Anda di halaman 1dari 13

X(n) diperoleh dari pencuplikan Xa(t) yaitu X(n) = X a (nT)

y( n) = X ( 2n ) = X a ( 2Tn) ; berarti ekivalen dengan mengubah laju pencuplikan dari

1/T menjadi ½ T, yaitu mengurangi laju pencuplikan dengan faktor 2. Ini disebut
pencuplikan mundur.

3.2 Sistem Waktu Diskrit

Sistem waktu diskrit adalah perangkat atau algoritma yang beroperasi pada
sinyal waktu diskrit yang dinamakan masukan/eksistasi, menurut beberapa aturan
yang didefinisikan dengan baik dan untuk menghasilkan sinyal waktu diskrit lain
yang dinamakan keluaran atau respon sistem.
Dengan kata lain sistem sebagai suatu operasi atau sekelompok operasi untuk
menghasilkan sinyal masukan X(n) yang ditransformasikan menjadi sinyal y(n)
(keluaran).
Hubungannya : y(n) ≅ τ [X (n)] (3.17)

Gambar 3.9 memperlihatkan hubungan masukan-keluaran system waktu diskrit.

τ adalah transformasi (operator) atau pengolahan dilakukan dengan sistem


pada X(n) untuk menghasilkan y(n).

x(n)
Sinyal masukan / Sistem waktu
eksistasi Sinyal keluaran
Diskrit atau Respon

Gambar 3.9 Hubungan Masukan – Keluaran Sistem Waktu diskrit

3.2.1 Deskripsi Masukan – Keluaran Sistem

Hubungan masukan keluaran :


X (n) τ
→ y( n) ; y(n) adalah respon dari sistem τ terhadap masukan x(n)

Pengolahan Sinyal Dijital 44


Contoh soal 3.1:
Tentukan respon dari sistem-sistem berikut terhadap sinyal :

│n│ ; -3 ≤ n ≤ 3
X(n) =
0 ; yang lainnya

a. y(n) = X (n)

b. y(n) = X (n-1)

c. y(n) = X (n+1)

[
d. y(n) = 1/3 X ( n +1) + X n + X ( n−1) ]
e. [
y( n ) = maks X ( n +1) , X ( n ) , X ( n −1) ]
n
f. y( n) = ∑X
k = −∞
(k ) = X( n) + X (n −1) + X (n−2) + ...

Jawab : Nilai-nilai Cuplikan Sinyal Masukan :

X (n) = {...,0,3,2,1,0,1,2,3,0,...}

Selanjutnya menemukan keluaran setiap sistem dengan menggunakan
hubungan masukan – keluaran :
a) y(n) = x(n) ; Berarti keluaran dapat sama dengan masukan. Sistem ini
dikenal sebagai sistem identitas.

b) y(n) = X(n−1); y(0) = X(−1), y(1) = X(0) , y(2) = X(1) , y(3) = X(2)
Sistem “menunda” masukan dengan satu cuplikan

y( n ) = {...,0,3,2,1,0,1,2,3,0...}

c) y( n) = X ( n +1) ; y( 0) = X (1), y(1) = X ( 2) , y( 2) = X ( 3) , dst.

Sistem “mendahulukan” masukan satu cuplikan menjadi yang akan datang

y( n ) = {...,0,3,2,1,0,1,2,3,0,...} → n = 0

d) y( n ) = 1 / 3[X ( n +1) + X ( n ) + X ( n −1) ]

Pengolahan Sinyal Dijital 45


Keluaran sistem pada setiap waktu merupakan nilai rata-rata cuplikan
sekarang, sebelum, dan yang akan datang.
y( 0 ) = 1 / 3[X (1) + X ( −1) ] = 1 / 3[1 + 0 + 1] = 2 / 3

