam
anamnesis ini ada beberapa hal yang harus ditanyakan yaitu meliputi :3,4
 Riwayat kehamilan
o GPA (Gravida, Para, Abortus)
o Usia Ibu
o Usia kehamilan
o Penyakit kehamilan
 Riwayat kelahiran
o Tanggal lahir
o Tempat lahir
o Kondisi bayi saat lahir
o Cara kelahiran
o Kehamilan ganda
o Normal atau ada kongenital
o APGAR score
o Berat badan dan panjang badan lahir (apakah sesuai dengan masa kehamilan,
kurang atau besar)
 Riwayat pertumbuhan, yaitu kurva berat badan dan panjang badan terhadap
umur.
 Riwayat perkembangan, yaitu patokan perkembangan pada bidang motor
kasar, motor halus, dan sosial-personal
 Riwayat imunisasi, yaitu imunisasi apa saja yang sudah diberikan kepada bayi
dan waktu/tanggal pelaksanaan imunisasinya
 Riwayat makanan, yaitu nutrisi apa saja yang sudah diberikan selama 6 bulan
terakhir apakah pemberian ASI lancer, apakah menggunakan susu formula, apakah
sudah mulai diberikan bubur susu
 Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat kebiasaan, yaitu sosial, ekonomi, dan budaya
Dalam skenario didapatkan anamnesis sebagai berikut :
 Usia Ibu 30 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu, tidak ada kelainan,
lahir spontan (normal), aktif, kuat menangis

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memperkuat anamnesis. Metode yang digunakan dalam
pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi),
pemeriksaan ketok (perkusi), pemeriksaan dengar dengan menggunakan stetoskop
(auskultasi). Pemeriksaan dilakukan secara sistematik dan senyaman mungkin, mulai
dari melihat keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, pemeriksaan jantung, paru,
abdomen, dan ekstremitas.5

Dalam skenario didapatkan pemeriksaan fisik sebagai berikut :


 Bayi kuat menangis dan kuaat menangis
 Berat Badan : 3,2 kg
 Panjang Badan : 50 cm
 Lingkar Kepala : 35 cm

Beberapa pemeriksaan fisik yang dilakukan pada anak adalah sebagai berikut:
 APGAR Score
APGAR Score adalah pemeriksaan pertama yang dilakukan segera setelah janin
dilahirkan. Tujuan pemeriksaan adalah penilaian perbaikan status neurologis neonatus
dan proses adaptasi pada kehidupan di luar rahim. Penilaian dilakukan satu menit dan
lima menit setelah kelahiran bayi (dengan mengacuhkan pemotongan tali pusat dan
plasenta). Bila ditemukan kelainan, dilakukan pemeriksaan ketiga pada 10 menit setelah
kelahiran. Penilaian mencakup lima tanda berbeda, masing-masing dinilai angka 0-2,
sehingga nilai tertinggi yang dapat dicapai seorang bayi adalah 10. Bayi yang mendapat
nilai APGAR 7-10 dianggap normal; 4-6 dianggap membutuhkan sedikit-banyak
bantuan; 0-3 membutuhkan perawatan darurat.4,6

Tabel 1. Evaluasi Janin Saat Lahir – APGAR Score4


Tanda Klinis Score
0 1 2
Denyut jantung Tidak ada Lambat (< 100) >100
(Pulse)
Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tak teratur Baik, menangis
(Respiration)
Tonus otot Kaku Sedikit fleksi Gerak aktif
(Activity)
Respon kateter di Tidak ada respon Tampak kesakitan Batuk atau bersin
lubang hidung* (grimace)
(grimace)
Warna kulit Biru atau pucat Badan merah muda, Merah muda
(Appearance) ekstremitas biru seluruhnya
*diuji setelah orofaring bersih (clear)

