Anda di halaman 1dari 21

LOK-OLOK DALAM TRADISI LISAN DI MADURA

Mohammad Hefni
Pascasarjana STAIN Pamekasan
Jln. Pahlawan KM. 04 Pamekasan
email: hefni_mohd@yahoo.com

Abstrak:
Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki tradisi khas. Madura sebagai salah
satu suku bangsa di Indonesia memiliki tradisi khas, yaitu kerapan sapi.
Dalam event kerapan sapi, penonton tidak hanya disuguhi kecepatan sapi,
tetapi juga tradisi lok-olok yang berlangsung setelah kerapan sapi berakhir.
Dalam hubungan ini, persoalan yang diketengahkan dalam tulisan ini adalah
bagaimana deskripsi tradisi lok-olok dan bagaimana perspektif etnome-
todologis atas tradisi lok-olok tersebut. Kajian ini menggunakan pendekatan
kualitatif berjenis etnemetodologis. Jenis kajian ini dipilih karena tradisi lok-
olok berlangsung dalam setting institusional tertentu, yaitu lapangan kerapan
sapi. Dalam kajian etnometodologi, beberapa pakar etnometodologi memu-
satkan perhatiannya pada analisis percakapan. Konsep terpenting dari model
ini adalah apa yang disebut dengan adjacency pair (pasangan yang
berdekatan). Konsep ini mencakup observasi pertanyaan dan jawaban atau
pernyataan dan respons yang dilakukan secara berpasangan. Yang terpenting
dalam hal ini adalah bahwa respons orang atau pihak kedua menduduki
posisi penting. Dalam pidato lok-olok, respons yang ditunjukkan oleh
penonton, sebagai pihak kedua, atas pidato yang disampaikan oleh tokang lok-
olok, sebagai pihak pertama, bisa berupa kesetujuan dan ketidaksetujuan.
Kese-tujuan dan ketidaksetujuan tersebut ditunjukkan melalui kata-kata dan
perilaku tertentu.

Abstract:
Every ethnic group in Indonesia has a distinctive tradition. Madura as one of
Indonesia's ethnic groups have distinctive traditions, namely bull racing. In
bull racing event, the audience was not only treated cows speed, but also the
tradition of lok-olok after bull racing ends. In this connection, the issues
addressed in this paper is how description of the tradition of lok-okok and how
etnometodological perspective on the tradition of lok-olok. This study used a
qualitative approach with a etnemetodological approach. This approach have
been chose because the tradition of lok-olok takes place in certain institutional
settings, ie bull racing field. In ethnometodological study, some experts of
ethnometodology reverses their attention on the analysis of conversations.
The most important concept of this model is the so-called adjacency pair. This
concept includes the observation questions and answers or statements and
responses are done in pairs.. The most important concept of this model is the
so-called adjacency pair. This concept includes the observation questions and
answers or statements and responses are done in pairs. Most important in this
regard is that the response of the person or both occupy an important
Tradisi Lisan di Madura

position. In a speech of lok-olok, the response shown by the audience, as the


second party, on a speech delivered by tokang lok-olok, as the first, can be of
agreement and disagreement. The approval and the disapproval are shown by
words and behavior.
Kata-kata Kunci:
Lok-olok, etnometodologi, Madura, saronèn, tokang lok-olok, kerapan sapi

Pendahuluan ialah orang Manggarai, Ngada, Ende-Lio


Indonesia merupakan negara ke- dan Sikka. Namun kalau mereka ada di
pulauan yang terdiri atas berbagai luar Flores, mereka biasanya dipandang
macam suku bangsa1 dan budaya. satu suku bangsa oleh suku bangsa
Hingga saat ini, di kalangan para pakar lainnya atau mereka mengidentifikasikan
masih terdapat perbedaan dalam meng- dirinya sebagai satu suku bangsa, yaitu
klasifikasikan penduduk di Indonesia ke Flores.4
dalam suatu konsep suku bangsa. Koen- Setiap suku bangsa memiliki
tjaraningrat2 menilai bahwa berapakah warisan tradisi yang berbeda. Di Madura,
sebenarnya jumlah suku bangsa di Indo- salah satu tradisi yang masih dilestarikan
nesia, sampai saat kini masih sukar adalah tradisi kerapan sapi (kerrabhân
ditentukan secara pasti. Hal ini disebab- sapè) yang merupakan istilah untuk
kan ruang lingkup istilah konsep suku menyebut perlombaan pacuan sapi (bull
bangsa dapat mengembang atau me- race). Dalam event kerapan sapi, para
nyempit, tergantung subjektivitas. Seba- penonton tidak hanya disuguhi adu cepat
gai contoh, paling sedikit di Pulau Flores sapi dan ketangkasan para jokinya, tetapi
terdapat empat suku bangsa yang ia terdapat tradisi-tradisi lainnya, yaitu
berbeda bahasa dan adat-istiadatnya,3 tradisi mengarak pasangan-pasangan sa-
pi yang diberi aksesoris mengelilingi are-
na pacuan (agèsèr) dengan diiringi musik
1Schemerhorn mendefinisikan suku bangsa
saronèn dan tradisi lisan,5 berupa lok-olok,6
sebagai sebuah kolektivitas di dalam sebuah
masyarakat yang besar dan memiliki leluhur yang
sama baik secara nyata maupun dugaan; memiliki dan simbol menjadi penguat dalam satu kesatuan
memori sejarah masa lalu yang sama, dan sosial, sehingga ia dapat disebut sebagai satu
memiliki sebuah fokus budaya pada satu atau suku bangsa. Lihat Chris Barker, Cultural Studies;
lebih elemen simbolik yang ditetapkan sebagai Teori dan Praktik, terj. Tim Kunci Cultural Studies
lambang kesukuan. Lihat R.A. Schemerhorn, Center, (Yogyakarta: Bentang, 2005), hlm. 257.
Comparative Ethnic Relation: A Framework of Theory 4Setiawan, et al., Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid

and Research (New York: Random House, 1970), 14 (Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 1997), hlm. 327.
hlm. 12. 5 Tradisi lisan mempunyai hubungan dengan
2Koentjaraningrat (ed.), Masalah-masalah Pem- dengan bahasa. Bahasa merupakan wahana
bangunan: Bunga Rampai Antropologi Terapan paling signifikan untuk mengomunikasikan dan
(Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 346-347. memertahankan warisan takbenda (intangible
3 Bahasa dan adat-istiadat merupakan elemen- heritage) dan pengetahuan lokal (local knowledge).
elemen simbolik yang ditetapkan sebagai Lihat Katubi, “Bahasa, Kebudayaan Material, dan
lambang kesukuan. Lihat Schemerhorn, Tradisi Lisan: Studi Etnolinguistik Orang Kui di
Comparative Ethnic Relation, hlm. 12. Berkaitan Alor, Nusa Tenggara Timur”, Prosiding The 4th
dengan hal ini, Barker menyatakan bahwa International Conference on Indonesian Studies:
seringkali kesatuan bahasa, adat-istiadat, norma, Unity, Diversity, and Future:

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 199


Mohammad Hefni

yaitu seni berdeklamasi untuk peng- pernah diteliti secara ekstensif. Para
umuman nama sapi yang ikut serta peneliti tentang sastra Madura selama ini
dalam lomba. Tidak seperti tradisi agèsèr menfokuskan pada penelitian tentang
yang berlangsung pada setiap kerapan cerita yang berkembang di Madura,
sapi resmi mulai dari tingkat kecamatan seperti yang dilakukan oleh Bustami8 dan
hingga tingkat karesidenan (se-Madura/ Suhartono, dkk.9 Dalam konteks inilah,
gubeng), tradisi lok-olok ini hanya ber- kajian ini dilakukan, karena di samping
langsung pada kerapan sapi tingkat desa berguna sebagai bentuk cerminan pemi-
atas prakarsa perorangan. Tradisi lol-olok kiran, pengetahuan, dan harapan,10 juga
ini, terutama, berkembang di Kabupaten berguna sebagai sarana eksplorasi dan
Sumenep wilayah daratan. dokumentasi nilai-nilai budaya.
Sebagai sebuah jenis sastra lisan7 Berkaitan dengan hal tersebut,
berbahasa Madura, tradisi lok-olok belum permasalahan yang dikaji dalam kajian
ini dirumuskan dalam bentuk perta-
nyaan, yaitu bagaimana kajian etnome-
https://icssis.files.wordpress.com/2012/05/0910
2012-40.pdf. Tentang local knowledge, para todologis atas tradisi lok-olok di Madura?
antropolog menyebutnya dengan sebutan yang
berbeda-beda. Mereka ada yang menyebut
Kajian Terdahulu
dengan pengetahuan lokal (local knowledge), Selama ini, kajian-kajian tentang
pengetahuan pribumi (indigenous knowledge), sastra lisan secara umum berbentuk
kearifan lokal (local wisdom), kearifan tradisional cerita.11 Di Madura, kajian-kajian tersebut
(traditional wisdom), dan pengetahuan tradisional
(traditional knowledge). Lihat Saleh M. Ali,
”Pengetahuan Lokal dan Pembangunan Pertanian dan kuat dalam memegang tradisi. Lihat S. D.
Berkelanjutan: Perspektif dari Kaum Marjinal”, Hutomo, Mutiara yang Terlupakan: Panduan
Jurnal Antropologi Indonesia (2000); Paul Sillitoe, Penelitian Sastra Lisan (Surabaya: HISKI, 1991),
“The Development of Indigenous Knowledge.” hlm. 2; Idem, Merambah Matahari (Surabaya: Gaya
Current Anthropology, Vol. 39, No. 2. (April, 1998), Mas, 1992), hlm. 25; Endraswara, Metodologi
hlm. 223-247; Schafer, Utilizing Agricultural Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: UGM Press,
Knowledge in the Planning of Agricultural Research 2003), hlm. 251. Kedua faktor tersebut, menurut
projects designed to Aid Small Scale Farmers in Sudikan,(1989:58), membuat sastra lisan lebih
Indigenous Knowledge Systems: Implications for kuat daripada sastra tulis. Lihat SY Sudikan,
Agriculture and International Development, (Amos: “Tradisi Lisan sebagai Sarana Pelestari Ling-
Iowa State University, 1989); Norman Edwin, kungan Hidup”, Jurnal Media Pendidikan, vol. 43,
‘Memahami Kearifan Tradisional Perahu Pinisi’, no. 11 (1989), hlm. 57-68.
Kompas, 26 Desember 1991; M. Sardjono and I. 8A. L. Bustami, “Folklor Kangean: Suatu Kajian