Dengan mengulangi komputasi untuk setiap nilai n, diperoleh :

y(n ) = {...,0,1,5 / 3,2,1,2 / 3,1,2,5 / 3,1,0,...}


5) y( n ) = maks [X ( n +1) , X ( n ) + X ( n −1) ]

Sistem ini memilih keluarannya pada waktu n dengan memilih ketiga


cuplikan masukan X ( n +1) , X ( n ) dan X ( n +1) maksimum.

y( n ) = {...0,0,3,3,2,1,2,3,3,0,0,...}

n
6) y( n ) = ∑X
k = −∞
(k ) = X ( n) + X ( n −1) + X ( n − 2 )

Sistem ini adalah dasar dari suatu akumulator yang menghitung jumlah
perjalanan seluruh nilai masukan sebelumnya hingga waktu sekarang.
y( n ) = {...,0,3,5,6,6,7,9,12,0,...}

3.2.2 Penyajian Diagram Blok Sistem waktu Diskrit

Ada beberapa macam penyajian diagram blok sistem waktu diskrit yang dapat
dihubungkan untuk membentuk sistem kompleks.
a. Penambah : Penambahan dua sinyal (barisan sinyal) untuk membentuk
barisan lain. Operasi penambahan tanpa memori, tidak perlu
untuk menyimpan salah satu barisan untuk melakukan
penambahan. Diperlihatkan pada Gambar 3.10.

y( n ) = X 1( n ) + X 2 ( n )
+

Gambar 3.10 Diagram Blok Penambah

Pengolahan Sinyal Dijital 46


b. Pengali Konstan ; Pemakaian factor skala pada masukan X(n). Operasi ini
tanpa memori, diperlihatkan pada Gambar 3.11.

X(n) a y(n) = a X(n)

Gambar 3.11 Diagram Blok Pengali Konstan

c. Pengali sinyal ; Perkalian dua barisan sinyal untuk membentuk barisan lain
(perkalian). Operasi perkalian tanpa memori, diperlihatkan
pada Gambar 3.12.

x1(n) X y1(n) = x1(n) . x2(n)

x2(n)

Gambar 3.12 Diagram Blok Pengali Sinyal

d. Elemen tunda unit; Sistem khusus yang menunda sinyal yang melewatinya
dengan suatu cuplikan, diperlihatkan pada Gambar 3.13.
Sinyal cuplikan X(n-1) dibentuk dari sinyal masukan X(n) dan disimpan
dalam memori pada waktu n.

x(n)
Z-1 y(n) = x(n-1)

Gambar 3.13 Diagram Blok Elemen Tunda

Penggunaan symbol Z-1 menunjukkan masukan tunda.

e. Elemen Pemaju Unit; Kebalikan X(n-1) elemen tunda unit,


pemaju/pendahulu unit menggerakkan bagian depan masukan dengan satu
cuplikan waktu untuk menghasilkan X(n+1), diperlihatkan Gambar 3.14.

x(n) y(n) = x(n+1)


Z
Gambar 3.14 Diagram Blok Elemen Pemaju

Pengolahan Sinyal Dijital 47


Contoh soal 3.2:
Dengan menggunakan blok, buat sketsa penyajian diagram blok sistem
waktu diskrit dengan hubungan masukan keluaran :
y ( n ) = 1 / 4 y ( n −1) + 1 / 2 x( n ) + 1 / 2 x( n −1)

x ( n ) → masukan , y ( n ) = keluaran sistem


Jawab :
x(n-1)

Z-1
x(n)
y(n)
+ +
0,5
0.5X(n)
0,25
(a)
0,25y(n-1)
Z-1
Z-1 x(n-1)

0,5{x(n-1)+x(n)}
x(n)
0,5 y(n)
+ +
x(n)
0,25

(b) 0,25y(n-1)
Z-1
Gambar 3.15 Diagram Blok Sistem

3.2.3 Klasifikasi Sistem Waktu Diskrit

Untuk menganalisis dan mendisain sistem waktu diskrit sangat bergantung


pada karakteristik umum sistem. Untuk itu perlu dikembangkan sejumlah sifat
atau katagori yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik umum
sistem. Suatu sistem yang memiliki sifat tertentu harus berlaku untuk setiap sinyal
masukan yang mungkin terhadap sistem itu. Jika suatu sifat hanya hanya berlaku

Pengolahan Sinyal Dijital 48


untuk beberapa sinyal masukan dan tidak untuk yang lain, sistem tsb tidak
memenuhi sifat itu.

