Co Meter Paper
Co Meter Paper
A2A219005
K3 FKM UNIMUS 2020
A. Pedahuluan-Introduction
Kesehatan kerja yang merupakan bagian yang spesifik dari kesehatan
umum, lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas
hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan. Berkaitan dengan
faktor yang memengaruhi kondisi kesehatan, dalam melakukan pekerjaan perlu
dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta risiko yang bisa terjadi akibat
sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan, serta
lingkungan kerja di samping faktor manusianya.(1)
Occupational health, which is a specific part of general health, focuses
more on the scope of its activities to improve the quality of life of workers
through the implementation of health efforts. In connection with factors that
affect health conditions, in carrying out work it is necessary to consider various
potential hazards and risks that can occur due to work systems or ways of
working, the use of machinery, tools and materials, as well as the work
environment in addition to human factors.
Dewasa ini berbagai faktor risiko lingkungan kerja memberikan
kontribusi terhadap kemungkinan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.
Perkembangan industri yang pesat dan persaingan ketat antar perusahaan
menimbulkan konsekuensi kepada manajemen perusahaan dalam hal
pengaturan tenaga kerja untuk bekerja selama 24 jam dengan masing-masing
giliran kerja selama 8 jam sehari, demi efisiensi dan meningkatkan hasil
produksi untuk mencapai keuntungan perusahaan. Kuswadji (1997)
menyatakan alasan proses produksi harus berlangsung selama 24 jam dan
menerapkan giliran kerja adalah dilihat dari sifat industri, karakteristik layanan,
dan alasan prinsip ekonomi.(1)
Now, various work environment risk factors contribute to the possibility
of workplace accidents or occupational diseases. The rapid development of the
industry and fierce competition between companies have consequences for
Chalista Rahma Paramitha
A2A219005
K3 FKM UNIMUS 2020
complaints were fatigue with aches symptoms of 67%. Survey results in the
USA produce 24% of all adults who come to the clinic suffer from fatigue.
Factors that cause fatigue are physical fitness, smoking habits, psychological
problems, health status, gender, nutritional status, working time, workload, age,
and work environment issues (Tarwaka, 2004).
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan
mencapai hasil yang optimal maka manusia perlu didukung oleh kondisi
lingkungan kerjanya, karena dengan kondisi kualitas lingkungan yang baik
akan memberikan rasa nyaman dan sehat yang mendukung kinerja dan
produktivitas manusia (Sanders, and McCormick,1993).(2)
Humans will be able to carry out their activities well and achieve optimal
results, humans need to be supported by the conditions of the work
environment, because with good environmental quality conditions will provide
a sense of comfort and health that supports human performance and
productivity (Sanders, and McCormick, 1993).
Rasa nyaman sangat penting secara biologis karena akan mempengaruhi
kinerja pada organ tubuh manusia ketika sedang bekerja. Penyimpangan dari
batas kenyamanan akan menyebabkan perubahan secara fungsional yang pada
akhirnya berpengaruh pada fisik maupun mental pekerja. Ketidaksesuaian
lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut akan
terlihat akibatnya dalam jangka waktu tertentu. (3)
Feeling comfortable is very important biologically because it will affect
the performance of human organs while working. Deviations from the comfort
threshold will cause functional changes that will ultimately affect the physical
and mental health of workers. Mismatch of the work environment with humans
who work in the environment will be seen as a result within a certain period.
Salah satu aspek yang harus menjadi perhatian pengusaha adalah
kenyamanan bagi tenaga kerja saat melaksanakan pekerjaannya. Kenyamanan
yang dimaksud di sini adalah kenyamanan suhu, kenyamanan audio atau
akustik, dan kenyamanan visual. Menurut McCunney (1988), tenaga kerja akan
dapat dan mampu bekerja, efisien dan produktif apabila lingkungan tempat
Chalista Rahma Paramitha
A2A219005
K3 FKM UNIMUS 2020
kerja nyaman. Sebaliknya kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman dapat
menyebabkan kelelahan tenaga kerja sehingga produktivitas tenaga kerja
menurun(1).
One aspect that employers must pay attention to is the comfort of the
workforce when carrying out their work. The intended comfort here is
temperature comfort, audio or acoustic comfort, and visual comfort. According
to McCunney (1988), workers will be able and able to work, efficiently and
productively if the workplace environment is comfortable. Conversely, an
uncomfortable working environment can cause labor fatigue so that labor
productivity decreases.
Kualitas udara pada umumnya dinilai dari konsentrasi parameter
pencemaran udara yang terukur lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai Baku
Mutu Udara Ambien Nasional. Baku mutu udara adalah ukuran batas atau
kadar unsur pencemaran udara yang dapat ditenggang keberadaannya dalam
udara ambien. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada
lapisan troposfer (lapisan udara setebal 16 km dari permukaan bumi ) yang
berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya. Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum
mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara sebagaimana
terlampir dalam PP No 41 Tahun 1999. Pemerintah menetapkan Baku Mutu
Udara Ambien Nasional untuk melindungi kesehatan dan kenyamanan
masyarakat.