Samsoedin, “Traditional Knowledge and Practice Cerita Bajak Laut (Lanun) sebagai Sumber
of Biodiversity Conservation,” dalam People Sejarah”, Bahasa dan Seni, tahun 32, nomor 2
Managing Forests: The Links Between Human Well- (Agustus 2004), hlm. 267-285.
being and Sustainability, eds. Carol J. Pierce Calfer 9Suhartono, B. Yulianto dan A. Ahmadi, “Cerita

and Yvonne Byron (Washington DC: Resource for Rakyat di Pulau Mandangin: Kajian Struktural
the Future, 2001), hlm. 116-134. Antropologi Claude Lévi Strauss”, Journal of
6Kata dasar “olok” itu sendiri berarti panggilan, Unair, volume 23, nomor 4 (2010), hlm. 304-311
menamai, berseru, dan berteriak. Lihat A. 10 M. Lutfi, “Pergeseran Pengaruh Hindu ke Islam

Safiodien, Kamus Bahasa Madura-Indonesia (Jakarta: dalam Legenda Gunung Gong, Gunung Kelir, dan
Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Banyu Anget”, Jurnal Manusia, Kebudayaan, dan
Departemen P dan K, 1977), hlm. 69. Politik, no. 23 Vol. 1 (2010), hlm. 42-47.
7Sastra lisan yang kuat berada di daerah terpencil. 11 Bentuk lainnya dari sastra lisan adalah: (1)

Mayoritas desa di Madura merupakan daerah bahan yang bercorak noncerita: (a) puisi lisan, (b)
terpencil. Kuatnya sastra lisan di daerah terpencil peribahasa, (c) hukum adat, (d) ratapan, dan lain-
disebabkan penduduknya berdaya baca rendah lain (2) bahan yang bercorak tingkah laku: (a)

200 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


Tradisi Lisan di Madura

dilakukan oleh Abd. Latif Bustami12 dan Donald A. Swanson,17 Ahmed,18


Suhartono, dkk.13 Dalam tulisannya ten- Sheppard, dkk.,19 dan Wynne. 20

tang cerita lanun (bajak laut), Bustami Dalam penelitiannya, Martono


menjelaskan tentang sejarah pemukiman menemukan bahwa dalam cerita rakyat
masyarakat dan relasi kuasa dengan suku Dayak Keninjal, yakni Masekat, Tuan
kekuatan politik, ekonomi, dan kebuda- si Ijau dongan Tuan si Kuning, Abang
yaan orang Kangean dengan masyarakat Setingan, Mambak Papa dongan Mia Zara,
dari berbagai kawasan dalam jaringan dan Umpat Umak, terdapat unsur religi
dunia serta terjadinya integrasi di kawa- berupa percaya kepada ahli nujum,
san tersebut. Cerita lanun yang tersebar takdir, mimpi, roh/benda ghaib, dan per-
pada orang Kangean setelah melalui caya kepada pertanda alam.
kritik sumber sejarah, interen dan eks- Latupapua selain menguraikan
teren ternyata bisa dijadikan sebagai secara rinci teks-teks Kapata yang dikenal
salah satu sumber sejarah kawasan. luas oleh masyarakat di negeri-negeri di
Sedangkan menurut Suhartono, dkk, Maluku Tengah, juga memuat uraian
dalam cerita rakyat Pulau Mandangin tentang problematika pewarisan Kapata,
dapat disimpulkan bahwa ia dalam persoalan bahasa-bahasa daerah, ranah-
kaitannya dengan struktural-antropologi ranah penyajian Kapata, serta jenis-jenis
memunculkan logika cerita sebagai beri- dan fungsi-fungsi Kapata.
kut. Pertama, memuat konsepsi tentang Ahmadi, dalam kajian literer-nya,
kehidupan; kedua, terdapat konsepsi menyimpulkan bahwa wacana (teks)
tentang alam gaib, bahwa dalam alam aksara Jawa selain memiliki makna fiksi,
semesta terdapat tipe diadik, yakni dunia mitologis, simbolik, historis, juga filosofis
alam gaib dan dunia manusia; ketiga, sufistis. Makna simbolis filosofis dan
konsepsi tentang kepemimpinan negatif sufistisnya antara lain terekam dalam
bahwa pemimpin dapat bertindak sewe-
nang-wenang. 16Mukhsin Ahmadi, “Dari Hana Caraka ke Sastra
Para peneliti lainnya juga meneliti Macapat dan Suluk (Hubungan Sastra Lisan dan
sastra lisan dalam bentuk cerita pada Tulis)”, Prosiding Seminar Akademik , Volume 2
(2002), hlm. 89-103.
suku-suku di Indonesia dan di beberapa 17D. A. Swanson, “Hawaiian oral tradition
negara. Mereka adalah Martono,14 describes 400 years of volcanic activity at
Latupapua, dkk.,15 Mukhsin Ahmadi,16 Kīlauea”, Journal of Volcanology and Geothermal
Research, 176 (2008), hlm. 427–431: www.elsevi e
r.com/locate/jvolgeores
18A. J. Ahmed, The Somali Oral Tradition and the

drama, (b) tarian, dan lain-lain. Lihat Hutomo, Role of Storytelling in Somalia, The Minnesota
Mutiara yang Terlupakan, hlm. 26-28. Humanities Center (2002):
12Bustami, “Folklor Kangean”, hlm. 267-285. www.minnesotahumanities.org
13Suhartono, et al, “Cerita Rakyat di Pulau 19P. Sheppard, R. Walter, dan S. Aswani, “Oral

Mandangin”, hlm. 304-311 Tradition and the Creation of Late Prehistory in


14Martono, “Nilai-nilai Religi dalam Sastra Lisan Roviana Lagoon, Solomon Islands”, Records of the
Dayak Keninjal”, Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Australian Museum, Supplement 29 (2004), hlm.
Humaniora, vol. 1, no. 2 (Oktober, 2010), hlm. 148- 123–132:
164. www.amonline.net.au/pdf/publications/1408
15F. E. Latupapua, et al., Kapata Sastra Lisan di 20A. Wynne, “The Oral Transmission of Early

Maluku Tengah (Jakarta: Kementerian Pendidikan Buddhist Literature”, Journal of the


dan Kebudayaan, Balai Pelestarian Budaya InternationalAssociation of Buddhist Studies, Volume
Ambon, 2012). 27 Number 1 (2004), hlm. 97-127.

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 201


Mohammad Hefni

seloka berupa simbol pengawak (sosok) bahwa sastra awal Budha tidak sesuai
Semar dengan litera sastra Dentawyanjana. dengan teori karena ia telah mengalami
Pesan filosofisnya ialah bahwa manusia improvisasi dalam pembacaannya.
hidup yang dilengkapi dengan cipta, rasa, Dalam bentuk nyanyian, sastra
dan karsa itu adalah kodrati dan tidak lisan diteliti oleh Ndimofor.21 Sedangkan
menyimpang dari laku jantra kehidupan dalam bentuk puisi, ia pernah dilakukan
(pantarei). oleh Zekriady22 dan Eyoh.23 Dalam
Swanson, dalam tulisannya disertasinya, Ndimofor menginvestigasi
tentang Pele dan Hi‘iaka, menceritakan tentang nyanyian rakyat Suku Akum di
tentang erupsi lava ‘Ailā‘au yang meng- Barat Laut Republik Kamerun, terutama
alir selama 15 abad dan runtuhnya tentang elemen-elemen budayanya. Hasil
kaldera Kīlauea pada permulaan abad ke- penelitian ini menunjukkan bahwa nya-
16. Interpretasi atas cerita tersebut sangat nyian rakyat Suku Akum berguna untuk
penting untuk memahami masa lampau sistem pendidikan Kameron karena ia
dan memberikan gagasan untuk untuk berikhtiyar untuk menginternalisasi para
melakukan observasi geologis. pelajar pada budayanya dan membu-
Ahmed, dalam empat cerita rakyat kanya pada dunia luar.
Somalia, yaitu Qayb Libaax, The Travels of Zekriyadi, dalam kajiannya,
Igal Shidad, The story of Dhegdheer, Wiil menemukan bahwa makna yang terkan-
Waal’s riddle, menyajikam tentang keseng- dung dalam Sakeco (puisi nasihat) adalah
saraan dan kekacauan dalam keluarga, makna kehidupan sosial pada masyarakat
anak, dan masyarakat. Namun demikian, Sumbawa. Perjuangan masyarakat Sum-
cerita tersebut juga menggambarkan bawa untuk membela kebenaran rela
tentang benda-banda yang bagus yang mempertaruhkan nyawa dan tidak memi-
menunjukkan tradisi cerita rakyat Soma- lih golongan yang melakukan kesalahan.
lia yang benar-benar mulia. Eyoh, melalui pendekatan kritis
Sheppard, dalam penelitian terse- berkenaan dengan gaya bahasa, mene-
but, me-review persolaan metodologis mukan adanya banyak kesamaan dalam
seputar penggunaan data pada masa hal kepentingan, pemikiran, pandangan
prasejarah (1000 tahun yang lalu) di dunia, dan nilai-nilai di antara berbagai
Roviana Lagoon (kelompok New Geor- suku yang berbeda di Negeria. Ini dapat
gia, Pulau Solomon). Akhirnya, ia
menyimpulkan bahwa model formasi 21N. D. Ndimofor, Oral Literature of the Akum
Roviana Chiefdom yang muncul bolak- People:A case Study of the Folksong and Cultural
Elements (Disertasi Ph.D, the Post-Graduate
balik antara arkeologi dan etnohistori
Teachers’ Diploma (DIPES II) pada Cameroonian
memiliki kekuatan menjelaskan yang Languages and Cultures, 2011):
jauh lebih besar ketimbang dari sumber http://www.Cameroonian-Languages-and-
data itu sendiri. Cultures.ph/about-culture-and-arts/articles-on-c-
Terakhir, Wynne, dalam kajian n-a/article.php?igm=4&i=231
22Zekriady, Analisis Bentuk dan Makna Sastra Lisan
tersebut, menguji teori-teori yang berbe- Sumbawa Sakeco Suku Samawa di Kabupaten
da dan menunjukkan bahwa bukti Sumbawa dengan Pendekatan Foklor:
internal dari teks-teks agama Pāli men- http://ta.umm.ac.id/images/line_orange_right.gi
dukung teori transmisi lisan dari sastra f
23L. Eyoh, “Indigenous Oral Poetry in Nigeria as a
Budha awal, tidak seperti temuan para
Tool for National Unity”, Communication, Volume
cendekiawan lainnya yang menyatakan 2, Number 2 (2011), hlm. 83-91.