3.2.3.1 Sistem Statis Vs Dinamis

Sistem dinamakan statis atau tanpa memori jika keluaran untuk setiap waktu
dan sebagian besar tergantung pada cuplikan masukan pada waktu yang sama,
bukan masukan sebelum atau setelahnya.
Persamaan untuk sistem statis (tidak ada elemen tunda atau pemaju):
y( n ) = aX ( n ) (3.18)
3
y( n ) = nX ( n ) + bX ( n) (3.19)

Sistem dikatakan menjadi dinamis atau akan mempunyai memori jika


keluaran sistem pada waktu n secara mutlak ditentukan oleh cuplikan masukan
dalam interval dari n hingga N (N≥0); disebut Sistem mempunyai memori dengan
durasi N.
N=0 ; Sistem statis
N= ∞ ; Sistem mempunyai memori tak berhingga
0<N< ∞ ; Sistem mempunyai memori berhingga.
Sistem yang mempunyai memori berhingga :
y (n) = X (n) + 3X (n -1) (3.20)

y (n) = ∑
n
X (3.21)
(n - k)
k=0

Sistem dengan memori tak berhingga :



y (n) = ∑ X (n-k) (3.22)
k =0

3.2.3.2 Sistem Invarian Waktu Vs Varian Waktu

Sistem dinamakan invarian waktu jika karakteristik masukan – keluaran tidak


berubah menurut waktu.
y (n) = τ [X (n) ] ; Sistem τ dalam keadaan relaksasi bila dieksitasi dengan sinyal

masukan x(n) menghasilkan keluaran y(n).

Pengolahan Sinyal Dijital 49


Bila sinyal masukan yang sama ditunda dengan k satuan waktu untuk
menghasilkan X (n -k) dan dipakai untuk sistem yang sama; maka jika karakteristik

sistem tidak berubah dengan waktu, keluaran sistem yang berelaksasi menjadi
y (n-k) sama seperti respon terhadap x (n) . Ini akan mengarahkan kepada definisi

sistem invarian waktu atau invarian geser.


Teorema : Suatu sistem T yang berelaksasi adalah invarian waktu atau
invarian geser jika dan hanya jika :
T
X (n) 
→ Yn
T
X (n -k) 
→ Y(n -k) ; Untuk setiap sinyal masukan X (n) dan
pergeseran waktu K.

Untuk menguji apakah sistem invarian waktu atau tidak; mengeksitasi sistem
dengan deret masukan yang berubah-ubah x (n) , menghasilkan keluaran y (n) .

Kemudian menunda deret masukan tersebut dengan jumlah k yang sama dan
menghitung kembali keluarannya.
Y(n -k) = T [X (n -k) ] (3.23)

Jika ; Y(n,k) = Y(n - k) , (3.24)

untuk seluruh nilai k yang mungkin sistem adalah invarian waktu.