Air quality is generally assessed from the concentration of air pollution
parameters that are measured to be higher or lower than the National Ambient
Air Quality Standard value. Air quality standard is a measure of the limit or
levels of air pollution elements which can be tolerated in ambient air. Ambient
air is free air on the surface of the earth in the troposphere (a layer of air 16 km
thick from the earth's surface) that is within the jurisdiction of the Republic of
Indonesia that is needed and influences human health, living things and other
environmental elements. The national ambient air quality standard is stipulated
Chalista Rahma Paramitha
A2A219005
K3 FKM UNIMUS 2020
as the maximum limit for ambient air quality to prevent air pollution as
attached in PP No. 41 of 1999. The Government establishes the National
Ambient Air Quality Standard to protect the health and comfort of the
community.
B. Pencemaran Udara-Air Pollution
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat
asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara
dari keadaan normalnya. Sumber pencemar udara dibedakan atas sumber tidak
bergerak seperti cerobong asap dan pembakaran terbuka di wilayah
pemukiman dan sumber bergerak seperti kendaraan bermotor di jalan raya
(Praja, 2006). Menurut Wardhana (2004) perkiraan presentase pencemar udara
terbesar dari sumber transportasi di Indonesia adalah pada gas CO yaitu
sebesar 70,50%, gas pencemar kedua yaitu Nox, SOx, HC dan partikel. Karbon
monoksida (CO) adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau dan juga
tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -1920C
(Sendi, 2013).
Air pollution is defined as the presence of foreign materials or
substances in the air that cause changes in the composition (composition) of the
air from its normal state. Air pollutant sources are distinguished from
immovable sources such as chimneys and open burning in residential areas and
mobile sources such as motor vehicles on the highway (Praja, 2006).
According Wardhana (2004) the estimated percentage of the largest air
pollutants from transportation sources in Indonesia is in the CO gas which is
70.50%, the second polluting gas is Nox, SOx, HC and particles. Carbon
monoxide (CO) is a colorless, odorless and tasteless gas. CO gas can be liquid
at temperatures below -1920C (Joints, 2013).
Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
dengan udara, berupa gas buangan (Wardhana, 2004). Fardiaz (1992)
menyatakan bahwa konsentrasi CO di udara per waktu dalam satu hari
dipengaruhi oleh kesibukan atau aktivitas kendaraan bermotor. Semakin ramai
kendaraan bermotor yang ada, semakin tinggi tingkat polusi CO di udara.
Chalista Rahma Paramitha
A2A219005
K3 FKM UNIMUS 2020
Terpaparnya gas pencemar berupa CO dalam darah (COHb) pada manusia ini
akan mengakibatkan penurunan kapasitas darah untuk mengikat oksigen.
Kadar COHb dalam akan naik apabila CO meningkat dan aktifitas fisik juga
meningkat. Paparan yang berlebihan pada manusia akan mengakibatkan
pengrusakan penglihatan dan kesadaran, fungsi sistem kontrol syaraf turun
serta fungsi jantung dan paru- paru menurun bahkan dalam kondisi yang
berlebihan dapat menyebabkan kematian(Sendi, 2013).
CO gas comes mostly from burning fossil fuels with air, in the form of
exhaust gases (Wardhana, 2004). Fardiaz (1992) states that the concentration of
CO in the air per time in one day is influenced by busyness or motor vehicle
activity. The more crowded motor vehicles there are, the higher the level of CO
pollution in the air. Exposure to CO gases in the blood (COHb) in humans will
result in decreased blood capacity to bind oxygen. The levels of COHb will
increase if CO increases and physical activity also increases. Excessive
exposure to humans will cause damage to eyesight and awareness, decreased
nerve control system function and decreased heart and lung function even in
excessive conditions which can cause death (Joints, 2013).
C. Carbon Monoksida (CO)
1.Defini Carbon Monoksida –Definition Of Carbon Moxide
Pengertian Karbon Monoksida (CO) Karbon monoksida, rumus
kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia
terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu
atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan
kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.
Carbon Monoxide (CO) is the chemical formula CO, is a colorless,
odorless, and tasteless gas. It consists of one carbon atom which is
covalently bonded to one oxygen atom. In this bond, there are two covalent
bonds and one coordinating covalent bond between carbon and oxygen
atoms.
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari
senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon
Chalista Rahma Paramitha
A2A219005
K3 FKM UNIMUS 2020
pembakaran cukup, tetapi antara minyak bakar dan udara tidak tercampur
rata.Pencampuran yang tidak rata antara minyak bakar dengan udara
menghasilkan beberapa tempat atau area yang kekurangan oksigen.