202 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


Tradisi Lisan di Madura

dijadikan sebagai alat yang efektif bagi secara purposive sesuai dengan tema lok-
integrasi, kesatuan, perkembangan nasio- olok.
nal. Teknik pengumpulan data yang
Penelitian ini berbeda dengan digunakan dalam penelitian ini adalah
beberapa penelitian di atas. Secara materi, dokumentasi, observasi, dan wawancara.
penelitian ini mengkaji tentang tradisi lok- Analisis data dalam penelitian ini akan
olok, seni berdeklamasi untuk mengu- menggunakan analisis model interaktif.27
mumkan nama sapi yang ikut serta da- Dengan mengikuti model ini, analisis
lam lomba, baik lomba sapi sonok (lomba data berlangsung bersamaan dengan
“kecantikan” dan kelincahan sapi betina) proses pengumpulan data, dengan tahap-
maupun dalam kerapan sapi jantan. Lok- an alur sebagai berikut: Pengum-pulan
olok adalah penampilan kepandaian ber- data, display data, reduksi data, dan
tutur kata yang diarahkan kepada sapi menarik kesimpulan atau verifikasi.28
dan juga kepada pemilik dan pengikut
rombongan pasangan sapi. Walaupun Lok-olok sebagai Sebuah Seni
dalam batas-batas tertentu ada kesamaan Deklamasi
dengan puisi, yakni dalam hal pencip- Salah satu tradisi lisan yang masih
taan vokal dengan intonasi yang menge- berkembang dalam bahasa Madura hing-
sankan sebagaimana pembacaan puisi, ga saat ini, terutama di Kabupaten
namun lok-olok lebih menekankan pada Sumenep wilayah daratan, adalah lok-
irama dan rhyme (sajak), sehingga makna olok, yakni acara pengumuman nama sapi
kata dan bahasanya terbebas. yang ikut serta dalam lomba, baik lomba
sapi sonok (lomba “kecantikan” dan
Metode Kajian kelincahan sapi betina) maupun dalam
Studi ini menggunakan pende- kerapan sapi jantan. Lok-olok29 adalah
katan kualitatif. Pemilihan pendekatan ini adalah penampilan kepandaian bertutur
didasarkan pada pertimbangan bahwa kata yang diarahkan kepada sapi dan
penelitian ini menekankan pada proses juga kepada pemilik dan pengikut
atau pada apa yang terjadi. Sedangkan rombongan pasangan sapi. Para tokang
jenis penelitian yang digunakan adalah lok-olok dalam pidato lok-olok memper-
etnometodologi, yakni dengan memela- lakukan sapi seperti manusia atau anak.
jari secara intensif sebuah tradisi lok-olok, Sapi kadangkala disapa dengan sebutan
baik ungkapan verbal24 maupun gestur “bâ’na (engkau)”. Untuk sapi jantan, ia
saat berdeklamasi,25 dalam scene terten- juga sering disapa dengan sebutan
tu,26 yakni dalam scene kerapan sapi di “kacong (bocah)” dan sapi betina dengan
Desa Gedang-gedang Kecamatan Batu sebutan “cebbhing (gadis)”. Perlakuan atas
Putih, Kabupaten Sumenep. Subjek pe-
nelitian ini adalah para tokang lok-olok
27Miles, dan Hubermas. An Expanded Source Book,
(deklamator) tradisi lok-olok yang dipilih
hlm., 10-14.
28 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-
24 J. M. Atkinson, “Public Speaking,” hlm. 370- Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1992), hlm. 128-130.
407. 29 Kata dasar “olok” itu sendiri berarti panggilan,
25 J. S. Turner, The Structure of Sociological Theory menamai, berseru, dan berteriak. Lihat Asis
(California: Wadsworth Publishing Company, Safiodien, Kamus Bahasa Madura-Indonesia (Jakarta:
1991), hlm. 384. Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
26 Garfinkel, Studies. Departemen P dan K, 1977), hlm. 69.

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 203


Mohammad Hefni

sapi layaknya anak sendiri juga ditun- beberapa pasang sapi, tokang lok-olok (juru
jukkan oleh pilihan ondhâghâh bhâsa pidato) memanfaatkan nama32 untuk
(tingkatan berbahasa) yang menggu- mengembangkan ekspresi pribadi yang
nakan bahasa kasar (ênjâ’-iyyâh/séngko’- pada umumnya berpangkal pada penga-
bâ’na). Di Madura, ondhâghâh bhâsa ini laman kehidupan sehari-hari. Di samping
digunakan oleh seseorang dalam hubung- itu, mereka juga dapat mengeluarkan
an ke bawah, misalnya kepada anak, uneg-uneg dari frustasi atau penghinaan.
keponakan, dan cucu. Apalagi yang angkat bicara bukanlah
Di zaman dulu, lok-olok berupa pemilik sapi itu sendiri, tetapi wakil
larik bebas meski tetap memenuhi aturan pemilik itu yang juga merangkap sebagai
irama. Tetapi, saat ini para tokang lok-olok penjaga sapi itu, yang berstatus “me-
cenderung mengabaikan aturan irama. nengah” di antara yang kaya dan yang
Gaya puitis lok-olok sangat berbeda dari miskin. Tidak cukup miskin untuk malu
gaya puisi yang dinyanyikan (kèjhung), mengangkat suara di depan umum dan
yang ditampilkan pada acara tandha’ atau tidak cukup kaya untuk enggan mela-
di dalam pertunjukan teater. Saat ini, kukannya. Dalam improvisasi lisan ini,
pidato yang terimprovisasi ini, yang yang paling banyak dibicarakan adalah
dilestarikan di dalam tradisi lisan, meru- manusia bukan sapi. Sementara hewan
pakan turunan dari gaya asli yang lebih ternak walaupun berfungsi sebagai un-
canggih, yaitu kèjhung.30 Menurut Hèlène sur prestise dan ekspresi puitis yang
Bouvier,31 pidato lok-olok yang paling mungkin menjengkelkan atau humoris,
lengkap dan berstruktur terdiri dari jarang dibicarakan ciri-ciri sesungguhnya.
perkataan ramah tamah untuk hadirin Dengan demikian, problem sosio-
pemilik sapi, pemilik tanah lapangan, dan logis yang terdapat dalam tradisi lok-olok
pemrakarsa lomba; kutipan nama tempat adalah adanya pembuktian kepada pub-
dan tanggal; pengenalan desa asal dan lik bahwa dirinya berada dalam status
nama pemilik; pengumuman nama sapi sosial yang tinggi (oreng rajâh, orèng
(jhâjhuluk èpon sapè) yang acapkali diikuti andi’).33 Ini dapat dilihat dari hasil
dengan penjelasan tentang pilihan nama pengamatan atas sebuah lok-olok pada
tersebut, dan dilanjutkan dengan tata
krama penutup. 32 Nama yang diberikan kepada sapi
Demikianlah, lok-olok menjadi salah mencerminkan keragaman pengalaman dan
satu kesempatan untuk berimprovisasi kepekaan dari pencipta nama itu. Oleh kare-
secara lisan di depan umum. Dengan nanya, sepasang sapi diberi nama secara bersama-
sama. Misalnya, inspirasi yang datang dari
mengenakan sarung, kemeja atau kaos, perasaan atau keadaan batin pemilik, keluarga
dan songkok serta berdiri di depan pemilik, atau juru pidato melahirkan nama-nama
seperti Sè Mellas (Yang Sedih), Sè Tèmang (Yang
30 Selengkapnya lihat Zawawi Imron, “Sasatra Dirayu), Sè Tangès (Yang Menangis); inspirasi dari
Madura: Yang Hilang Belum Berganti”, dalam bidang seksualitas melahirkan nama-nama seperti
Agama, Kebudayaan dan Ekonomi, Studi-studi Sè Mèyang (Yang Genit/Gatal), Sè Ghatel (Yang
Interdisipliner tentang Masyarakat Madura, Huub de Gatal); dan sebagainya.
Jonge (ed.) (Jakarta: Rajawali Pers, 1989), hlm. 186. 33 Oreng rajâh di sini dikaitkan dengan
31 Hèlène Bouvier, Lèbur: Seni Musik dan kepemilikan harta kekayaan yang melimpah,
Pertunjukan dalam Masyarakat Madura, terj. Rahayu terutama yang berasal dari hasil pertanian.
S. Hidayat dan Jean Couteau (Jakarta: Yayasan Walaupun demikian, kategori oreng rajeh juga
Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi berkaitan dengan orang yang mempunyai
Lisan, 2002), hlm. 175. kedudukan tinggi dalam struktur pemerintahan.