Y(n,k) ≠ Y(n -k) , maka sistem varian waktu (3.25)

Contoh :
1. Gambar 3.16 memperlihatkan diagram blok diferensiator.
X (n)
+
Y(n) = X (n) − X (n-1)

“Diferensiator”

Gambar 3.16 Diagram Blok Diferensiator


Untuk membuktikan blok di atas adalah invarian atau varian waktu ;
Y(n) = T [X (n) ] = X (n) - X (n -1) (3.26)

Pengolahan Sinyal Dijital 50


Jika masukan ditunda dengan k satuan waktu, keluaran menjadi :
Y(n,k) = X (n -k) - X (n -k -1) (3.27)

Jika Y(n) ditunda dengan k satuan waktu :

Y(n -k) = X (n - k) - X (n -k -1) (3.28)

Berarti : Y(n,k) = Y(n -k) , maka sistem invarian waktu

2. Gambar 3.17 memperlihatkan diagram blok pengali waktu.


X (n) Y(n) = n X (n)
X
n “Pengali Waktu”

Gambar 3.17 Diagram Blok Pengali Waktu


Persamaan masukan keluaran : 8
Y(n) = Tn [X (n) ] = n X (n) (3.29)

Jika masukan ditunda dengan k satuan waktu, keluaran menjadi :


Y(n,k) = n X (n - k) (3.30)

Jika Y(n) ditunda dengan k satuan waktu, keluaran menjadi :

Y(n -k) = (n - k) X (n -k)


(3.31)
Y(n -k) = n X (n -k) - k X (n -k)

Berarti : Y(n,k) ≠ Y(n -k) , maka sistem varian waktu

3. Gambar 3.18 memperlihatkan diagram blok pencerminan.

X (n) T Y(n) = X (-n)

Gambar 3.18 Diagram blok Pencerminan


Persamaam keluaran masukan:
Y(n) = T [X (n) ] = X (-n) (3.32)

Pengolahan Sinyal Dijital 51


Respon terhadap sistem X (n -k) :

Y(n,k) = T [X (n - k) ] = X (-n -k) (3.33)

Jika Y(n) ditunda :

Y(n -k) = X [-(n - k)] = X (-n + k) (3.34)

Berarti ; Y(n,k) ≠ Y(n-k) , maka sistem varian waktu

4. Gambar 3.19 memperlihatkan diagram blok modulator.

X
X (n)
Y = X Cos ω n
(n) (n) 0

Cosω n
0

Gambar 3.19 Diagram Blok Modulator

Respon sistem terhadap X (n - k)


; Y = X Cos ω n (3.35)
(n, k) (n - k) 0

Jika Y(n) ditunda ; Y = X Cos ω (3.36)


(n - k) (n - k) 0 (n - k)

Berarti ; Y(n, k) ≠ Y(n - k) , maka sistem varian waktu

3.2.3.3 Sistem Linear Vs Non - Linear

Sistem dikatakan linear bila memenuhi prinsip superposisi.


Prinsip Superposisi ; Respon sistem terhadap jumlah bobot sinyal akan sama
dengan jumlah bobot yang sesuai dari respons keluaran
sistem terhadap masing– masing sinyal masukan
individual.
Teorema ; Sistem linear jika dan hanya jika :
T [a 1 x 1 (n) + a 2x2 ( n) ] = a 1 T [x 1 (n) ] + a 2 T [x 2 (n) ] (3.37)

Untuk setiap deret masukan X1 (n) dan X 2 (n) yang berubah – ubah dan

setiap konstanta a1 dan a2 yang berubah–ubah.


Tampilan grafis dari prinsip superposisi diperlihatkan pada Gambar 3.20 .

Pengolahan Sinyal Dijital 52


X1 (n) X1 (n) a1

a1 Y(n)
T
T Y'
+ (n)

a2 a2 +
T
X 2 (n) X 2 (n)
(a) (b)
Gambar 3.20 Diagram Blok Sistem Linear


T linear jika dan hanya jika : Y(n) = Y(n)

Prinsip Superposisi ; Persamaan di atas dapat dipisahkan menjadi dua bagian.