Semakin rendah perbandingan antara udara dengan minyak bakar,
semakin tinggi jumlah karbon monoksida yang dihasilkan.
a. Incomplete combustion of carbon or components containing carbon
Incomplete oxidation of carbon or components containing carbon occurs
if the amount of oxygen available is less than the amount needed for
complete combustion where carbon dioxide is produced. The formation
of carbon monoxide only occurs if the existing reactants consist of pure
carbon and oxygen. If what happens is the combustion of components
containing carbon in the air, the process is more complex and consists of
several reaction stages. The first reaction takes place ten times faster than
the second reaction, therefore CO is an intermediate in the combustion
reaction and can be the final product if the amount of O2 is not enough to
carry out the second reaction. CO can also be the final product even
though the amount of oxygen in the combustion mixture is sufficient , but
between oil and air fuel is not mixed evenly. The uneven mixing of fuel
oil with air produces some places or areas that lack oxygen. The lower
the ratio between air and fuel oil, the higher the amount of carbon
monoxide produced.
b. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon
pada suhu tinggi Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang
mengandung karbon pada suhu tinggi dapat menghasilkan karbon
monoksida. Reaksi ini sering terjadi pada suhu tinggi yang umum
terdapat pada industri-industri, misalnya pada pembakaran di dalam
furnish. CO yang diproduksi dengan cara ini mempunyai keuntungan dan
diperlukan pada beberapa proses, misalnya pada furnish cepat, dimana
CO bertindak sebagai komponen pereduksi dalam produksi besi dari besi
oksida.
Chalista Rahma Paramitha
A2A219005
K3 FKM UNIMUS 2020
in red blood cells. Instead, some gases have higher pressure in the
bloodstream than in alveoli.
Karbon monoksida merupakan produk normal dari proses pemecahan
dalam sel tubuh, yang mempunyai umur sekitar 120 hari. Hasil dari proses
tersebut dinamakan hemekatabolisme, sedangkan harga normal dari karbon
monoksida dalam darah sekitar 0,5 persen. Kadar ini akan meningkat apabila
seseorang itu menderita sakit. Gasoksigen dan karbon monoksida akan ditarik
oleh zat besi dalam hemoglobin dan hemoglobin ini mempunyai daya ikat
yang besar terhadap karbon monoksida (Mukono, 2008).
Carbon monoxide is a normal product of the breakdown process in
body cells, which has a life span of about 120 days. The result of this process
is called hemachabolism, while the normal price of carbon monoxide in the
blood is around 0.5 percent. This level will increase if someone is suffering
from illness. Gasoxygen and carbon monoxide will be withdrawn by iron in
hemoglobin and this hemoglobin has a great binding ability to carbon
monoxide (Mukono, 2008).
Karbon monoksida (CO) bersifat toksik atau racun karena dapat
bereaksi dengan hemoglobin membentuk karbon monoksihemoglobin dan
COHb tidak dapat mengambil O2 (Ganong, 2003).
Carbon monoxide (CO) is toxic or toxic because it can react with
hemoglobin to form carbon monoxyhemoglobin and COHb cannot take O2
(Ganong, 2003).
D. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara - Factors Affecting Air
Quality
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas udara adalah sebagai
berikut:
The factors that affect air quality are as follows:
1.Arah dan Kecepatan Angin Kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh
perbedaan tekanan udara antara tempat asal dan arah angin sebagai faktor
pendorong. Secara umum polutan-polutan di atmosfer terdispersi dalam 2
cara yaitu melalui kecepatan angin dan turbulensi atmosfer. Turbulensi
Chalista Rahma Paramitha
A2A219005
K3 FKM UNIMUS 2020
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramdan I. Dampak Giliran Kerja, Suhu dan Kebisingan terhadap Perasaan
Kelelahan Kerja. Indones J Public Heal. 2007;4(1).
3. Ramayanti R. Analisis Hubungan Status Gizi Dan Iklim Kerja Dengan
Kelelahan Kerja Di Catering Hikmah Food Surabaya. Indones J Occup Saf
Heal. 2017;4(2):177.
4. Surmi, Ihsan A, Patandean AJ. Analisis Kelembaban Udara Dan
Temperatur Permukaan Dangkal Dengan Menggunakan Hygrometer Dan
Thermocouple Di Daerah Pincara Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu
Utara. J Sains dan Pendidik Fis. 2016;12(2):204–8.
5. Dawkins R. HUBUNGAN SUHU LINGKUNGAN KERJA DENGAN
WAKTU REAKSI RANGSANG CAHAYA TENAGA KERJA.
2002;200068:8–11.
6. - W, - W. Rancang Bangun Modul Alat Ukur Kelembaban Dan Temperatur
Berbasis Mikrokontroler AT89S52 Dengan Sensor HSM-20G. J Fis Unand.
2013;2(1):54–63.
7. Alahudin M. Kenyamanan termal pada bangunan hunian bangunan Toraja
(studi kasus tongkonan dengan material atap seng). J Ilm Mustek Anim Ha
ISSN 2089-6697. 2012;1(2):85–90.
8. Septyani H. Kalibrator Thermohygrometer. 2018;1–9.
9. Data P, Bedah MK, Amalia A. THERMOHYGROMETER WITH DATA
STORAGE. 2014;1–6.
10. Rsg-gas R. C menjadi 40. :56–62.
11. Arifin J, Saptadi AH, Permata T. W RA. Aplikasi Pemantau Suhu dan
Kelembaban Udara Berbasis Nuvoton NUC140VE3CN dan Sensor
HTU21D. J Infotel. 2017;9(4):422.