204 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


Tradisi Lisan di Madura

suatu kesempatan karapan sapi desa di Anakku Si Bayangan Intan, ternyata


Desa Gedang-gedang, Kecamatan Batu engkau ada di sini
Putih Kabupaten Sumenep. Dalam hal Sudah lama aku mencari engkau di
ini, seorang tokang lok-olok berdeklamasi kandang, anakku
mengenai sapi jantan bernama Se Bâjâng Engkau tidak ada di situ, di halaman
Ènten (Si Bayangan Intan). pun engkau tidak ada
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Ternyata engkau di lapangan ini,
Wabarokatuh anakku
Kacong Bâjâng Ènten, bâddhina bâ’na Memang engkau sangat kejam padaku,
bâdâ è dinna’, cong Bâjâng Ènten nak.
Bâ’na è sarè è kandhânga cong, tadâ’, è Mengapa engkau tidak bilang-bilang
sarè è tanèyan tadâ’ bahwa kau mau datang ke lapangan
Bâdhdhina bâ’na bâdâ neng lapangan rèya, ini.
cong Bayangan Intan, semua itu mempunyai
Saongguna bâ’na rèya sakèng kanèajâ dâ’ arti, anakku.
ka sèngko cong Bayangan Intan ini sesungguhnya
Arapa ma’ ta’ alâ-bâlâ bâlâkka bâ’na, ja’ menandakan bahwa pemilik sapi ini
nèddhâ’ neng lapangan rèya benar-benar merawat engkau
Kacong Bâjâng Ènten rèya ongghuna bâdâ Sehingga kau berkulit emas, bertulang
maksoddhâ
besi, dan matanya bersinar
Bâjâng Enten rèya cong
Engkau tidak usah khawatir mengenai
Ongghunah nandhâaghi je’ mon orèngga
biaya untuk itu
rèya ongghu-ongghu arabât bâ’na
Karena aku sudah menerima
Saèngghe akole’ emmas, atolang bessèh,
tanggungan ini dari kakekku
bân matanah asonar
Yang penting kau menuruti perintahku
Bâ’na ta’ osa kabâtèr soal parabet
Karana sèngko’ la narèma pasrana tang kaè Anakku, Bayangan Intan, engkau akan
dâ’ ka sèngko’ cong menuruti saya atau tidak?
Poko’na bâ’na atoro’ oca’ Bila engkau menuruti aku, anakku
Cong, Bâjâng Enten, bâ’na ka sèngko’apa mari kita harapkan semoga kau
alora’a apa enjâ’? menang
Kalamon bâ’na alora’a cong Lancèng Bayangan Intan, saya tidak usah
Manes panjang lebar karena sudah tidak ada
Bâ’na mandhâr apamopok cong yang bisa dikatakan.
Kacong Bejeng Enten, sèngko’ ta’ lanjhâng Kepada semua penonton, tidak ada
lèbâr yang bisa diutarakan.
Amarghâ la tadâ’ sè è atorragiyâ Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Dâ’ sadhâjhâ panonton bhâdhân kaulâ Wabarakatuh.
tadhâ’ sè è atorraghiyâ Terima kasih
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
wabarokatuh. Pidato lok-olok lainnya adalah
Mator sakalangkong.
sebagai berikut:
Terjemahan: Bâjâ mangkèn dung-ondung arè
Asslamu’alaikum Warahmatullahi Nèmor kara, bentar tongghâ’ dalem
Wabarakatuh aèng

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 205


Mohammad Hefni

Kaulâ andi’ bur-lèburan duwa’ Menginjak tepung tidak berbekas


Nè’-kenè’ cabbhi lètè’ Aduh anakku si buah hati
Moghâ dhaddhi sampornana Sungguh senang punya anak
Ka sè nanggâ’ sareng sè nèngghu seperti engkau
ka sè etanggâ’ sareng sè ètèngghu Dilihat dari depan, engkau gagah
Sè panglowar è sebut sè Ghâmbâr Dilihat dari samping engkau
Sè pangdâlem ajâjuluk sè Ghâmbu menterang
Laksana Arjuna kembar
Adu tang ana’ sè sa pasang
Ana’ ghembâr rèmbi’ tabungkos Aduh anakku, mungkin engkau
Ètella’ temmo cèyaran Bertapa di Gunung Raung selama
Ngabâs arè ta’ solap 17 tahun
Nèddhâ’ teppong ta’ alampat Lolos dari terkaman macan

Adu kacong buwâna atè Dalam lok-olok lebih menekankan


tadâ’ bhunga andi’ ana’ kanta bâ’na pada irama dan rhyme (sajak), sehingga
èabas dâri adâ’ gâgâ’ makna kata dan bahasanya terbebas.
èabas dâri èrèng mantèrèng Uniknya, Lok-olok diucapkan/dibacakan
akanta arjuna kembhâr
dengan nuansa teatrikal sehingga kesan
Adu kacong, pola bâ’na yang diterima dominan mencipta-
Atapa pèttobelâs taon è gunong kan vokal dengan intonasi yang menge-
Maraong sankan sebagaimana pembacaan puisi
Salbhâk macan lopot. (deklamation).
Terjemahan: Terkadang, ia juga berisi pesan
Saat ini, matahari condong ke arah moral yang menunjukkan bahwa, misal-
Barat nya, kekayaan bukan sesuatu yang harus
Kemarau yang sangat kering, terlalu dipamerkan dan dibangga-
pecah tonggak di dalam air banggakan. Justru yang paling penting
Saya mempunyai dua kekasih untuk dimiliki oleh seseorang adalah
Kecil-kecil cabe rawit harga diri atau kehormatan.34 Pesan
moral ini merupakan ungkapan balasan
Semoga menjadi kesempurnaan atas ejekan yang dilontarkan oleh
Kepada penanggap dan penonton
Kepada yang ditanggap dan yang
ditonton
Yang sisi luar (kiri) disebut Si 34Harga diri atau kehormatan diri orang Madura
Gambar akan terusik jika ia dipermalukan (malo) atau
dilecehkan secara sosial. Bagi orang Madura
Yang sisi dalam (kanan) dijuluki si
menanggung beban malu merupakan pantangan
Ghâmbu yang harus disingkirkan. Tindakan carok meru-
pakan manifestasi dari upaya membela dan
Aduh, anakku yang sepasang menjaga harga diri dengan jalan kekerasan. Lihat
Anak kembar lahir terbungkus Latief Wiyata, Carok: Konflik Kekerasan dan Harga
Dicubit sedikit saja bungkusnya Diri Orang Madura (Yogyakarta: LkiS, 2002), hlm.
170. Lihat juga Andang Subaharianto, et al.,
sobek Tantangan Industrialisasi Madura: Membentur Kultur
Menatap matahari tidak silau Menjunjung Leluhur (Malang: Bayumedia
Publishing, 2004), hlm. 60.

206 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


Tradisi Lisan di Madura

penonton. Ini dapat dilihat dari contoh Dulu, sebelum menikah, kau senang
Lok-olok di bawah ini. bermain-main dengan sapi
Tetapi, setelah menikah, kau jangan
Bâdhân kaulâ sobung sè èkerrabâ bermain-main dengan sapi lagi
Bâdhân kaulâ ta’ andi’ dhunnya Kau harus berbakti kepada suamimu
Tapè mon ka kahormadhân
Bâdhân kaulâ andi’ sakonè’ Intinya, pidato dalam tradisi Lok-
Kaulâ ghi’ aromasa orèng Madhurâ olok banyak mengandung pesan moral
Ca’ èpon orèng, èngghi kepada masyarakat Madura untuk tetap
Pa’, dhunnyana èpatao ka tengnga mempertahankan jati diri35 dan harga diri
lapangan orang Madura. Setelah menyampaikan
Mon bâdhân kaulâ bhunten, tarètan pidato lok-olok, tokang lok-olok menari
Ta’ andi’ dhunnya. (atandâ’) beberapa saat diiringi oleh
saronèn. Selama tarian itu, pemilik sapi
Terjemahan: atau anggota keluarganya dan rom-
Saya tidak punya sapi untuk ikut serta bongan menyelipkan rokok atau sejumlah
dalam kerapan uang ke dalam saku tokang lok-olok
Saya tidak punya harta, tapi saya (ngèrèm).
masih punya sedikit harga diri
Saya masih merasa sebagai orang Lok-olok dalam Perspektif
Madura Etnometodologi
Katanya orang, ya Etnometodologi36 sebagai sebuah
Pak, hartanya dipajang saja di tengah teori sosial digunakan dalam kajian ini
lapangan
Tetapi saudaraku, saya tidak begitu 35 Bagi masyarakat Madura, jati diri ini berkaitan
Saya tidak punya harta dengan sistem keberagamaan. Sebagai suatu
kelompok etnik, masyarakat Madura memiliki
Di samping itu, pidato dalam sentimen keagamaan Islam yang tinggi. Sifat
tradisi lok-olok juga berkaitan masalah keislaman masyarakat Madura diaktualisasikan
gender terutama berkenaan dengan dalam institusi keagamaan, perilaku sosial, dan
kedudukan perempuan Madura, khusus- istitusi kekerabatan. Lihat Huub de Jonge,
Madura dalam Empat Zaman: Pedagang,
nya, setelah menikah yang harus
Perkembangan Ekonomi, dan Islam (Jakarta:
sepenuhnya mengabdi dan melayani Gramedia, 1989), hlm. 141-142.
suaminya. Contoh lok-olok di bawah ini 36 Etnometodologi pertama kali diperkenalkan

dapat mencerminkan pesan moral oleh Harold Garfinkel. Garfinkel dipandang


tersebut. sebagai pendiri etnometodologi pada akhir 1940-
an, tetapi baru menjadi sistematis setelah di-
Cebbhing sè manès
terbitkan karyanya yang berjudul Studies in
Mon amaènah bâ’na amaèn Ethnometodology pada 1967. Istilah etnometodologi
Lambâ’ ghi’ ta’ alakè bâ’na lèbur amaèn ditemukan pada 1945 ketika ia bekerja sama
sapè dengan Saul Menlovits dan Fred Strodbeck dalam
Mon la alakè bâ’na jhe’ amaèn moso sapè melakukan studi terkenalnya tentang hakim. Saat
polè itu, ia mempelajari arsip silang budaya di Yale
yang memuat kata-kata seperti etnofisika, etno-
Bâ’na kodhu abhektè dâ’ lakèna
botani, etnomusik, dan etnoastronomi, di mana
Terjemahan: istilah “etno” itu sendiri berarti ketersediaan pada
anggota masyarakat tentang pengetahuan apa
Gadis ayu, bila kau ingin bermain,
saja, tetapi pokok kajiannya berbeda-beda. Dalam
bermainlah hal etnobotani, subjek atau pokok kajiannya