Pertama, a 2 = 0 : T [a 1 x 1 (n) ] = a 1 T [x 1 (n) ] = a 1 Y(n) ; sifat perkalian atau
sifat pembuatan skala
dimana : Y1 (n) = T [X 1 (n) ]

Kedua, anggap a 1 = a 2 = 1
T [X1 (n) + X 2 (n) ] = T [X1 (n) ] + T [X 2 (n) ]

= Y1 (n) + Y2 (n) ; Sifat penambahan

Sifat perkalian atau penambahan merupakan prinsip superposisi selama ia


dipakai untuk sistem linear.
M -1 M -1
X (n) = ∑ a k x k (n) T
→ Y(n) = ∑ a k y k (n) (3.38)
k =1 k =1

dengan : Yk (n) = T [X k (n) ] untuk k = 1, 2, 3, …. M-1

Jika a 1 = 0 , Y(n) = 0 , maka sistem linear dengan masukan nol menghasilkan

keluaran nol.
Jika masukan nol, keluaran tidak nol, sistem tersebut mungkin non linear.
Jika sistem yang berelaksasi tidak memenuhi prinsip superposisi berarti sistem
non linear.

Contoh soal 3.3: Buktikan sistem – sistem berikut linear atau non-linear.
X (n)
a) Y(n) = n X (n) c) Y(n) = X (n 2 ) e) Y(n) = e

b) Y(n) = AX (n) + B d) Y(n) = X 2 (n)

Pengolahan Sinyal Dijital 53


Jawab :
a) Untuk 2 deret masukan X1 (n) dan X 2 (n) keluarannya :
Y1 (n) = n X1 (n) Y2 (n) = n X 2 (n)

Kombinasi linear dari kedua deret masukan menghasilkan keluaran :


Y3 (n) = T [a 1 x 1 (n) + a 2 x 2 (n) ] = n [a 1 x 1 (n) + a 2 x 2 (n) ]
Y3 (n) = a 1 n x 1 (n) + a 2 n x 2 (n)

Kombinasi linear dari kedua keluaran :


a 1 y 1 (n) + a 2 y 2 (n) = a 1 n x 1 (n) + a 2 n x 2 (n)

Kedua persamaan di atas identik maka sistem linear.

b) Asumsi : sistem dieksitasi X1 (n) dan X 2 (n) secara terpisah ; keluarannya :

Y1 (n) = A X1 (n) + B
Y2 (n) = A X 2 (n) + B

Kombinasi linear X1 (n) dan X 2 (n) , keluarannya :

Y3 (n) = T [a 1 x 1 (n) + a 2 x 2 (n) ]


= A [a 1 x 1 (n) + a 2 x 2 (n) ] + B
= A a 1 x 1 (n) + A a 2 x 2 (n) + B

Jika sistem linear, keluarannya terhadap kombinasi linear X1 (n) dan X 2 (n) akan

menjadi kombinasi linear dari Y1 (n) dan Y2 (n) :

a 1 y 1 (n) + a 2 y 2 (n) = a 1 A x 1 (n) + B + a 2 A x 2 (n) + B

= A a 1 x 1 (n) + A a 2 x 2 (n) + 2B

Sistem gagal memenuhi uji linearitas, karena ada faktor konstanta B.


c) Seperti di atas, X1 (n) dan X 2 (n) ,menghasilkan :

Y1 (n) = X1 (n 2 ) Y2 (n) = X 2 (n 2 )

Keluaran sistem terhadap kombinasi linear X1 (n) dan X 2 (n) :

Y3 (n) = T [a 1 x 1 (n) + a 2 x 2 (n) ] = a 1 x 1 (n 2 ) + a 2 x 2 (n 2 )

Kombinasi linear dari kedua keluaran :


a 1 y 1 (n) + a 2 y 2 (n) = a 1 x 1 (n 2 ) + a 2 x 2 (n 2 )

Pengolahan Sinyal Dijital 54


Kedua persamaan identik maka sistem linear
d) Respons sistem terhadap dua sinyal masukan terpisah :
2 2
Y1 (n) = X1 (n) Y2 (n) = X 2 (n)

Respons sistem terhadap kombinasi kedua sinyal masukan :