 Antropometri
Antropometri adalah pengukuran tubuh manusia dan bagian-bagiannya dengan maksud
untuk membandingkan dan menentukan norma-norma untuk jenis kelamin,usia, berat
badan, suku bangsa dll. Antropometri dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh
kembang anak sehingga dapat ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal
atau tidak. Ketepatan dan ketelitian pengukuran sangat penting dalam menilai
pertumbuhan secara benar. Kesalahan atau kelalaian dalam cara pengukuran akan
mempengaruhi hasil pengamatan.Ada dua cara pengukuran antropometri yaitu
pengukuran berdasarkan usia dan pengukuran tidak berdasarkan usia.Pengukuran
berdasarkan usia misalnya berat badan berdasarkan usia,tinggi badan berdasarkan
usia,dan lain-lain.Sedangkan pengukuran tidak berdasarkan usia misalnya pengukuran
berat badan berdasarkan tinggi badan,lingkar lengan atas berdasarkan tinggi badan, dll. 7
Berikut pemaparannya:7,8
o Panjang badan
Pada anak, tinggi badan harus diukur untuk mengetahui pertumbuhannya. Bayi
ditidurkan terlentang dengan posisi kepala pada bagian yang statis dan letak kaki pada
sisi dinamis dan dilakukan pembacaan. Pada anak besar, tinggi badan diukur secara
berdiri. Orang tua yang tinggi biasanya memiliki anak yang lebih tinggi dibanding anak
dari orang tua yang pendek. Badan yang sangat pendek (dwarfism) mundkin dapat
disebabkan oleh penyakit menahun yang mempengaruhi absorbsi atau penggunaan
makanan, misanya malnutrisi energi protein, kelainan mental, atau alergi terhadap
makanan. Sebaliknya, badan yang sangat tinggi dapat disebabkan makan yang terlalu
banyak, kadang juga ditemukan pada anak dengan retardasi mental.
o Berat badan
Anak sebaiknya ditimbang teratur, sekurang-kurangnya sebulan sekali untuk 6 bulan
pertama, 2-3 bulan sekali untuk 6 bulan kedua, 2 kali setahun untuk 3 tahun berikutnya
dan selanjutnya setiap tahun. Pemantauan berat badan membantu mendeteksi gangguan
pertumbuhan.2 Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di-plot dalam
kurva berat dan tinggi NCHS. Balita normal pada umumnya mempunyai berat badan di
atas persentil 5 NCHS, tetapi berat badan dapat naik atau turun memotong 1 - 2 kurva
persentil berat badan. Jika kurva berat badan memotong lebih dari 2 kurva persentil,
keadaan ini disebut failure to thrive (gagal tumbuh), yang dapat disebabkan oleh faktor
medis (penyakit), faktor nutrisi, maupun faktor psikososial (deprivasi maternal).
o Lingkar kepala
Lingkar kepala diukur pada bayi yang kurang dari 2 tahun dari glabela ke protuberans
occipitalis eksterna dan dilakukan secara berkala. Pengukuran menggunakan alat berupa
grafik lingkar kepala menurut NCHS,kertas millimeter,tinta berwarna (spidol),meteran
(microtoise). Masukan hasil pengukuran lingkar kepala berdasarkan usia ke dalam
grafik,lakukan penilaian pola pertumbuhan kemudian masukan hasilnya ke dalam tabel
hasil praktikumdengan ketentuan; jika < -2,mengalami keterlambatan pertumbuhan,
sedangkan < +2,mengalami proses pertumbuhan melebihi normal.
o Lingkar lengan atas
Lingkar lengan atas terhadap umur di pakai untuk skrining malnutrisi kalori dan
protein,di gunakan apabila pengukuran tinggi dan berat badan tidak memungkinkan dan
usia anak yang tepat tidak di ketahui.

Imunisasi
Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah
pemberian vaksin yang dapat merangsang imunitas dan sistim imun di dalam tubuh.
Imunitas pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk yaitu imunoglobulin
yang non-spesifik atau gamaglobulin dan imunoglobulin yang spesifik yang berasal dari
plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan
vaksinasi penyakit tertentu. Imunoglobulin non-spesifik digunakan pada anak dengan
defisiensi imunoglobulin sehingga memberikan perlindungan dengan segera dan cepat
yang seringkali dapat terhindar dari kematian. Imunoglobulin ini hanya memberikan
perlindungan sementara yaitu beberapa minggu saja. Imunoglobulin yang non-spesifik
selain mahal, memungkinkan anak menjadi sakit karena secara kebetulan atau tidak
sengaja memasukkan serum yang tidak bersih dan masih mengandung kuman yang aktif.
Imunoglobulin yang spesifik diberikan pada anak yang belum terlindung karena belum
pernah mendapatkan vaksinasi dan kemudian terserang. 9
Imunisasi dasar terdiri atas:

 BCG
Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Departemen Kesehatan
menganjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan. Imunisasi
BCG ulangan tidak dianjurkan. Dosis 0.05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan
0,1 ml untuk anak lebih dari 1 tahun. BCG diberikan secara intrakutan di daerah
lengan kanan atas pada insersio Musculus deltoideus sesuai anjuran WHO dan tidak
diberikan ditempat lain.9
Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis (TB), namun dapat
mencegah komplikasinya. Efektivitas vaksin untuk perlindungan penyakit hanya
40% dan sekitar 70% kasus tuberculosis berat (meningitis) ternyata mempunyai
parut BCG, dan kasus dewasa dengan bakteri tahan asam (BTA) positif di
Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 25%-36% walaupun mereka telah mendapat
BCG pada masa kanak-kanak. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup sehingga tidak
dapat diberikan pada pasien imunokompromais seperti leukimia, anak yang sedang
mendapatkan steroid jangka panjang, atau menderita infeksi HIV. Apabila BCG
diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu. Vaksin ini diberikan apabila uji tuberkulin negatif.9
 Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B harus segera diberikan setelah lahir, mengingat vaksinasi
Hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan
rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu ke anaknya.9
Jadwal imunisasi Hepatitis B yaitu:9
o Imunisasi Hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam)
setelah lahir, mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil menginap Hepatitis B aktif
dengan resiko penularan kepada bayinya sebesar 45%.
o Imunisasi Hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4minggu) dari imunisasi
hepatitits B-1 yaitu pada saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapat respon imun
optimal, interval imunisasi Hepatitis B-2 dengan Hepatitis B-3 minimal 2 bulan,
terbaik 5 bulan. Maka imunisasi Hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
o Jadwal dan dosis Hepatitis B-1 saat lahir dibuat berdasarkan status HBsAG
ibu saat melahirkan yaitu ibu dengan status HBsAG yang tidak diketahui, ibu dengan
HBsAG positif, dan ibu dengan HBsAG negatif
o Departemen Kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin Hepatitis B-0
monovalen saat lahir yang kemudian dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP
atau Hepatitis B pada umur 2-4 bulan. Tujuan vaksin Hepatitis B diberikan dalam
kombinasi DTwP untuk mempermudah pemberian dan meningkatkan cakupan
hepatitits B-3 yang masih rendah.
 DPT
DPT adalah produk polivalen yang mengandung toksoid Korinebakteri difteri,
Bordetela pertusis, dan Clostridium tetani yang dimatikan. Vaksin DPT terdiri atas
DPT dengan komponen acelluler (DTaP) dan DPT dengan komponen whole
(DTwP). DTaP merupakan vaksin DPT yang baru ditemukan. Kedua vaksin DPT
dapat dipergunakan secara bersamaan dalam jadwal imunisasi.10
Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-8
minggu. DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu. Interval terbaik
diberikan 8 minggu. Jadi DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4
bulan, dan DPT-3 diberikan pada umur 6 bulan. Ulangan booster DTP selanjutnya
diberikan 1 tahun setelah DPT-3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT-5 pada saat
masuk sekolah umur 5 tahun.10
 Polio
Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio-1, 2, dan 3 yaitu:9
o Oral Polio Vaccine (OPV)
OPV merupakan vaksin yang berasal dari virus polio yang dilemahkan. OPV
diberikan dengan cara ditetes atau peroral. OPV telah berhasil membebaskan
negara dari polio. Negara-negara itu adalah Amerika, Pasifik Barat, dan Eropa.
Akan tetapi telah dilaporkan bahwa OPV dapat menimbulkan efek samping
berupa poliomielitis paralitik. Atas dasar hal itu telah dikembangkan perbaikan
delam produksi vaksin yang dimatikan dari galur Sabin yang lebih baik
dibanding dengan IPV konvensional yang diproduksi dari virus virulen.
o Sabin Inactivated Polio Vaccine (S-IPV)
Efek samping dari S-IPV yang dilaporkan hanya berupa reaksi lokal. Oleh
karena itu, banyak yang menganjurkan untuk memberikan vaksinasi IPV-OPV
secara berurutan.
Kedua vaksin polio tersebut dapat dipakai secara bergantian. Vaksin IPV dapat
diberikan pada anak sehat maupun anak yang menderita imunokompromais dan
dapat diberikan sebagai imunisasi dasar maupun ulangan. Vaksin IPV dapat juga
diberikan bersamaan dengan vaksin DPT baik secara kombinasi atau terpisah.
Jadwal vaksin polio adalah:9
o Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai tambahan untuk
mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi. Hal ini diperlukan karena Indonesia
rentan terhadap transmisi virus polio liar dari daerah endemik polio. Mengingat OPV
berisi virus polio maka diberikan saat bayi meninggalkan rumah sakit atau rumah
bersalin agar tidak mencemari bayi lain karena vaksin virus polio dapat dieksresi
melalui tinja. Untuk inilah, IPV dapat menjadi alternatif.
o Untuk imunisasi dasar (Polio-2,3, dan4) diberikan pada umur 2 bulan, 4 bulan,
dan 6 bulan dengan interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu.
o Dalam rangka Eradikasi Polio (Erapo), masih diperlukan Pekan Imunisasi
Polio yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan. Pada PIN semua balita harus
mendapat imunisasi OPV tanpa memandang status imunisasinya kecuali pasien
imunokompromais diberikan IPV untuk memperkuat kekebalan di saluran cerna dan
memutuskan transmisi polio liar.
Dosis imunisasi polio yaitu:9
o OPV diberikan 2 tetes peroral
o IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuskular. Vaksin IPV dapat diberikan
tersendiri atau dalam kemasan kombinasi. Yaitu DTaP/IPV, DTaP/Hib/IPV)
o Imunisasi Polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-4 dan
selanjutnya saat masuk sekolah yaitu pada usia 5-6 tahun.
 Campak
Vaksin campak rutin diberikan dalam satu dosis 0,5 mlsecara sub-kutan dalam pada
umur 9 bulan. Departemen Kesehatan mengubah strategi reduksi dan eliminasi
campak yaitu:9
o Imunisasi campak pertama kali diberikan pada usia 9 bulan
o Diberikan imunisasi campak kesempatan kedua pada umur 5-59 bulan dan SD
kelas 1-6