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 207


Mohammad Hefni

untuk menganalisis lok-olok. Ethnome- kan perhatiannya pada apa yang dipi-
thodology merupakan gabungan dari kata kirkan orang, sosiolog etnometodologi
ethno (folk/rakyat), method (cara), dan mencurahkan perhatiannya pada studi
ology (ilmu pengetahuan/studi).37 Ethno, terinci tentang percakapan orang.40
yang meruju pada anggota sebuah Dalam kaitan ini, tradisi lok-olok
kelompok sosial, method, yang mengin- merupakan sebuah jenis seni berdek-
dikasikan proses tindakan praktis dan lamasi yang di dalam studi etnome-
penalaran praktis melalui mana aktor todologi dipusatkan pada percakapan
sosial menciptakan dan menciptakan orang. Percakapan di dalam tradisi lok-
kembali tatanan sosial yang dapat olok berlangsung antara tokang lok-olok
dikenal, dan ology, yakni studi tentang dengan penonton. Karenanya, di dalam
metode ini.38 Karenanya, etnometodologi etnometodologi, tradisi lok-olok dapat
sebagai disiplin sosiologis menekankan dianalisis melalui analisis percakapan.
pada metode dan prosedur yang di- Analisis percakapan, sebagai seje-
lakukan oleh orang-orang ketika mereka nis etnometodologi, dikembangkan oleh
mendefinisikan dan menginterpretasikan Sacks dalam pada dekade 1960-an di
kehidupan sehari-hari.39 mana pada saat itu ditandai dengan
Etnometodologi membawa dan keruntuhan teori fungsional struktural
memperluas ide-ide, salah satunya, dari dan dengan kemunculan teori etnometo-
fenomenologi. Tetapi perbedaannya, apa- dologi model setting institusional sebagai
bila fenomenologi cenderung memusat- perspektif teoritis yang berada di bawah
tajuk kehidupan sehari-hari.41
Konsep terpenting dari model
adalah tanaman. Lebih lanjut, hal itu terjadi pada analisis percakapan ini adalah apa yang
dirinya, bahwa dalam bertindak sebagai anggota
disebut dengan adjacency pair (pasangan
juri, maka juri tersebut menggunakan sebuah
metode untuk menjalankan aksinya. Dengan kata yang berdekatan). Konsep ini mencakup
lain, mereka menggunakan sebuah “metodologi” observasi jenis-jenis tindakan tertentu,
untuk menjadi juri kaitannya dengan seperti pertanyaan dan jawaban, pernya-
pengetahuan akal-sehatnya tentang segala taan dan respons, yang secara konven-
masalah sehari-hari. Karena itulah, ia meng-
sional dilakukan secara berpasangan.42
gunakan istilah “etnometodologi”. Robert
Emerson, Ethnomethodology and Ethnography: Dalam hal ini ungkapan yang dikemu-
http://www.sscnet.ucla.edu/classes/profbylid.p kakan oleh orang atau pihak pertama
hp?lid-493 (Diakses pada 12 Juni 2006) dan Jenny membutuhkan jawaban atau respons
Perry, Schutz, Garfinkel, and Sacks and Their orang kedua atau pihak kedua. Yang
Interrelatedness: http://www.bangor.ac.uk
terpenting dalam hal ini adalah bahwa
/so/postgraduate/Perry-conf-pl-htm. (Diakses
pada 15 Juni 2006) respons orang atau pihak kedua
37 David Jary dan Julia Jary, Dictionary of Sociology menduduki posisi penting. Artinya orang
(Glasgow: Harper Collins Publisher, 1991), hlm.
231.
38A. Rawls dan H. Garfinkel, Editors Introduction. 40 Jenny Perry, Schutz, Garfinkel, and Sacks and Their
Ethnomethodology's Program: Working out Interrelatedness, 2006:
Durkheim's Aphorism, (A. Rawls & Littlefield http://www.bangor.ac.uk/so/postgraduate/Perr
Publishers Inc, 2002), hlm. 30. y-conf-pl-htm. (Diakses pada 12 Juni 2006)
39 Mohammad Ali Torabi, “Ethnomethodology 41 Piotr Sztompka, System and Function: Toward a

and Conversational Analysis”, Journal of English Theory of Society (New York: Academic Press,
Language Teaching and Learning Year 53 No. 217 1974), 129.
(2005), hlm. 155-164. 42 Turner, The Structure, hlm. 478.

208 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


Tradisi Lisan di Madura

atau pihak kedua dibebani tanggung Sesungguhnya, pakar etnometo-


jawab atas kegagalan dan kesalahan dologi tertarik pada sifat dasar penjelasan
respons serta berbagai kesalahan interaksi itu, dan lebih umum lagi, pada praktik
lainnya. penjelasan.44 Dalam menganalisis penje-
Dalam pidato lok-olok, respons lasan, mereka menganut pendirian keti-
yang ditunjukkan oleh penonton, sebagai dakacuhan etnometodologis.45 Artinya me-
pihak kedua, atas pidato yang disampai- reka tidak menilai sifat dasar penjelasan,
kan oleh tokang lok-olok, sebagai pihak tetapi lebih menganalisis penjelasan itu
pertama, bisa berupa kesetujuan dan dari sudut bagaimana cara penjelasan itu
ketidaksetujuan. Kesetujuan penonton digunakan dalam tindakan praktis. Mere-
bisa ditunjukkan dengan perilaku, seperti ka memperhatikan penjelasan dan
tepuk tangan dan ngèrèm (memberikan metode yang digunakan pembicara dan
sejumlah uang atau rokok) dan kata-kata pendengar untuk mengajukan, mema-
tertentu, seperti sorak-sorak dan ucapan- hami, dan menerima atau menolak
ucapan bâgus (bagus), satuju (setuju), dan penjelasan.
cocok. Sedangkan ketidaksetujuan penon- Dari sini dapat dikatakan bahwa
ton ditunjukkan dengan kata-kata, seperti penjelasan adalah cerminan pemikiran
cemoohan, ejekan, dan olokan. Jika tepuk dalam arti bahwa penjelasan itu masuk ke
tangan dan sorak-sorai dilakukan secara dalam keadaan yang dapat diamati dan
bersamaan dan kolektif, maka ngèrèm, dijelaskan. Jadi, dalam upaya melukiskan
ejekan, cemoohan, dan ucapan setuju apa yang dilakukan orang, dapat dila-
dilakukan secara terpisah dan individual. kukan dengan mengubah sifat dasar apa
Sesungguhnya konsep adjacency yang mereka lakukan itu. Apa yang
pair ini mengembangkan dan memper- dilakukan sosiolog ini sama dengan yang
kuat beberapa elemen penting dari apa dilakukan oleh orang awam. Dalam
yang disebut Garfinkel sebagai “akunta- mempelajari dan melaporkan tentang
bilitas tindakan”.43 Menurut pandangan kehidupan sosial, sosiolog, dalam proses-
ini, ekspektasi normatif aktor diperla- nya, mengubah apa yang mereka pelajari
kukan tidak sebagai tindakan regulatif itu. Artinya, subjek mengubah perilaku
dan determinatif, tetapi ia dipandang mereka akibat menjadi subjek penelitian
sebagai memainkan peran konstitutif di dan sebagai respons terhadap deskripsi
dalam recognisi dari apa yang dikandung perilaku itu.
di dalam tindakan. Dengan demikian, Ide serupa tampak dalam
rangkaian tindakan digambarkan sebagai pemikiran Anthony Giddens ketika
tindakan yang yang saling berkaitan membicarakan tentang konsep herme-
dengan merujuk, terutama, pada serang- neutika ganda. Menurutnya, baik aktor
kaian ekspektasi normatif. Melalui cara sosial maupun sosiolog menggunakan
seperti itulah, rangkaian tindakan, seperti bahasa. Aktor sosial menggunakan baha-
rangkaian pertanyaan dan jawaban, sa untuk menerangkan apa yang mereka
dapat diobservasi-dilaporkan (observable- kerjakan, sedangkan sosiolog menggu-
reportable) dan dipertanggungjawabkan
(accountable). 44 Wes Sharrock dan Bob Anderson, The
Etnomethodologists (Chichester: Ellis Horwood,
1986), hlm. 106.
45 Robert L. Young, “Account Sequences”,
43 Heritage, “Ethnomethodology”, hlm. 243-244. Symbolic Interaction 20 (1997): 291-305.

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 209


Mohammad Hefni

nakan bahasa untuk menerangkan yakni percakapan antara laboran antara


tindakan aktor sosial.46 Dalam hal ini asisten laboran dalam sebuah laborato-
tentu saja perlu dipahami adanya fakta rium riset,53 pertemuan/rapat politik,
bahwa pemahaman ilmuwan sosial ten- yakni pidato politisi di depan audien,54
tang kehidupan sosial dapat mengubah dan klinik, yakni percakapan antara
pemahaman aktor yang dipelajari. dokter dan pasien.55
Pidato lok-olok berlangsung di Sistematika pembicaraan antara
dalam sebuah lapangan kerapan sapi. dua pihak di dalam sebuah scene
Dalam menyampaikan pidatonya, tokang berlangsung secara sistematis. Paul Ten
lok-olok berdiri sambil memegang mikro- Have,56 misalnya, menemukan bahwa
fon di depan sejumlah pasang sapi. secara ideal dalam interaksi dokter-
Sesudah menyampaikan pidatonya, di pasien dimulai dengan pembukaan,
tempat yang sama ia atandâ’ (menari) kemudian secara berturut-turut diikuti
diiringi musik saronèn baik secara dengan complaint, penjelasan gejala
langsung maupun melalui tape recorder penyakit, diagnosa, nasihat, dan penutup.
atau sound system berukuran kecil. Pada fase pembukaan, dokter, sebagai
Lapangan kerapan sapi tersebut di dalam tuan rumah, biasanya memberi salam,
kajian etnometodologi disebut scene. mempersilahkan duduk, dan menanya-
Fokus analisis etnometodologi memang kan tentang beberapa hal yang bersifat
bergerak dari populasi menuju scene,47 non-medis. Pasien, sebagai tamu kemudi-
tidak sebagaimana kajian etnografi yang an menjawab salam dokter, menerima
menfokuskan pada suku bangsa atau ajakan dokter untuk duduk, dan menja-
komunitas tertentu.48 Scene tersebut bisa wab beberapa pertanyaan non-medis dari
berupa ruang sidang, yakni percakapan dokter tersebut. Fase kedua dimulai saat
hakim dan terdakwa,49 rumah, yakni pasien memberitahukan gejala penyakit-
percapakan suami dan istri,50 ruang kelas, nya dan meminta dokter untuk memerik-
yakni ceramah guru dan respons murid,51 sanya. Fase ketiga terjadi ketika dokter
rumah sakit, yakni komunikasi antara meminta pasien tersebut menjelaskan
dokter dan pasien,52 ruang kerja ilmiah, secara mendetail gejala penyakitnya,