Y3 (n) = T [a 1 x 1 (n) + a 2 x 2 (n) ]

= [a 1 x 1 (n) + a 2 x 2 (n) ]2
2 2 2 2
= a1 x1 (n) + 2 a 1a 2 x 1 (n) x 2 (n) + a 2 x 2 (n)

Kombinasi linear dari kedua keluaran :


2 2
a 1 y1 (n) + a 2 y 2 (n) = a 1 x 1 (n) + a 2 x 2 (n)

Kedua persamaan tidak sama maka sistem non linear


X (n)
e) Y(n) = e

Jika X (n) = 0 , Y(n) = 1 , maka sistem non linear

3.2.3.4 Sistem Sebab Akibat (Causal) Vs Bukan Sebab Akibat (Non-Causal)

Teorema : Sistem dikatakan kausal jika keluaran sistem untuk setiap waktu [Y(n) ]

hanya bergantung pada masukan sekarang dan sebelumnya,[yaitu


X (n) , X (n -1) , X (n -2) , .... ], tetapi tidak bergantung pada masukan yang

akan datang [ X (n +1) , X (n + 2) , ... ].

Y(n) = F [ X (n) , X (n -1) , X (n -2) , ... ]

F […] adalah beberapa fungsi yang berubah-ubah.


Jika tidak memenuhi definisi di atas, sistem non-kausal. Jadi untuk
pengolahan sinyal waktu real, sistem non-kausal tidak dapat diimplementasikan.
Aplikasi sistem non-kausal pada pengolahan sinyal geofisika dan citra.
Contoh soal 3.4: Tentukan sistem berikut kausal atau non-kausal :
a) Y(n) = X (n) - X (n -1) c) Y(n) = X (n) + 3 X (n + 4) e) Y(n) = X (-n)
n
b) Y(n) = ∑X
k = -∞
(k) d) Y(n) = X (n 2 )

f) Y(n) = a X (n) g) Y(n) = X (2n)

Pengolahan Sinyal Dijital 55


Jawab :
(a), (b), dan (f) : Sistem kausal karena hanya bergantung pada masukan
sekarang dan sebelumnya.
(c), (d), (e) dan (g) : Sistem non-kausal karena keluarannya bergantung pada
masukan yang akan datang.

3.2.3.5 Sistem Stabil Vs Tidak Stabil

Stabilitas merupakan sifat penting pada suatu sistem. Sistem yang tidak stabil
biasanya memperlihatkan sifat yang tidak menentu dan sifat perbedaan yang
mencolok dan menyebabkan aliran berlebih (overflow) dalam setiap implementasi
praktis.
Teorema : Suatu sistem berelaksasi yang berubah-ubah dikatakan menjadi stabil
masukan terbatas - keluaran terbatas jika dan hanya jika setiap
masukan terbatas menghasilkan keluaran terbatas.
Kondisi bahwa deret masukan X(n) dan keluaran Y(n) terbatas ditandai dengan
beberapa angka terbatas, Mx dan My, sehingga :

X (n)
≤ Mx < ∞ ; Y (n)
≤ My < ∞ ; untuk seluruh nilai n

Bila deret masukan X(n) terbatas, keluarannya tidak terbatas (tak berhingga),
berarti sistem dikatakan tidak stabil.

Contoh soal 3.5 :


Suatu sistem dengan persamaan masukan – keluaran :
y(n) = y2(n-1) + x(n)
Dimana sinyal masukan dipilih sinyal terbatas :
x(n) = C δ(n) ; C = konstanta
Apakah sistem tersebut stabil atau tidak?
Jawab : Diasumsikan : y(-1) = 0
Maka deret keluarannya :
y(0) = C ; y(1) = C2 ; y(2) = C4 ;…………. y(n) = C2n
Jadi keluarannya terbatas bila : 1< | C | < ∞

Pengolahan Sinyal Dijital 56

Anda mungkin juga menyukai