o Crash progam campak telah dilakukan secara bertahap yaitu 5 tahap di semua
provinsi pada tahun 2006-2007
Imunisasi campak dosis kedua diberikan pada program school based catch-up
campaign yaitu secara rutin pada anak sekolah SD kelas 1 dalam program BIAS.
Apanila telah mendapat imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan umur 6
tahun, ulangan campak SD kelas I tidak diperlukan.9

Pemberian Makanan Sehat Untuk Bayi dan Balita


 Usia 0-6 bulan
Pada usia ini , bayi hanya diberikan ASI eksklusif. ASI diberikan sedini mungkin dan tanpa
jadwal serta tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6
bulan.7
 Usia 6-8 bulan
Setelah melewati usia 6 bulan, maka bayi dapat diberikan makanan tambahan yang lumat
seperti bubur tepung kacang hijau, bubur beras merah, susu, biskuit dicampur susu, buah-
buahan matang yang mudah dilumat seperti pisang, alpukat, pepaya dan sebagainya namun
ASI masih tetap diberikan.7
 Usia 8-12 bulan
Dapat diberikan makanan lembek seperti bubur nasi, nasi tim, buah-buahan matang yang
mudah dilumat. Seperti pada usia-usia sebelumnya ASI harus tetap diberikan.7
 Usia 12-24 bulan
Memberikan ASI sesuai keinginan anak. Sudah dapat diberikan nasi lembek yang ditambah
telur/ayam/ikan/tempe/tahu/wortel/bayam dan diberikan 3 kali sehari. Diberikan juga
makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti bubur kacang hijau, pisang dan
biskuit.7
 Usia >2 tahun
Diberikan makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali sehari yang terdiri dari nasi,
lauk pauk, sayur dan buah. Diberikan juga makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu
makan.7

Kesimpulan
Pada skenario bayi lahir dengan spontan dan masa kehamilan ibunya cukup
sehingga diharapkan bayi sehat. Berat badan bayi masih dalam batas normal 3,2 kg dan
panjang badan bayi pun masih dalam batas normal, yakni sepanjang 50 cm. Pada anamnesis
dan pemeriksaan tidak didapatkan adanya kelainan, baik berupa penyakit dalam keluarga,
masalah saat melahirkan, maupun keadaan bayi setelah lahir. Hal yang perlu diperhatikan
oleh orang tua bayi terutama adalah pada pertumbuhan dan perkembangan bayi selanjutnya.
Daftar Pustaka

1. Stephen SA. Ilmu kesehatan anak Nelson. Dalam: Samik W, penyunting.


Pertumbuhan dan perkembangan. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2000.h. 45-85.
2. Hull D, Johnston DI .Dasar dasar pediatric. Edisi ke- 3. Jakarta: EGC; 2008, h.3-5.
3. Abdurrahman N. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis. Edisi ke-3. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005. h. 45.
4. Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR. Current diagnosis &
treatment: pediatrics. Edisi ke- 19. USA: McGraw-Hill Companies, Inc.; 2009.
h.1.
5. Setiyohadi B, Subekti I. Ilmu penyakit dalam: Pemeriksaan fisik dan kulit. Edisi
ke- 6. Jakarta: Interna Publishing; 2014. h.129-33.
6. Apel MA. Virginia Apgar: innovative female physician and inventor of the Apgar
score. New York: The Rosen Publishing Group, Inc; 2004. h. 44-51.
7. Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG, Wiradisuria S.
Buku Ajar Tumbuh Kembang Jilid I; 2009. h.175-9.
8. Hassan R, Alatas H, editor. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-4. Jakarta: Infomedika;
2007. h. 1051-165.
9. Sukman TP. Pedoman imunisasi di Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2008. h.98-105.
10. Karen GB, Iris R. Imunologi dasar. Edisi ke-8. Jakarta: FKUI; 2009. h.582-3.

Anda mungkin juga menyukai