46 Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi, hlm. 508- 53M. Lynch, Art and Artifact in Laboratory Science: A
509. Study of Shop Work and Shop Talk in a Research
47 H. Garfinkel, Studies in Ethnomethodology: Social Laboratory (London: Routledge & Kegan Paul,
and Political Theory (Camridge: Polity Press, 1967) 1985).
48 Garfinkel dan Heritage, “On Formal”, hlm. 67 54J. M. Atkinson, “Public Speaking and Audience
49J. M. Atkinson dan P. Drew, Order in Court, Responses: Some Techniques for Inviting
(London: Macmillan, 1979). Audience Applause, dalam J. M. Atkinson dan J.
50 Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi, hlm. 337- Heritage (Eds.), Structures of Social Action: Studies
339. in Conversation Analysis (Cambridge: Cambridge
51A. W. McHoul, “The Organization of Turns at University Press, 1984), hlm. 370-407.
Formal Talk in the Classroom. Lang. Soc. 7 (1978), 55 C. West, Routine Complications:Troubles With Talk

hlm. 183-213 dan C. Scharff, "Doing Class: A Between Doctors and Patients (Bloomington:
Discursive and Ethnomethodological Approach," Indiana Univ. Press, 1984)
Critical Discourse Studies, vol. 5, number 4 (2008), 56 Paul Ten Have, Sequential structures and

hlm. 331-34 categorical implications in doctor-patient interaction:


52S. Fisher dan A. D. Told, The Social Organization ethnomethodology and history, 2002:
of Doctor-Patient Communication. (Washington DC: http://www2.fmg.uva.nl/emca/seqstruct.htm\l
Ctr. Appl. Linguistics, 1984) (Diakses pada 19 Juli 2006).

210 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


Tradisi Lisan di Madura

yang kemudian diteruskan dengan fase Sedangkan penjelasan nama sapi,


keempat ketika dokter melakukan misalnya, terdapat dalam penggalan
diagnosa terhadap penyakitnya. Setelah pidato lok-olok sebagai berikut:
itu, biasanya dokter memberi saran untuk
Kacong Bâjâng Ènten rèya
kesembuhan penyakitnya. Akhirnya inte-
ongghuna bâdâ maksoddhâ
raksi berakhir saat pasien mengucapkan
Bâjâng Enten rèya cong
terima kasih atau memberi salam. Ongghunah nandhâaghi je’ mon orèngnga
Begitu juga di dalam pidato lok- rèya ongghu-ongghu arabât bâ’na
olok. Dalam sebuah pidato lok-olok, secara
sistematis, strukturnya diawali dengan Saèngghâ akole’ emmas, atolang bessèh,
salam pembukaan dilanjutkan secara bân matana asonar
berturut-turut dengan sapaan ramah Terjemahan:
tamah kepada pemrakarsa dan penonton,
Anakku, Bayangan Intan, semua itu
pengumuman nama sapi dan alasan
mempunyai arti
pemberian nama tersebut, pujian atas
sapi, dan diakhiri dengan terima kasih Bayangan Intan ini sesungguhnya
dan salam. Tetapi, apabila waktu tidak menandakan bahwa pemilik sapi ini
memungkinkan karena banyaknya sapi benar-benar merawat engkau
yang di-kerap, pidato lok-olok biasanya Sehingga kau berkulit emas, bertulang
hanya terdiri atas salam pembukaan, besi, dan matanya bersinar
pengumuman nama sapi, dan salam
penutup. Pengumuman nama sapi, misal- Pujian kepada sapi, misalnya,
nya, terdapat dalam ungkapan sebagai ditunjukkan dengan ungkapan sebagai
berikut: berikut:
Kaulâ andi’ bur-lèburan duwa’
Nè’-kenè’ cabbhi lètè’ Adu kacong buwâna atè
tadâ’ bhunga andi’ ana’ kana’ bâ’na
Moghâ dhaddhi sampornana
èabas dâri adâ’ gâgâ’
Ka sè nanggâ’ sareng sè nèngghu
èabas dâri èrèng mantèrèng
ka sè etanggâ’ sareng sè ètèngghu
akanta arjuna kembhâr
Sè panglowar è sebut sè Ghâmbâr
Sè pangdâlem ajâjuluk sè Ghâmbu Adu kacong, pola bâ’na
Atapa pèttobelâs taon è gunong
Terjemahan: Maraong
Saya mempunyai dua kekasih Salbhâk macan lopot.
Kecil-kecil cabe rawit Terjemahan:
Semoga menjadi kesempurnaan Aduh anakku si buah hati
Kepada penanggap dan penonton Sungguh senang punya anak seperti
Kepada yang ditanggap dan yang engkau
ditonton Dilihat dari depan, engkau gagah
Yang sisi luar (kiri) disebut Si Gambar Dilihat dari samping, engkau
Yang sisi dalam (kanan) dijuluki si mentereng
Ghâmbu Laksana Arjuna kembar
Aduh anakku, mungkin engkau

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 211


Mohammad Hefni

Bertapa di Gunung Raung selama 17 Dalam pandangan Atkinson, etnometo-


tahun dologi berkembang tanpa batasan yang
Terluput dari terkaman macan jelas bergerak menjadi behavioris dan
empiris. Dalam mengubah arahnya ini,
Selagi etnometodologi membuat
etnometodologi terlihat kembali ke
langkah sehat dalam sosiologi, terutama
prinsip dasarnya semula, termasuk kei-
di bidang analisis percakapan, dan
nginannya untuk tidak memperla-kukan
mampu menghimpun mengetahuan ten-
aktor sebagai “si tolol” yang memberikan
tang dunia kehidupan sehari-hari, tetapi
pertimbangan.59
ia masih tidak aman. Beberapa pakar
Dalam menyampaikan pidato lok-
etnometodologi telah memikirkan kaitan
olok, tokang lok-olok menyertakannya
antara karya mereka, misalnya analisis
dengan gerakan tubuh, gerakan tangan,
percakapan, dan struktur sosial yang
dan tatapan mata. Itulah yang disebut
lebih luas. Pakar etnometodologi cende-
oleh Cicourel sosiologi kognitif,60 sebagai
rung memandang diri mereka menjemba-
sebuah jenis etnometodologi. Cabang
tani pemisahan analisis mikro-makro.
etnometodologi ini lahir sebagai kritik
Misalnya, Zimmerman melihat perkawin-
atas Garfinkel yang menyatakan bahwa
an silang dengan sosiologi makro sebagai
interaksi dan ungkapan verbal meru-
“pernyataan terbuka” dan sebagai pelu-
pakan proses yang sama. Sebaliknya, ia
ang yang menarik perhatian. Pernyataan
menyatakan bahwa manusia di samping
ini mendapatkan sinyal baik dari Boden
berkomunikasi dengan kata-kata juga
bahwa temuan studi etnometodologi
berkomunikasi dengan cara melihat,
tidak hanya relevan dengan struktur
meraba, dan merasa. Artinya, manusia
mikro, tetapi juga dengan struktur makro.
menggunakan “modalitas ganda” untuk
Ada harapan studi institusional akan
berkomunikasi dalam sebuah situasi.
lebih banyak memberikan perhatian pada
Ungkapan verbal merupakan translasi
struktur makro dan hubungannya de-
yang tidak sempurna dari apa yang
ngan fenomena tingkat mikro.57
benar-benar ingin dikomunikasikan da-
Lebih dari itu, kebanyakan sosio-
lam sebuah interaksi. 61 Di dalam pidato
log masih memandang etnometodologi
lok-olok, seorang tokang lok-olok terkadang
dengan penuh permusuhan. Mereka
menyampaikan pidatonya dengan diikuti
yakin bahwa etnometodologi telah
oleh gerakan tangan dan disertai tatapan
melupakan akar fenomenogisnya dan
mata yang menunjukkan sebuah kegu-
tidak menaruh perhatian pada proses
saran telah terjadi. Ini terjadi, misalnya,
kesadaran, bahkan pakar etnometodologi,
ketika ia diejek oleh penonton dengan
terutama pakar analisis percakapan,
lebih menaruh perhatian pada “ciri
struktur percakapan itu sendiri”.58 Dia-
cuhkan dalam proses tersebut adalah 59 Ibid.
motif dan motivasi internal untuk aksi. 60 Jenis etnometodologi ini diperkenalkan olehnya
pada 1964 melalui bukunya Method and
Measurement in Sociology dan tulisannya berjudul
57 Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi Modern, Cross Modal Comunication pada 1973. Lihat
hlm. 351. Ethnometodology and Other Perspective,
58 Paul Atkinson, “Ethnomethodology: A Critical http://www.loc.gov/catdir/enhancements/fy065
Review”, Annual Review of Sociology 14 tahun 1988, 7/2002115922-t.html.
hlm., 449. 61 Turner, The Structure, hlm. 484.

