Muh Ilham S
Pada awal bulan Maret tahun 2020, Indonesia dikejutkan dengan adanya pasien
“zero" Covid-19 yang ternyata adalah seorang wanita paruh baya yang menjadi
penari di Jepang. Sontak saja, hal itu membuat geger beberapa masyarakat
sehingga dampaknya mulai terasa pada saat itu juga. Salah satu hal yang membuat
kita miris adalah karena terjadinya “panic buying” di beberapa daerah di
Indonesia. Hal itu membuat kita bertanya-tanya, apakah masyarakat Indonesia
sudah tidak lagi merasakan empati bagi orang-orang lain yang membutuhkan di
luar sana? Atau apakah kita tidak lagi menjadikan gotong-royong sebagai falsafah
hidup kita di tengah arus globalisasi yang begitu kuat ini? Dan deretan pertanyaan
lain bagi diri kita sendiri masyarakat Indonesia.
Ketiga, masalah pemuda secara Individual. Masalah ini adalah masalah yang
paling krusial. Mengapa? Karena inilah hal yang paling fundamental dari
pembahasan ini. Dari awal penulis menjelaskan apabila pemuda Indonesia tidak
mampu bersaing dengan pemuda dari bangsa lain, maka akibatnya akan sangat
fatal. Masalah-masalah yang seringkali kita temui dari kalangan pemuda saat ini
diantaranya adalah, prokrastinasi, apatis, dan kurang membaca. Prokrastinasi atau
keinginan untuk menunda-nunda sesuatu adalah hal yang membuat beberapa
orang menjadi tidak produktif. Bagaimana mungkin orangtua kita akan
memercayakan sesuatu kepada kita pemuda jika menjadikan prokrastinasi sebagai
budaya? Siapa pula yang mau menjadikan seseorang yang sering bermalas-
malasan untuk mengambil posisi yang krusial dan strategis dalam masyarakat?
Contoh nya, dalam keadaan darurat wabah covid-19 misalnya, pemuda yang
jdiharapkan ikut aktif dalam menanggulangi wabah ini justru pemudanya lah yang
bermalas-malasan. Akibatnya masyarakat tetap akan memandang sebelah mata
pemuda-pemuda tersebut.
Selanjutnya adalah apatis, atau tidak tanggap terhadap perubahan sosial yang
terjadi. Sebagai pemuda yang seharusnya akan mengambil alih kendali atas negara
ini, sangat disayangkan apabila pemudanya justru tidak tanggap akan perubahan
sosial tersebut. salah satu contoh apatisme yang marak terjadi di kalangan pemuda
adalah “golput” atau golongan putih. Demokrasi tidak akan berjalan dengan baik
apabila tingkat partisipasi politik masih rendah. Pemuda diharapkan mampu
memberikan edukasi kepada masyarakatnya betapa pentingnya turut aktif dalam
pemilu misalnya karena itu akan menentukan jalannya suatu bangsa kedepannya.
Dalam kasus wabah ini, pemuda janganlah buta terhadap kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam menanggulangi wabah ini, karena
apabila hal tersebut tidak dikawal dengan baik, maka rakyat banyaklah yang akan
menerima dampak buruk nya.
Dan yang terakhir yaitu, kurang membaca. Pada abad 17, ketika Inggris sedang
mengalami epidemi pes disebabkan kuman“Yersinia Pestis”. Namun situasi
tersebut justru melahirkan seorang ilmuwan yang sangat berpengaruh bagi dunia
dalam bidang sains sampai saat ini. Beliau adalah Sir Isaac Newton, dalam situasi
“lockdown”, Newton muda memanfaatkan situasi tersebut untuk mengembangkan
dirinya. Berbagai literatur dibaca olehnya untuk membuka cakrawala berpikir
beliau, selain itu Newton juga melakukan beberapa eksperimen seperti memecah
spektrum cahaya dengan prisma, dan juga melakukan eksperimen lanjutan dari
“wahyu” yang dia dapatkan setelah duduk di bawah pohon apel. Sehingga yang
terjadi kemudian adalah lahirnya teori mengenai gravitasi. Itu adalah contoh
bagaimana situasi yang kurang menguntungkan ini dapat dimanfaatkan untuk
melakukan pengembangan diri seperti membaca buku, artikel, esai, dan lain
sebagainya. Meskipun begitu, penulis paham bahwa tidak semua orang
mendapatkan akses untuk literatur tersebut. Ini adalah kesalahan struktural yang
harus dipecahkan Bersama. Penulis menegaskan kemerdakaan bangsa Indonesia
ini tidak ada artinya apabila tidak dibarengi dengan kemerdekaan dalam bidang
ilmu pengetahuannya.
Hart, Michael. 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia. Noura Books, 2017.
Prof. Dr. Damsar. Pengantar Sosiologi Politik. Kencana Prenana Media Group,
2010.
Anonim. Diakses dari laman web pada 22 April 2020 13.25 WIT dari:
https://kumparan.com/kumparansains/kisah-isaac-newton-temukan-gravitasi-
hingga-kalkulus-berkat-wfh-saat-pandemi-1t2fUQqTTn.
Adrian Pratama Taher, Mohammad Bernie. Diakses dari laman web pada 21 April
21.15 WIT dari: https://tirto.id/kronologi-penularan-pasien-positif-corona-covid-
19-di-indonesia-eD6x.
Lampiran