212 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


Tradisi Lisan di Madura

perkataan ‘huh’. Ia membalas ejekan aktor sosial bertindak berdasarkan ang-


penonton sebagai berikut: gapan, dan secara aktif berusaha
mengomunikasikan fakta, bahwa mereka
Bâdhân kaulâ sobung sè èkerrabâ
memiliki pengalaman yang sama untuk
Bâdhân kaulâ ta’ andi’ dhunnya
kemudian mereka saling berbagi. Se-
Tapè mon ka kahormadhân
lanjutnya, sampai mereka diberitahu oleh
Bâdhân kaulâ andi’ sakonè’
gestur tertentu, aktor tersebut menga-
Kaulâ ghi’ aromasa orèng Madhurâ
baikan perbedaan perspektif yang
Ca’ èpon orèng, èngghi
Pa’, dhunnyana èpatao ka tengnga mungkin timbul dari masing-masing
lapangan keunikan biografinya. Dengan demikian,
Mon bâdhân kaulâ bhunten, tarètan interaksi akan banyak berlangsung dalam
Ta’ andi’ dhunnya. bahasa gestur yang berusaha meyakinkan
pasangannya bahwa sebuah resiprositas
Terjemahan: perspektif betul-betul ada.62
Saya tidak punya sapi untuk ikut Dengan demikian, Cicourel
serta dalam kerapan menjawab kritikan yang dilontarkan
Saya tidak punya harta, tapi saya terhadap etnometodologi yang dipan-
masih punya sedikit harga diri dang telah melupakan akar fenomeno-
Saya masih merasa sebagai orang logisnya. Karena, bila dicermati, konsep
Madura ini sesungguhnya meminjam dan me-
Katanya orang, ya ngembangkan rumusan fenomenologis
Pak, hartanya dipajang saja di tengah Schutz,63 terutama yang berkaitan dengan
lapangan konsep intersubjektif. Menurut konsep
Tetapi saudaraku, saya tidak begitu ini, di dalam dunia intersubjektif orang
Saya tidak punya harta menciptakan realitas sosial dan dipaksa
oleh kehidupan sosial yang telah ada dan
Pada dasarnya, melalui sosiologi
oleh struktur kultural ciptaan leluhur
kognitif ini ia berusaha menemukan
mereka. Dalam dunia ini seseorang selalu
“prosedur interpretatif” yang bersifat
berbagi dengan orang lain yang juga
universal yang dapat digunakan oleh
menjalani dan menafsirkannya. Karena-
manusia untuk mengorganisasikan kog-
nya, dunia seseorang tersebut secara
nisinya dan memberikan makna pada
keseluruhan tidak akan pernah bersifat
situasi. Melalui prosedur interpretatif ini
pribadi sepenuhnya. Bahkan di dalam
orang-orang mengembangkan sebuah
kesadarannya selalu ditemukan bukti
pemahaman tentang struktur sosial dan
adanya kesadaran orang lain. Ini
mampu untuk mengorganisasikan tinda-
kannya. Prosedur interpretatif ini bersifat 62Ibid., hlm. 479.
universal dan tidak berbeda pada 63 Walaupun sesungguhnya Schutz sendiri
manusia, dan penemuannya akan me- mengembangkan konsep ini dengan cara
mungkinkan untuk memahami bagai- menyandingkan konsep fenomenologi Husserl
mana manusia menciptakan sebuah pe- dengan konsep verstehen dari Weber dan
mahaman atas struktur sosial di dunia mentransformasikannya ke dalam sebuah analisis
interaksionis. Selanjutnya baca, misalnya, R.C.
sekitarnya. Bogdan dan S.J. Taylor, Introduction to Qualitative
Salah satu teknik yang dikembang- Research Methods: a Phenomenological Approach to
kan di dalam konsep ini adalah bahwa the Sosial Sciences (New York: John Wiley and
Sons, 1973).

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 213


Mohammad Hefni

merupakan bukti bahwa situasi biogra- Perilaku ini merepresentasikan kese-


finya yang unik ini tidak seluruhnya nangan masyarakat Madura atas tokang
merupakan produk dari tindakannya lok-olok yang memosisikan sapi secara
sendiri. ‘terhormat’ melalui pujian-pujian ter-
tentu. Ini juga mengimplikasikan pa-
Penutup ralelitas dengan temuan Smith dan de
Lok-olok merupakan seni berdek- Jonge yang menunjukkan kesenangan
lamasi yang diakhiri dengan tandhâng masyarakat Madura atas sapi, terutama
(tarian) oleh tokang Lok-olok selama sapi kerapan atau sapi sono’.[]
beberapa saat setelah ia menyampaikan
pidatonya dengan diringi musik saronèn. Daftar Pustaka
Dalam pidato lok-olok tersebut, tokang lok-
olok yang mewakili si pemilik sapi Ahmadi, M. “Dari Hana Caraka ke Sastra
memperlakukan sapi seperti manusia Macapat dan Suluk (Hubungan
atau tepatnya seperti anak sendiri. Sastra Lisan dan Tulis).” Prosiding
Karenanya, sapi jantan seringkali disebut Seminar Akademik, Volume 2 (2002),
dengan kacong (bocah) dan sapi betina hlm. 89-103.
disebut dengan cebbhing (gadis). Ini Ahmed, A. J. The Somali Oral Tradition
menandakan bahwa masyarakat Madura and the Role of Storytelling in
memosisikan sapi sebagai sesuatu yang Somalia, The Minnesota Humanities
berharga. Ini memperkuat, misalnya, Center (2002):
temuan Glenn Smith64 dan Huub de www.minnesotahumanities.org
Jonge65 bahwa masyarakat Madura Atkinson, J. M. “Public Speaking and
memperlakukan sapi layaknya anggota Audience Responses: Some Tech-
keluarga. Ia dibangunkan kandang di niques for Inviting Audience
samping atau di depan rumah berdekatan Applause, dalam J. M. Atkinson dan
dengan dapur. Kaum laki-laki Madura J. Heritage (Eds.), Structures of Social
kadangkala lebih menyayangi sapi mere- Action: Studies in Conversation
ka ketimbang istrinya. Mencederai atau Analysis. Cambridge: Cambridge
mencuri sapi mereka sama halnya University Press, 1984, hlm. 370-407.
dengan mengganggu istri yang bisa Atkinson, J. M. dan Drew, P. Order in
berakhir dengan carok. Court. London: Macmillan, 1979.
Pujian atas sapi dalam pidato lok- Atkinson, Paul. “Ethnomethodology: A
olok seringkali mendapatkan sorak-sorai Critical Review”, Annual Review of
dari penonton sebagai tanda kesetujuan Sociology 14 tahun 1988: 441-465
mereka atas ungkapan dalam lok-olok. Attewell, P. “Ethnomethodology since
Garfinkel”, dalam Theory and Society
64 Glenn Smith, “Pentingnya Sapi dalam I (1972), hlm. 179-210.
Masyarakat Madura,” dalam Agama, Kebudayaan, http://www.ethnomethodology.clo
dan Ekonomi: Studi-studi Interdisipliner tentang newars.ipupdater.com/
Masyarakat Madura, ed. Huub de Jonge (Jakarta: Baert, Patrick. Sosial Theory in Twentieth
Rajawali, 1989), hlm. 277-291.
65 Huub de Jonge, “Sapi Jantan dan Lelaki: Aduan Century. Cambridge: Polity Press,
Api Madura,” dalam Garam, Kekerasan, dan Aduan 1998.
Sapi: Esai-esai tentang Orang Madura dan Kepulauan Bodgan, RC dan Biklen, SK. Intoduction to
Madura, ed. Huub de Jonge (Yogyakarta: LkiS, Qualitative Research Method: A
2011), hlm. 85-122.

214 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


Tradisi Lisan di Madura

Phenomenological Approach to The Garfinkel, H. Studies in Ethnomethodology:


Sosial Science. Boston: Allyn and Social and Political Theory. Camridge:
Bacon Inc., 1990. Polity Press, 1967.
Bouvier, Hèlène. Lèbur: Seni Musik dan Harvey Sacks, “Sociological Description”,
Pertunjukan dalam Masyarakat Berkeley Journal of Sociology, No. 8 Th.
Madura, terj. Rahayu S. Hidayat dan 1963: 1-16.
Jean Couteau (Jakarta: Yayasan Obor Heritage, J. Garfinkel and Ethno-
Indonesia dan Yayasan Asosiasi methodology. Cambridge: Polity
Tradisi Lisan, 2002). Press, 1984.
Bustami, A. L. “Folklor Kangean: Suatu Heritage, John C. “Ethnomethodology”,
Kajian Cerita Bajak Laut (Lanun) dalam Social Theory Today, eds.
sebagai Sumber Sejarah”, Bahasa dan Anthony Giddens dan Jonathan H.
Seni, tahun 32, nomor 2 (Agustus Turner. Stanford, California: Stan-
2004), hlm. 267-285. ford University Press, 1987.
Campbell, Tom. Tujuh Teori Sosial. Huaco, George, “Ideologi and General
Yogyakarta: Kanisius, 1995. Theory: The Case of Sociological
Denzin, Norman K dan Yvonna S. Funtionalism”, Comparative Studies in
Lincoln, Handbook of Qualitative Society and History Vol. 28 Tahun
Research. London, California, dan 1986, hlm. 34-54.
New Delhi: Sage Publication Ltd., Hutomo, S. S. Merambah Matahari.
2000. Surabaya: Gaya Mas, 1992.
Dorish, P. dan Button, G, On Techno- Imron, Zawawi. “Sastra Madura: Yang
methodology: Fondational Relation- Hilang Belum Berganti”, dalam
ships beetwen Ethnomethodology Agama, Kebudayaan dan Ekonomi,
and System Design, Human-Com- Studi-studi Interdisipliner tentang
puter Interaction, Vol. 13, No. 4, tahun Masyarakat Madura, ed. Huub de
1998: 395-432. Jonge. Jakarta: Rajawali Pers, 1989.
Eyoh, L. “Indigenous Oral Poetry in Jary, David dan Julia Jary. Dictionary of
Nigeria as a Tool for National Sociology. Glasgow: Harper Collins
Unity.” J Communication, Volume 2, Publisher, 1991.
Number 2 (2011), hlm. 83-91. Jonge, Huub de. “Sapi Jantan dan Lelaki:
Filmer, Paul. On Harol Garfinkel's Ethno- Aduan Api Madura,” dalam Garam,
methodology, http://www. Kekerasan, dan Aduan Sapi: Esai-esai
sagepub.co.uk/home.nav?currTree= tentang Orang Madura dan Kepulauan
Subjects&level1=N00&level2=N80 Madura, ed. Huub de Jonge.
Fisher, S. dan Told, A. D. The Social Yogyakarta: LKiS, 2011, hlm. 85-122.
Organization of Doctor-Patient Com- Johnson, Doyle Paul .Teori Sosiologi Klasik
munication. (Washington DC: Ctr. dan Modern, terj. Robert M.Z.
Appl. Linguistics, 1984) Lawang. Jakarta: PT. Gramedia,
Garfinkel, H. dan Harvey Sacks. “On 1986.
Formal Structures of Practical Koentjaroningrat (ed.). Masalah-masalah
Actions,” dalam Theoretical Sociolog,( Pembangunan: Bunga Rampai Antro-
eds.) J.D. McKinney dan E. A. pologi Terapan. Jakarta: LP3ES, 1982.
Tiryakian. New York: Appleton- Hlm. 346-347.
Century Crofts, 1970), hlm. 337–366

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 215


Mohammad Hefni

Latupapua, F. E. et al., Kapata Sastra Lisan Ritzer, G. Teori Sosiologi. Yogyakarta:


di Maluku Tengah. Jakarta: Kemen- Kreasi Wacana,2008.
terian Pendidikan dan Kebudayaan, Ritzer, George dan Barry Smart. Handbook
Balai Pelestarian Budaya Ambon, of Sosial Theory. London, California,
2012. dan New Delhi: Sage Publication
Levinson, S. Pragmatics (Cambridge: Ltd., 2001.
Cambridge University Press, 1983) Ritzer, George dan Douglas J. Goodman.
Lutfi, M. “Pergeseran Pengaruh Hindu ke Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Pre-
Islam dalam Legenda Gunung nada Media, 2003.
Gong, Gunung Kelir, dan Banyu Sacks, Harvey. “An Initial Investigation
Anget” Jurnal Manusia, Kebudayaan, of the Usability of Conversational
dan Politik, no. 23 Vol. 1 (2010), hlm. Data for Doing Sociology” dalam
42-47. Studies in sosial Interaction, ed. D.
Lynch, M. Art and Artifact in Laboratory Sudnow. New York: Free Press,
Science: A Study of Shop Work and 1972.
Shop Talk in a Research Laboratory. Safiodien, Asis. Kamus Bahasa Madura-
London: Routledge & Kegan Paul, Indonesia. Jakarta: Pusat Pengem-
1985. bangan dan Pembinaan Bahasa
Martono, “Nilai-nilai Religi dalam Sastra Departemen P dan K, 1977.
Lisan Dayak Keninjal.” Jurnal Sastraprateja, M. “Kata Pengantar” dalam
Pendidikan Sosiologi dan Humaniora, Peter L. Berger, Kabar Angin dari
vol. 1, no. 2 (Oktober, 2010), hlm. Langit. Yogyakarta: LP3ES, 1990.
148-164. Scharff, C. "Doing Class: A Discursive
McHoul, A. W., “The Organization of and Ethnomethodological Appro-
Turns at Formal Talk in the ach," Critical Discourse Studies, vol. 5,
Classroom. Lang. Soc. 7 (1978), hlm. number 4 (2008), hlm. 331-34.
183-213. Schemerhorn, R. A. Comparative Ethnic
Miles, M. B. dan Hubermas, A. M., An Relation: A Framework of Theory and
Expanded Source Book: Qualitative Research. New York: Random
Data Analysis. London: Sage House, 1970.
Publication, 1995. Setiawan, et al. Ensiklopedi Nasional
Ofm, Dister dan Nico Syukur. Pengalaman Indonesia, Jilid 14. Jakarta: PT. Delta
dan Motivasi Beragama. Yogyakarta: Pamungkas, 1997.
Kanisius, 1993. Sheppard, P. et al. “Oral Tradition and the
Poloma, M. M. Sosiologi Kontemporer. Creation of Late Prehistory in
Jakarta: Rajawali Pers, 1994. Roviana Lagoon, Solomon Islands”,
Raffles, Thomas S. The History of Java Records of the Australian Museum,
(Oxford: Oxford University Press, Supplement 29 (2004), hlm. 123–132:
1978) www.amonline.net.au/pdf/publicat
Rawls, A. dan Garfinkel, H. Editors ions /1408
Introduction. Ethnomethodology's Silverman, David, Harvey Sacks Social
Program: Working out Durkheim's Science, and Conversation Analysis
Aphorism. A. Ra wls & Littlefield (Oxford: Oxford University Press,
Publishers Inc, 2002 1998)

216 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013


Tradisi Lisan di Madura

Silverman, David. Harvey Sacks Sosial Madura. s’Gravenhage: Martinus


Science, and Conversation Analysis. Nijhoff, 1964.
Oxford: Oxford University Press, Waters, Malcolm, Modern Sociological
1998. Theory. London, California, dan New
Soekanto, Soejono. Mengenal Tujuh Tokoh Delhi: Sage Publication Ltd., 1994
Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press, West, C. Routine Complications:Troubles
2002. With Talk Between Doctors and
Stevens, Alan M. Madurese Phonology and Patients. Bloomington: Indiana Univ.
Morphology (New Heaven: American Press, 1984.
Oriental Society, 1968). Wilson, John. Sosial Theory. New Jersey:
Subaharianto, Andang, et.al., Tantangan Prentice Hall, Inc., 1983.
Industrialisasi Madura: Membentur Wiyata, Latief. Carok: Konflik Kekerasan dan
Kultur Menjunjung Leluhur (Malang: Harga Diri Orang Madura. Yogya-
Bayumedia Publishing, 2004) karta: LKiS, 2002
Suhartono, et al. “Cerita Rakyat di Pulau Wynne, A. “The Oral Transmission of
Mandangin: Kajian Struktural Early Buddhist Literature”, Journal of
Antropologi Claude Lévi Strauss.” the International Association of
Journal of Unair, volume 23, nomor 4 Buddhist Studies, Volume 27 Number
(2010), hlm. 304-311. 1 (2004), hlm. 97-127.
Smith, Glenn. “Pentingnya Sapi dalam Zeitlin, Irving M. Memahami Kembali
Masyarakat Madura,” dalam Agama, Sosiologi: Kritik terhadap Teori
Kebudayaan, dan Ekonomi: Studi-studi Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta:
Interdisipliner tentang Masyarakat Gadjah Mada University Press, 1995.
Madura, ed. Huub de Jonge. Jakarta:
Rajawali, 1989, hlm. 277-291. Sumber Internet:
Swanson, D. A. “Hawaiian Oral Tradition
Describes 400 Years of Volcanic Berard, Tim J., Human Research:
Activity at Kīlauea”, Journal of Examples from Ethnometodology,
Volcanology and Geothermal Research, Qualitative Sociology Review, Vol. 1,
176 (2008), hlm. 427–431: th. 2005: http://www.
www.elsevir.com/locate/jvolgeores qualitativesociologyreview.org/E
Sztompka, Piotr. System and Function: NG/volume1/QSR-1-1Berard.pdf.
Toward a Theory of Society. New York: Circourel, Aaron V. Cross Modal
Academic Press, 1974. Comunication, 1973: http://www.
Torabi, M. A. “Ethnomethodology and loc.gov/catdir/enhancements/fy0
Conversational Analysis.” Journal of 657/2002115922-t.html.
English Language Teaching and Dorish, Paul. A History of Interaction, 1998:
Learning Year 53 No. 217 (2005), hlm. http://www.smszon.com/gp/pro
155-164. duct/026541785/refase/persoalan
Turner, Jonathan S. The Structure of na.
Sociological Theory. California: Emerson, Robert, Ethnomethodology and
Wadsworth Publishing Company, Ethnography, 2002: http://www.
1991. sscnet.ucla.edu/classes/profbylid.
Uhlenbeck, E.M. A Critical Survey of php?lid-493.
Studies on the Languages of Java and

KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013| 217


Mohammad Hefni

Fallman, Daniel, Enabling Physical Perry, Jenny. Schutz, Garfinkel, and Sacks
Collaboration in Industrial Settings and Their Interrelatedness:
Designing for Embodied Interaction: http://www.bangor.ac.uk/so/pos
http://daniel.fallman.org/resourc tgraduate/Perry-conf-pl-htm.
e/papers/fallman-clihc03.pdf Pollner, Melvin, "Left of Ethnome-
Filmer, Paul. On Harol Garfinkel's thodology: The Rise and Decline of
Ethnomethodology, 2002: Radical Reflexivity", American
http://www.sagepub.co.uk/ Sociological Review, 56: 370-380,
home.nav?currTree Subjects& 1991: http://userwww. sfsu.edu/-
level1=N00&level2=N80 kazbeki/Greek.html.
Have, Paul Ten, Sequential structures and Sacks, Harvey. “Sociological
categorical implications in doctor- Description”, dalam Berkeley
patient interaction: ethnomethodology Journal of Sociology, No. 8 Th. 1963,
and history, 2002: hlm. 1-16. http://www.answers.
http://www2.fmg.uva.nl/emca/s com/topic/harveysacks+sacks&hl
eqstruct.htm\l =id&lr=&strip=1
Jarmon, Leslie H. Top Four Papers In tn., A chart over Subjectivistic traditions &
Language And Sosial Interaction, persons, 2005: http://www.
2002: business.aau.dk/ha/Organisation
http://www.ohiou.edu/scalsi/pa /7sem/E2005/Videnskabteori/Sli
nels2002.pdf. defigur-26-9-mf-05.pdf.
Ji, Joo Hyoung Reflexivity in Sosial Tp., Ethnometodology and Other
Research: Its Sosial and Perspective, http://www.loc.
Epistemological Possibilities, 2006: gov/catdir/enhancements/
http://www.lancs.ac.uk/postgrad fy0657/2002115922-t.html.
/jijh1/writings/article/ref- Zimmerman, Don H. & Wieder, D.
res.htm. Lawrence, Ethnomethodology and the
Murphy, David, Ethnomethodology in the Problem of Order, 2002:
Design of Human-Computer http://www.loc.gov/catdir/enha
Interaction: ncements/fy0657/2002115922-
http://70.67.52.254/digest/pdfs/d t.html.
igest.pdf.



218 | KARSA, Vol. 21 No. 2, Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai